• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

C- Organik Tanah

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 13. memperlihatkan bahwa pemberian atau aplikasi kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata, kedalaman sumber kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan C-organik tanah, komposisi media tanam juga berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan C-organik tanah, serta interaksi kedalaman dengan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap peningkatan C-organik tanah. Tabel 9. C-organik Tanah Akibat Pemberian Kompos Sampah Kota yang

Diambil dari Beberapa Kedalaman Dan Komposisi Media Tanam.

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 9. diketahui bahwa kadar C-organik tanah yang tertinggi diperoleh pada perlakuan K1M4 (komposisi media tanam 100% kompos dengan kompos sampah kota yang diambil di bagian atas) dengan rataan sebesar 6,05% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara kadar C-organik tanah yang paling rendah adalah pada perlakuan K1M0; K2M0 dan K3M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,44; 0,49 dan 0,48% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Serta dari komposisi media tanam yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap peningkatan kadar C-organik tanah adalah perlakuan M4( komposisi media 100% kompos) dengan rataan 5,16% yang

Kedalaman kompos Komposisi Media Rataan M0 M1 M2 M3 M4 ---%--- K1 0,44 i 3,65 ef 5,48 ab 5,53 ab 6,05 a 4,23 a K2 0,49 i 2,12 gh 3,71 e 3,73 e 4,83 bc 2,98 b K3 0,48 i 1,82 h 2,87 fg 3,99 de 4,60 cd 2,75 b Rataan 0,47 d 2,53 c 4,02 b 4,42 ab 5,16 a

Sedangkan kadar C-organik tanah yang paling rendah adalah pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,47% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan pengaruh kedalaman sumber kompos kota yang memberikan kadar C-organik tanah yang tertinggi adalah perlakuan K1(bagian atas) dengan rataan 4,23% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar C-organik tanah yang paling rendah terdapat pada perlakuan K3 (bagian bawah) dengan rataan 2,75% yang tidak berbeda nyata denganK2 (bagian tengah).

Kadar Cd-Total Tanah

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 15. memperlihatkan bahwa pemberian atau aplikasi kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata, kedalaman sumber kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kadar Cd-total tanah, komposisi media tanam juga berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kadar Cd-total tanah, serta interaksi kedalaman dengan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Cd-total tanah.

Tabel 10. Cd-total Tanah Akibat Pemberian Kompos Sampah Kota yang Diambil dari Beberapa Kedalaman Dan Komposisi Media Tanam.

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 10. diketahui bahwa kadar Cd-total tanah yang tertinggi diperoleh pada perlakuan K2M4 (komposisi media tanam 100% kompos di bagian

Kedalaman kompos Komposisi Media Rataan M0 M1 M2 M3 M4 ---ppm--- K1 0,6 i 2,7 h 4,5 g 6,5 f 7,8 de 4,42 b K2 1,2 i 4,6 g 6,9 ef 8,9 bc 10,8 a 6,48 a K3 0,9 i 4,7 g 6,5 f 8,2 cd 9,8 b 6,01 a Rataan 0,9 e 4,0 d 6,0 c 7,9 b 9,5 a

perlakuan lainnya. Sementara kadar Cd-total tanah yang paling rendah adalah pada perlakuan K1M0; K2M0 dan K3M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,6; 1,2 dan 0,9 ppm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Serta dari komposisi media tanam yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap peningkatan kadar Cd-total tanah adalah perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos) dengan rataan 9,47 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar Cd-total tanah yang paling rendah adalah pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,9 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan pengaruh kedalaman sumber kompos kota yang memberikan kadar Cd-total tanah yang tertinggi adalah perlakuan K2 (kompos bagian tengah) dengan rataan 6,48 ppm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 (kompos bagian bawah). Sedangkan kadar Cd-total tanah yang paling rendah terdapat pada perlakuan K1 (kompos bagian atas) dengan rataan 4,42 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pengaruh pemberian kompos sampah kota dan kedalaman sumber kompos sampah kota terhadap kandungan Cd-total tanah dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Cd-total tanah akibat pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa kedalaman dan komposisi media tanam.

