• Tidak ada hasil yang ditemukan

Banyak orang yang terluka

Dalam dokumen Jed Revolutia - You Are Likeable (Halaman 54-57)

justru mengusir

semua cinta

kasih orang lain

terhadapnya.

Pintu hatinya

ditutup dengan

segel No Entry

bagi dirinya

sendiri apalagi

orang lain.

NO ENTRY!

Page 43

It Hurts Like Hell

Karena kerapuhan kita sebagai manusia, hati kita pun rentan untuk terluka. Saya membandingkannya dengan kondisi bayi mungil yang rentan terhadap penyakit dan kecelakaan sehingga harus selalu dijaga oleh orang tuanya untuk memastikan sang bayi baik-baik saja. Demikianlah juga dengan hati kita sehingga “menjaga hati” adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam eksistensi kita sebagai manusia di bumi ini. Ketika kita terluka, kita harus segera cari penyembuhan atas luka-luka kita. Membiarkannya ternganga berlama-lama tanpa tindakan akan membuat luka semakin busuk dan lalat pun mulai berdatangan. Bukannya kesembuhan yang kita dapatkan, yang ada kita menjadi semakin sakit dan sakit. Jika kita ingin memiliki vitalitas hati kembali maka kita harus mulai mengambil langkah kesembuhan terhadapnya.

Luka-luka yang belum kita sembuhkan dari masa lalu kitalah yang mengundang para hantu masa lalu untuk berdatangan menghantui hidup kita. Para hantu ini sebenarnya cuma ilusi belaka. Mereka tidak nyata.

Oleh karena itu kita harus mengusir mereka pergi ketika mereka mulai datang menghampiri. Masa lalu hanyalah masa lalu. Kita harus hidup di masa sekarang untuk mengubah masa depan kita. Para hantu ini datang dengan membawa ketakutan ke dalam hidup kita. Bahasa Inggris untuk ketakutan adalah “FEAR” dan kita harus melihatnya sebagai “False Evidence

Appearing Real” atau sesuatu yang

kelihatannya meyakinkan bahwa itu nyata, padahal cuma ilusi semata. Demikianlah mekanisme kerja ketakutan dan hantu-hantu masa lalu.

Ketika kita disakiti oleh seseorang, maka kita pun akan merasakan rasa sakit di hati kita. Sering tidak kita sadari bahwa rasa sakit tersebut adalah akumulasi dari rasa sakit yang pernah kita derita sebelumnya yang belum kita bereskan. Itu sebabnya ketika kita disakiti oleh pasangan kita sekarang, di benak kita sering terulang kembali memori pernah disakiti oleh mereka yang berjenis kelamin sama dengan pasangan kita, entah ayah atau ibu kita atau pasangan-pasangan kita sebelumnya.

Page 44

It Hurts Like Hell

Mari kita lihat contoh kasus ini bukan dari menilai siapa yang salah atau siapa yang benar. Yang sebenarnya terjadi ialah pasangan kita telah menekan tombol hot button di hati kita yang menyebabkan kita menjadi emosi, marah, dan berujung pada sakit hati. Dia sedang menyentuh kita tepat dimana luka itu masih menganga. Itu sebabnya seringkali kita marah lebih dari kewajaran sepatutnya kita marah. Hal-hal sepele bisa menjadi pertengkaran luar biasa oleh karena luka yang belum dibereskan tersebut. Itu sebabnya beberapa hari setelah pertengkaran tersebut ketika kita mulai dapat berpikir jernih, justru kita yang akan merasa bersalah dan meminta maaf pada ujungnya. Banyak orang bahkan telah

membuat cangkang untuk

melindungi kerapuhan hati

mereka. Siput memiliki cangkang untuk melindungi tubuh mereka yang lunak.

Banyak dari kita telah melakukan hal yang persis sama, kita memilih untuk mengekang emosi

kita, membungkamnya, dan

memasukannya ke dalam sebuah cangkang. Kita pun menjadi pribadi yang berubah, terlihat tegar dan galak di luar, padahal jauh di dalam kita tetap pribadi yang rapuh yang takut untuk disakiti lagi. Banyak wanita dan pria yang merubah cara berpakaian mereka untuk menghindari luka di hati mereka. Banyak orang yang berubah dari cerewet jadi pendiam atau sebaliknya demi melindungi luka di hati mereka. Banyak orang yang berpura-pura, hidup dalam kepalsuan, dan memakai topeng demi melindungi kerapuhan hati mereka. Tubuh yang berotot sering dipakai untuk lindungi hati yang penakut. Perhiasan mahal

yang dipamerkan berlebihan

sering dipakai untuk lindungi hati yang takut dilecehkan. Ada banyak hal yang bisa terjadi tapi inti semuanya ialah kita tidak siap untuk menampilkan ketelanjangan kita, diri kita apa adanya, karena kita tidak mau terluka lagi.

Page 45

It Hurts Like Hell

Dengan mengampuni, maka kita melepaskan sebuah belenggu masa lalu yang sering menghantui kita. Kita harus berdamai dengan diri kita dan berdamai dengan masa lalu kita. Kita harus mau menerima diri kita apa adanya. Kita harus mengampuni diri kita sendiri karena tidak bisa melakukan apa yang seharusnya kita pikir kita harus lakukan. Jangan menuntut terlalu berlebih pada diri sendiri, sebaliknya santai saja. Kita harus bisa menerima berbagai kegagalan hidup sebagai bagian normal dari kehidupan. Kegagalan adalah kesempatan untuk kita belajar dan memperbaiki diri dan bukan pembenaran untuk kita larut dalam penyesalan. Salah satu hal penting dalam kehidupan yang saya pelajari ialah: Sometimes

the best thing you can do in life is keeping your sanity.

Kesehatan mental kita dulu, baru kita urus yang lainnya. Ampuni diri kita dan berdamai dengannya. Rasa bersalah bukanlah sesuatu yang sehat karena rasa bersalah datang dari ketakutan kita belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Belum lagi banyak orang coba melakukan emotional

blackmail atau pemerasan emosi

kepada kita. Mereka menuntut kita melakukan ini dan itu beserta dengan ancaman atau tuduhan yang akan membuat kita merasa

bersalah jika melalaikannya.

Mereka mengeluarkan ucapan-ucapan seperti “kamu tidak peduli kepadaku” untuk memaksa kita tunduk pada kehendak mereka.

Bahkan kadang emotional

blackmail disertai drama: dia

menangis, dia membanting barang, dia lakukan hal yang bodoh, dia mengumpat, dia tiba-tiba sakit. Semua dilakukan agar kita merasa bersalah. Kita melakukan sesuatu di bawah tekanan emosi dan ini sama sekali tidak sehat. Saya belajar bahwa pertama-tama kita harus utamakan sanity atau kawarasan kita dulu. Jangan mau melakukan sesuatu di bawah tekanan. Buatlah keputusan independen akan apa yang mau kita lakukan.

Cangkang

Dalam dokumen Jed Revolutia - You Are Likeable (Halaman 54-57)

Dokumen terkait