HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Ordo Hemiptera
Jenis serangga yang ditemukan adalah Xylocoris sp dan Lyctocoris campetris, tergolong famili Anthocoridae. Serangga ini merupakan predator, bentuknya pipih dan pada bagian toraks triangular berwarna kecoklatan. Sayapnya transparan dan antenanya 8 ruas (Rees 2004; CAB International 2007).
a. Lyctocoris campetris
Panjang Lyctocoris campetrisdewasa 3,5 4 mm. Pada suhu 30°C Lyctocoris campetris membutuhkan sekitar 4 minggu untuk berkembang dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).
Gambar 18.Lyctocorissp. b. Xylocorissp.
Xylocoris sp. Sedikit lebih kecil dibanding Lyctocoris campetris. Nimfanya berwarna merah muda atau kuning. Xylocorissp. membutuhkan 22 hari untuk berkembang dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).
32 Upaya pengendalian serangga perusak kayu yang dilakukan oleh perusahaan kemasan kayu sesuai dengan ketentuan ISPM #15 adalah dengan perlakuan panas (Heat treatment/HT). Heat treatment dilakukan dengan cara kemasan kayu dipanaskan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga suhu inti kayu (wood core temperature) mencapai sekurang-kurangnya 56oC selama 30 menit. Pemanasan menyebabkan terjadinya degradasi selulosa yang ada dalam kayu. Menurut Jasni et al. (2004) bahwa kayu yang dipanaskan pada suhu di atas 180oC akan mulai terdegradasi kandungan kimianya, dalam hal ini yang akan terdegradasi pertama kali adalah hemiselulosa. Sebagaimana diketahui hemiselulosa atau selulosa merupakan makanan utama rayap. Oleh karena itu, dengan terdegradasinya hemiselulosa dalam kayu maka rayap dan serangga perusak kayu lainnya kurang mendapat makanan lalu cepat mati. Perlakuan panas dapat mematikan serangga uji sebesar 71,2% (Jasniet al. 2004). Dari hal tersebut maka perlakuan panas cukup efektif dalam mengendalikan serangga perusak kayu.
Hasil inventarisasi cendawan pada gudang kemasan kayu yang disurvei Dari hasil inventarisasi cendawan pada lima gudang kemasan kayu diketahui bahwa jenis-jenis cendawan yang ditemukan secara umum jenis cendawannya berbeda (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan cendawan tidak dipengaruhi oleh jenis kayu.
Berdasarkan hasil survei di 5 gudang menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis cendawan yang menginfestasi material kayu. Jenis cendawan tersebut umumnya merupakan cendawan yang tidak sempurna (imperfect fungi) yang terdiri dari Ordo Eurotiales, Moniliales, Dothideales, Tuberculariales. Namun hasil identifikasi juga memperlihatkan adanya beberapa jenis cendawan dari cendawan perfekti yang tergolong dalam Kelas Basidiomyctes dan Hypomyctes.
Tabel 4. Jenis-jenis cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu
Jenis Cendawan Keberadaan di Gudang
Ordo Famili Spesies
A B C D E Moniliales Eurotiales Dothideales Polyporales Agaricales Sordariales Dematiaceae Moniliceae Tuberculariaceae Trichocomaceae Dothioraceae Polyporaceae Schizophyllaceae Chaetomiaceae Stachyllidium pallidium CollybiaSp. Humicolasp. Gliomastixsp. Paecilomycessp. Fusarium roseum Aspergillus fumigatus Aerobasidiumsp. Phynoporus sanguineus Schizophyllum commune Chaetomiumsp Diademospora Conicomycessp.
Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama
Hasil Identifikasi cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu adalah sebagai berikut :
1. Paecilomyces sp.
Paecilomyces sp. dikelompokkan ke dalam Ordo Moniliales dan Famili Moniliaceae yang dicirikan dengan adanya phialospora atau konidia yang berbentuk fusi berkelompok sampai bebentuk jeruk dengan tangkai konidia lebih menyatu seperti sikat (Gambar 20). Di atas medium buatan, koloni Paecilomyces sp. tidak menghasilkan warna biru atau hijau seperti beberapa jenis cendawan lainnya. Paecilomyces sp. dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 37°C dan bersifat sebagai saprofitik.
34
Gambar 20.Paecilomyces sp. 2. Aspergillus sp
Gambar 21.Aspergillus sp
CendawanAspergillus sp. tergolong ke dalam Ordo Eurotiales dan Famili Trichocomaceae. Aspergillus sp. memiliki konidiaspora yang lebih terang berujung seperti bengkak memiliki phialid pada ujung apeks. Konidia cendawan ini memiliki satu sel dan sering kali membentuk variasi warna. Hifa dari cendawan ini bersepta dan hialin (Gambar 21).
