• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C- organik Tanah

Dari data pengukuran C-organik tanah (Lampiran 8.1) dan dari hasil sidik ragam C-organik tanah (Lampiran 8.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan C-organik tanah.

Tabel 2. Nilai C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik

Perlakuan C-organik

B0 (Kontrol) 1.87b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 2.35a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 2.17ab B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 2.37a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 2.34a B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 2.15ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut BNJ

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai C-organik tanah pada perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha), B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1), dan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu masing-masing senilai 2.35%, 2.34% dan 2.37%.

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Nilai pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation , dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif

pH Tanah

Dari data analisis pH tanah (Lampiran 7.1) dan dari hasil sidik ragam pH tanah (Lampiran 7.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah. Sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah.

Nilai pH terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan pH Tanah

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 5.28

Tanpa Pupuk NPK 5.32

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 5.24bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 5.29bc

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 5.20c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 5.50a Pemberian Bahan Organik

B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 5.23c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 5.34b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan pH tanah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk NPK. Sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 4. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 5.20 5.28

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 5.18 5.40

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 5.15 5.26

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 5.50 5.49 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 5.31 5.15 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 5.33 5.36

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai pH tanah terhadap pengaruh kombinasi antara aplikasi pupuk NPK dan pemberian bahan organik berkisar antara 5.15 – 5.50.

C-organik Tanah

Dari data analisis C-organik Tanah (Lampiran 9.1) dan hasil sidik ragam C-organik Tanah (Lampiran 9.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik

berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah, sedangkan aplikasi pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan C-organik tanah, tetapi interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata meningkatkan C-organik tanah.

Kadar C-organik tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Kadar C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan C-organik Tanah (%)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 1.34

Tanpa Pupuk NPK 1.32

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 1.51ab

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 1.54a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 1.22c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 1.22c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 1.28bc B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 1.20c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK. Sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 6. Nilai C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 1.92a 1.10cd

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 1.32bc 1.77a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 1.35bc 1.09cd B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 1.33bc 1.10cd B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 1.11cd 1.45b B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.98d 1.42b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai C-organik tanah pada perlakuan yang diberikan pupuk NPK menunjukkan nilai yang tertinggi dan tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan yang tanpa pupuk NPK.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Dari data analisis KTK tanah (Lampiran 10.1 ) dan dari hasil sidik ragam KTK tanah (Lampiran 10.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, pemberian pupuk NPK, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan KTK tanah.

Nilai KTK tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Nilai KTK Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan KTK Tanah (me/100g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 2.20

Tanpa Pupuk NPK 2.27

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 2.18

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 2.42

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 2.14

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 2.17 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 2.30 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 2.20

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang diberi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa nilai KTK berkisar 2.14 – 2.42 me/100g.

Tabel 8. Kadar KTK Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 2.21 2.15

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 2.25 2.60

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 2.13 2.14

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 2.04 2.30 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 2.33 2.28 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 2.22 2.18

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai KTK tanah terhadap aplikasi pupuk NPK dan pemberian bahan organik berkisar 2.04 – 2.60 me/100g.

Kejenuhan Basa

Dari data analisis kejenuhan basa (Lampiran 11.1) dan dari hasil sidik ragam N tanaman (Lampiran 11.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa, sedangkan interaksinya keduanya berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa tanah.

Nilai kejenuhan basa tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Kejenuhan Basa(%)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 9.69

Tanpa Pupuk NPK 9.37

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 7.95

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 9.05

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 9.47

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 10.93 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 9.10 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.66

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang

tidak diberi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan basa berkisar 7.95 – 10.93 %.

Tabel 10. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 8.16bc 7.74bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 12.00a 6.10c

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 8.39bc 10.55ab B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 11.21ab 10.66ab B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 8.31bc 9.90abc B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.06abc 11.26ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan basa perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) yang diaplikasi pupuk NPK berbeda nyata dengan yang tidak diaplikasi pupuk NPK. Sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Tinggi Tanaman 50 hari setelah tanam (hst)

Dari data pengukuran tinggi tanaman (Lampiran 12.1) dan dari hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 12.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman.

