• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Sifat Kimia Tanah Sawah, Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza Sativa L.) Akibat Aplikasi Jerami Cacah Dan Pupuk Kandang Sapi Dengan Sistem Sri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Sifat Kimia Tanah Sawah, Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza Sativa L.) Akibat Aplikasi Jerami Cacah Dan Pupuk Kandang Sapi Dengan Sistem Sri"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH SAWAH, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) AKIBAT APLIKASI JERAMI

CACAH DAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN SISTEM SRI

SKRIPSI

Oleh :

M. ROSYADY BATUBARA 060303021

ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH SAWAH, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) AKIBAT APLIKASI JERAMI CACAH DAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN SISTEM SRI

SKRIPSI

Oleh :

M. ROSYADY BATUBARA 060303021

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Sifat Kimia Tanah Sawah, Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza Sativa L.) Akibat Aplikasi Jerami Cacah dan Pupuk Kandang Sapi dengan Sistem SRI

Nama : M. Rosyady Batubara NIM : 060303021

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Kesuburan dan Nutrisi Tanaman

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(4)

ABSTRACT

The aim of this research was to study the application effect of rice straw, manure and chemical fertilizer to increase pH, organic carbon, CEC, base saturation, growth and yield of rice rice with SRI (System of Rice Intensification) methode. This research was conducted in Green House and Soil Chemistry and Fertility Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan. This research used Main Separated Design with ratio of rice straw, manure and chemical fertilizer with 6 treatments and 3 replications. The treatments were B0 (Control), B1 (rice straw = 37.5 g), B2 (manure = 37.5 g), B3 (ratio of rice straw:manure 1:1 = 18.75 g: 18.75 g), B4 (ratio of rice straw:manure 2:1 = 25 g: 12.5 g), B5 (ratio of rice straw:manure 1:2 = 12.5 g: 25 g)..

The results showed that the application of rice straw and manure had significant effect to increase pH and organic carbon of soil, but unsignificant to increase CEC, base saturation, plant high, dry weight of plant, number of young plants, number of productive young plants and unhulled rice weight. The chemical fertilizer gave effect to increased pant high, number of young plants, dry weight of plant and unhulled rice weight, but unsignificant to increase pH, organic carbon, CEC, base saturation and number of productive young plants. Interaction of both increased base saturation, number of young plants, dry weight of plant, organic carbon and plant high but unsignificant to pH, CEC, number of productive young plants and unhulled rice weight.

.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jerami cacah, pupuk kandang sapi, dan pupuk NPK terhadap nilai pH, C-organik, KTK, kejenuhan basa, pertumbuhan dan produksi padi dengan system SRI (System of Rice Intensification). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan Rancagan Petak Terpisah (RPT) dengan petak utama adalah pupuk NPK dan anak petak adalah bahan organik dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari B0 (kontrol), B1 (jerami cacah = 37.5 g), B2 (pupuk kandang sapi = 37.5 g), B3 (jerami cacah:pupuk kandang sapi 1:1 = 18.75 g: 18.75 g), B4 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 2:1 = 25 g:12.5 g), B5 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2 = 12.5 g:25 g).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan KTK dan kejenuhan basa tanah, tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan berat gabah. Sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman dan berat gabah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, C-organik, KTK, kejenuhan basa tanah dan jumlah anakan produktif. Interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa tanah, jumlah anakan dan berat kering tanaman, serta berpengaruh sangat nyata meningkatkan C-organik tanah dan tinggi tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, KTK, jumlah anakan produktif dan berat gabah.

(6)

RIWAYAT HIDUP

M. Rosyady Batubara dilahirkan di Medan pada tanggal 1 Februari 1988. Anak ke dua dari lima bersaudara. Putra dari Ayahanda Drs. Firman Edy Batubara dan Ibunda Ramlah Lubis, SPdi.

Riwayat Pendidikan

- SD Negeri 06090 Medan Tamat Tahun 2000. - SLTP Negeri 2 Medan Tamat Tahun 2003.

- Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan Tamat Tahun 2006.

- Memasuki Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB pada tahun 2006

Aktivitas Selama Pendidikan

- Menjadi Assisten Laboratorium mata kuliah Biologi Tanah Tahun 2008-2009.

- Menjadi Assisten Laboratorium mata kuliah Dasar Ilmu Tanah Hutan Tahun 2008-2009.

- Menjadi Assisten Laboratorium mata kuliah Biologi Tanah Hutan Tahun 2009-2010

- Menjadi Assisten Laboratorium mata kuliah Evaluasi dan Kesesuaian Lahan tahun 2010

- Ketua organisasi pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009-2010.

