• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Orang tua dan tugasnya

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang dalam kelangsungan suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan anak berada dalam tanggung jawab dan pengawasan dalam keluarga. Menurut pengertian umum orang tua adalah seorang pria dan wanita yang melangsungkan perkembangan dan terkait janji perkawinan yang sah dan memiliki anak. Orang tua tidak dapat dilepaskan dari lingkungan keluarga, karena antara orang tua dan keluarga sangat erat kaitannya. Dalam kesehariannya orang tua biasa disebut dengan kata bapak dan ibu.

Kitab Hukum Kanonik menguraikan:

Orang tua Kristiani adalah pasangan yang memiliki sebuah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang dibaptis untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup yang mengarahkan pada kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, dimana perjanjian diangkat oleh Kristus Tuhan menjadi sakramen. Kebersamaan hidup bersama yang terbuka pada kelahiran anak membawa laki-laki dan perempuan itu menjadi orang tua, yaitu orang tua kristiani (Kan. 1055).

Dalam uraian di atas orang tua Kristiani merupakan orang tua yang memiliki sebuah perjanjian perkawinan. Orang yang sudah menerima sakramen perkawinan secara Katolik tidak dapat dipisahkan oleh manusia kecuali maut yang memisahkan. Dengan janji perkawinan yang telah diterima oleh suami maupun

istri mereka diharapkan menyalurkan anugerah cinta kasih Tuhan, mempunyai relasi yang erat dengan Allah dan menciptakan suasana kerukanan dalam keluarga dengan suasana yang akrab dan mesra, membangun keluarga yang bahagia, mendidik anak-anaknya menurut ajaran Injil. Dengan kebersamaan dan kesejahteraan orang tua Kristiani Allah menghendaki orang tua berperan dan utama dalam pendidikan anak.

Gereja Katolik mengenal Sakramen Perkawinan sebagai salah satu dari ketujuah Sakramen. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu hal yang luhur. Dengan adanya sakramen pernikahan secara lahiriah ada tanda yang menyatakan bahwa Allah hadir dalam kehidupan perkawinan dan Allah menjadi saksi cinta kasih sang suami dan istri (bdk Mal 2:14). Perkawinan dijadikan sakramen karena kitab suci sendiri mengisyaratkan seperti menjunjung tinggi perkawinan. Bahkan Paulus menegaskan supaya suami-istri saling mencintai seperti Kristus mencintai umat-Nya (jemaat atau Gereja-Nya - Lih Ef 5:21-33). Adapun janji perkawinan yaitu: Saya berjanji setia dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup, saya bersedia menjadi suami bagi istri dan bapak anak-anak dan begitu dengan perempuan bersedia menjadi istri bagi suami dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak. Demikianlah janji perkawinan demi Allah dan Injil suci ini. Janji perkawinan yang telah di ucapkan dihadapan Allah Bapa, Romo dan Saksi diharapkan kedua belah pihak menepati janji yang telah di ucapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/sakramen- perkawinan).

Menurut dokumen Familiaris Consortio art 40, keluarga adalah persekutuan pendidikan yang utama tetapi bukan eksklusif satu-satunya. Semua

pelaksanaan pendidikan itu sangat perlu, meskipun masing-masing memegang peranannya selaras dengan tugas masing-masing.

Menurut (Adimiwarta, 1988: 413), keluarga diartikan sebagai “sanak saudara, kaum kerabat, orang se isi rumah”. Jadi, keluarga adalah siapa saja yang tinggal di dalam lingkungan rumah tangga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan dan rumah adalah tempat kita menghabiskan waktu dalam hidup sehari-hari, karena rumah adalah tempat berhimpunnya sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan peranannya masing-masing dan antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Rumah juga menjadi tempat pertama anak memperoleh ilmu dan sekaligus tempat yang paling tepat untuk membentuk kepribadian anak.

2. Tanggung jawab Orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar Anak adalah seseorang yang masih sangat membutuhkan peran pendampingan dan pengarahan dari orang tua/orang dewasa. Maka, orang tualah yang sangat diharapkan oleh anak untuk memberi pendampingan dan pengarahan. Dengan demikian dalam orang tua tidak boleh sembarangan dalam memberikan pengarahan dan pendidikan kepada anak, karena apa yang diberikan orang tua menjadi dasar utama oleh anak dalam mengembangkan dirinya kelak.