Nilai tinggi tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 104.61a

Tanpa Pupuk NPK 94.39b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 99.33

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 100.00

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 98.83

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 101.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 98.33 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 99.00

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

menurut DMRT

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diaplikasi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diaplikasi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 12. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 104.00 a 94.67 bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 105.67 a 94.33 c

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 106.00 a 91.67 c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 107.33 a 95.67 bc B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 102.33 ab 94.33 c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 102.33 ab 95.67 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai tinggi tanaman pada perlakuan B0 (Kontrol), B1 (Jerami cacah 6 ton/ha), B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha), dan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yang diberi pupuk NPK berbeda nyata dengan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK.

Jumlah Anakan 50 hst

Dari data pengukuran jumlah anakan (Lampiran 13.1) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 13.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan.

Nilai jumlah anakan terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Jumlah Anakan

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 13.50a

Tanpa Pupuk NPK 9.44b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 11.66

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 11.83

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 12.16 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 11 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 11.66 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.5

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk NPK, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan berkisar 10.5-12.16.

Tabel 14. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 13.33 a 10.00 bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 13.67 a 10.00 bc

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 15.00 a 9.33 c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 13.00 a 9.00 c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 13.67 a 9.67 c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 12.33 ab 8.67 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan pada perlakuan B0 (Kontrol), B1 (Jerami cacah 6 ton/ha), B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha), B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2), dan B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) yang diaplikasi pupuk NPK berbeda nyata dengan perlakuan yang tidak diaplikasi pupuk NPK.

Jumlah Anakan Produktif

Dari data pengukuran jumlah anakan produktif (Lampiran 14.1) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 14.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan produktif sedangkan aplikasi pupuk NPK dan interaksi keduanya juga tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan produktif.

Nilai jumlah anakan produktif terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 15 dan 16.

Tabel 15. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Jumlah Anakan Produktif

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 10.72

Tanpa Pupuk NPK 8.17

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 9.67

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 8.00

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 9.17

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 10.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 8.67 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.67

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan produktif berkisar 8 -10.67.

Tabel 16. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 10.33 9.00

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 9.33 6.67

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 10.67 7.67

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 14.67 6.33 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 9.67 7.67 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 9.67 11.67

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah anakan produktif pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yang diaplikasi pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berat Kering Tanaman

Dari data pengukuran berat kering tanaman (Lampiran 15.1) dan dari hasil sidik ragam berat kering tanaman (Lampiran 15.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan berat kering tanaman, sedangkan pemberian pupuk

NPK serta interaksinya keduanya berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tanaman.

Berat kering tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 17 dan 18.

Tabel 17. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Berat Kering (g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 26.95a

Tanpa Pupuk NPK 16.73b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 19.75

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 21.48

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 26.75 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 20.25 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 22.30 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 20.50

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

menurut DMRT

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa bahwa perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 18. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 24.57c 14.93g

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 25.87bc 17.10f

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 36.43a 17.07f B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 25.67bc 14.83g B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 27.23b 17.37ef B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 21.93d 19.07e

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan pada perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) yang diberikan pupuk NPK berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Berat Gabah

Dari data pengukuran berat gabah (Lampiran 16.1) dan dari hasil sidik ragam berat akar (Lampiran 16.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan berat gabah, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan berat gabah, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan berat gabah.

Berat gabah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 19 dan 20.

Tabel 19. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Berat Gabah (g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 21.66a

Tanpa Pupuk NPK 11.16b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 16.60

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 16.35

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 19.67 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 14.90 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 14.72 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 16.22

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa

perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 20. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 22.40 10.80

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 22.60 10.10

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 27.57 11.77 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 22.30 7.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1)

B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1)

17.13 17.93

12.30 14.50 Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa berat gabah pada perlakuan yang diberikan pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK.