(7)

- Panitia Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009. - Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PPKS Marihat Pematang Siantar

pada tahun 2009.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Sifat Kimia Tanah Sawah, Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Akibat Aplikasi Jerami Cacah dan Pupuk Kandang Sapi dengan Sistem SRI” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. Alida Lubis, MS., dan Ir. Gantar Sitanggang, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan sarannya, juga kepada Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP., Jamilah, SP., MP., serta Ir. Mukhlis, MSi atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2010

(9)

DAFTAR ISI

Hipotesa Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Penelitian... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Parameter yang Diamati ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap pH dan C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi ... 24

pH Tanah ... 24

(10)

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation, dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif serta Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Padi... 25

pH Tanah ... 25

C-organik Tanah... 26

Kapasitas Tukar Kation ... 27

Kejenuhan Basa ... 29

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi ... 30

Tinggi Tanaman 50 hst... 30 C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi ... 37

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation, dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi... 38

Efek Tunggal Bahan Organik... 38

Efek Tunggal Pupuk NPK ... 40

Efek Kombinasi Antara Bahan Organik dan Pupuk NPK 41 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Nilai pH tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik ... 24 2. Nilai C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan

Organik ... 24 3. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 25 4. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk

NPK dan Pemberian Bahan Organik... 26 5. Nilai C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 27 6. Nilai C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 27 7. Nilai KTK Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 28 8. Kadar KTK Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 28 9. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Faktor

Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 29 10. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 29 11. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 30 12. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 31 13. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 31 14. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk

(12)

15. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 33 16. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Kombinasi

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 33 17. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal

Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 34 18. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 34 19. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi

Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik ... 35 20. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Deskripsi Varietas Ciherang ... 47

2. Perhitungan Berat dan Dosis ... 48

3. Bagan Penelitian... 49

4. Bagan Penelitian masa vegetatif dan generatif ... 50

5. Hasil Analisa Awal ... 51

6. Hasil Analisa pH Tanah Setelah Inkubasi ... 52

7. Hasil Analisa pH Tanah Akhir Vegetatif ... 53

8. Hasil Analisa C-organik Tanah Setelah Inkubasi ... 54

9. Hasil Analisa C-organik Tanah Akhir Vegetatif ... 55

10. Hasil Analisa KTK Tanah Akhir Vegetatif ... 56

11. Hasil Analisa Kejenuhan Basa Akhir Vegetatif ... 57

12. Tinggi Tanaman ... 58

13. Jumlah Anakan ... 59

14. Jumlah Anakan Produktif ... 60

15. Berat Kering Tanaman ... 61

16. Berat Gabah ... 62

(14)

ABSTRACT

The aim of this research was to study the application effect of rice straw, manure and chemical fertilizer to increase pH, organic carbon, CEC, base saturation, growth and yield of rice rice with SRI (System of Rice Intensification) methode. This research was conducted in Green House and Soil Chemistry and Fertility Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan. This research used Main Separated Design with ratio of rice straw, manure and chemical fertilizer with 6 treatments and 3 replications. The treatments were B0 (Control), B1 (rice straw = 37.5 g), B2 (manure = 37.5 g), B3 (ratio of rice straw:manure 1:1 = 18.75 g: 18.75 g), B4 (ratio of rice straw:manure 2:1 = 25 g: 12.5 g), B5 (ratio of rice straw:manure 1:2 = 12.5 g: 25 g)..

The results showed that the application of rice straw and manure had significant effect to increase pH and organic carbon of soil, but unsignificant to increase CEC, base saturation, plant high, dry weight of plant, number of young plants, number of productive young plants and unhulled rice weight. The chemical fertilizer gave effect to increased pant high, number of young plants, dry weight of plant and unhulled rice weight, but unsignificant to increase pH, organic carbon, CEC, base saturation and number of productive young plants. Interaction of both increased base saturation, number of young plants, dry weight of plant, organic carbon and plant high but unsignificant to pH, CEC, number of productive young plants and unhulled rice weight.

.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jerami cacah, pupuk kandang sapi, dan pupuk NPK terhadap nilai pH, C-organik, KTK, kejenuhan basa, pertumbuhan dan produksi padi dengan system SRI (System of Rice Intensification). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan Rancagan Petak Terpisah (RPT) dengan petak utama adalah pupuk NPK dan anak petak adalah bahan organik dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari B0 (kontrol), B1 (jerami cacah = 37.5 g), B2 (pupuk kandang sapi = 37.5 g), B3 (jerami cacah:pupuk kandang sapi 1:1 = 18.75 g: 18.75 g), B4 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 2:1 = 25 g:12.5 g), B5 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2 = 12.5 g:25 g).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan KTK dan kejenuhan basa tanah, tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan berat gabah. Sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman dan berat gabah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, C-organik, KTK, kejenuhan basa tanah dan jumlah anakan produktif. Interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa tanah, jumlah anakan dan berat kering tanaman, serta berpengaruh sangat nyata meningkatkan C-organik tanah dan tinggi tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, KTK, jumlah anakan produktif dan berat gabah.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada pelita IV Indonesia pernah menjadi salah satu negara pengeksport beras yaitu dengan dicapainya swasembada beras. Namun saat ini Indonesia kembali terpuruk menjadi negara pengimport beras. Demikian juga lahan pertanian yang semakin sempit sebagai salah satu penyebab utamanya.

