• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 3”Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang

Dalam dokumen 3 NILAI SUMBER DAYA MANUSIA (Halaman 26-38)

yang menahan amarahnya serta mema`afkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. 3 ’Ali Imran : 134)

Rasul saw juga bersabda: ”Orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhary Muslim)

Dalam hadits yang lain Rasul saw juga bersabda: ”Seorang mu’min bukanlah seorang yang suka mencela (menista), mengutuk, dan mengucapkan kata-kata keji dan kata-kata kotor.” (HR. Turmudzi)

Kemampuan mengendalikan diri ketika berkuasa

Ciri orang kuat ketiga adalah apabila dia berkuasa dan tidak satupun yang dapat mengekangnya, maka tangannya tidak akan mengambil sesuatu melebihi haknya (yang bukan haknya). Hal yang demikian dilakukan karena sadar

bahwa perbuatan yang demikian dilarang. Bila hal yang demikian dilakukan maka berarti dia telah berkhianat kepada Allah, Rasul dan orang yang beriman. Nabi s.a.w telah bersabda: ”Bendahari yang amanah dan melaksanakan (menunaikan) apa yang diperintahkan dengan sempurna serta melakukannya dalam keadaan senang hati, menyerahkan (sesuatu) yang diperintahkan supaya diberikan. Maka dia termasuk sebagai seorang yang bersedekah.” (HR. Bukhary dan Muslim)

Dalam hadits yang lain Rasul s.a.w memperingatkan mereka yang diserahi amanah dan telah mendapatkan upah yang semestinya tetapi dipakai untuk mencari keuntungan pribadinya, maka mereka dianggap telah melakukan perbuatan korupsi. Beliau bersabda: “Barangsiapa yang kami angkat menjadi pegawai (karyawan) untuk mengerjakan sesuatu (tugas), kemudian kami beri dia upah yang semestinya (pantas), tetapi dia mengambil lebih (banyak) dari upah yang semestinya berarti dia telah (melakukan) korupsi (ghulul)” (HR. Abu Dawud).

Rasul saw juga bersabda: “Barangsiapa yang kami serahi tugas, kemudian menyembunyikan sekecil

yang harus dipikul pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim).

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan jangan pula kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. 8 Al Anfal : 27 - 28).

Pribadi yang baik itu ibarat kalimat yang baik, yakni seperti pohon yang baik seperti Allah gambarkan yang berakar teguh, cabangnya (menjulang) ke langit yang dapat memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Rasul saw bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik daripada orang mukmin yang lemah. Karena itu pegang

teguhlah setiap kebajikan yang akan memberi manfaat. Dan mohonlah pertolongan Allah, dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan: “Andaikata saya berbuat begini, pasti begini dan begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR. Muslim)

Ketika kami sedang memperbaiki (merenovasi) rumah kami Rasulullah saw lewat dan bertanya:” Hai apa yang sedang kalian lakukan?” ”Ya Rasulullah kami sedang merperbaiki rumah kami yang hampir rubuh.” jawab kami. Rasul menjawab: ”Saya rasa kematian akan lebih cepat daripada rubuhnya rumah kalian, (oleh karena lebih sibuklah

kalian memperbaiki akhlak kalian jangan cuma disibuki dengan memperbaiki rumah saja) (alhadits).

Nabi Muhammad saw bersabda dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Imam Muslim sebagai berikut: “Suatu ketika ada seorang lelaki membeli sebidang tanah dari seorang lelaki lainnya. Beberapa hari kemudian si pembeli menemukan tempayan yang berisi emas didalam tanah yang dibelinya. Maka datanglah si pembeli kepada si pemilik tanah yang dibelinya, katanya: ”Ambillah emas milikmu ini, karena sesungguhnya aku hanya membeli tanahmu saja dan aku tidak hendak membeli emas milkmu.” Si pemilik tanah malah berkilah dengan menyatakan: “Sesungguhnya aku telah menjual kepadamu tanah milikkku dan semua yang terkandung di dalamnya.” Ternyata kedua orang lelaki itu, si pembeli dan si penjual sama-sama tidak mau mengambil tempayan emas itu hingga akhirnya mereka meminta orang ketiga untuk memutuskan perselisihan diantara mereka. Orang ketiga yang menghakimi kedua orang yang baik ini bertanya: “Apakah kalian berdua mempunyai anak?”

Salah seorang menjawab: “Aku mempunyai seorang budak pria.” Sedang yang seorang lainnya menjawab: ““Aku mempunyai seorang budak wanita.” Orang ketiga berkata: “Kawinkanlah budak pria dan budak wanita milik kalian, kemudian nafkahilah mereka berdua dengan emas ini.” (Muhammad A. Aljundi, 101 Kisah Teladan, Mitra Pustaka, cetakan IX, Yokyakarta, 2004)

SDM bernilai tinggi dan bernilai rendah

SDM yang bernilai adalah SDM yang beriman, berilmu dimana iman dan ilmunya dipraktekannya dalam kehidupannya sehari-hari, kemudian pengalamannya itu diajarkan kepada orang lain. Sehingga semakin banyak orang yang mencontoh perbuatan baiknya. Oleh karenanya orang seperti ini patut dijadikan contoh dan diirii. Sebagaimana Rasul bersabda: ”Tidak boleh iri kecuali kepada dua orang. Pertama: Seorang yang Allah beri ilmu, diamalkannya kemudian diajarkannya kepada orang lain. Kedua: Seorang yang Allah beri harta, yang dengan harta itu ditegakkannya agama Allah. (HR. Bukhary dan Muslim)

