• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisme perusak kayu pada bahan baku kemasan kayu dan usaha pengendaliannya dalam persiapan implementasi ISPM # 15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Organisme perusak kayu pada bahan baku kemasan kayu dan usaha pengendaliannya dalam persiapan implementasi ISPM # 15"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAN USAHA PENGENDALIANNYA DALAM PERSIAPAN IM PLEM ENTASI ISPM # 15

YANI DAW Y

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN M ENGENAI TESIS DAN SUM BER INFORM ASI

Dengan ini saya menyat akan bahwa t esis dengan judul Organism e Perusak Kayu pada Bahan Baku Kemasan Kayu dan Usaha Pengendaliannya dalam Persiapan Implement asi ISPM #15 adalah karya saya dengan ar ahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal at au dikut ip dari karya yang dit erbit kan maupun t idak dit erbit kan dari penulis lain t elah disebut kan dalam t eks dan dicant umkan dalam Daft ar Pust aka di bagian akhir t esis ini.

Bogor, Februari 2009

(3)

YANI DAW Y. W ood Destroying Organisms on W ood Packaging M aterials and Their Control to Support The Preparation of Implementation of ISPM #15. Supervised by I W AYAN W INASA and IDHAM SAKTI HARAHAP.

Wood packaging mat erials usually used as case, w ooden barrel, pallet , and dunnage w ere com monly made of low qualit y and various kinds of raw w ood, w hich could be a pot ent ial source and t ransfer agent for Wood Dest roying Organisms (WDO). Appropriate regulat ion need t o be applied t o pr event t his WDO t ransport ed world wide. FAO in M arch 2002 has aut horized Int ernat ional St andard for Phyt osanit ary M easures (ISPM #15) cont aining The Guidelines for Regulat ing Wood Packaging M aterials in Int ernat ional Trade as a st andard guideline t o regulat e t he condit ions and quarantine measures for wood packaging. This resear ch was aimed t o follow t he pat hway of t he preparat ion of raw wood for wood packaging mat erials and t o survey t he species of WDO which possibly infest ed t hose woods. Observat ion was carried out by t aking wood samples in five war ehouses owned by companies w hich preparing wooden pallet s or other kinds of w ood packaging mat erials, as w ell as t hose ow ned by export er’s in Jakart a and the vicinit y areas. WDOs f ound from t his observat ion w ere 7 species of insect s and 3 species of fungi.

(4)

RINGKASAN

YANI DAW Y. Organisme Perusak Kayu Pada Bahan Baku Kemasan Kayu Dan Usaha Pengendaliannya dalam Persiapan Implement asi ISPM #15. Dibimbing oleh I WAYAN WINASA dan IDHAM SAKTI HARAHAP.

Kemasan kayu yang biasanya digunakan untuk pet i, t ong kayu,pallet,dunnage, dan lain-lain umumnya t erbuat dari berbagai jenis kayu ment ah dan bermut u rendah, sehingga sangat berpot ensi m enjadi sumber dan media pembaw a organisme perusak kayu (OPK). Penerapan at uran, syarat dan tindakan karant ina t erhadap kemasan kayu harus dilaksanakan unt uk mencegah OPK ini menyebar di seluruh dunia. FAO pada M aret 2002 t elah mengesahkan International St andar f or Phyt osanit ary M easures (ISPM #15) t ent ang Guidelines for Regulat ing Wood Packaging M at erial in Int ernat ional Trade sebagai suatu pedoman st andar dalam mengat ur syarat -syarat dan t indakan karant ina bagi kemasan kayu. Penelit ian ini bert ujuan unt uk menelusuri jalur penyiapan kayu unt uk bahan kemasan dan menget ahui jenis-jenis OPK pada kayu yang akan digunakan sebagai bahan kemasan.

Pengambilan sampel OPK dilakukan dengan cara mengambil serangga yang dit emukan dan m engambil bagian kemasan kayu yang t erserang pat ogen pada lima gudang perusahaan pembuat anpallet kayu at au bahan baku kemasan kayu lainnya, yang dimiliki eksport ir yang berada di w ilayah DKI Jakart a dan sekit arnya, yait u PT Karuna Sumber Jaya, PT Vict ory Cemerlang Indonesia Wood Indust ry, PT Adi Putra Perkasa, CV M it ra Karya Ut ama dan CV M it ra Prat ama.

Dari penelit ian ini disimpulkan bahw a keberadaan jenis serangga pada kayu kemasan dipengaruhi oleh kondisi gudang dan j enis kayu yang digunakan. Sedangkan keberadaan cendawan t idak dipengaruhi oleh kondisi gudang dan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan. Dalam penelit ian ini dit emukan 7 spesies seran gga dan 3 spesies cendawan yang t er golong sebagai OPK. Jenis serangga yang dit emukan dari hasil survei yang t ergolong sebagai serangga perusak kayu adalah Xyst rocera sp. Bat ocerasp., Carpophilus sp.,Sinoxylon anale, Copt ot ermes havilandi, M acrotermes,dan Crypt ot ermes. Jenis cendawan yang dit emukan dari hasil survei yang t ergolong sebagai OPK adalahChaet omiumsp ,Conicomycessp., danFusarium roseum.

(5)

Hak Cipt a dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian at au seluruh karya t ulis ini t anpa mencant umkan at au menyebut kan sum bernya. Pengut ipan hanya unt uk kepent ingan pendidikan, penelit ian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan krit ik, at au t injauan suat u masalah; dan pengut ipan t ersebut t idak merugikan kepent ingan yang wajar IPB.

(6)

ORGANISM E PERUSAK KAYU PADA BAHAN BAKU KEM ASAN KAYU DAN USAHA PENGENDALIANNYA DALAM PERSIAPAN

IM PLEM ENTASI ISPM # 15

YANI DAW Y

Tesis

sebagai salah sat u syarat unt uk memperoleh gelar M agist er Sains pada

Program St udi Ent omologi-Fit opatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

Kayu dan Usaha Pengendaliannya dalam Persiapan Implement asi ISPM # 15

Nama M ahasisw a : Yani Daw y

NRP : A451064094

Diset ujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M .S Dr. Ir. Idham Sakt i Harahap, M .Si Ket ua Anggot a

Diket ahui

Ket ua Program St udi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Entomologi/ Fit opatolo gi

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyusun TESIS yang berjudul, ORGANISM E PERUSAK KAYU PADA BAHAN BAKU KEM ASAN KAYU DAN USAHA PENGENDALIANNYA DALAM PERSIAPAN IM PLEM ENTASI ISPM #15 Penelit ian ini bertujuan untuk menelusuri jalur penyiapan kayu unt uk bahan kemasan, mengetahui jenis-jenis OPK pada kayu yang akan digunakan sebagai bahan kemasan, dan perlakuan yang diberikan unt uk pengendalian OPK yang ada. Penelit ian dilakukan dalam bent uk survei yang dilaksanakan di gudang kayu kemasan di wilayah Jakart a, Agust us sampai Okt ober 2008.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa, M .S dan Bapak Dr. Ir. Idham Sakt i Harahap, M .Si selaku pembimbing yang t elah memberikan bimbingan, arahan, krit ik dan saran. Dan Badan Karant ina Pert anian yang t elah memberikan Beasisw a, juga kepada Balai Besar Uji St andar Karant ina Pert anian at as bant uan fasilit as sarana maupun prasarana selama pelaksanaan penelit ian. Semoga amal dan kebaikan akan senant iasa dilimpahkan rahmat dan karunia.

Penulis juga mengucapkan t erima kasih kepada suami A.Faisal dan anakku Fani, kedua orang t uaku tercinta, kakak dan adik, atas kasih sayang, dukungan mat eri dan doa yang tiada hent i. Kepada Ibu Sylvia, Nurjanah, Fahri, Dani, M enda, Ida, M orisa, dan t eman-t eman Program Khusus Karant ina t erima kasih at as bant uannya dan kebersamaan selama penulis mengikut i st udi di Sekolah Pascasarjana IPB. Akhir kat a semoga karya t ulis ini bermanfaat .

Bogor, Februari 2009

(9)

Penulis dilahirkan pada t anggal 25 Juni 1968 di Ujung Pandang sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua penulis adalah bapak Daw y Dalle dan M aemunah. Penulis menikah dengan Achmad Faisal pada t ahun 1998.