0 2 4 6 8 10 12 0 25 50 75 100 K1 (Bagian Atas) K2 (Bagian Tengah) K3 (Bagian Bawah) Cd -tot al ta na h ( ppm ) jumlah kompos (%)

Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa pemberian kompos sampah kota menaikkan kandungan Cd-total tanah secara linear sampai dengan jumlah kompos 100% (M4). Kompos sampah kota yang diambil dari tumpukan bagian atas (K1) memliki nilai paling rendah dalam meningkatkan Cd-total tanah dibanding dengan bagian atas (K1) dan bagian tengah (K2), serta yang memiliki nilai paling tinggi dalam meningkatkan Cd-total tanah yaitu kompos sampah kota pada tumpukan bagian bawah (K3). Walaupun seacara analisis statistik data rataan pada kompos bagian tengah (K2) dan bawah (K3) tidak berbeda nyata.

Kadar Cd pada Tanaman

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 17. memperlihatkan bahwa pemberian atau aplikasi kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata, kedalaman sumber kompos sampah kota berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan Kadar Cd pada Tanaman, komposisi media tanam juga berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kadar Cd-total tanah, serta interaksi kedalaman dengan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap peningkatan Kadar Cd pada Tanaman.

Tabel 11. Cd Tanaman Akibat Pemberian Kompos Sampah Kota yang Diambil dari Beberapa Kedalaman Dan Komposisi Media Tanam.

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 11. diketahui bahwa Kadar Cd pada Tanaman yang tertinggi diperoleh pada perlakuan K3M4 (komposisi media tanam 100% kompos di bagian

Kedalaman kompos Komposisi Media Rataan M0 M1 M2 M3 M4 ---ppm--- K1 0,16 h 0,55 g 0,70 f 0,91 e 1,05 d 0,66 b K2 0,14 h 0,71 f 0,92 e 1,05 d 1,24 b 0,80 a K3 0,17 h 0,63 fg 0,89 e 1,15 c 1,37 a 0,83 a Rataan 0,16 e 0,63 d 0,84 c 1,04 b 1,22 a

bawah tumpukan) dengan rataan sebesar 1,37 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara Kadar Cd pada Tanaman yang paling rendah pada perlakuan K1M0; K2M0 dan K3M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,16; 0,14 dan 0,17 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Serta dari komposisi media tanam yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap peningkatan Kadar Cd pada Tanaman adalah perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos) dengan rataan 1,22 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kadar Cd-total tanah yang paling rendah adalah pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,16 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan pengaruh kedalaman sumber kompos kota yang memberikan Kadar Cd pada Tanaman yang tertinggi adalah perlakuan K3 (kompos bagian bawah) dengan rataan 0,83 ppm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2 (kompos bagian tengah). Sedangkan kadar Kadar Cd pada Tanaman yang paling rendah terdapat pada perlakuan K1 (kompos bagian atas) dengan rataan 0,66 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. pemberian kompos sampah kota dan kedalaman sumber kompos sampah kota terhadap kandungan Cd tanaman dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Cd tanaman akibat pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa kedalaman dan komposisi media tanam.

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 0 25 50 75 100 K1 (Bagian Atas) K2 (Bagian Tengah) K3 (Bagian Bawah) Cd T ana m an ( ppm ) jumlah kompos (%)

Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa pemberian kompos sampah kota menaikkan kandungan Cd tanaman secara linear sampai dengan jumlah kompos 100% (M4). Kompos sampah kota yang diambil dari tumpukan bagian atas (K1) memliki nilai paling rendah dalam meningkatkan Cd-total tanah dibanding dengan bagian atas (K1) dan bagian tengah (K2), serta yang memiliki nilai paling tinggi dalam meningkatkan Cd-total tanah yaitu kompos sampah kota pada tumpukan bagian tengah (K2). Walaupun seacara analisis statistik data rataan pada kompos bagian tengah (K2) dan bawah (K3) tidak berbeda nyata.