3.Aureobasidiumsp.
Gambar 22.Aureobasidiumsp.
Cendawan Aureobasidium tergolong ke dalam Ordo Dothideales Famili Dothioraceae. Cendawan ini termasuk dalam golongan cendawan Dematiaceous yang memiliki batas Blastokonidia dan berwarna. Blastokonidia berkembang merata dalam bentuk yang bertumpuk atau berkelompok. Cendawan ini memiliki hifa yang bersepta dan hialin pada awal
pembentukannya dan berubah warna menjadi kecokaltan pada saat telah menua. Umumnya hifanya berukuran 2-10 µm tetapi sangat tebal dengan ukuran ketebalan 15-20 µm. Konidiospora cendawan Aureobasidium berukuran 4-6 x 2-3 µ m dalam satu sel, hialin dan berbentuk oval silindris (Gambar 22).
4. Stachylidiumsp.
Gambar 23.Stachylidium palladium
Cendawan Stachylidium palladium tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora yang berwarna gelap dan bercabang. Konidianya subhialin dan berwarna coklat dan bersel satu, berukuran kecil dan merupakan saprofitik pada bahan-bahan sayuran. (Gambar 23).
5. Collybiasp
Gambar 24. Collybia sp.
Cendawan Collybia sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki spora berukuran 4.8-6.4 x 2-2.8 (-3.5) µm dan berbentuk ellipsoid. Badan buah atau basidianya berukuran 17.5-21 x 4.8-5.6 µm. Apabila ditumbuhkan di atas medium buatan akan memperlihatkan ukuran diameter hifanya berkisar antara 3.5 - 8.4 µ m.. Cendawan ini kadang-kadang membentuk sklerotia pada kondisi yang kurang
36 menguntungkan. Sklerotia berwarna kuning gelap atau oranye sampai coklat muda (Antoninet al. 1997).
6. Pycnoporus sanguineus
Gambar 25.Pycnoporus sanguineus
Cendawan Pycnoporus sanguineus tergolong ke dalam Ordo Polyporales dan Famili Polyporaceae.
7. Schizophyllum commune
Cendawan Schizophyllum commune tergolong ke dalam Ordo Agaricales dan Famili Schizophyllaceae.
Gambar 26.Schizophyllum commune
8. Chaetomiumsp
Cendawan Chaetomium sp. tergolong ke dalam Ordo Sordariales Famili Chaetomiaceae. Cendawan ini memiliki hifa yang bersepta. Cendawan ini juga memiliki askus serta perithesium yang panjang dan berwarna coklat. Askosporanya terdiri dari satu sel berwarna coklat dan berbentuk lemon (Gambar 27). Askusnya berbentuk silindris dan mengeluarkan askospora dalam jumlah 4 sampai 8 buah. Cendawan ini banyak ditemukan menjadi patogen dan menginfeksi manusia.
Gambar 27.Chaetomium sp. 9. Humicolasp.
Gambar 28.Humicolasp
Cendawan Humicola sp tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora dengan cabang yang sederhana dan pendek. Memiliki satu sel dan beberapa spesies menghasilkan phialids dan phialospora secara berantai (Gambar 28). Cendawan ini banyak ditemukan sebagai cendawan safrofit dan merupakan cendwan termofilik.
10.Gliomastixsp.
Cendawan Gliomastix sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang hialin dan konidiaspora biasanya berkurang menjadi phialids yang lebih ssederhana. Konidiosporanya hialin sampai gelap dengan satu sel (Gambar 29).
38
Gambar 29. Gliomastixsp. 11.Fusarium roseum
Cendawan Fusarium roseum tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Tuberculariaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang memanjang di atas medium kultur. Miseliumnya berwarna merah muda dan kuning. Konidiasporanya bervariasi dan bercabang serta memiliki sporodokia. Konidianya hialin yang terdiri dari makrokonidia dan mikrokonidia dengan beberapa sel (Gambar 30).
Gambar 30.Fusarium roseum 12.Conicomyces sp.
Gambar 31.Conicomyces sp.
Cendawan Conicomyces sp. tergolong ke dalam Kelas Hypomycetes. Cendawan ini menghasilkan konidia secara langsung dari struktur vegetatif hifanya (Gambar 31).