(10)
(11)

a.Copt ot ermessp. ... 29

b.M acrotermessp. ... 30

c.Crypt ot ermessp. ... 30

4. Ordo Hemiptera ... 31

a.Lyct ocoris campet ris ... 31

b.Xylocoris sp. ... 31

Hasil invent arisasi cendaw an pada gudang kemasan kayu ... 32

1. Paecilomyces sp. ... 33

2. Aspergillus sp. ... 34

3. Aureobasidium sp. ... 34

4. St achylidium sp. ... 35

5. Collybia sp. ... 35

6. Pycnoporus sanguineus ... 36

7. Schizophyllum commune ... 36

8. Chaet omium sp. ... 36

9. Humicola sp. ... 37

10. Gliomast ix sp. ... 37

11. Fusarium roseum ... 38

12. Conicomyces sp. ... 38

KESIM PULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Karakt eristik Gudang ... 19

2. Skoring Karakteristik Gudang t erhadap adanya OPK ... 21

3. Hasil invent arisasi pada 5 gudang kemasan kayu yang disurvei ... 22

4. Jenis-jenis cendaw an yang dit emukan pada kemasan kayu ... 33

(13)

Halaman

1. Kondisi Gudang PT. Karuna Sumber Jaya ... 16

2. Kondisi Gudang PT. Vict ory Cem erlang Indonesia Wood Indust ry ... 17

3. Kondisi Gudang PT Adi Putra Perkasa ... 17

4. Kondisi Gudang CV. M itra Karya Ut ama ... 18

5. Kondisi Gudang CV. M itra Pratama ... 18

6. Carpophilussp. ... 24

7. Hololeptasp. ... 25

8. Sinoxylon anale ... 25

9. Xyst rocera fest iva ... 26

10. Bat ocerasp. ... 27

11. Ahasverus advena ... 27

12. Lophocat eressp. ... 28

13. Tetraponerasp. ... 28

14. Dolichoderus sp. ... 29

15. Copt ot ermessp. ... 30

16. M acrot ermessp. ... 30

17. Crypt ot ermessp. ... 30

18. Lyct ocorissp. ... 31

19. Xylocoris sp... 31

20. Paecilomycessp. ... 34

21. Aspergillussp. ... 34

22. Aureobasidium sp. ... 34

23. St achylidium palladium ... 35

24. Collybiasp. ... 35

25. Pycnopor us sanguineus ... 36

26. Schizophyllum commune ... 36

27. Chaet omiumsp. ... 37

28. Humicolasp. ... 37

29. Gliomast ixsp. ... 38

30. Fusarium roseum ... 38

(14)

DAFTAR LAM PIRAN

Halaman

(15)

Latar Belakang

Kemasan kayu yang biasanya digunakan untuk peti, tong kayu, pallet, dunnage, dan lain-lain merupakan unsur penting dalam pengangkutan berbagai komoditas, untuk keperluan domestik atau internasional, dengan frekuensi

kebutuhan yang sangat tinggi. Bahan baku kemasan kayu di Indonesia dihasilkan

dari Hutan Tanaman Industri dan Hutan Rakyat (Rismayadi 2008). Kemasan kayu

pada umumnya terbuat dari berbagai jenis kayu mentah dan bermutu rendah,

sehingga sangat berpotensi menjadi sumber dan media pembawa Organisme

Perusak Kayu (OPK) dalam perdagangan internasional, khususnya

serangga-serangga penggerek kayu dan beberapa jenis cendawan. Upaya untuk menghindari

keberadaan dan penyebaran OPK melalui kemasan kayu dapat dilakukan secara

dini melalui tindakan pencegahan pada tahapan pemilihan dan pengumpulan jenis

kayu. Berdasarkan uraian dan alasan tersebut di atas, beberapa negara menerapkan

aturan dan syarat tertentu mengenai kemasan kayu tersebut dalam perdagangan

internasional (Badan Karantina Pertanian 2007).

Penerapan aturan, syarat dan tindakan karantina terhadap kemasan kayu

harus dibuat secara profesional, sehingga dapat diterima seluruh negara. Penerapan

aturan ini dibuat agar tidak mengakibatkan hambatan yang serius bagi kelancaran

perdagangan. Dalam kaitan tersebut, FAO menetapkan suatu standar pedoman

bagi semua negara anggotanya dalam mengatur syarat-syarat dan tindakan

karantina bagi kemasan kayu yang digunakan untuk mengangkut komoditas dalam

perdagangan internasional. FAO melalui Interim Commission on Phytosanitary Measures (ICPM) pada Maret 2002 telah mengesahkanInternational Standard for Phytosanitary Measures (ISPM #15) tentang Guidelines for Regulating Wood Packaging Material in International Trade. Melalui ISPM #15 tersebut, OPT yang terdapat di dalam kemasan kayu yang masuk ke dalam suatu negara tujuan ekspor,

harus diperiksa, diidentifikasi jenisnya, dan dihitung populasinya. Hal ini

dilakukan agar didapatkan suatu data pendukung untuk menunjang aplikasi aturan

(16)

2

Indonesia sebagai anggota FAO juga telah mempersiapkan diri untuk

menerapkan ISPM #15 yang diatur dalam bentuk Undang-Undang, Keputusan Presiden (Keppres) dan Peraturan Pemerintah/PP (Badan Karantina Pertanian

2007). Sebagai negara tropis Indonesia memilki kondisi iklim dan ekologi yang

berbeda dengan negara-negara subtropis yang juga secara tidak langsung

berpengaruh terhadap keberadaan OPK. Oleh karena itu, dalam penerapan ISPM

#15 terhadap kemasan kayu diperlukan fleksibilitas dan modifikasi perlakuan

selama tidak bertentangan dengan aturan standar ISPM #15. Sebagai contoh,

aturan standar ISPM #15 menganjurkan perlakuan terhadap kemasan kayu yang

digunakan dalam pengiriman komoditas ekspor dengan cara pemanasan pada suhu

56°C minimal selama 30 menit. Namun untuk kondisi iklim tropis seperti

Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi tentunya

mempunyai keragaman serangga perusak dan mikroba penyebab penyakit yang

juga lebih tinggi, konsekuensinya dibutuhkan perlakuan pemanasan pada suhu

yang sedikit berbeda dengan standar yang telah ditetapkan di negara subtropis.

Pengendalian terhadap OPK pada kemasan kayu perlu dilakukan untuk

mendukung dan menunjang implemetasi ISPM #15. Pengendalian serangga

perusak kayu biasanya dilakukan dengan cara fumigasi atau penyemprotan

insektisida.

Beberapa jenis serangga dan mikroba yang umum ditemukan atau terbawa

pada kemasan kayu dan dapat menyebabkan kerusakan, diantaranya adalah

kumbang kulit kayu, penggerek kulit kayu, kumbang tepung, rayap kayu kering

dan kumbang penggerek batang (Robinson 1989), sedangkan mikroba perusak

kayu seperti cendawan tambang dan cendawan kulit kering (Thomasson et al 2006).

OPK tersebut di atas sering juga ditemukan pada tanaman hutan atau

kemasan kayu yang berasal dari tanaman kayu rakyat. OPK tersebut diduga dapat

terbawa dan tersebar melalui potongan kayu yang digunakan sebagai bahan

kemasan kayu untuk pembuatan peti, tong kayu, pallet, dan dunnage. Survei pendahuluan di beberapa perusahan pembuatan pallet memperlihatkan adanya gejala kerusakan akibat OPK pada kemasan kayu yang akan digunakan. OPK

(17)

Menurut Speight dan Wylie (1986) serangga dan mikroba tersebut di atas

merupakan serangga dan mikroba yang umum ditemukan pada hutan-hutan tropis

seperti di Indonesia. Kebanyakan dari gejala kerusakan dan OPK ditemukan di

tempat penumpukan atau penggergajian. Selain itu, ditemukan pula serangga lain

dengan berbagai gejala serangan, misalnya lubang dan tepung di sekitar bekas

gerekan. Keberadaan organisme yang diduga sebagai perusak kayu tersebut dapat

terjadi karena beragamnya jenis dan mutu kayu yang digunakan sebagai bahan

dasar kemasan kayu. Mutu dan jenis kayu yang beragam dapat menjadi sumber

infestasi OPK karena adanya sumber makanan dengan berbagai komposisi bahan

kimia dan fisik kayu yang berbeda (Thomassonet al 2006).

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

keberadaan OPK dalam kemasan kayu yang dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk mendukung persiapan inplementasi ISPM #15 dalam perdagangan

internasional.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri jalur penyiapan kayu untuk bahan

kemasan dan mengetahui jenis-jenis OPK pada kayu yang akan digunakan sebagai

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kemasan Kayu dan ISPM #15

Seluruh komponen kemasan kayu adalah bahan organik, kecuali bahan

pengikatnya, sehingga mudah sekali berinteraksi dengan kondisi lingkungannya,

baik kondisi fisik maupun biotik. Stabilitas dimensi kemasan kayu dapat menjadi

rendah karena sifat higroskopis yang dimilikinya, sehingga mudah berikatan

dengan uap air di sekitarnya, atau melepaskan uap air pada saat kondisi di

sekitarnya kering. Disamping itu, aspek yang sangat penting adalah bahwa kayu

sebagai material organik merupakan sumber nutrisi bagi banyak jenis organisme,

terutama serangga dan cendawan (Rismayadi 2008).

Umumnya kemasan kayu terbuat dari kayu mentah yang rendah mutunya

sehingga sangat berpotensi menjadi media penyebaran organisme pengganggu

tumbuhan khususnya serangga penggerek kayu. Oleh karena itu, banyak negara

yang menerapkan syarat-syarat dan tindakan karantina yang cukup ketat terhadap

kemasan kayu tersebut. Untuk mengatur hal tersebut dan untuk menghindari

terjadinya hambatan terhadap kelancaran perdagangan, FAO memandang perlu

untuk menetapkan suatu standar sebagai pedoman bagi semua negara dalam

mengatur syarat-syarat dan tindakan karantina bagi kemasan kayu yang digunakan

untuk mengangkut komoditas dalam perdagangan intemasional. Standar tersebut

adalah Guidelines for Regulating Wood Packaging Material in International Trade (ISPM #15) yang telah disahkan olehInterim Commission on Phytosanitary Measures (ICPM) pada Maret 2002 (FAO 2006).

Tujuan ISPM #15 ini adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan

perlakuan dan sertifikasi terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam

pengangkutan komoditas ekspor. Dalam dokumen ini dijelaskan tentang cara-cara

perlakuan dan sertifikasi serta syarat-syarat dan tata cara penilaian terhadap

perusahaan yang akan ditunjuk untuk melaksanakan perlakuan dan sertifikasi

terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengangkutan komoditas ekspor.