Pembahasan

Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap pH dan C-organik Setelah 4 Minggu Aplikasi

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan pH tanah (Tabel 1). Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 5.57, dan terendah terdapat pada perlakuan B0 (Kontrol) yaitu 5.24. Terjadinya peningkatan nilai pH ini disebabkan karena : 1) Proses penggenangan yang dilakukan pada tanah dapat meningkatkan nilai pH. Naiknya pH tanah akibat digenangi adalah karena reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dimana terjadi pembebasan OH- dan konsumsi H+. Selain itu juga ditentukan oleh nisbah konsumsi H+/konsumsi elektron yaitu sebagai akibat dari reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. 2) Proses dekomposisi dari bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme yang

menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3. Akibat dari masa inkubasi yang diberikan maka proses ini dapat berlangsung (Hardjowigeno dan Rayes, 2001).

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan organik tanah (Tabel 2). C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 2.37% dan yang terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 1.87%. Nilai C-organik dalam tanah setelah inkubasi terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan nilai organik pada saat analisis awal. Kadar C-organik dalam tanah dapat meningkat dengan adanya masa inkubasi seperti yang disampaikan oleh Nuryani dan Handayani (2002) bahan organik yang diberikan kedalam tanah setelah mengalami dekomposisi, dapat meningkatkan kandungan karbon tanah juga kandungan asam-asam H2SO4 dan HNO3 yang berasal dari pelapukan bahan organik. Adanya respon positif pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi ke dalam tanah adalah karena kandungan C-organik sebelumnya di dalam tanah rendah.

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation, dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

a. Efek Tunggal Bahan Organik

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan pH tanah (Tabel 3). Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 5.50, dan terendah terdapat pada perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha)

yaitu 5.20. Terjadinya peningkatan nilai pH ini disebabkan karena Proses dekomposisi dari bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3. Akibat dari masa inkubasi yang diberikan maka proses ini dapat berlangsung (Hardjowigeno dan Rayes, 2001). Dalam hal ini peranan jerami padi yang mengandung sellulosa dan lignin sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi C1.7 H2.2 O 1.7 C4+ + H2O +

0.2 H+ + 7 e- atau reaksi oksidasi zat organik tanah C2.2 H2.2O 2.2 C4+ + H2O + 0.2 H+ + 9 e- yang dapat meningkatkan pH tanah dalam reaksi reduksi

Fe(OH)3 + e- Fe(OH)2 + OH-.

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan organik tanah (Tabel 5). C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) yaitu 1.54% dan yang terendah pada perlakuan B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) yaitu 1.20%. Peningkatan C-organik tanah ini dapat terjadi karena adanya dekomposisi dari jerami cacah, sisa perakaran dan residu tanaman yang berupa asam-asam organik dan bahan humik. Nuryani dan Handayani (2002), menyatakan bahwa bahan organik yang diberikan kedalam tanah setelah mengalami dekomposisi, dapat meningkatkan kandungan karbon tanah juga kandungan asam-asam H2SO4 dan HNO3 yang berasal dari pelapukan bahan organik. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan dapat meningkatkan kandungan karbon dalam tanah. Dengan meningkatnya nilai karbon dalam tanah sifat fisika menjadi lebih baik seperti tanah menjadi lebih remah dan bulk density menjadi lebih