Namun SDM yang bernilai tinggi adalah SDM yang dilandasi dengan hati yang bersih. Dari ’Abdullah bin Amir Rasulullah saw ditanya:”Ya Rasulullah siapakah orang yang paling utama?” Rasul saw menjawab: ”Setiap orang yang hatinya bersih dari iri hati dan dendam dan juga benar bicaranya.” Beliau ditanya lagi: ”Berbicara yang benar kami tahu, tetapi apa arti hati yang bersih dari iri hati dan dendam?” Rasul saw menjawab: ”Hati yang bersih dari iri hati dan dendam adalah hati yang tidak ada dosa, hati yang tidak ada niat jahat, hati yang tidak ada niat menipu dan hati yang tidak ada perasaan iri hati.” (HR. Ibnu Majah)

Kebalikan dari SDM yang bernilai tinggi adalah SDM yang bernilai paling rendah yakni SDM yang jahat: yang suka hidup menyendiri dan suka memukuli pembantunya serta kikir dengan pembantunya; SDM yang membenci orang dan orang benci kepadanya; SDM yang tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mau menerima permintaan maaf bahkan tidak (mau) memaafkan; SDM yang tidak dapat diharapkan kebaikannya dan (orang lain) tidak aman dari kejelekannya. Sebagaimana sabda Rasul saw : ” Inginkah engkau

kuberitahukan orang yang paling jahat diantaramu ?” Sahabat: ” Ingin ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Sejelek-jelek kamu adalah orang yang hidup sendirian, dia pukuli hambanya, tetapi dia tidak mau memberikan apa-apa kepadanya.” Selanjutnya beliau bertanya lagi kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau kuberitahukan orang yang lebih jelek dari itu ?” Sahabat: ” Ingin ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Itulah orang yang membenci orang lain dan mereka membencinya.” .Selanjutnya beliau bertanya lagi kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau kuberitahukan orang yang lebih jelek dari pada itu ?” Sahabat: ” Ingin ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Itulah orang yang tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mau menerima permintaan maaf bahkan tidak (mau) memaafkan.” Selanjutnya beliau bertanya lagi: ’ Inginkah engkau kuberitahukan orang yang lebih jelek dari itu ?” Sahabat: ” Ingin ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Itulah orang yang tidak dapat diharapkan kebaikannya dan (orang lain) tidak aman dari kejelekannya.”(HR. Thabrani)

orang mukmin yang lemah. Karena itu pegang teguhlah setiap kebajikan yang akan memberi manfaat. Dan mohonlah pertolongan Allah, dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan: “Andaikata saya berbuat begini, pasti begini dan begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR. Muslim)

Nilai SDM

Kebahagian hidup dengan menjadi hamba bermanfaat

2

Kebahagian atau kenikmatan hidup di dunia baik untuk diri sendiri atau untuk keberhasilan perusahaan didapat dengan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bersyukur sehingga berusaha selalu menjadi pribadi atau perusahaan yang memberi manfaat. Pribadi atau perusahaan yang bermanfaat akan berusaha melakukan perbuatan atau pekerjaan dengan baik. Kalau mereka beriman maka perbuatan atau pekerjaan yang baik itu akan didasarkan iman kepada Allah (ikhlas). Tentu saja pribadi atau perusahaan yang bermanfaat akan dapat menuai hasilnya kelak. Rasul saw bersabda:

“Menghemat dalam nafkah separo pendapatan (belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik adalah separo ilmu.” (HR. Ath-Thabrani)

“Seorang yang baik keislamannya ialah yang meninggalkan apa-apa yang tidak berkepentingan dengannya.” (HR. Tirmidzi)

“Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah

“Barangsiapa melakukan pemborosan (royal dan tabdzir) maka Allah akan mencegahnya dari perolehan (rezekiNya).” (HR. Asysyihaab)

“Orang yang membawa (mengangkut) sendiri barang dagangannya maka dia (akan) terbebas dari kesombongan.” (HR. Al-Baihaqi) Tidak boleh menjual buah-buahan sampai terbukti benar kebaikannya. (HR. Ath-Thahawi)

“Rasulullah Saw melarang penjualan karena terpaksa (dipaksa menjual karena terdesak kebutuhan) dan melarang penjualan dengan pemalsuan (penipuan).” (HR. Mashabih Assunnah)

“Orang kaya yang menunda-nunda (mengulur-ulurkan waktu) pembayaran utangnya adalah kezaliman.” (HR. Bukhari)

“Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik dalam membayar utangnya.” (HR. Bukhari)

“Waspadalah dan hindarilah do'a orang yang dalam kesulitan untuk membayar kembali utangnya.” (HR. Ad-Dailami)

Sebaliknya pribadi atau perusahaan yang SDMnya ingkar (kufur) nikmat maka mereka akan melakukan perbuatan atau pekerjaan asal jadi

atau sekedarnya saja. Perbuatan atau pekerjaan asal jadi adalah bentuk pengingkaran terhadap aturan Allah, Sang Maha Pemberi setiap apa yang diminta hamba-Nya, yang dapat merugikan kita semua. Allah berfirman:

”Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar.”(QS. 30 Ar Rum : 44-45)

”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).”(QS. 14 Ibrahim : 32-34)

Dalam dokumen 3 NILAI SUMBER DAYA MANUSIA (Halaman 26-38)

Dokumen terkait