Jenis-jenis kayu yang perlu disertifikasi adalah :

(19)

kayu, penopang, pengganjal dan sejenisnya yang digunakan dalam

pengangkutan komoditas ekspor

b) Pengecualian dari ketentuan huruf (a) adalah kemasan kayu yang terbuat dari

kayu yang diolah dengan menggunakan perekat, panas, dan/atau tekanan

seperti kayu lapis (plywood, veneer, dan particle board/lembaran kayu yang ketebalannya kurang dari 6 mm).

Sertifikasi

Sertifikasi dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi kemasan kayu atas

penunjukan Kepala Badan Karantina Pertanian dengan membubuhkan logo

(marking) pada bagian samping pallet yang telah jadi dengan jelas berdasarkan aturan yang telah ada.

Perusahaan yang dapat diregistrasi untuk melaksanakan perlakuan dan

sertifikasi sebagaimana yang dimaksud dalam ISPM #15 ini adalah perusahaan

yang memproduksi kemasan kayu dan memberikan jasa pengemasan terhadap

pihak ketiga, berdomisili di Indonesia dan merupakan Badan Hukum Indonesia.

Syarat-syarat registrasi meliputi administrasi dan teknis.

Badan Karantina Pertanian bertindak selaku regulator dari ketentuan

kemasan kayu terhadap semua aktivitas perusahaan kemasan kayu/wood packing house (Pusat Karantina Tumbuhan 2006).

Sifat-sifat Kayu

Susunan unsur kimia kayu terdiri dari 50% Carbon, 6% Hidrogen, 44%

Oksigen, dan sedikit unsur lainnya. Komposisi kimia kayu terutama tersusun oleh

tiga bahan polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Substansi-substansi

lain yang dijumpai didalam kayu adalah nitrogen, pektin, gula dengan berat

molekul rendah, zat-zat ekstraktif dan mineral. Selulosa merupakan bagian

terbesar yang terdapat dalam kayu (39 55%), lignin (18 32%), hemiselulosa

(21 24%), zat ekstraktif (2 6%), dan mineral (0,2 2%). Ciri-ciri struktural

yang dapat diamati secara makroskopis adalah lingkaran-lingkaran tahun, jari-jari,

serat kayu, mata kayu serta struktur kayu teras dan gubal. Kayu gubal yang berada

(20)

6

berfungsi lagi, hanya berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis. Pada

kayu teras terdapat endapan-endapan bahan organik berupa beberapa jenis zat

ekstraktif, seperti senyawa fenol dan resin yang berpengaruh terhadap keawetan

kayu (Rismayadi 2008).

Perbedaan komposisi kimia dan struktur kayu akan memberikan pengaruh

terhadap sifat keawetan dan kekuatan (sifat fisis mekanis) kayu. Kayu-kayu kelas

rendah yang biasa dipakai sebagai bahan bangunan seperti kayu sengon, afrika,

rasalama, puspa, nangka, suren mengandung banyak kandungan selulosa dan

hemiselulosa, serta sedikit sekali mengandung zat-zat ekstraktif yang berguna

sebagai mekanisme kimia pertahanan kayu terhadap organisme perusaknya.

Akibatnya, kayu-kayu kemasan yang banyak menggunakan jenis kayu tersebut

diatas merupakan sumber makanan yang potensial bagi banyak organisme

(Rismayadi 2008).

OPK yang Mungkin Terbawa pada Kemasan Kayu

Fakta yang berkembang di lapangan adalah bahwa berbagai serangga dan

cendawan telah disebarkan melalui distribusi kemasan kayu antar negara melalui

proses perdagangan internasional. Beberapa OPK yang tersebar melalui distribusi

kemasan kayu adalah Cryptotermes cynocephalus dan Coptotermes formosanus. C. cynocephalus(rayap kayu kering) sangat umum terdapat di Indonesia dan telah menyebar di hampir semua negara beriklim tropis karena pada masa lalu peredaran

peti kemas kayu tidak diawasi (Rismayadi 2008). Serangga-serangga lain yang

dapat menjadi OPK pada kayu bahan kemasan diantaranya adalah kumbang kulit

kayu dan penggerek kulit kayu.

Kumbang kulit kayu

Kumbang kulit kayu, Hylurdrectonus araucariae (Coleoptera : Scolytidae) merupakan serangga hama yang umum ditemukan pada pohon berkayu dan

beberapa spesiesnya menyerang pohon yang berdaun lebar. Genus Hylurdrectonus memiliki beberapa ratus spesies dengan berbagai gejala kerusakan yang

(21)

Kumbang dewasa dapat ditemukan dengan mudah bersama telur, larva dan

pupa dalam ranting pohon yang diserang. Baik larva dan serangga dewasa

bertanggung jawab terhadap kerusakan yang terjadi. Serangga ini dapat ditemukan

di daerah Papua. Serangga dewasa betina meletakkan telur dalam bentuk

kelompok dan ditempatkan di bawah kulit kayu secara sejajar. Telur menetas

menjadi larva dengan bantuan getah kayu yang kadang kala dikelilingi oleh spora

cendawan bernoda biru. Larva berukuran panjang 6 sampai 7 mm berwarna putih

susu, silindris dengan bagian atas kepala berwarna coklat pucat atau kuning tua.

Larva akan membentuk kepompong dan keluar menjadi menjadi serangga dewasa

di dalam kulit kayu dengan ukuran panjang 6 mm (Gray 1976).

Penggerek kulit kayu

Kumbang penggerek kulit kayu (Ernobius molli) tergolong ke dalam ordo Coleoptera, famili Anobiidae. Kumbang ini dapat merambat melalui kerusakan

yang terjadi pada tiang pagar dan kayu. Namun kumbang ini dapat pula ditemukan

pada kayu yang keras, dan menyebabkan terbentuknya lubang kecil (Hickin 1968).

Imago betina dapat meletakkan telur 20 sampai 30 butir yang ditempatkan di

dalam celah-celah kulit kayu. Telur menetas 2-3 minggu setelah diletakkan.

Kepompong umumnya terbentuk dalam waktu satu atau dua minggu. Kepompong

akan keluar menjadi serangga dewasa selama periode waktu diantara bulan Mei

dan Agustus. Serangga dewasa berukuran 3 sampai 6 mm, berwarna merah atau

coklat muda, ditandai dengan terbentuknya rambut-rambut berwarna sutera kuning

(Creefield 1991).

Rayap kayu kering

Rayap kayu kering (Cryptotermes spp.) pada umumnya ditemukan pada kayu kering, misal kayu yang berstruktur. Biasanya rayap ini memperluas sarangnya

dengan memakan kayu ke segala arah, dan adakalanya meninggalkan rongga,

namun bagian luar kayu yang terinfestasi terlihat normal. Gejala serangan akibat

rayap kayu kering biasanya ditandai dengan adanya serbuk pada bagian yang

(22)

8

Serangga dewasa yang bersayap (laron) berukuran 7 sampai 11 mm, tumbuh

dan berkembang dari sarang dan kerumunan. Setelah penerbangan singkat, mereka

akan hinggap dan melepaskan sayapnya. Serangga dewasa betina akan menarik

perhatian serangga dewasa jantan untuk datang, setelah serangga dewasa betina

dan jantan bertemu selanjutnya mencari tempat yang cocok, misalnya pada retakan

tiang kayu. Mereka kemudian mulai membuat lubang pada kayu dan menunggu

hingga sarang tertutup untuk kawin pada setiap koloninya. Perkembangan koloni

berjalan lambat. Dalam setahun, raja dan ratu hanya dapat memproduksi 3 atau 4

larva. Larva berukuran 1 mm berwarna putih transparan, larva berkembang

menjadi pekerja, prajurit atau laron. Laron berwarna pucat dengan ukuran rongga

dada sekitar 5 mm dengan kepala lebih gelap (Thomassonet al. 2006).

Rayap tanah

Rayap tanah merupakan rayap yang paling banyak menyerang kayu

konstruksi pada suatu bangunan gedung. Kelompok rayap ini bersarang di dalam

tanah, tetapi mampu menjangkau objek-objek serangannya yang berada jauh di

atas permukaan tanah. Dari pusat sarang di dalam tanah ke objek-objek tersebut

rayap terhubung melalui saluran-saluran tanah yang disebut sebagai liang

kembara, sebagai jalan bagi rayap sekaligus sebagai tempat perlindungan. Oleh

karena itu, setiap serangan oleh rayap ini ditandai oleh adanya tanah liang kembara

rayap (Rismayadi 2008). Spesies rayap tanah yang terdapat di Indonesia adalah

Nasutitermessp. danMacrotermessp. (Borroret al. 1983).

Kumbang tepung

Kumbang tepung (Lyctus brunneus) merupakan hama hutan dan umumnya menjadi penyebab utama kerusakan perabotan, peralatan olahraga, lantai blok

kayu dan pengerjaan kayu halus. Stadium larva merupakan fase yang paling

merusak (Eaton dan Hale 1993).

Serangga dewasa betina bertelur jika kandungan kanji kayu cukup tinggi dan

meletakkan telur ke dalam pori-pori kayu keras dan lebar. Telur yang diletakkan

oleh betina dewasa berkisar antara 30 dan 50 telur, berwarna keputih-putihan,

(23)

minggu. Larva berwarna putih susu dan berukuran 6 mm saat berkembang

sempurna dan berubah menjadi kepompong antara dua sampai empat minggu di

dekat permukaan kulit kayu.

Serangga akan keluar menjadi serangga dewasa dengan cara menggigit kulit

kepompong. Serangga dewasa berukur panjang 5 mm, berwarna coklat kemerahan,

tipis dan agak rata. Umumnya serangga keluar dari kepompong sekitar bulan Juni

dan Agustus.