Dari lima gudang yang diamati, pada gudang CV Mitra Pratama ditemukan paling banyak jenis cendawan. Di gudang ini ditemukan enam jenis cendawan. Sedangkan jenis cendawan yang paling sedikit ditemukan terdapat pada gudang CV Mitra Karya Utama, yaitu hanya dua jenis.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cendawan yang menginfestasi material kayu ditemukan di semua gudang dengan jenis cendawan yang berbeda (Tabel 4). Perbedaan jenis cendawan yang ditemukan pada gudang-gudang tersebut dapat disebabkan oleh (1) keadaan gudang atau kondisi kebersihan gudang, (2). jenis kayu atau material kayu yang ada, (3) kualitas kayu dan kondisi fisik gudang, serta (4). pengaturan tumpukan material kayu yang ada, dan (5). kesesuaian kondisi atau tempat hidup mikrooganisme atau cendawan.
Walaupun gudang PT Karuna Sumber Jaya memperlihatkan penyusunan material kayu yang rapi dan teratur serta terawat dan bersih, namun kebersihan di sekitar gudang belum memadai sehingga memudahkan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme. Pada Gudang PT Karuna Sumber Jaya ditemukan cendawan Stachylidium sp. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat saprofitik cendawan ini pada kayu kemasan yang telah melapuk. Spora cendawan ini sangat mudah untuk diterbangkan oleh angin atau terbawa air (Eliset al. 1951; Ellis and Hesseltine 1962; Edward 1959). Spora yang ada pada material kemasan kayu di sekitar gudang dapat masuk melalui perantaraan orang atau melekat pada material kayu yang lembab yang masuk ke gudang. Kayu yang masuk ke gudang seringkali masih dalam keadaan lembab sehingga spora cendawan yang menempel dengan mudah dapat berkembang dan tumbuh pada material kayu.
Demikian pula beberapa cendawan lainnya seperti Collybia sp.,Aspergillus fumigatus, Gliomastix sp., Aerobasidium sp. dan Aspergillus fumigatus yang ditemukan pada gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, PT Adi Putra Perkasa, CV Mitra Karya Utama dan CV Mitra Pratama dapat disebabkan oleh terbawanya sisa-sisa material kayu yang lembab sehingga dapat hidup pada tumpukan kayu yang lembab atau dapat disebabkan adanya kayu yang lapuk. Cendawan-cendawan tersebut juga merupakan mikroorganisme yang bersifat saprofit yang dapat hidup pada kayu yang lapuk dan material lain yang membusuk serta tumbuh dan berkembang pada kondisi yang lembab, kecuali cendawan
40 Gliomastix sp. dapat bertindak sebagai mikoparasit bagi cendawan lainnya (Raper and Fennel 1965; Ellis 1967; Brown and Kendrick 1958; Cooke 1959; Mulaset al. 2002).
Ditemukan pula keberadaan cendawan Pycnoporus sanguineus dan Schizophyllum commune yang merupakan cendawan yang dapat bersifat sebagai patogen tanaman. Hal ini disebabkan kedua cendawan tersebut dapat pula memarasit batang-batang atau bagian berkayu dari tanaman atau pohon. Keberadaannya di gudang tersebut dimungkinkan karena sporanya telah melekat pada batang kayu tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada kondisi yang sesuai untuk perkembangannya di dalam gudang, apalagi gudang yang tidak terawat atau kurang bersih .
Adanya cendawan Humicola sp. pada gudang PT Adi Putra Perkasa dapat disebabkan oleh terikut pada manusia saat pengangkutan kayu masuk ke dalam gudang. Hal ini karenaHumicola sp. diketahui dapat menginfeksi atau terikut pada manusia atau dapat pula keberadan cendawan Humicola sp. di dalam gudang karena cendawan ini merupakan cendawan tanah yang berada di sekitar perakaran dan menghambat pertumbuhan akar. Keberadaan di dalam gudang dapat terikut pada bagian material kayu yang masuk ke dalam gudang (Cooney and Emerson 1964; White and Downing 1953).
Cendawan Conicomyces sp., Fusarium roseum, Chaetomium sp. yang diisolasi dan identifikasi keberadaan dari material kayu di gudang PT Adi Putra Perkasa dan CV Mitra Karya Utama dapat dikarenakan ketiga jenis cendawan ini mampu menginfestasi kayu dan dapat menjadi patogen tanaman hutan. Namun keberadaannya dapat disebabkan oleh terikut dari material kayu yang diambil dari pertanaman dan terbawa hingga ke dalam gudang. Cendawan F. roseum merupakan cendawan yang banyak ditemukan sebagai cendawan tanah dan dapat berada di dalam jaringan pengangkutan tanaman atau pohon yang berkayu. Sporanya dapat hidup pada suhu rendah dan dapat diterbangkan oleh angin dan konidianya dapat tersebar melalui batang yang terinfeksi oleh cendawan ini sehingga keberadaannya di dalam gudang diduga karena konidia terikut pada bagian material kayu (Toussoun dan Nelson 1968).