Pembahasan

Berat Basah Tajuk Tanaman

Pemberian kompos sampah kota dapat meningkatkan berat basah tajuk tanaman sawi yang dapat dilihat dari berat basah tajuk pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 7,65 gram yang naik lebih 6 kali menjadi 45,70 gram pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75% tanah) dan tidak terjadi peningkatan yang berarti lagi sampai perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos sampah kota). Hal ini dapat dilihat pada Lampiran gambar yang menunjukkan bahwa perlakuan M1; M2; M3; dan M4 (pemberian kompos sampah kota) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota). Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota sudah dapat menaikkan berat basah tajuk tanaman sawi. Pemberian pupuk kompos dapat menambah bahan organik, dimana bahan organik tersebut dapat memperbaiki kondisi sifat fisik dan kimia tanah dan unsur-unsur pendukung lainnya yang dapat membantu proses pertumbuhan dan produksi sawi tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar, dkk., (2014) yang

menyatakan bahwa pemberian kompos dapat meningkatkan produksi sawi karena pada pemberian pupuk kompos terdapat kandungan utama yang tertinggi yaitu bahan organik, dimana bahan organik tersebut dapat memperbaiki kondisi sifat fisik dan kimia tanah dan unsur-unsur pendukung lainnya yang dapat membantu proses pertumbuhan dan produksi sawi tersebut.

Berat Basah Akar Tanaman

Pemberian kompos sampah kota dapat meningkatkan berat basah akar tanaman sawi yang dapat dilihat dari berat basah akar pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,29 gram yang naik lebih 10 kali menjadi 3,33 gram pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75% tanah) dan dan tidak terjadi peningkatan yang berarti lagi sampai perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos sampah kota). Hal ini dapat dilihat pada Lampiran gambar yang menunjukkan bahwa perlakuan M1; M2; M3; dan M4 (pemberian kompos sampah kota) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota). Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan berat basah akar tanaman sawi. Berat basah akar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat fisik tanah dan juga ketersediaan unsur hara dalam tanah, karena jika sifat fisik dan ketersediaan unsur hara rendah maka pertumbuhan akar akan terganggu sehingga dengan menambahkan kompos sampah kota dapat memperbaiki sifat fisik tanah,

serta ketersediaan unsur hara karena pH-nya yang mendekati netral. Sholokhin, dkk (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan akar sangat dipengaruhi

Berat Kering Tajuk Tanaman

Pemberian Kompos sampah kota dapat meningkatkan berat kering tajuk tanaman sawi yang dapat dilihat dari berat kering tajuk pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,58 gram yang naik lebih 5 kali menjadi 3,39 gram pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75% tanah) dan tidak terjadi peningkatan yang berarti lagi sampai perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos sampah kota). Hal ini dapat dilihat pada Lampiran gambar yang menunjukkan bahwa perlakuan M1; M2; M3; dan M4 (pemberian kompos sampah kota) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota). Jadi pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan berat kering tajuk tanaman sawi setara dengan dosis yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota dapat meningkatkan penyerapan unsur hara sehingga meningkatkan proses fotosintesis yang terjadi berlangsung lebih baik/efesien dengan indikasi meningkatnya bobot kering tanaman, Hal ini sejalan dengan pendapat Sarif, dkk., (2015) menyatakan bahwa bobot kering merupakan indikasi keberhasilan pertumbuhan tanaman, karena bobot kering merupakan petunjuk adanya hasil fotosintesis bersih yang dapat diendapkan setelah kadar airnya dikeringkan.

Dari Gambar 1. terlihat bahwa terjadi penurunan berat kering tajuk pada jumlah kompos 100% untuk perlakuan K3M4 (komposisi media tanam 100% kompos di bagian bawah tumpukan) dan K2M4 (komposisi media tanam 100% kompos di bagian tengah tumpukan), tetapi secara statistik rataan pada M4 (komposisi media tanam 100% kompos) menyatakan tidak terjadi penurunan, karena kadar Cd-total tanah pada media tersebut yaitu 10,8 ppm dan 9,8 ppm yang

dimana pada kadar tersebut belum dapat menekan pertumbuhan sawi secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Susana dan Denah (2011) mengatakan bahwa penambahan kontaminan Cd sampai dengan dosis 12 mg/kg belum terlihat pertumbuhan yang tertekan pada tanaman sawi. Dan nilai Cd tanaman yang

didapat masih dibawah batas kritis bagi tanaman yaitu 5-30 ppm (Ministry of State for Population and Enviromental of Indonesia and Dalhosie,