Siklus hidup serangga ini berlangsung antara satu sampai tiga tahun dengan

menginfestasi berbagai macam kayu dengan bergantung pada kondisi lingkungan

(Robinson 1989).

Kumbang penggerek kayu

Kumbang penggerek kayu (Euophryum sp.) merupakan serangga yang menginfestasi dan merusak kayu yang lembab dan kayu yang telah membusuk

Serangga ini lebih umum ditemukan merusak kayu yang membusuk akibat adanya

infeksi primer oleh cendawan pada bagian sel epidermis kayu dan menyebar

secara lokal pada bagian kayu yang masih sehat (Eaton dan Hale 1993).

Serangga dewasa betina mengeluarkan telur secara satu per satu, khususnya

dalam lubang yang dipindahkan. Telurnya mengkilap, putih, lentur serta rata di

salah satu ujungnya. Telur menetas menjadi larva setelah 16 hari.

Larva berada dalam terowongan yang dibuat pada bagian dalam kayu selama

enam bulan sampai satu tahun. Larva berwarna putih susu berbentuk C, berkerut

dan tidak bertungkai. Larva berkembang menjadi kepompong dan menempati

permukaan dalam kayu selama dua hingga tiga minggu.

Serangga dewasa akan keluar dari kepompong dengan cara menggerek kulit

kepompong, dan umumnya terjadi pada saat musim kering atau panas. Serangga

dewasa berukuran panjang 2,5 sampai 5 mm, berwarna coklat kemerahan sampai

hitam. Serangga ini memiliki moncong yang panjang, tubuh silindris dan tungkai

pendek. Serangga dewasa dapat bertahan hidup hingga lebih dari setahun (Hickin

(24)

10

Cendawan Tambang

Cendawan tambang (Fibroporia vaillantii) menginfeksi dan merusak kayu dan menyebabkan terjadinya pembusukan kayu dan mengakibatkan kulit kayu

menjadi kering. Lebih lanjut dijelaskan bahwa akibat infeksi dari cendawan ini

akan mengakibatkan permukaan kayu yang membusuk terpecah menjadi beberapa

bagian persegi.

Cendawan membentuk percabangan hifa atau miselium yang berwarna

putih, menyerupai pakis. Benang-benang hifa sangat lentur pada saat kering.

Cendawan ini memiliki sporongospora berbentuk pelat berwarna putih, tidak

beraturan dengan kedalaman yang bervariasi antara 2 sampai 12 mm.

Sporongospora memiliki spora yang berwarna putih dan sulit terlihat dalam jumlah

yang besar, memperlihatkan miselium cendawan dan sporongospora pada ujung

tangkai miselium

Busuk kering

Penyakit busuk kering disebabkan oleh cendawan Serpula lacrymans Cendawan ini memiliki hifa yang berwarna kuning keputih-putihan, coklat

kekuning-kuningan. Sporongospora cendawan tersebut berwarna kuning susu

seperti pelat tipis hingga kemudian coklat zaitun. Spora cendawan ini

berkelompok dan berwarna coklat zaitun.

Cendawan ini menginfeksi kayu-kayu yang lembab pada bagian akar dan

bersentuhan langsung dengan tanah dan hidup di dalam tanah dan batu-batuan

yang ada di sekitar pertanaman.

Gejala serangan akibat infeksi cendawan ini memeprlihatkan adanya

keretakan kayu, terjadinya penggelembungan permukaan dan menimbulkan

(25)

Regulasi ISPM #15

Kemasan yang menggunakan bahan baku kayu mentah yang dapat menjadi

media penyebaran OPK dapat berupa pallet, kayu penopang (dunnage), krat kayu (crates), kayu pengganjal (packing block), tong kayu (drums), papan bantu untuk bongkar muat barang (load boards), rangka pallet (pallet collars) dan penyangga (skids).

Kemasan kayu yang tidak terkena aturan ISPM #15 adalah kayu yang proses

pembuatannya menggunakan lem, panas, dan tekanan atau kombinasinya, seperti

kayu lapis (plywood), partikel kayu (wood particle),oriented strand board,veneer, veneer peleer cores, serbuk kayu gergajian (sawdust), serat kayu (wood wool), kayu serutan (shaving), potongan kayu mentah berbentuk potongan yang ketebalannya kurang dari 6 mm.

Berdasarkan ketentuan ISPM #15, kayu kemasan harus memenuhi syarat :

bebas dari kulit kayu, bebas dari infestasi OPK (hama kayu), bersih dari tanah dan

atau kotoran, tidak keropos atau lapuk, bebas dari lubang gerekan serangga, kadar

air (kelembaban) dari kayu kurang dari 15%, bebas dari cendawan, tidak banyak

mata kayu, tidak retak maupun patah-patah (FAO 1995).

Landasan hukum penyelenggaraan tindakan perlakuan dan sertifikasi

terhadap kemasan kayu dalam perdagangan internasional sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan

Tumbuhan.

2. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi

Piagam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan.

4. Keputusan Republik Indonesia No. 22 Tahun 1977 juncto Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 45 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi

Perlindungan Tanaman Internasional (International Plant Protection Convention).

5. Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/OT.210/1/2001 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Pertanian sebagaiman telah diubah dengan

(26)

12

6. Keputusan Menteri Pertanian No. 99/Kpts/OT.210/2/2001 tentang

Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian sebagaimana

telah diubah dengan keputusan Menteri Pertanian No. 354.1/Kpts/OT.210/

7/2001.

7. Pasal IV Ayat 1 Huruf (a) Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional

(International Plant Protection Convention).

8. ISPM #15 International Standard for Pytosanitari Measures tentang Guidelines for Regulating Word Packaging Material in International Trade.

Perlakuan panas (Heat treatment/HT)

Perlakuan terhadap kemasan kayu yang sesuai ketentuan ISPM #15 di

antaranya adalah perlakuan panas (Heat Treatment/HT). Perlakuan panas merupakan perlakuan dengan menggunakan pemanasan secara buatan (artifisial)

dalam sebuah tungku pemanas yang memenuhi persyaratan. Fasilitas yang

dianggap ideal untuk perlakuan panas adalah Kiln Drying (KD), yang dilengkapi dengan peralatan ukur dan pengkondisi atmosfer ruangan.

Prosedur pelaksanaan perlakuan panas yang sesuai dengan ketentuan

ISPM#15 adalah sebagai berikut :

1. Kayu ditumpuk sesuai ketentuan di dalamKiln Drying (KD).

2. Thermocouple dipasang pada kayu yang paling tebal dan keras dengan posisi

di bawah, tengah dan atas secara diagonal.

3. Suhu inti kayu ditunggu sampai dengan 56oC.

4. Dibuat laporan perlakuan panas.

5. Bahan baku disortir.

6. Tahap persiapan pengeringan dengan cara menyusun kayu di dalam ruang

pengering berdasarkan jenis dan ukuran kayu dengan susunan bersilang bata,

pintu ruangan pengering (KD) ditutup dan dipastikan semua instrumen dalam

kondisi normal, semua katup (valve) yang menuju KD dan boiler dibuka, kemudiancontroller dan panel KD dinyalakan.

(27)

1-2oC padawet bulb, kadar air (Moisture Content/MC) awal dan suhu inti kayu dicatat di dalam form dan diperiksa setiap 6 jam.

8. Tahap pengeringan utama (Main Drying), didasarkan pada MC kayu rata-rata, dry bulb dan wet bulb diatur sesuai dengan jadwal pengeringan sampai MC akhir (final MC).

9. Tahap pengkondisian (Conditioning), bertujuan untuk mencegah terjadinya perbedaan kerapatan kayu yang tinggi antara lapisan tengah dan luar. Proses

ini dilakukan dengan cara dry bulb dan wet bulb diatur setelah MC kayu mencapai 1% di bawah MC yang diinginkan.Conditioning berlangsung selama 1 jam x tebal kayu (cm), jadwal yang digunakan adalah dengan menambahkan

3-5oC padawet bulb. Jadwal tersebut berdasarkan pada MC kayu rata-rata. 10. Tahap pendinginan (Cooling Down), dilakukan dengan cara tombol controller

(28)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Pengamatan dan identifikasi jenis dan populasi OPK dilakukan di

Laboratorium Entomologi Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Jakarta.

Penelitian dalam bentuk survei dilaksanakan pada 5 gudang eksportir yang

memakai kayu kemasan, yaitu PT Karuna Sumber Jaya yang berlokasi di Cilengsi,

PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry di Depok, PT Adi Putra Perkasa

di Cicurug, CV Mitra Karya Utama di Bekasi, dan CV Mitra Pratama di Cikarang.

Penelitian dilaksanakan pada Agustus sampai dengan Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kayu bahan

kemasan, alkohol 70%, media Potato Dextrose Agar (PDA), kertas saring dan akuades steril. Alat-alat yang digunakan adalah botol-botol koleksi untuk

penyimpanan serangga yang ditemukan pada kemasan kayu, gergaji, pahat, kaca

pembesar dan mikroskop stereo yang digunakan untuk melakukan identifikasi

terhadap jenis serangga yang ditemukan selama melakukan survei.