Keberadaan cendawanPaecilomycessp. di dalam gudang CV Mitra Pratama diduga dikarenakan cendawan banyak ditemukan sebagai parasit serangga atau entomopatogen (Brown dan Smith 1957). Sehingga diduga keberadaannya di dalam gudang karena terbawa oleh serangga yang terikut pada material kayu.
Ditemukannya beberapa jenis cendawan yang berbeda pada gudang yang berbeda pula menunjukkan bahwa penanganan atau manajemen gudang perlu lebih diperhatikan untuk menghindari terjadinya infestasi cendawan yang bersifat safrotik atau ikutan pada kayu dan cendawan-cendawan yang berpotensi sebagai patogen penyebab penyakit yang bisa terbawa oleh material kayu. Dibutuhkan pula perlakuan-perlakuan khusus terhadap cendawan sehingga tidak memungkinkan cendawan tersebut untuk tumbuh dan berkembang.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pallet yang diproduksi oleh kelima gudang digunakan untuk kemasan berbagai macam komoditas yang dikirimkan ke berbagai negara, yang merupakan negara-negara yang telah menerapkan ISPM #15. Meskipun Indonesia baru melakukan persiapan penerapan ISPM #15, akan tetapi belum ada notifikasi yang ditujukan oleh negara-negara lain berkaitan dengan kemasan kayu. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya laporan notifikasi mengenai kemasan kayu (Lampiran 1). Tidak adanya klaim dari negara lain akan adanya OPK pada kemasan kayu dimungkinkan karena perlakuan terhadap kayu kemasan, diantaranya dengan heat treatment dan fumigasi, yang mampu mematikan OPK.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada dua gudang yang tidak ditemukan serangga OPK (Tabel 1). Tidak ditemukannya serangga OPK pada gudang tersebut disebabkan beberapa hal yaitu : (1). kebersihan gudang (2). jenis kayu, (3). kualitas kayu dan (4). kondisi fisik gudang dan (5). pengaturan tumpukan kayu. Pada Gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dan CV Mitra Pratama gudang terawat sehingga bersih, tumpukan teratur dan rapi. Selain itu pengaturan keluar masuknya kayu atau pendistribusian kayu terpisah antara kayu yang baru datang dan yang sudah lama, kayu yang akan
42 Tabel 5. Nama Negara Tujuan Pengirimanpallet dan peruntukan Kemasan
Gudang
A B C D E
Nama Negara Tujuan PengirimanPallet Jepang, Filipina, Korea, New Zealand, USA, Kanada Jepang, Australia Korea, Belanda, USA, Australia, Cina, Hongkong, Jepang Korea Eropa, Jepang, Australia
Peruntukan Kemasan Pallet untuk keramik, elektronik dan bahan
kimia
Pallet Palletuntuk elektronik, mesin, teh, plastik, minuman, bahan kimia, kosmetik Pallet untuk elektronik Pallet untuk elektronik dan bahan kimia Keterangan :
A = PT Karuna Sumber Jaya
B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry C = PT Adi Putra Perkasa
D = CV Mitra Karya Utama E = CV Mitra Pratama
diberi perlakuan dan sudah diperlakukan dengan uap panas sampai pada kayu yang sudah dimarking dan siap ekspor gudangnya terpisah. Kondisinya sangat baik sehingga kemungkinan untuk ditemukan serangga hama menjadi sangat kecil karena manajemen gudang sudah sangat baik berdasarkan ISPM #15. Selain karena manajemen gudang yang sangat baik juga jenis kayu yang disimpan adalah jenis kayu yang berkualitas yaitu kayu hutan (Merbau) untuk gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry sedangkan pada gudang CV Mitra Pratama kayu kecapi dan pinus dengan umur kayu yang dipanen tua, yaitu 8 tahun untuk kayu kecapi dan pinus. Jenis kayu tersebut memang bersifat tahan terhadap serangan hama. Pada gudang CV Mitra Pratama juga dilakukan perlakuan dengan insektisida pada kayu sebelum diolah jadi pallet sehingga ketahanan kayu sangat tinggi. Namun demikian, pengaruh karakteristik gudang terhadap jumlah OPK
yang ditemukan tidak mewakili seluruh populasi gudang perusahaan eksportir kayu kemasan di Indonesia karena jumlah gudang yang dijadikan sampel sangat terbatas, yaitu 5 gudang.