University Canada, 1992). Berat Kering Akar Tanaman

Pemberian Kompos sampah kota dapat meningkatkan berat kering akar tanaman sawi yang dapat dilihat dari berat kering akar pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) dengan rataan 0,15 gram yang naik lebih 6 kali menjadi 0,63 gram pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75% tanah) dan dan tidak terjadi peningkatan yang berarti lagi sampai perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos sampah kota) . Hal ini dapat dilihat pada Lampiran gambar yang menunjukkan bahwa perlakuan M1; M2; M3; dan M4 (pemberian kompos sampah kota) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota). Jadi pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan berat kering akar tanaman sawi dan setara dengan perlakuan kompos lainnya. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada pemeberian kompos menyebabkan kondisi tanah menjadi baik untuk perakaran tanaman, sehingga menyebabkan perakaran tanaman menjadi bailk kemudian penyerapan unsur hara menjadi meningkat sehingga mendukung aktifitas fotosintesa yang dapat menghasilkan karbohidtat lebih banyak sebagai bahan kering tanaman. Nathania, dkk., (2012) menyatakan bahwa tingginya berat kering

akar mencerminkan pertumbuhan akar yang lebih baik, yang menyebabkan tanaman mampu menyerap unsur hara lebih optimal yang diperlukan untuk pertumbuhaannya, sehingga hal ini akan mendukung pertumbuhan tanaman di atas tanah menjadi lebih baik juga.

Kemasaman Tanah (pH H20)

Perbandingan komposisi media tanam serta interaksi antara komposisi media tanam dan kompos sampah kota yang diambil dari beberapa bagian berpengaruh nyata meningkatkan kemasaman tanah (pH H20).

Peningkatan pH tanah pada pemberian kompos sampah kota dapat dilihat pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) yaitu sebesar 5,33 (sesuai dengan analisis awal pH tanah) dan meningkat pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75 % tanah) yaitu sebesar 7,47 yang tidak berbeda nyata dengan M2 (50% kompos sampah kota dan 50% tanah) dan M3 (75% kompos sampah kota dan 25% tanah) setelah itu menurun pada perlakuan M4 (100% kompos sampah kota) yaitu menjadi 7,16. Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan pH tanah inceptisol kwala bekala dan mampu menaikkan produksi tanaman sawi yang ditanam. Hal ini dikarenakan kompos sampah kota meyumbangkan banyak unsur hara ke dalam tanah seperti N, P, K, Ca, Mg dan lain-lain. Dengan menigkatnya kation-kation basa maka kejenuhan basa menigkat sehingga pH menjadi naik, sesuai dengan hasil penelitian Sandrawati, dkk., (2007) bahwa kompos sampah kota mengandung banyak kation-kation basa seperti K, Ca, Mg. Selanjutnya Hakim dkk., (1986) menyatakan dengan meningkaatnya kejenuhan basa di yang diadsorbsi pada kompleks jerapan tanah, maka pH larutan tanah juga akan meningkat.

C-Organik Tanah

Pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa bagian dan komposisi media tanam serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik.

Peningkatan C-Organik tanah pada pemberian kompos sampah kota dapat dilihat pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) yaitu sebesar 0,47% dan meningkat pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75 % tanah) yaitu sebesar 2,53 dan meningkat secara linear sampai perlakuan M4 (100% kompos sampah kota) yaitu sebesar 5,16% Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan C-Organik tanah inceptisol kwala bekala dan mampu menaikkan produksi tanaman sawi yang ditanam. Peningkatan ini terjadi karena kompos sampah kota yang diberikan mengandung C-organik yang berasal dari pelapukan sampah-sampah organik. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyani, dkk., (2007) yang menyatakan kadar C-organik kompos sampah kota sebesar 8,23% dan Sanchez (1992) menyatakan bahwa penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah.