Pada saat sekarang, intensifikasi pertanian perlu dilakukan karena mengingat lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (>500 Ha/tahun) dan akibat pengaruh era globalisasi. Intensifikasi tersebut merupakan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut : pengolahan tanah yang tepat, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pengolahan pasca panen dan pemasaran.

(17)

organik dan khususnya kesuburan tanah sehingga produktivitas lahan juga menurun. Oleh karena itu pemanfaatan bahan organik sebagai pupuk organik yang dapat mensuplai kebutuhan unsur hara tanaman padi sangat perlu untuk dilakukan.

Petani melupakan salah satu sumber daya yang dapat mempertahankan kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu dengan menggunakan jerami dan pupuk kandang sapi. Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Petani tradisional sering tidak memanfaatkan jerami sebagai bahan organik. Petani lebih sering membakar jerami padi tersebut. Pemanfaatan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produksi padi. Penggunaan bahan organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi.

(18)

Penelitian mengenai aplikasi jerami dan pupuk kandang sapi terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah sudah banyak dilakukan, tetapi kebanyakan dilakukan dengan kompos jerami. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengkaji perubahan sifat kimia tanah dengan kombinasi antara pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik.

Dari hal yang telah dikemukakan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat kimia tanah sawah, pertumbuhan serta produksi padi (Oryza sativa) akibat pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi serta interaksinya dengan aplikasi pupuk NPK dengan menggunakan sistem SRI.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian cacahan jerami dan pupuk kandang sapi terhadap sifat kimia tanah sawah, pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.) dengan sistem SRI (System of Rice Intensification).

Hipotesis Percobaan

1. Pemberian pupuk kandang sapi dan jerami cacahan dapat memperbaiki sifat kimia tanah sawah serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi.

(19)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan maupun petani untuk perbaikan dan peningkatan proses produksi padi.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanah Sawah

Menurut Greenland (1997) dalam Iqbal (2009), karakteristik utama tanah sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan tanah secara terus menerus tidak menyebabkan reaksi tanah menjadi semakin masam. Hal ini berkaitan dengan sifat fisik dan kimia tanah tergenang dimana penggenangan menyebabkan terjadinya konversi pH tanah menuju netral.

2. Zat hara dari wilayah hulu terakumulasi di lahan sawah, dan hanya sedikit yang tercuci.

3. Fosfor lebih mudah tersedia bagi tanaman padi sawah.

4. Terjadi penambahan hara lewat air luapan banjir, irigasi dan pengendapan liat dan debu dari banjir.

5. Populasi aktif mikroorganisme penambat nitrogen mempertahankan nitrogen organik.

6. Erosi permukaan dicegah oleh adanya teras dan galengan.

Ciri khas tanah sawah antara lain memiliki lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat difusi O2 setebal 0-1 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal

25-30 cm dan diikuti lapisan bajak yang kedap air. Selain itu selama pertumbuhan tanaman padi akan terjadi sekresi O2 oleh akar padi yang menimbulkan

(21)

Gambar. Profil tanah sawah

Menurut Deptan (2000), padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi.

Perubahan-perubahan sifat kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : (1) penurunan kadar oksigen, (2) perubahan potensial redoks (Eh), (3) perubahan

pH tanah, (4) reduksi Ferri (Fe3+) menjadi Ferro (Fe2+), (5) perubahan mangani (Mn4+) menjadi mangano (Mn2+), (6) terjadinya denitrifikasi, (7) reduksi sulfat

(SO42-) menjadi sulfit (SO32-), (8) peningkatan ketersediaan Zn dan Cu,

(22)

Dalam metode SRI, padi ditanam pada kondisi tanah yang tidak tergenang (macak-macak). Tujuannya, agar oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh akar tersedia lebih banyak di dalam tanah, sehingga tanaman padi tidak memerlukan sel aerenchyme untuk mengambil oksigen yang ada di udara. Fotosintat yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman yang lain selain dari pembentukan sel aerenchym . Selain itu, dalam kondisi tidak tergenang, akar bisa tumbuh lebih subur dan besar sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak-banyaknya.