Metode Penelitian

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyusuri tumpukan kayu di

gudang kayu basah, kayu kering dan gudang palet pada 5 gudang kayu kemasan,

yaitu PT Karuna Sumber Jaya, PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry,

PT Adi Putra Perkasa, CV Mitra Karya Utama dan CV Mitra Pratama. Pada setiap

gudang dilakukan 2 kali survei. Pengambilan sampel OPK dengan cara mengambil

serangga yang ditemukan dan mengambil bagian kemasan kayu yang terserang

patogen. Bahan baku kayu kemasan yang diamati adalah tumpukan kayu yang

belum diberi perlakuan yang berlokasi di gudang penyimpanan. Tumpukan kayu

yang diamati sebagai sampel adalah yang terletak di keempat sudut ruangan dan di

tengah, sementara sisi yang diamati adalah sisi bagian luar (bagian atas dan

(29)

Identifikasi Organisme Perusak Kayu (OPK)

Identifikasi OPK untuk jenis serangga dilakukan dengan cara pengamatan

langsung di bawah mikroskop stereo dan diidentifikasi menggunakan kunci

identifikasi Rees (2004), Gullan & Cranston (2000), serta Crop Protection Compendium (CABInternational 2007). Sedangkan identifikasi OPK untuk jenis cendawan dilakukan dengan menumbuhkan cendawan pada kertas blotter dan dilanjutkan dengan media PDA. Setelah cendawan tumbuh maka dilakukan

pengamatan untuk mengetahui jenis-jenis cendawan yang ditemukan pada sampel

kayu kemasan. Cendawan yang ditemukan diidentifikasi menggunakan Crop Protection Compendium(CABInternational 2007).

Analisis Data

OPK yang ditemukan dan telah diidentifikasi, dipisahkan menurut

spesiesnya, dan dihitung jumlah populasinya dalam setiap sampel. Hasil survei

dibuat dalam bentuk tabulasi, dan pemberian skor terhadap karakteristik gudang

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Gudang

Gudang PT Karuna Sumber Jaya memperlihatkan penyusunan material kayu

yang rapi dan teratur, namun kebersihan di sekitar gudang belum memadai

sehingga memudahkan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis

mikroorganisme perusak kayu (Gambar 1).

Gambar 1. Kondisi gudang PT Karuna Sumber Jaya

Gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry terawat dan bersih,

tumpukan kayu teratur dan rapi. Jenis kayu yang disimpan pada gudang PT

Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry adalah jenis kayu yang berkualitas,

yaitu kayu hutan (Merbau). Manajemen gudang PT Victory Cemerlang Indonesia

Wood Industry dilakukan dengan baik; pengaturan keluar masuknya kayu atau

pendistribusian kayu terpisah antara kayu yang baru tiba dan kayu yang sudah

lama, kayu yang akan diberi perlakuan dan sudah diberi perlakuan dengan uap

(31)

Gambar 2. Kondisi gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry

Gudang PT Adi Putra Perkasa masih berupa ruangan yang belum tertutup

rapi dan lantainya masih berupa tanah. Secara umum kondisi gudang tersebut

belum terawat baik (kotor). Penumpukan kayu di gudang tersebut disusun sangat

rapat dan sangat tinggi sehingga kondisi tersebut dapat mendukung perkembangan

berbagai organisme perusak kayu (Gambar 3).

Gambar 3. Kondisi Gudang PT Adi Putra Perkasa

Pada Gudang CV Mitra Karya Utama penyusunan kayunya tidak beraturan,

di gudang tersebut belum dilakukan pemisahan ruangan antara kayu yang baru

tiba, kayu yang telah lama dan kayu yang belum diberi perlakuan. Secara umum

kondisi gudang tersebut belum terawat baik (kotor). Pada gudang ini terjadi

(32)

18

Gambar 4. Kondisi Gudang CV Mitra Karya Utama

Gudang CV Mitra Pratama terawat dan bersih, tumpukan kayu teratur dan

rapi. Di gudang CV Mitra Pratama produksi kayunya sedikit, sehingga tidak

pernah terjadi penumpukan stok yang banyak. Pengaturan kayu dilakukan dengan

baik, telah dilakukan pemisahan antara kayu yang baru tiba dan kayu yang sudah

lama, kayu yang akan diberi perlakuan dan sudah diberi perlakuan dengan uap

panas sampai pada kayu yang sudah dimarking dan siap ekspor gudangnya

terpisah. Jenis kayu di gudang CV Mitra Pratama adalah kayu kecapi dan pinus

dengan umur kayu yang dipanen tua, yaitu 8 tahun. Pada gudang CV Mitra

Pratama juga dilakukan perlakuan kayu dengan insektisida pada kayu sebelum

diolah jadipallet, sehingga ketahanan kayu sangat tinggi (Gambar 5).

Gambar 5. Kondisi Gudang CV Mitra Pratama

Secara umum kondisi sanitasi gudang masih kurang baik, dari hasil survei

diketahui bahwa Gudang PT Karuna Sumber Jaya dan gudang CV Mitra Pratama

sanitasinya cukup baik. Kondisi sanitasi gudang pada kelima gudang kemasan

kayu sangat berpengaruh terhadap perkembangan organisme perusak kayu.

Lima gudang yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel kayu

(33)

kayu yang digunakan sebagai bahan untuk kemasan. Umumnya jenis kayu yang

banyak digunakan adalah albasia dan kecapi. Dari lima gudang yang diamati, tiga

diantaranya menggunakan kayu jenis tersebut. Selengkapnya mengenai

karakteristik gudang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Gudang

Gudang -Jumlah Kayu dalam

Gudang

Persawahan Perumahan Persawahan Pertokoan Perumahan

Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

Dari data karakteristik gudang dapat dibuat skoring yang dikaitkan dengan

(34)

20

Semakin tinggi skor karakteristik suatu gudang maka semakin baik kondisi gudang

tersebut. Jika kondisi gudang semakin baik dan OPK yang ditemukan pada gudang

tersebut pun semakin rendah, atau sebaliknya, maka kondisi gudang dianggap

berpengaruh terhadap adanya OPK.

Berdasarkan hasil skor karakteristik gudang (Tabel 2), maka skor tertinggi

dicapai oleh gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, diikuti CV

Mitra Pratama, PT Karuna Sumber Jaya, PT CV Mitra Karya Utama dan yang

paling rendah adalah PT Adi Putra Perkasa. Jika dilihat dari jumlah serangga

perusak kayu yang ditemukan, maka gudang dengan kondisi yang terbaik dan

menengah (PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dan CV Mitra

Pratama) menunjukkan tidak ditemukannya serangga perusak kayu sama sekali.

Demikian pula untuk gudang yang terburuk (PT Adi Putra Perkasa) menunjukkan

bahwa jumlah serangga perusak kayu yang ditemukan adalah yang terbanyak.

Serangga perusak kayu dalam jumlah terbanyak dijumpai pula pada gudang

dengan kondisi menengah (PT Karuna Sumber Jaya). Pada gudang dengan kondisi

menengah lainnya ditemukan serangga perusak kayu dalam jumlah sedikit (CV

Mitra Karya Utama). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik gudang

berpengaruh terhadap jumlah serangga yang ditemukan dalam gudang

penyimpanan bahan kemasan kayu. Skor karakteristik gudang dengan kondisi

menengah dan cukup baik menunjukkan jumlah serangga perusak kayu yang

ditemukan.

Ahasverus advena dan Lophocateres sp. adalah serangga gudang, tetapi bukan merupakan OPK. Ditemukannya kedua jenis serangga ini pada gudang kayu

kemasan dimungkinkan karena di sekitar gudang (PT Karuna Sumber Jaya dan PT

Adi Putra Perkasa) terdapat komoditas lain, yaitu pakan ternak.

Spesies cendawan yang tergolong OPK yang ditemukan dari penelitian

adalah Fusarium roseum, Chaetomium sp. dan Conicomyces sp. Berbeda dengan jumlah serangga yang ditemukan, maka jumlah cendawan yang tergolong OPK

tidak dipengaruhi oleh kondisi gudang. Hal ini dibuktikan dengan tingginya

jumlah cendawan yang ditemukan pada gudang dengan kondisi menengah (CV

(35)

Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, dan gudang dengan kondisi

terburuk, yaitu CV Adi Putra Perkasa, tidak ditemukan cendawan OPK.

Tabel 2. Skoring Karakteristik Gudang terhadap adanya OPK

Gudang -Jumlah Kayu dalam

Gudang

A = PT Karuna Sumber Jaya; B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry; C = PT Adi Putra Perkasa; D = CV Mitra Karya Utama; E = CV Mitra Pratama

Skoring :

-Lantai Bangunan : Semen = 1, Tanah = 0

-Dinding Bangunan : Permanen = 1, Semi Permanen = 0

-Penempatan Kayu dalam Gudang : Teratur = 2, Kurang Teratur = 1, Tidak Teratur = 0 (termasuk Ditumpuk sampai penuh)

-Kebersihan : Baik = 2, Kurang = 1, Kotor = 0 -Pencahayaan : Terang = 1, Cukup Terang = 0

(36)

22

Hasil Inventarisasi Serangga

Berdasarkan hasil survei pada 5 gudang kemasan kayu, diperoleh beberapa

jenis serangga hasil inventarisasi yang terdapat pada kemasan kayu yang

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil inventarisasi pada 5 gudang kemasan kayu yang disurvei

Jenis Serangga Jumlah yang ditemukan

(ekor) di Gudang

Xystrocera sp * Batocera sp *

Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

*) : Organisme Perusak Kayu

Berdasarkan Tabel 3, ordo serangga yang banyak ditemukan adalah

Coleoptera. Ordo ini ditemukan pada tiga gudang. Ketiga gudang tersebut adalah

(37)

Utama. Berdasarkan jenis kayu yang digunakan untuk kemasan, ketiga gudang

tersebut memiliki kesamaan jenis kayu yang digunakan, yaitu menggunakan kayu

albasia. Ini menunjukkan ada kemungkinan ordo serangga tersebut cocok hidup

pada kayu albasia.