Kedalaman sumber kompos yang diambil juga berpengaruh nyata terhadap peningkatan C-organik tanah, dimana pada perlakuan K1 (kompos bagian atas) meningkatkan C-organik tanah menjadi 4,23% lebih tinggi dibandingkan perlakuan K2 (kompos bagian tengah) meningkatkan C-organik tanah sebesar 2,98% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 (kompos bagian bawah). Hal ini dikarenakan semakin dalam sumber kompos menandakan semakin lama waktu penimbunan kompos tersebut, sehingga kandungan C-organiknya juga semakin sedikit karena proses dekomposisi bahan organiknya. Hal tersebut

disebabkan oleh mikroba yang mengambil energi untuk kegiatannya dari kalori yang dihasilkan reaksi biokimia perubahan bahan limbah hayati terutama bahan zat karbohidrat, terus menerus sehingga kandungan zat karbon sampah organik makin rendah, karena ujung reaksi dari proses tersebut adalah pernapasan mikroba

yang mengeluarkan gas CO2 dan H2O yang mengguap (Subali dan Ellinawati, 2010).

Kadar Cd-Total Tanah

Pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa bagian dan komposisi media tanam serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata meningkatkan Cd-total Tanah.

Berdasarkan analisis awal diketahui bahwa kadar Cd-total pada tanah mineral (inceptisol kwala bekala) tidak terdeteksi, sedangkan pada analisis perlakuan yaitu pada perlakuan M0 (tanpa kompos sampah kota) didapat rataan Cd-total tanahnya yaitu 0,9 ppm. Peneliti menduga adanya tambahan Cd dari air yang digunakan untuk menyiram polybag pada saat inkubasi, karena air berasal dari sumur bor di sekitar lokasi penelitian bukan dari air destilasi (steril). Dan untuk analisis awal kompos kota juga ada perbedaan dengan hasil analisis perlakuan yaitu pada perlakuan M4 (kompos 100%). Peneliti menduga hal tersebut terjadi karena jumlah kompos kota yang telah diambil sebelumnya tidak cukup untuk penanaman maka peneliti mengambil kompos sampah kota lagi dan menambahkan titik pengambilan sampel agar sampel lebih bersifat representatif.

Pada Gambar 3. Terlihat bahwa peningkatan Cd-total tanah pada pemberian kompos sampah kota merupakan peningkatan linier, dapat dilihat pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) yaitu sebesar 0,9 ppm dan

meningkat pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75 % tanah) yaitu sebesar 4,0 ppm yang meningkat secara linier sampai perlakuan M4 (100% kompos sampah kota) yaitu sebesar 9,47 ppm. Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan Cd total tanah inceptisol kwala bekala dan sudah sebagai pencemar di dalam tanah menurut soepardi (1983) yaitu 0,1-7 ppm. Peningkatan kandungan Cd-total pada tanah terjadi karena kompos sampah kota yang diberikan berasal dari pelapukan sampah-sampah organik dan bercampur dengan sampah-sampah anorganik yang mengandung logam berat, sampah tersebut seperti plastik, tekstil, pecahan keramik, batrai bekas, pecahan gelas, kemasan detergen, besi bekas, dan lain-lain (Widowati, dkk., 2008)

Dari hasil analisis diketahahui bahwa krteria kompos sampah kota yang diambil dari TPA Namo Bintang memiliki kadar kadmium (Cd) yang sudah melewati kriteria standar yang dikeluarkan SNI 19:7030-2004 yaitu 3 ppm.

Kedalaman sumber kompos yang diambil juga berpengaruh nyata terhadap peningkatan Cd- total tanah, dimana pada perlakuan K1 (kompos bagian atas) meningkatkan C-d total tanah menjadi 4,42 ppm lebih rendah dibandingkan perlakuan K2 (kompos bagian tengah) meningkatkan Cd-total tanah sebesar 6,48 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 (kompos bagian bawah). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kadar liat, kadar air, dan juga kadar bahan organik, sesuai dengan Charlena (2004) yang menyatakan kapasitas tanah meretensi, mengadsorpsi dan mengakumulasikan logam berat ditentukan oleh kadar liat, kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan organik dan kapasitas tukar kation (KTK), disamping tingkat dekomposisi bahan organik.