Reduksi besi adalah reaksi yang paling penting di dalam tanah masam tergenang karena dapat menaikan pH dan ketersediaan P serta manggantikan kation lain dari tempat pertukaran seperti K+. Peningkatan Fe2+ pada tanah masam dapat menyebabkan keracunan besi pada padi, apabila kadarnya dalam larutan sama dengan 350 ppm. Konsentrasi besi dalam larutan tanah diatur oleh pH tanah, kandungan bahan organik, kandungan besi itu sendiri dan lamanya penggenangan (Ponnamperuma, 1985).

pH Tanah

Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain seperti ketersediaan fosfor, status kation-kation basa dan status kation atau unsur racun (Mukhlis, 2007). Jika tanah mineral disawahkan (digenangi), maka pH tanah akan mengarah ke netral atau dengan kata lain tanah awal yang mempunyai pH masam

(23)

ketersedian hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral ketersediaan hara dalam kondisi optimal dan unsur hara tertentu yang dapat meracuni tanaman mengendap (Adiningsih dan Agus, 2005). Pembebasan P dari bahan organik tanah terkait dengan pH tanah. Pengapuran yang meningkatkan populasi jasad renik tanah dan ini menyebabkan peningkatan

mineralisasi P-organik (Mas’ud, 1993). C-organik

(24)

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

KTK sangat penting berkenaan dengan (1) kesuburan tanah, (2) penyerapan hara, (3) ameliorasi tanah dan (4) mutu lingkungan. Kompleks

jerapan berdaya melawan pelindian tanah, mengendalikan neraca hara dalam larutan tanah dan memberikan daya sangga kimia kepada tanah melawan perubahan besar pH. Dengan daya jerapnya, koloid tanah dapat menambat air hujan atau air irigasi dan kation hara dari pelapukan mineral, mineralisasi bahan organik atau dari pupuk. Dengan demikian KTK menjadi faktor pembentuk cadangan air dan hara basa dalam tanah yang dapat mengefisiensikan penggunaan air dan hara basa oleh tumbuhan (Notohadiprawiro, 1998).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh : 1.Reaksi tanah, 2.Tekstur atau jumlah liat. 3.Jenis mineral liat, 4.Bahan organik dan, 5.Pengapuran serta pemupukan. Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

Kejenuhan Basa

(25)

mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Andre, 2009).

Padi (Oryza sativa L.)

(26)

Tanaman padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek dari pada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2 – 6 meter. Ruas batang padi berongga dan bulat. Di antara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun (AAK, 1992).

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80-120 cm (Satia, 2009).

(27)

diharapkan bahwa tiap tanaman bias menyerap nutrisi, oksigen, dan sinar matahari secara lebih optimal.

Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bias mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal (VECO, 2007).

Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, diketahui bahwa tanaman padi bukanlah tanaman air, tetapi tanaman darat (terestrial) yang dalam pertumbuhannya membutuhkan air. Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut.

1. Ketika padi mencapai umur 1—8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macak-macak”.

2. Sesudah padi mencapai umur 9—10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2—3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama.

3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST.

(28)

5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15—20 hari sebelum panen).

6. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

Jerami Padi

Jerami merupakan sumber bahan organik utama di lahan sawah yang kaya unsur kalium (K). Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang ditanam di pematang/galengan seperti orok2, turi, sesbania yang merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang (ayam, kambing, sapi). Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan, karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar karbon organik (C-organik) rendah (<2%) yang berimplikasi pada menurunnya kesuburan tanah. Aplikasi penggunaan bahan organik dari jerami, pupuk hijau, dan sisa tanaman ada dua cara: (1) bahan dipotong-potong terlebih dahulu lalu dibenamkan dan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, (2) mengomposkan bahan organik segar di pematang/ galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah pada waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran (Adiningsih dan Agus, 2005).

(29)

sumber pupuk organik yang berasal dari jerami padi sangat baik untuk dikelola dan dimanfaatkan di lahan sawah. Produksi jerami padi dapat mencapai 4-5 ton per hektar tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Apabila dihitung dalam hektar, 1.5 ton jerami padi dapat mensubsidi 20 Kg Urea, 5.5 kg SP-36, 30 kg Ca(NO3)2 dan 7.4 kg Kieserit. Dinas Pertanian (2008),

menyatakan kandungan hara yang terdapat pada jerami, antara lain seperti N 0.64%, P 0.05%, K 2.03%, Ca 0.29%, Mg 0.14%, Zn 0.02%,Si 8.8%.

