• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN

4.6 Peran orangtua dalam pendidikan anak

4.6.2 Orangtua yang tidak peduli terhadap pendidikan anak

Belajar merupakan suatu strategi atau cara yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang di inginkan. Melalui cara belajar sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain sering sekali mengalami kesusahan yang mengakibatkan seseorang mandek (berhenti) belajar. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan anak dari seorang nelayan yang sedang mengecap pendidikan hanya ketergantungan belajar di sekolah mereka, jarang ditemui ada anak yang belajar dirumah, seperti belajar dimalam hari, anak di desa tersebut banyak yang hanya bermain, bekerja. Kita ketahui bahwasanya waktu belajar anak akan memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA terbatas diperkirakan 5 jam sampai 7 jam belajar, sedangkan waktu anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah mereka.

Untuk itu orangtua dan guru di sekolah harus memiliki hubungan yang baik, agar tercapainya target dalam menjadikan anak baik dalam hal pengetahuan dan perilaku anak. Peran aktif orangtua sangat dibutuhkan untuk anak saat dirumah atau berada di luar jam sekolah dimana orangtua harus memperhatikan waktu belajar anak, membimbing perilaku dirumah dan mengajari anak saat belajar. Anak dimasa sekolah sering mengalami

keterbatasan pengetahuan atau kurang mengerti pelajaran yang disampaikan guru maka dalam hal ini dibutuhkan pemahaman akan pelajaran kepada anak.

Orangtua memiliki hak dalam menentukan waktu belajar dan waktu istirahat malam. Namun kebanyakan dari orangtua di desa tersebut memiliki kesibukan masing-masing sehingga untuk memperhatikan anaknya dalam pendidikan itu sedikit diberikan dikarenakan kesibukan dalam bekerja , bahkan orangtua juga tidak mengetahui bahwasanya anaknya sampai tidak masuk sekolah. Hal ini didukung pada saat wawancara dengan Adi Bowo Sembiring dilapangan yaitu :

“bagaimana lah kami bisa perhatikan anak-anak ni sekolah atau gak sekolah, kami juga punya kesibukan masing-masing, subuh buta nanti awak sudah pergi kelaut, istri pun begitu juga pergi ke rumah tetangga bekerja mencuci dan memasak sebagai pembantu, mau tak mau mana bisa anak kami-kami perhatikan, mau dia sekolah, mau gak sekolah yang kami tau dia sudah pergi sekolah, kami serahkan seutuhnya sama dia, tak tau nya anak ni tak sekolah pulak, malah pergi dia cabut-cabut, mau apa lagi awak bilang kalau sudah terjadi, kesalahan awak nya itu tak bisa perhatikan dia pulak, ya barontilah sakolah anak ni, memang sudah begitu mungkin jalannya, apa mau dikata, awak pun tak pala marah.”

Hal ini senada dengan pendapat Ibu Hanisah Mulya yaitu : “orangtua di desa jika anaknya ada pr saja orangtua nya tidak tau dengan hal tersebut, mau anaknya ada pr mau tidak mana mau tau oran itu dek, orangtua disini kalau anaknya sekolah memberikan seutuhnya 100% kepada guru-gurunya, namun kalau anaknya nanti dimarahin barulah orangtua nya tau karena anaknya mengaduh sama mamak dan bapaknya, yang salah pasti guru lagikan dek.”

Pekerjaan orangtua sebagai nelayan memerlukan waktu yang cukup lama dan tenaga ektra. Menurut nelayan pekerjaan sebagai nelayan ini lah yang menyebabkan perhatiannya kepada anak-anaknya yang menjadikan masalah dalam pendidikan anaknya. Kesibukan orangtua yang menjadikan terhambatnya pendidikan anak mereka, bahkan orangtua yang bekerja sebagai nelayan juga merasa bahwasanya ia kurang tegasnya dalam mendidik anaknya terkhusus dalam pendidikan. Orangtua juga tidak mengetahui bahwasanya pendidikan itu sangatlah penting bagi setiap anak, dimana dengan pendidikan merupakan bekal untuk masa depan yang cerah, orangtua tidak mengetahui bahwasanya peran orangtua terhadap anaknya harus selalu aktif dalam memperhatikan pendidikan anaknya, orangtua juga tidak mengetahui nilai pendidikan pada anak harus ditanamkan. Orangtua tidak peka dengan hal tersebut, mereka hanya mementingkan pekerjaan saja, tanpa harus memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya.

Orangtua masalah pendidikan anaknya di sekolah orangtua tidak begitu mengetahui, seperti anak jika mempunyai tugas rumah (pr) orangtua tidak menanyakan hal tersebut kepada anak-anaknya, orangtua hanya memberikan hak seutuhnya kepada guru, tetapi jika anak sudah dimarahi gurunya disekolah orangtua sangat peka, sehingga tak jarang orangtua akan balik barahin gurunya. Jadi proses belajar antara guru dan murid tidak sejalan dengan semestinya yang telah diharapkan.

Namun pemaparan dari Ibu Hanisah Mulya sama dengan pendapat Ibu Sri Rahmadani pada saat dilapangan yaitu :

“gini kan dek memang kalau anak-anak ni dimarah jadi gak mau lagi dia sekolah besok-besoknya, tapi kalau di diamkan anak malah melunjak, jalan satu- satunya kami pihak sekolah kami panggil orangtua murid, mintak tolong kami agar anaknya diperhatikan setiap malam ditanya pr anaknya, terus ajari anaknya membaca, alhamdulilah dengan kami buat program seperti itu berjalan juga walau hanya 35 %, tapi sudah syukurlah dek, dari anak tadi sama sekali tak kenal hurup setelah ada peran orangtua jadi bisa anak tu mengeja dan menyatu-nyatukan hurup dek.”

Lembaga sekolah sendiri seperti guru sekolah SMP Sanawiyah sendiri masih ada yang peka akan hal yang terjadi di desa tersebut, para guru membuat program agar anak-anak di desa tersebut dapat mengenal hurup dan baca serta tulis dengan cara adanya bantuan orangtua dalam membimbing anak-anak tersebut, walau tidak mencapai 100 % tetapi dengan hal tersebut anak sudah bisa lebih baik dari sebelumnya. Harapannya agar setiap pihak sama-sama peduli dengan anak tersebut. Cara yang digunakan pihak sekolah adalah dengan cara memangggil orangtua murid meminta tolong agar orangtua lebih memperhatikan anak mereka, disaat mana orangtua lagi sibuk, tetap kasih sayang dan perhatian itu ada, tujuannya agar tercapainya nilai pendidikan yang lebih baik lagi dikemudian hari, sehingga yang tadinya hanya 35 % dikemudian hari bertambah 65%.

Dokumen terkait