Kadar Cd-total pada media tanam yang menunjukkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan M4 (komposisi media 100% kompos sampah kota) sebesar 9,47 ppm dan pada perlakuan K2M4 (komposisi media tanam 100% kompos dengan kompos sampah kota yang diambil di bagian tengah) sebesar 10,8 ppm dengan kadar Cd-total tanah sebesar itu tanaman sawi belum menunjukkan pertumbuhan yang tertekan, hal ini sesuai dengan penelitian Susana dan Denah (2011) yang mengatakan bahwa penambahan kontaminan Cd sampai dengan dosis 12 mg/kg belum terlihat pertumbuhan yang tertekan pada tanaman sawi, sedangkan pada dosis 32 mg/kg sudah terlihat pertumbuhan yang tertekan seperti penurunan berat basah pucuk dari tanaman sawi hijau.

Kadar Cd tanaman

Pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa bagian dan komposisi media tanam serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata meningkatkan Cd tanaman.

Pada Gambar 4. Terlihat bahwa peningkatan Cd tanaman pada pemberian kompos sampah kota merupakan peningkatan linier, dapat dilihat pada perlakuan M0 (tanpa pemberian kompos sampah kota) yaitu sebesar 0,16 ppm dan meningkat pada perlakuan M1 (25% kompos sampah kota dan 75 % tanah) yaitu sebesar 0,63 ppm yang meningkat secara linier sampai perlakuan M4 (100% kompos sampah kota) yaitu sebesar 1,22 ppm. Sehingga dengan pemberian 25% kompos sampah kota dapat menaikkan serapan Cd tanaman sawi dan sudah sebagai pencemar di dalam tanah menurut soepardi serta sudah diatas baku mutu menurut SNI 7378:2009 untuk tanaman sayuran (pangan) yatu 0,2 ppm, tetapi

R² = 0,970 0,00 0,50 1,00 1,50 0,0 5,0 10,0 15,0 Cd Tanah Vs Cd … Cd Tanah C d T ana m an

(Mengel dan Krikby 1987) dan masih dibawah batas kritis logam berat pada tanaman yaitu 5-30 ppm (Ministry of State for Population and Enviromental of Indonesia and Dalhosie, University Canada 1992).

Peningkatan penyerapan Cd oleh tanaman sawi diakibatkan karena tanaman sawi merupakan tanaman yang dapat meyerap logam berat dalam konsentrasi yang tinggi serta karena adanya peningkatan Cd-total tanah akibat pemberian kompos sampah kota. Adria (2012) menyatakan bahwa tanaman sawi merupakan tanaman dikotil yang dapat menyerap logam berat dalam konsentrasi yang tinggi.

Kedalaman sumber kompos yang diambil juga berpengaruh nyata terhadap peningkatan Cd tanaman, dimana pada perlakuan K1 (kompos bagian atas) meningkatkan Cd tanaman menjadi 0,66 ppm lebih rendah dibandingkan perlakuan K2 (kompos bagian tengah) meningkatkan Cd-total tanah sebesar 0,80 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3 (kompos bagian bawah).

Hubugan Cd-total Tanah dengan Cd Tanaman

Dari hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi yang dapat dilihat pada Lampiran 5.1 diketahui bahwa antara parameter Cd-total tanah dengan Cd tanaman menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai R yaitu 0,97 yang berkategori korelasi kuat/ erat.

Sehingga mengindikasi bahwa pola hubungannya seharah, artinya semakin

tinggi nilai Cd total tanah maka semakin tinggi nilai Cd tanaman. Sesuai dengan pernyataan Adria R. (2012) yang menyatakan bahwa hubugan Cd-

tersedia memiliki hubungan yang sengat erat dengan kandungan Cd tanaman. Susanah dan Denah (2011) yang menyatakan Cd-tersedia juga berkorelasi positif dengan Cd total tanah.

Dokumen terkait