Jerami merupakan sumber hara utama K dan silikat (Si). Sekitar 80% K yang diserap tanaman berada dalam jerami. Oleh karena itu, pengembalian jerami ke dalam tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah serta berpotensi sebagai pupuk K, baik diberikan dalam bentuk segar, dikomposkan maupun dibakar (Odjak, 1992). Selain dapat menggantikan pupuk K pada takaran tertentu, jerami juga berperan penting dalam memperbaiki produktifitas tanah sawah,

meningkatkan efisiensi pupuk dan menjamin kemantapan produksi (Wihardjaka, 2002).

Pengembalian jerami setiap musim dapat mensubstitusi keperluan pupuk K, memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman termasuk struktur tanah, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan efesiensi serapan hara dan pupuk dan menjamin kemantapan produksi. Keadaan tersebut memungkinkan karena penambahan jerami pada tanah anaerob akan meningkatkan produksi CH4,

meningkatkan kandungan C-organik, memperlambat pola pelepasan N dan meningkatkan N-total tanah. Bila dibandingkan dengan kotoran hewan, jerami memiliki keunggulan dalam hal kandungan bahan organik, P2O5 dan K2O

(30)

Aplikasi jerami 5 ton/ha/musim selama 4 musim menunjukkan bahwa jerami dapat meningkatkan kadar C-organik 1,50%, K-dapat ditukar 0,22 me, Mg-dapat ditukar 0,25 me, kapasitas tukar kation tanah 2 me/100 g, Si tersedia dan stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami tersebut adalah 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si dan 1,70 ton C-organik yang sangat diperlukan bagi kegiatan jasad renik tanah atau setara dengan 340 Kg KCl dan 361 Kg Kieserit (Adiningsih, 1984). Sehingga aplikasi bahan organik dapat memperkaya hara tanah termasuk unsur hara makro.

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Soepardi,1983). Tisdale dan Nelson (1965) menyatakan bahwa pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20%. P2O5 dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2%, P2O5 dan 1,35% K2O.

(31)

tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau butuhkan dagingnya saja; (3) jenis atau macam hewan; dan (4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotoran hewan/ ternak dan urine (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Pupuk kandang dapat diperoleh dari ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayam dan binatang lainnya. Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat-sifat yang lebih baik dibanding pupuk organik lainnya, antara lain :

a. Pupuk kandang merupakan humus hasil proses pemecahan sisa-sisa tanaman dan hewan, terdiri dari zat organik yang sedang mengalami pelapukan. Humus yang terbentuk dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah mudah diolah dan mengandung oksigen. Hasil percobaan menunjukan bahwa penambahan pupuk kandang yang meningkat akan meningkatkan kesuburan dan produksi pertanian. selain itu tanah akan lebih banyak menahan air dan pada fungsinya unsur hara yang berada disitu akan terlarut dan mudah diserap oleh bulu-bulu akar.

(32)
(33)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang dilakukan dari bulan April 2010 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Bahan Penelitian

Tanah sawah yang berasal dari daerah Batubara sebagai medium penelitian yang diambil secara komposit, sebagai pupuk organik digunakan jerami cacah dan kotoran sapi kering, benih padi varietas Ciherang sebagai tanaman indikator, air sumur untuk penggenangan, Urea, SP-36, dan KCl sebagai pupuk dasar dan bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis di laboratorium.

Alat Penelitian

(34)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Tepisah (RPT) dengan petak utama adalah pupuk NPK (tanpa pupuk NPK dan diaplikasi pupuk NPK) dan anak petak adalah perbandingan berat cacahan jerami dan pupuk kandang yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari:

1. Kontrol (B0)

2. Jerami cacah (B1) (6 ton/ha setara dengan 37.5 g/ 12.5 kg tanah) 3. Pupuk kandang sapi (B2) (6 ton/ha setara dengan 37.5 g/ 12.5 kg tanah) 4. Jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2 (B3) = 12.5 g: 25 g/ 12.5 kg tanah 5. Jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:1 (B4)= 18.75 g:18.75 g/12.5 kg

tanah

6. Jerami cacah : pupuk kandang sapi 2:1 (B5) = 25 g : 12.5 g/ 12.5 kg tanah Bagan Percobaan RPT dapat dilihat pada lampiran 4

Persamaan Linier yang digunakan pada RPT: Yij = µ + Bk + Ti + €ik+Vj+(TV)ij+σijk

Dimana:

Yij =Nilai pengamatan karena pengaruh faktor T taraf ke-i dan vaktor

V taraf ke-j ulangan ke-k µ = Nilai tengah umum

Bk = Pengaruh blok atau ulangan ke-k Ti = Pengaruh faktor T yang ke-i

€ik = Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena penagruh faktor T taraf ke-i pada kalompok ke-k