Selama ini cara pengendalian cendawan perusak kayu yang dilakukan oleh perusahaan kemasan kayu sesuai dengan ketentuan ISPM #15 adalah dengan perlakuan panas (Heat Treatment/HT). Pemanasan menyebabkan terjadinya degradasi selulosa yang ada dalam kayu. Menurut Jasniet al. (2004) bahwa kayu yang dipanaskan pada suhu di atas 180oC akan mulai terdegredasi kandungan kimianya, dalam hal ini yang akan terdegradasi pertama kali adalah hemiselulosa. Hemiselulosa juga dapat mendegradasi komponen kayu lainnya. Hemiselulosa bersifat higroskopis (mudah menyerap air) sehingga kayu menjadi mudah diserang cendawan pelapuk. Dengan terdegradasinya hemiselulosa akibat aplikasi panas maka sifat higroskopis kayu dapat dikurangi sehingga menjadikan kayu lebih tahan terhadap serangan cendawan dan serangga sehingga kayu menjadi lebih awet. Perlakuan panas cukup efektif untuk mengendalikan cendawan perusak kayu (Nicholas 1987).
Cara pengendalian Organisme Perusak Kayu yang dilaksanakan di 5 gudang yang disurvei adalah denganheat treatment. Fumigasi sebagai perlakuan tambahan yang dilaksanakan di bawah pengawasan karantina diberlakukan pada semua gudang, kecuali gudang PT Karuna Sumber Jaya, karena negara tujuan tidak mempersyaratkan. Untuk gudang CV Mitra Pratama memberlakukan perlakuan tambahan lainnya, yaitu penyemprotan insektisida terhadap kayu. Perlakuan yang diterapkan untuk pengendalian OPK tersebut diatas dapat mengendalikan hama, hal ini terbukti tidak ditemukannya hama pada kayu yang telah dijadikan kemasan. Hingga saat ini fumigasi sebagai salah satu pengendalian organisme perusak kayu masih menggunakan metil bromida, meskipun telah diketahui bahwa senyawa kimia ini sangat berbahaya terhadap lingkungan karena dapat merusak ozon. Namun demikian, mulai 2015 penggunaan metil bromida sebagai bahan fumigasi akan dilarang, sehingga dibutuhkan perlakuan terhadap kayu yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh negara tujuan ekspor. Setelah penggunaan metil bromida dilarang di negara-negara berkembang pada tahun 2015, maka akan ada perubahan prinsip dalam kegiatan pengendalian hama gudang. Jika
44 sebelumnya pengendalian hama dilakukan dengan memberantas hama setelah terjadi serangan hama, maka sistem baru adalah mencegah sebelum terjadi serangan hama.
KESIMPULAN
Keberadaan jenis serangga pada kayu kemasan dipengaruhi oleh kondisi gudang dan jenis kayu yang digunakan. Sedangkan keberadaan cendawan tidak dipengaruhi oleh kondisi gudang dan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan.
Jenis serangga yang ditemukan dari hasil survei adalah Xystrocera sp., Batocera sp., Carpophilus sp.,Sinoxylon anale, Hololepta sp., Ahasverus advena dan Lophocateres sp., Coptotermes havilandi, Macrotermes, Cryptotermes, Tetraponerasp., Dolichoderussp., danXylocorisspp. Dari seluruh serangga yang ditemukan selama survei, yang tergolong sebagai serangga perusak kayu adalah Xystrocera sp. Batocera sp., Carpophilus sp., Sinoxylon anale, Coptotermes havilandi, Macrotermes,dan Cryptotermes.
Jenis cendawan yang ditemukan dari hasil survei adalah Stachyllidium pallidium, Diademospora, Collybia Sp. Phynoporus sanguineus, Schizophyllum commune, Aspergillus fumigatus, Chaetomium sp , Humicola sp.,Gliomastix sp., Conicomyces sp.,Fusarium roseum, Paecilomyces sp. danAerobasidiumsp. Dari seluruh cendawan tersebut yang tergolong sebagai OPK adalah Chaetomium sp , Conicomycessp., danFusarium roseum.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai jenis OPK pada kayu yang akan digunakan sebagai bahan kemasan dengan jumlah gudang sampel perusahaan eksportir kayu kemasan yang telah menerapkan ketentuan ISPM #15 dalam jumlah yang lebih banyak dan penggunaan yang lebih intensif agar mendapatkan hasil yang lebih lengkap.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai keefektifan beberapa jenis perlakuan dalam mengendalikan organisme perusak kayu pada kemasan kayu sesuai ketentuan ISPM #15.