Ordo Isoptera ditemukan pada dua gudang, yaitu gudang PT Karuna Sumber

Jaya dan PT Adi Putra Perkasa, ditemukan bagian bawah tumpukan kayu.

Dikaitkan dengan jenis kayu yang digunakan untuk kemasan, kedua gudang ini

memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu menggunakan kayu jenis albasia,

rambutan, durian, dan kecapi. Oleh karena itu, ada kemungkinan ordo jenis ini

menyukai keempat jenis kayu tersebut. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan

komposisi kimia dan struktur kayu akan memberikan pengaruh terhadap sifat

keawetan dan kekuatan (sifat fisis mekanis) kayu. Kayu-kayu kelas rendah yang

biasa dipakai sebagai bahan bangunan seperti kayu sengon, afrika, rasalama,

puspa, nangka, suren mengandung banyak kandungan selulosa dan hemiselulosa,

serta sedikit sekali mengandung zat-zat ekstraktif yang berguna sebagai

mekanisme kimia pertahanan kayu terhadap organisme perusaknya (Rismayadi

2008).

Dua ordo serangga lainnya yang tidak termasuk OPK, yaitu Hymenoptera

dan Hemiptera hanya ditemukan pada satu gudang, yaitu gudang CV Mitra Karya

Utama. Dari jenis kayu yang ditemukan, ada indikasi bahwa selain disukai

Coleoptera, albasia juga disukai oleh kedua ordo serangga ini. Berdasarkan tidak

ditemukannya serangga pada dua gudang penyimpanan (PT Victory Cemerlang

Indonesia Wood Industry dan CV Mitra Pratama), ada indikasi bahwa kayu

merbau, eki, kecapi, manii, dan pinus tidak disukai oleh serangga. Dilihat dari

spesies serangga yang ditemukan pada kemasan kayu, spesies dari ordo Coleoptera

merupakan spesies yang paling banyak ditemukan (Tabel 3). Dari tiga gudang (PT

Karuna Sumber Jaya, PT Adi Putra Perkasa, dan CV Mitra Karya Utama), ada

tujuh spesies yang tergolong dalam ordo ini. Sedangkan banyaknya spesies dari

tiga ordo serangga lainnya, yaitu Isoptera, Hymenoptera dan Hemiptera

berturut-turut adalah tiga, dua dan satu spesies. Jumlah spesies serangga terbanyak

ditemukan pada gudang PT Karuna Sumber Jaya, yaitu sebanyak 7 spesies

(38)

24

1. Ordo Coleoptera

Terdapat 7 spesies serangga ordo Coleoptera yang ditemukan, yaitu

Xystrocera sp. dan Batocera sp. (Cerambycidae), Carpophilus sp. (Nitidulidae), Sinoxylon anale (Bostrichidae), Hololepta sp. (Histeridae), Ahasverus advenadan Lophocateres sp. (Sylvanidae). Dari ketujuh spesies yang ditemukan ini hanya empat spesies yang merupakan OPK, yaitu Xystrocera sp. dan Batocera sp. (Cerambycidae), Carpophilus sp. (Nitidulidae), serta Sinoxylon anale (Bostrichidae).

a. Famili Nitidulidae

Carpophilussp.

Ciri spesifik serangga dewasa yang ditemukan adalah elitra pendek dan dua

ruas abdomen terakhir terlihat dengan jelas. Serangga dewasa berukuran 2 mm

berwarna merah karat dengan spot yang tidak begitu jelas pada elitra (Gambar 6).

Tiga ruas terakhir dari antena membentuk struktur seperti gada (Rees 2004).

Gambar 6. Carpophilussp. (Yani Dawy 2009) (Ket. : a : spot pada elitra, b : dua ruas terakhir dari abdomen terlihat dengan jelas dan c : antena yang ujungnya membesar (clubbed)

(39)

b. Famili Histeridae

Hololepta sp yang tergolong dalam famili ini mempunyai ciri spesifik hampir sama dengan famili Nitidulidae, yaitu dua ruas terakhir dari abdomen

terlihat dengan jelas. Serangga dewasa berwarna hitam tanpa spot dengan ukuran

2,5 mm (Gambar 7), serangga ini ditemukan di gudang PT Karuna Sumber Jaya.

Serangga famili Histeridae merupakan serangga predator pada hama perusak kayu

(Rees 2004).

Gambar 7 Hololeptasp c. Sinoxylon anale(Bostrichidae)

Sinoxylon anale merupakan famili Bostrichidae berdasarkan hasil identifikasi yang ditemukan pada penyimpanan kayu dengan ciri-ciri tubuh

berbentuk silindris berukuran 5 mm dan berwarna coklat tua (Gambar 8).

Gambar 8 Sinoxylon anale (a : kepala , b : duri pada tepi protoraks, c : antena dan d : duri )

Kepala menekuk ke bawah dan jika dilihat dari atas seperti bersembunyi di

bawah pronotum. Pada bagian tepi pronotum terdapat duri. Antena berbentuk sisir

(40)

26

Serangga ini ditemukan di gudang PT Karuna Sumber Jaya, PT Adi Putra Perkasa,

dan CV Mitra Karya Utama. Serangga ini merupakan serangga yang menyerang

kayu albasia.

Beberapa spesies dari famili Bostrichidae seperti S. anale danS. conigerum merupakan hama yang sangat merusak pada kayu dan bambu. Inangnya adalah

Acacia mangium, Kompassia melaccensis, Dalbergia spp, Delonix spp, Havea brasiliensis, Leucaena spp, Mallotus spp, Shorea spp, Terminalia spp, Xylia spp (Walker 2008).

d. Cerambycidae

Xystrocera festiva tergolong dalam famili Cerambycidae dan disebut juga sebagai penggerek albisia. Xystrocera festiva menyerang kayu Albizia falcata, A. chinensis, A. lebbeck, A. stipulata, A. sumatrana, Pithecolobium lobatum, Theobroma dan Coffea (Kalshoven 1981). Serangga ini mempunyai antena panjang. Serangga ini menyebabkan spot kecoklatan pada kayu, kemudian

mengering dan menghitam. Serangga ini ditemukan di gudang PT Adi Putra

Perkasa.

Gambar 9 Xystrocera festiva e. Batocera sp.

(41)

Gambar 10 Batocera sp.

f. Ahasverus advenae

Ahaverus advenae tergolong famili Silvanidae dengan ciri spesifik yaitu terdapat duri pada setiap sisi pada pronotum (Gambar 11). Serangga dewasa

berbentuk datar dengan ukuran 2 mm (Gambar 11), berwarna merah kecoklatan,

dan pronotum agak lebar. Tiga ruas terakhir dari antena berbentuk gada (clubbed) dan agak panjang (Smithet al. 1990).

Gambar 11 Ahasverus advena g. Lophocateres

Menurut Rees (2004) merupakan serangga scavenger bersifat predator, elitra longitudinal ridges berwarna coklat tua (coklat gelap). Kumbang biji-bijian Siam

(42)

28

Gambar 12. Lophocateres

2. Ordo Hymenoptera

a. Tetraponerasp.

Tetraponera sp. tergolong famili Formicidae, terdapat dua segmen antara mesosoma dan aster, yaitu petiole dan pospetiole,frontal lobes dan mengarah kesebelah bawah dan menutupi bagian dasar antena, mata sangat

besar dan memanjang, terletak ditengah samping kepala. Segmen pertama

mesosoma (pronotum) berhubungan dengan jelas dengan segmen kedua

(mesonotum) antena 12 segmen (Gullan dan Cranston 2000).

Gambar 13. Tetraponerasp. b. Dolichoderussp.

Badan Dolichoderus sp. dengan satu petiole, tidak ada sting pada bagian posterior dan antennal soccet sekitar belakang samping clypeus, pygdium dan hypopygdium terdapat duri-duri pendek, petiole berbentuk bulatan pendek serta tungkai dan tubuh berwarna hitam.

Ada dua spesies yang ditemukan berdasarkan tipe pengetingan pada

(43)

merupakan penggerek kayu (wood boring ant) dan disebut juga sebagai semut tukang kayu (carpenter)

Sering ditemukan pada kayu tetapi tidak menimbulkan kerusakan

pada kayu, di Australia salah satu dari spesies tersebut yaituCamoponotus modoc merupakan spesies yang merugikan secara ekonomi dan menjadi perhatian pihak karantina (AQIS 2007).

.

Gambar 14 Dolichoderussp.

3. Ordo Isoptera

Ordo Isoptera termasuk beberapa jenis rayap yang menyerang kayu.

Klasifikasi rayap didasarkan pada perbedaan bentuk dan ukuran kepala,

mandibel dan kasta prajurit. Penggunaan kasta pekerja dan imago seringkali

bermanfaat untuk mengindentifikasi rayap sampai pada genus (Gullan dan

Cranston 2000). Dalam penelitian ini ada dua jenis rayap yang ditemukan

berdasarkan kepala (Gambar 15 dan Gambar 16). Serangga ini memakan

selulosa dari kayu. Perilaku koloni rayap menunjukkan adanya kehidupan

sosial yang terkoordinasi dan menunjukkan suatu bentuk kerja kelompok (team work) yang sangat baik dalam penyelesaian tugas (Hunt dan Garratt, 1986). a. Coptotermessp.