Vj = Pengaruh faktor V yang ke-j

(TV)ij = Pengaruh interaksi faktor pengolahan tanah yang ke-i dan

varietas yang ke-j

σijk = Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh karena sisa

pengaruh faktor T taraf ke-i dan faktor varietas ke-j pada kelompok ke-k

(35)

Pelaksanaan Penelitian

1. Pengambilan dan penanganan Sampel Tanah

Bahan tanah diambil dari daerah Desa Air Hitam, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara yang pengambilan sampel secara zig-zag dalam keadaan macak-macak dari kedalaman 0-20 cm. Bahan tanah dimasukkan ke dalam goni. Setelah itu bahan tanah dikompositkan dan dicampurkan secara merata. Selanjutnya diambil ± 500 g sebagai sampel kemudian dilakukan analisa awal tanah yang meliputi pH, C-organik, Kejenuhan Basa, Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kemudian bahan tanah dimasukkan kedalam ember percobaan setara 12.5 kg berat basah seperti pada lampiran 2.

2. Persiapan Media

Dimasukkan tanah sawah dalam keadaan tidak beraturan setara 12.5 kg berat basah ke dalam ember percobaan.

3. Pemberian Bahan Organik

Bahan organik diberikan sesudah tanah dimasukkan ke dalam wadah. Pemberian bahan organik sesuai dosis masing-masing perlakuan dengan cara mencampur rata ke dalam seluruh bagian ember yang berisi tanah. Kemudian diinkubasi selama 1 bulan.

4. Penyemaian Benih

(36)

Untuk sistem tanam SRI pemindahan bibit dilakukan pada umur maksimum 10 hari. Tinggi tanaman bibit berkisar antara 15 – 20 cm.

5. Aplikasi Pupuk Dasar

Pupuk anorganik diberikan setelah masa inkubasi selesai. Urea diberikan sebanyak 3 kali sesuai dengan kebutuhan berdasarkan petunjuk Bagan Warna Daun (BWD). Urea dengan dosis anjuran 100 Kg/Ha (setara dengan 0,625 gr/ember) diberikan 1/3 pada saat tanam, 1/3 pada saat tanaman berumur 4 minggu serta 1/3 pada saat tanaman berumur 7 minggu. SP-36 diberikan pada awal penanaman dengan dosis 100 kg/ha (setara dengan 0.625gr/ember), dan KCl sebanyak 50 kg/ha (setara dengan 0.312 gr/ember) yang diberikan seluruhnya pada saat penanaman..

6. Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat umur bibit telah 10 hari. Pencabutan bibit dari persemaian dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dari persemaian langsung ditanam ke lubang tanam dengan jumlah 1 bibit tiap lubang.

7. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau terserang OPT dengan menggunakan varietas dan umur yang sama (tanaman cadangan). 8. Pemeliharaan

(37)

250 gram sambiroto dan 1 liter air. Pengairan dilakukan dengan cara sistem SRI sebagai berikut:

7. Ketika padi mencapai umur 1—8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macak-macak”.

8. Sesudah padi mencapai umur 9—10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2—3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama.

9. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST.

10. Pada umur 19—20 HST sawah kembali digenangi 1-2 cm untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.

11. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai ± 15—20 hari sebelum panen.

12. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

9. Pemanenan

Pemanenan diakukan pada saat akhir generatif yaitu ±116 hari.

Parameter yang Diamati

A. Analisis tanah

1. pH diukur setelah inkubasi dan akhir vegetatif dengan Metode Elektrometri 2. C-organik diukur pada akhir inkubasi dan akhir vegetatif dengan Metode

Walkley-Black

(38)

B. Parameter Tanaman. 1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 20, 30, 40, dan 50 hari setelah tanam (hst). 3. Jumlah anakan perumpun

Dihitung mulai tanaman berumur 20, 30, 40, dn 50 hst. Dihitung seluruh anakan yang terdapat dalam satu rumpun dengan kriteria apabila tunas berdaun tiga telah dianggap merupakan anakan yang dapat dihitung.

4. Bobot kering

Bobot kering akar diukur dengan cara mencabut tanaman hingga ke pangkal batang. Kemudian tajuk dikeringkan dengan oven pada temperatur 650C selama 48 jam kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap pH dan C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi

pH Tanah

Dari data pengukuran pH tanah (Lampiran 6.1) dan dari hasil sidik ragam pH tanah (Lampiran 6.2) diperoleh bahwa bahan organik berupa cacahan jerami dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah.

Nilai pH tanah setelah 4 minggu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai pH tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik

Perlakuan pH

B0 (Kontrol) 5.24b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 5.45ab

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 5.28b B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 5.57a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 5.28b B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 5.38ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut BNJ

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai pH tanah pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu 5.57.