rendah. Dari segi sifat biologi tanah adalah karena karbon merupakan sumber bahan makanan bagi mikroorganisme tanah sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu dan meningkatkan proses dekomposisi dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kandungan kapasitas tukar kation tanah (Lampiran 10.2). Dari keseluruhan data KTK tanah pada akhir vegetatif (Tabel 7) termasuk kriteria sangat rendah Hal ini sejalan dengan data C-organik tanah yang masih tergolong kriteria rendah. Hal ini dapat terjadi karena bahan organik yang diaplikasikan ke tanah sawah belum menghasilkan asam humat yang cukup nyata untuk mempengaruhi kapasitas tukar kation tanah, sehingga hasil akhir dari pendekomposisian yang berupa asam amino dan humus akan menurun sehingga perannya dalam meningkatkan kapasitas tukar kation tanah juga menurun dimana peningkatan kapasitas tukar kation dapat terjadi karena kadar asam-asam organik dan bahan humat yang berasal dari hasil dekomposisi jerami padi, sisa perakaran maupun residu tanaman meningkat seiring dengan lama penggenangan. Menurut Notohadiprawiro (1998), menyatakan bahwa hasil dekomposisi bahan organik berupa asam amino dan bahan organik sekunder berupa bahan humik merupakan penyumbang kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar anion. Dengan semakin meningkatnya bahan organik maka kapasitas tukar kation tanah akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bahan organik maka KTK tanah akan semakin tinggi.

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kejenuhan basa tanah tanah (Lampiran 11.2). Dari keseluruhan data kejenuhan basa tanah pada akhir vegetatif (Tabel 9) termasuk kriteria sangat rendah Hal ini sejalan dengan data kapasitas tukar kation tanah yang masih tergolong kriteria sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena bahan organik yang diaplikasikan ke tanah sawah belum menghasilkan asam humat yang cukup nyata untuk mempengaruhi kapasitas tukar kation tanah, sehingga hasil akhir dari pendekomposisian yang berupa asam amino dan humus akan menurun sehingga perannya dalam meningkatkan kapasitas tukar kation tanah juga menurun dimana kemampuan koloid tanah mengikat kation sangat rendah. Menurut Notohadiprawiro (1998), menyatakan bahwa hasil dekomposisi bahan organik berupa asam amino dan bahan organik sekunder berupa bahan humik merupakan penyumbang kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar anion. Dengan semakin meningkatnya bahan organik maka kapasitas tukar kation tanah akan semakin besar sehingga mempengaruhi besarnya jumlah basa-basa tukar dalam tanah (kejenuhan basa). Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bahan organik maka KTK tanah akan semakin tinggi.

b. Efek Tunggal Pupuk NPK

Pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, C-organik, KTK dan Kejenuhan Basa tanah. Hal ini disebabkan karena pupuk NPK tidak mengandung sellulosa dan lignin sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi C1.7 H2.2 O 1.7 C4+ + H2O + 0.2 H+ + 7 e- atau reaksi oksidasi zat organik tanah C2.2 H2.2O 2.2 C4+ + H2O + 0.2

H+ + 9 e- yang dapat meningkatkan pH tanah dalam reaksi reduksi Fe(OH)3 + e-

Fe(OH)2 + OH-. Pupuk yang dapat menaikkan pH yaitu pupuk yang bereaksi

alkalis seperti Kalsium Sianida (CaCN2) (Rosmarkam dan Yuwono, 2004). Selain itu pupuk NPK juga tidak menghasilkan asam humat seperti bahan organik sehingga tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kapasitas tukar kation, kejenuhan basa serta tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik dalam tanah.

Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan berat kering tanaman serta berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan berat gabah. Nilai tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman, dan berat gabah yang diaplikasi pupuk NPK lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa diaplikasi puppuk NPK. Hal ini menunjukkan bahwa unsur Nitrogen, Phosfor dan Kalium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Arafah dan Sirappa (2003) yang menyatakan bahwa N merupakan salah satu faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Dari nitogen tanah, sekitar 97-98 % berupa N-organik dan 2-3 % berupa N-anorganik. Produktivitas padi sawah lebih banyak ditentukan oleh kadar zat organik tanah. Dengan demikian, tanah-tanah yang berkadar bahan organik rendah perlu diupayakan tambahan pupuk NPK dari pupuk agar status hara NPK tanaman cukup untuk menopang produktivitas yang tinggi.

Dokumen terkait