Menurut Familiaris Consortio art 14, anak adalah anugerah yang berharga. Menurut rencana Allah, perkawinan merupakan landasan keluarga sebagai persekutuan yang lebih luas, sebab lembaga perkawinan dan cinta kasih suami-istri itu memang terarahkan pada kelahiran dan pendidikan anak-anak yang

merupakan mahkota dari lembaga itu. Pada hakikatnya cinta kasih merupakan sebuah hadiah dan cinta kasih suami-istri.

Alkitab membicarakan bagaimana orang tua harus mendidik, mengajar dan memelihara anaknya. Menurut pandangan orang Kristiani anak merupakan buah kasih Allah kepada orang tua maka orang tua hendaknya mensyukuri atas anugerah terindah Allah kepada orang tua. Terkadang orang tua untuk mendapatkan anak bersusah payah mencarinya, menanti dengan penuh kesabaran dan berdoa (Bdk Mzm 123: 3; Sam 1: 27; Kej 33: 5). Dengan demikian anak yang diberikan itu haruslah diterima dengan penuh kasih sayang. Bagi orang tua mengasihi anak-anaknya merupakan suatu hal yang wajib karena anak merupakan manusia yang wajib disayangi orang tuanya. Hal ini tampak dalam Mzm 103: 13 “Seperti Bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia”. Dan Tit 2: 4 “Dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya”.

Selain itu orang tua berkewajiban untuk menerima dan mengasihi anak- anaknya dan perlulah mendidik atau mengajar anak-anaknya karena ini tugas pokok orang tua. Untuk mencapai hal tersebut orang tua perlulah mendidik anaknya dengan kesabaran, penuh pengertian dan di mana perlu ketegasan atau kekerasan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya” (Ams 19: 18). Di sini Amsal ingin menekankan bahwa ada kalanya orang tua juga perlu bertindak keras dan juga betul-betul mengenal anak. Dengan pendidikan yang baik maka anak akan membahagiakan orang tua. Ams 29: 17 mengatakan: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan suka cita kepadamu”. Ams 22: 6

mengatakan: “Didiklah orang muda menuntut jalan yang patuh baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Di sini jelas Amsal mau menekankan agar orang muda atau anak-anak didiknya sesuai dengan ajaran yang benar.

Demikianlah dasar-dasar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak yang mencakup sikap iman, ketaatan kepada ajaran Tuhan, tingkah laku atau hubungan dengan Allah. Itulah tugas yang harus dilaksanakan oleh orang tua, sebab Allah sendiri menghukum orang tua yang tidak mau mendidik anak- anaknya, I Sam 3: 13 mengatakan: “ Sebab telah kuberitahukan kepadanya bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka”.

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan 1136) dikatakan bahwa Orang tua mempunyai kewajiban berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral dan religius. Dalam Gravissimum Educationis (GE) art 3, dijelaskan bahwa orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik anak. Gereja memberi perhatian besar terhadap masalah pendidikan anak ini sebab pendidikan merupakan persoalan serius. Orang tua tidak bisa lepas tangan atau lari dari tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama dan utama yang hampir tak tergantikan bila tidak ada walaupun dengan alasan apapun.

Dalam mendidik anak orang tua mempunyai dua alasan kodrati yang jelas: pertama, bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Orang tua adalah sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptkan manusia baru.

Kelahiran anak bukan hanya persitiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi dorongan dan nasihatsaja. Kedua, anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Baik anak, pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena pendidikan yang baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar yang kuat untuk kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung jawab penuh atas pendidikan ini.

Mengingat tugas pendidikan orang tua kepada anak-anaknya dirasakan cukup berat maka Gereja dan negara berusaha membantu lewat pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian orang tua dapat memilih kebebasannya untuk menyekolahkannya di lingkungan pendidikan yang ada. Di sini bukan berarti tugas pendidikan orang tua lepas begitu saja, namun Gereja dan negara hanya membantu menyelenggarakan pendidikan di sekolah ataupun di luar sekolah.