C-organik Tanah

Dari data pengukuran C-organik tanah (Lampiran 8.1) dan dari hasil sidik ragam C-organik tanah (Lampiran 8.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan C-organik tanah.

(40)

Tabel 2. Nilai C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik

Perlakuan C-organik

B0 (Kontrol) 1.87b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 2.35a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 2.17ab B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 2.37a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 2.34a B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 2.15ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut BNJ

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai C-organik tanah pada perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha), B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1), dan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu masing-masing senilai 2.35%, 2.34% dan 2.37%.

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Nilai pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation , dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif

pH Tanah

Dari data analisis pH tanah (Lampiran 7.1) dan dari hasil sidik ragam pH tanah (Lampiran 7.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah. Sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah.

(41)

Tabel 3. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan pH Tanah

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 5.28

Tanpa Pupuk NPK 5.32

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 5.24bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 5.29bc

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 5.20c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 5.50a Pemberian Bahan Organik

B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 5.23c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 5.34b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan pH tanah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk NPK. Sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 4. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 5.20 5.28

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai pH tanah terhadap pengaruh kombinasi antara aplikasi pupuk NPK dan pemberian bahan organik berkisar antara 5.15 – 5.50.

C-organik Tanah

(42)

berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah, sedangkan aplikasi pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan C-organik tanah, tetapi interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata meningkatkan C-organik tanah.

Kadar C-organik tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Kadar C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan C-organik Tanah (%)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 1.34

Tanpa Pupuk NPK 1.32

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 1.51ab

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 1.54a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 1.22c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 1.22c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 1.28bc B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 1.20c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK. Sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 6. Nilai C-organik Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 1.92a 1.10cd

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 1.32bc 1.77a

(43)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai C-organik tanah pada perlakuan yang diberikan pupuk NPK menunjukkan nilai yang tertinggi dan tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan yang tanpa pupuk NPK.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Dari data analisis KTK tanah (Lampiran 10.1 ) dan dari hasil sidik ragam KTK tanah (Lampiran 10.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, pemberian pupuk NPK, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan KTK tanah.

Nilai KTK tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Nilai KTK Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan KTK Tanah (me/100g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 2.20

Tanpa Pupuk NPK 2.27

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 2.18

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 2.42

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 2.14

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 2.17 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 2.30 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 2.20

(44)

Tabel 8. Kadar KTK Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 2.21 2.15

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai KTK tanah terhadap aplikasi pupuk NPK dan pemberian bahan organik berkisar 2.04 – 2.60 me/100g.

Kejenuhan Basa

Dari data analisis kejenuhan basa (Lampiran 11.1) dan dari hasil sidik ragam N tanaman (Lampiran 11.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa, sedangkan interaksinya keduanya berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa tanah.

Nilai kejenuhan basa tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Kejenuhan Basa(%)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 9.69

Tanpa Pupuk NPK 9.37

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 7.95

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 9.05

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 9.47

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 10.93 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 9.10 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.66

(45)

tidak diberi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan basa berkisar 7.95 – 10.93 %.

Tabel 10. Nilai Kejenuhan Basa Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 8.16bc 7.74bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 12.00a 6.10c

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 8.39bc 10.55ab B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 11.21ab 10.66ab B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 8.31bc 9.90abc B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.06abc 11.26ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan basa perlakuan B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) yang diaplikasi pupuk NPK berbeda nyata dengan yang tidak diaplikasi pupuk NPK. Sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Tinggi Tanaman 50 hari setelah tanam (hst)

Dari data pengukuran tinggi tanaman (Lampiran 12.1) dan dari hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 12.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman.

(46)

Tabel 11. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 104.61a

Tanpa Pupuk NPK 94.39b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 99.33

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 100.00

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 98.83

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 101.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 98.33 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 99.00

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

menurut DMRT

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diaplikasi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diaplikasi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 12. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 104.00 a 94.67 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

(47)

Jumlah Anakan 50 hst

Dari data pengukuran jumlah anakan (Lampiran 13.1) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 13.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan.

Nilai jumlah anakan terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Jumlah Anakan

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 13.50a

Tanpa Pupuk NPK 9.44b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 11.66

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 11.83

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 12.16 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 11 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 11.66 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.5

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

(48)

Tabel 14. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 13.33 a 10.00 bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 13.67 a 10.00 bc

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 15.00 a 9.33 c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 13.00 a 9.00 c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 13.67 a 9.67 c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 12.33 ab 8.67 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan pada perlakuan B0 (Kontrol), B1 (Jerami cacah 6 ton/ha), B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha), B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2), dan B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) yang diaplikasi pupuk NPK berbeda nyata dengan perlakuan yang tidak diaplikasi pupuk NPK.