Tergolong dalam famili Rhinotermitidae, ditandai dengan kepala

dekat anterior, lubang fontanel jauh di depan dengan perpanjangan tubular

yang pendek, lebar kepala 1,34 1,52mm, kepala oval dan tipis. Antena 14

16 segmen, segmen kedua lebih panjang daripada segmen ketiga, labrum memanjang sampai ke bagian tengah mandibula, pronotum terpisah pada

(44)

30

Gambar 15. Coptotermessp. b. Macrotermessp.

Merupakan bagian dari famili Termitidae, dengan ciri identifikasi

adalah adanya mandibula yang berkembang baik dan fungsional, simetris,

melengkung pada ujungnya, digunakan untuk memotong-motong. Labrum

dengan ujung hyalin, mesonotum dan metanotum meluas secara lateral

(Borroret al. 1983).

Gambar 16.Macrotermessp. c. Cryptotermessp.

Diklasifikasikan ke dalam famili Kalotermitidae, bersarang pada

kayu-kayu kering. Koloninya sangat kecil, hanya beberapa ribu ekor, dan hanya

mempunyai kasta pekerja palsu (pseudoworker).

(45)

Kasta prajurit dari spesies ini mempunyai bentuk kepala yang berwarna

coklat gelap kemerah-merahan. Antena terdiri dari 11 segmen, segmen kedua

lebih panjang dibandingkan segmen lainnya. Panjang kepala dengan mandibula

0,87 0,92 mm (Borroret al. 1983).

4. Ordo Hemiptera

Jenis serangga yang ditemukan adalah Xylocoris sp dan Lyctocoris campetris, tergolong famili Anthocoridae. Serangga ini merupakan predator, bentuknya pipih dan pada bagian toraks triangular berwarna kecoklatan.

Sayapnya transparan dan antenanya 8 ruas (Rees 2004; CAB International 2007).

a. Lyctocoris campetris

Panjang Lyctocoris campetrisdewasa 3,5 4 mm. Pada suhu 30°C Lyctocoris campetris membutuhkan sekitar 4 minggu untuk berkembang dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).

Gambar 18.Lyctocorissp. b. Xylocorissp.

Xylocoris sp. Sedikit lebih kecil dibanding Lyctocoris campetris. Nimfanya berwarna merah muda atau kuning. Xylocorissp. membutuhkan 22 hari untuk berkembang dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).

(46)

32

Upaya pengendalian serangga perusak kayu yang dilakukan oleh

perusahaan kemasan kayu sesuai dengan ketentuan ISPM #15 adalah dengan

perlakuan panas (Heat treatment/HT). Heat treatment dilakukan dengan cara kemasan kayu dipanaskan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga suhu inti

kayu (wood core temperature) mencapai sekurang-kurangnya 56oC selama 30 menit. Pemanasan menyebabkan terjadinya degradasi selulosa yang ada dalam

kayu. Menurut Jasni et al. (2004) bahwa kayu yang dipanaskan pada suhu di atas 180oC akan mulai terdegradasi kandungan kimianya, dalam hal ini yang

akan terdegradasi pertama kali adalah hemiselulosa. Sebagaimana diketahui

hemiselulosa atau selulosa merupakan makanan utama rayap. Oleh karena itu,

dengan terdegradasinya hemiselulosa dalam kayu maka rayap dan serangga

perusak kayu lainnya kurang mendapat makanan lalu cepat mati. Perlakuan

panas dapat mematikan serangga uji sebesar 71,2% (Jasniet al. 2004). Dari hal tersebut maka perlakuan panas cukup efektif dalam mengendalikan serangga

perusak kayu.

Hasil inventarisasi cendawan pada gudang kemasan kayu yang disurvei

Dari hasil inventarisasi cendawan pada lima gudang kemasan kayu diketahui

bahwa jenis-jenis cendawan yang ditemukan secara umum jenis cendawannya

berbeda (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan cendawan tidak

dipengaruhi oleh jenis kayu.

Berdasarkan hasil survei di 5 gudang menunjukkan bahwa terdapat beberapa

jenis cendawan yang menginfestasi material kayu. Jenis cendawan tersebut

umumnya merupakan cendawan yang tidak sempurna (imperfect fungi) yang terdiri dari Ordo Eurotiales, Moniliales, Dothideales, Tuberculariales. Namun

hasil identifikasi juga memperlihatkan adanya beberapa jenis cendawan dari

(47)

Tabel 4. Jenis-jenis cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu

Jenis Cendawan Keberadaan di Gudang

Ordo Famili Spesies

Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

Hasil Identifikasi cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu adalah sebagai berikut :

1. Paecilomyces sp.

Paecilomyces sp. dikelompokkan ke dalam Ordo Moniliales dan Famili Moniliaceae yang dicirikan dengan adanya phialospora atau konidia yang

berbentuk fusi berkelompok sampai bebentuk jeruk dengan tangkai konidia

lebih menyatu seperti sikat (Gambar 20). Di atas medium buatan, koloni

(48)

34

Gambar 20.Paecilomyces sp.

2. Aspergillus sp

Gambar 21.Aspergillus sp

CendawanAspergillus sp. tergolong ke dalam Ordo Eurotiales dan Famili Trichocomaceae. Aspergillus sp. memiliki konidiaspora yang lebih terang berujung seperti bengkak memiliki phialid pada ujung apeks. Konidia

cendawan ini memiliki satu sel dan sering kali membentuk variasi warna. Hifa

dari cendawan ini bersepta dan hialin (Gambar 21).

3.Aureobasidiumsp.

Gambar 22.Aureobasidiumsp.

Cendawan Aureobasidium tergolong ke dalam Ordo Dothideales

Famili Dothioraceae. Cendawan ini termasuk dalam golongan cendawan

Dematiaceous yang memiliki batas Blastokonidia dan berwarna. Blastokonidia

berkembang merata dalam bentuk yang bertumpuk atau berkelompok.

(49)

pembentukannya dan berubah warna menjadi kecokaltan pada saat telah

menua. Umumnya hifanya berukuran 2-10 µm tetapi sangat tebal dengan

ukuran ketebalan 15-20 µm. Konidiospora cendawan Aureobasidium berukuran 4-6 x 2-3 µ m dalam satu sel, hialin dan berbentuk oval silindris

(Gambar 22).

4. Stachylidiumsp.

Gambar 23.Stachylidium palladium

Cendawan Stachylidium palladium tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora yang berwarna gelap

dan bercabang. Konidianya subhialin dan berwarna coklat dan bersel satu,

berukuran kecil dan merupakan saprofitik pada bahan-bahan sayuran. (Gambar

23).

5. Collybiasp

Gambar 24. Collybia sp.

Cendawan Collybia sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki spora berukuran 4.8-6.4 x 2-2.8

(-3.5) µm dan berbentuk ellipsoid. Badan buah atau basidianya berukuran

17.5-21 x 4.8-5.6 µm. Apabila ditumbuhkan di atas medium buatan akan

memperlihatkan ukuran diameter hifanya berkisar antara 3.5 - 8.4 µ m..

(50)

36

menguntungkan. Sklerotia berwarna kuning gelap atau oranye sampai coklat

muda (Antoninet al. 1997).

6. Pycnoporus sanguineus

Gambar 25.Pycnoporus sanguineus

Cendawan Pycnoporus sanguineus tergolong ke dalam Ordo Polyporales dan Famili Polyporaceae.

7. Schizophyllum commune

Cendawan Schizophyllum commune tergolong ke dalam Ordo Agaricales dan Famili Schizophyllaceae.

Gambar 26.Schizophyllum commune

8. Chaetomiumsp

Cendawan Chaetomium sp. tergolong ke dalam Ordo Sordariales Famili Chaetomiaceae. Cendawan ini memiliki hifa yang bersepta. Cendawan

ini juga memiliki askus serta perithesium yang panjang dan berwarna coklat.

Askosporanya terdiri dari satu sel berwarna coklat dan berbentuk lemon

(Gambar 27). Askusnya berbentuk silindris dan mengeluarkan askospora

dalam jumlah 4 sampai 8 buah. Cendawan ini banyak ditemukan menjadi

(51)

Gambar 27.Chaetomium sp.

9. Humicolasp.

Gambar 28.Humicolasp

Cendawan Humicola sp tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora dengan cabang

yang sederhana dan pendek. Memiliki satu sel dan beberapa spesies

menghasilkan phialids dan phialospora secara berantai (Gambar 28).

Cendawan ini banyak ditemukan sebagai cendawan safrofit dan merupakan

cendwan termofilik.

10.Gliomastixsp.

Cendawan Gliomastix sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang hialin dan

konidiaspora biasanya berkurang menjadi phialids yang lebih ssederhana.

(52)

38

Gambar 29. Gliomastixsp. 11.Fusarium roseum

Cendawan Fusarium roseum tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Tuberculariaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang memanjang

di atas medium kultur. Miseliumnya berwarna merah muda dan kuning.

Konidiasporanya bervariasi dan bercabang serta memiliki sporodokia.

Konidianya hialin yang terdiri dari makrokonidia dan mikrokonidia dengan

beberapa sel (Gambar 30).

Gambar 30.Fusarium roseum 12.Conicomyces sp.

Gambar 31.Conicomyces sp.

Cendawan Conicomyces sp. tergolong ke dalam Kelas Hypomycetes. Cendawan ini menghasilkan konidia secara langsung dari struktur vegetatif

(53)

Dari lima gudang yang diamati, pada gudang CV Mitra Pratama ditemukan

paling banyak jenis cendawan. Di gudang ini ditemukan enam jenis cendawan.

Sedangkan jenis cendawan yang paling sedikit ditemukan terdapat pada gudang

CV Mitra Karya Utama, yaitu hanya dua jenis.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cendawan yang menginfestasi

material kayu ditemukan di semua gudang dengan jenis cendawan yang berbeda

(Tabel 4). Perbedaan jenis cendawan yang ditemukan pada gudang-gudang

tersebut dapat disebabkan oleh (1) keadaan gudang atau kondisi kebersihan

gudang, (2). jenis kayu atau material kayu yang ada, (3) kualitas kayu dan kondisi

fisik gudang, serta (4). pengaturan tumpukan material kayu yang ada, dan (5).

kesesuaian kondisi atau tempat hidup mikrooganisme atau cendawan.

Walaupun gudang PT Karuna Sumber Jaya memperlihatkan penyusunan

material kayu yang rapi dan teratur serta terawat dan bersih, namun kebersihan di

sekitar gudang belum memadai sehingga memudahkan tumbuh dan

berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme. Pada Gudang PT Karuna Sumber

Jaya ditemukan cendawan Stachylidium sp. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat saprofitik cendawan ini pada kayu kemasan yang telah melapuk. Spora cendawan

ini sangat mudah untuk diterbangkan oleh angin atau terbawa air (Eliset al. 1951; Ellis and Hesseltine 1962; Edward 1959). Spora yang ada pada material kemasan

kayu di sekitar gudang dapat masuk melalui perantaraan orang atau melekat pada

material kayu yang lembab yang masuk ke gudang. Kayu yang masuk ke gudang

seringkali masih dalam keadaan lembab sehingga spora cendawan yang menempel

dengan mudah dapat berkembang dan tumbuh pada material kayu.

Demikian pula beberapa cendawan lainnya seperti Collybia sp.,Aspergillus fumigatus, Gliomastix sp., Aerobasidium sp. dan Aspergillus fumigatus yang ditemukan pada gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, PT Adi

Putra Perkasa, CV Mitra Karya Utama dan CV Mitra Pratama dapat disebabkan

oleh terbawanya sisa-sisa material kayu yang lembab sehingga dapat hidup pada

tumpukan kayu yang lembab atau dapat disebabkan adanya kayu yang lapuk.

Cendawan-cendawan tersebut juga merupakan mikroorganisme yang bersifat

saprofit yang dapat hidup pada kayu yang lapuk dan material lain yang membusuk

(54)

40

Gliomastix sp. dapat bertindak sebagai mikoparasit bagi cendawan lainnya (Raper and Fennel 1965; Ellis 1967; Brown and Kendrick 1958; Cooke 1959; Mulaset al. 2002).

Ditemukan pula keberadaan cendawan Pycnoporus sanguineus dan Schizophyllum commune yang merupakan cendawan yang dapat bersifat sebagai patogen tanaman. Hal ini disebabkan kedua cendawan tersebut dapat pula

memarasit batang-batang atau bagian berkayu dari tanaman atau pohon.

Keberadaannya di gudang tersebut dimungkinkan karena sporanya telah melekat

pada batang kayu tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan

baik pada kondisi yang sesuai untuk perkembangannya di dalam gudang, apalagi

gudang yang tidak terawat atau kurang bersih .

Adanya cendawan Humicola sp. pada gudang PT Adi Putra Perkasa dapat disebabkan oleh terikut pada manusia saat pengangkutan kayu masuk ke dalam

gudang. Hal ini karenaHumicola sp. diketahui dapat menginfeksi atau terikut pada manusia atau dapat pula keberadan cendawan Humicola sp. di dalam gudang karena cendawan ini merupakan cendawan tanah yang berada di sekitar perakaran

dan menghambat pertumbuhan akar. Keberadaan di dalam gudang dapat terikut

pada bagian material kayu yang masuk ke dalam gudang (Cooney and Emerson

1964; White and Downing 1953).

Cendawan Conicomyces sp., Fusarium roseum, Chaetomium sp. yang diisolasi dan identifikasi keberadaan dari material kayu di gudang PT Adi Putra

Perkasa dan CV Mitra Karya Utama dapat dikarenakan ketiga jenis cendawan ini

mampu menginfestasi kayu dan dapat menjadi patogen tanaman hutan. Namun

keberadaannya dapat disebabkan oleh terikut dari material kayu yang diambil dari

pertanaman dan terbawa hingga ke dalam gudang. Cendawan F. roseum merupakan cendawan yang banyak ditemukan sebagai cendawan tanah dan dapat

berada di dalam jaringan pengangkutan tanaman atau pohon yang berkayu.

Sporanya dapat hidup pada suhu rendah dan dapat diterbangkan oleh angin dan

konidianya dapat tersebar melalui batang yang terinfeksi oleh cendawan ini

sehingga keberadaannya di dalam gudang diduga karena konidia terikut pada

(55)

Keberadaan cendawanPaecilomycessp. di dalam gudang CV Mitra Pratama diduga dikarenakan cendawan banyak ditemukan sebagai parasit serangga atau

entomopatogen (Brown dan Smith 1957). Sehingga diduga keberadaannya di

dalam gudang karena terbawa oleh serangga yang terikut pada material kayu.

Ditemukannya beberapa jenis cendawan yang berbeda pada gudang yang

berbeda pula menunjukkan bahwa penanganan atau manajemen gudang perlu lebih

diperhatikan untuk menghindari terjadinya infestasi cendawan yang bersifat

safrotik atau ikutan pada kayu dan cendawan-cendawan yang berpotensi sebagai

patogen penyebab penyakit yang bisa terbawa oleh material kayu. Dibutuhkan

pula perlakuan-perlakuan khusus terhadap cendawan sehingga tidak

memungkinkan cendawan tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pallet yang diproduksi oleh kelima gudang digunakan untuk kemasan berbagai macam komoditas yang dikirimkan ke

berbagai negara, yang merupakan negara-negara yang telah menerapkan ISPM

#15. Meskipun Indonesia baru melakukan persiapan penerapan ISPM #15, akan

tetapi belum ada notifikasi yang ditujukan oleh negara-negara lain berkaitan

dengan kemasan kayu. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya laporan notifikasi

mengenai kemasan kayu (Lampiran 1). Tidak adanya klaim dari negara lain akan

adanya OPK pada kemasan kayu dimungkinkan karena perlakuan terhadap kayu

kemasan, diantaranya dengan heat treatment dan fumigasi, yang mampu mematikan OPK.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada dua gudang yang tidak

ditemukan serangga OPK (Tabel 1). Tidak ditemukannya serangga OPK pada

gudang tersebut disebabkan beberapa hal yaitu : (1). kebersihan gudang (2). jenis

kayu, (3). kualitas kayu dan (4). kondisi fisik gudang dan (5). pengaturan

tumpukan kayu. Pada Gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry

dan CV Mitra Pratama gudang terawat sehingga bersih, tumpukan teratur dan rapi.

Selain itu pengaturan keluar masuknya kayu atau pendistribusian kayu terpisah

(56)

42

Tabel 5. Nama Negara Tujuan Pengirimanpallet dan peruntukan Kemasan Gudang

Peruntukan Kemasan Pallet untuk keramik,

A = PT Karuna Sumber Jaya

B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry C = PT Adi Putra Perkasa

D = CV Mitra Karya Utama E = CV Mitra Pratama

diberi perlakuan dan sudah diperlakukan dengan uap panas sampai pada kayu yang

sudah dimarking dan siap ekspor gudangnya terpisah. Kondisinya sangat baik

sehingga kemungkinan untuk ditemukan serangga hama menjadi sangat kecil

karena manajemen gudang sudah sangat baik berdasarkan ISPM #15. Selain

karena manajemen gudang yang sangat baik juga jenis kayu yang disimpan adalah

jenis kayu yang berkualitas yaitu kayu hutan (Merbau) untuk gudang PT Victory

Cemerlang Indonesia Wood Industry sedangkan pada gudang CV Mitra Pratama

kayu kecapi dan pinus dengan umur kayu yang dipanen tua, yaitu 8 tahun untuk

kayu kecapi dan pinus. Jenis kayu tersebut memang bersifat tahan terhadap

serangan hama. Pada gudang CV Mitra Pratama juga dilakukan perlakuan dengan

insektisida pada kayu sebelum diolah jadi pallet sehingga ketahanan kayu sangat

Gambar

Gambar 1. Kondisi gudang PT Karuna Sumber Jaya
Gambar 2.  Kondisi gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry
Gambar 4. Kondisi Gudang CV Mitra Karya Utama
Tabel 1. Karakteristik Gudang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa tata kelola dapat mempengaruhi kinerja keuangan perbankan syariah yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Objek penelitian

Gunawan, Erwin Kusnandar, Wizi Dewi Taniasi, Hartono Wijaya, Susanto Rackman, Performance of TransJakarta Bus Rapid Transit, International Journal of

Kebijakan pendaerahan PBB PP sebenarnya dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki perbedaan yang besar antara NJOP dan NPOP dengan nilai pasar wajar, sehingga

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rauzatul (2011) dengan judul penelitian “Hubungan antara Motivasi Mahasiswa dengan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester I di

Penyipanan parts step bar juga dengan menggunakan palet/box yang dapat ditumpuk, dalam operasionalnya juga dibutuhkan forklift untuk menurunkan parts yang penempatannya

Layaknya pada logam, polymer pun juga dapat dibentuk melalui teknik cetakan (casting), seperti  bahan plastik cair yang dituangkan dalam cetakan dan dibiarkan mengeras. Baik

Penjelasan bahwa kata ragi memiliki makna figuratif ada dalam ayat-ayat berikutnya yang menjelaskan bahwa yang dimaksud Yesus Kristus tentang ragi bukan ragi

Demikian untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah kecamatan Nanggung, pihak perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) telah memberikan