Jumlah Anakan Produktif

Dari data pengukuran jumlah anakan produktif (Lampiran 14.1) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 14.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan produktif sedangkan aplikasi pupuk NPK dan interaksi keduanya juga tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan produktif.

(49)

Tabel 15. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Jumlah Anakan Produktif

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 10.72

Tanpa Pupuk NPK 8.17

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 9.67

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 8.00

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 9.17

B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 10.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 8.67 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.67

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan produktif berkisar 8 -10.67.

Tabel 16. Jumlah Anakan Produktif Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 10.33 9.00

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah anakan produktif pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yang diaplikasi pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berat Kering Tanaman

(50)

NPK serta interaksinya keduanya berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tanaman.

Berat kering tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 17 dan 18.

Tabel 17. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Berat Kering (g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 26.95a

Tanpa Pupuk NPK 16.73b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 19.75

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 21.48

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 26.75 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 20.25 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 22.30 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 20.50

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

menurut DMRT

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk NPK, sedangkan pada pemberian bahan organik dapat dilihat bahwa bahwa perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 18. Berat Kering Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 24.57c 14.93g

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 25.87bc 17.10f

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 36.43a 17.07f B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 25.67bc 14.83g B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 27.23b 17.37ef B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 21.93d 19.07e

(51)

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan pada perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) yang diberikan pupuk NPK berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Berat Gabah

Dari data pengukuran berat gabah (Lampiran 16.1) dan dari hasil sidik ragam berat akar (Lampiran 16.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan berat gabah, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan berat gabah, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan berat gabah.

Berat gabah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk NPK disajikan pada Tabel 19 dan 20.

Tabel 19. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Berat Gabah (g)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi Pupuk NPK 21.66a

Tanpa Pupuk NPK 11.16b

Pemberian Bahan Organik

B0 (Kontrol) 16.60

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 16.35

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 19.67 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 14.90 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 14.72 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 16.22

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

(52)

perlakuan B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 20. Berat Gabah Terhadap Pengaruh Kombinasi Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk NPK Tanpa Pupuk NPK

B0 (Kontrol) 22.40 10.80

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 22.60 10.10

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 27.57 11.77 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 22.30 7.50 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1)

B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1)

17.13 17.93

12.30 14.50 Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa berat gabah pada perlakuan yang diberikan pupuk NPK cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi pupuk NPK.

Pembahasan

Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap pH dan C-organik Setelah 4 Minggu Aplikasi

(53)

menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3. Akibat dari masa inkubasi yang diberikan maka proses ini dapat berlangsung (Hardjowigeno dan Rayes, 2001).

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan organik tanah (Tabel 2). C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 2.37% dan yang terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 1.87%. Nilai C-organik dalam tanah setelah inkubasi terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan nilai organik pada saat analisis awal. Kadar C-organik dalam tanah dapat meningkat dengan adanya masa inkubasi seperti yang disampaikan oleh Nuryani dan Handayani (2002) bahan organik yang diberikan kedalam tanah setelah mengalami dekomposisi, dapat meningkatkan kandungan karbon tanah juga kandungan asam-asam H2SO4 dan HNO3 yang berasal dari pelapukan bahan organik. Adanya respon positif pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi ke dalam tanah adalah karena kandungan C-organik sebelumnya di dalam tanah rendah.

Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Aplikasi Pupuk NPK Terhadap pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation, dan Kejenuhan Basa pada Akhir Vegetatif serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

a. Efek Tunggal Bahan Organik

(54)

yaitu 5.20. Terjadinya peningkatan nilai pH ini disebabkan karena Proses dekomposisi dari bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3. Akibat dari masa inkubasi yang diberikan maka proses ini dapat berlangsung (Hardjowigeno dan Rayes, 2001). Dalam hal ini peranan jerami padi yang mengandung sellulosa dan lignin sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi C1.7 H2.2 O 1.7 C4+ + H2O +

0.2 H+ + 7 e- atau reaksi oksidasi zat organik tanah C2.2 H2.2O 2.2 C4+ +

H2O + 0.2 H+ + 9 e- yang dapat meningkatkan pH tanah dalam reaksi reduksi

Fe(OH)3 + e- Fe(OH)2 + OH-.

(55)

rendah. Dari segi sifat biologi tanah adalah karena karbon merupakan sumber bahan makanan bagi mikroorganisme tanah sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu dan meningkatkan proses dekomposisi dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme

(56)

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kejenuhan basa tanah tanah (Lampiran 11.2). Dari keseluruhan data kejenuhan basa tanah pada akhir vegetatif (Tabel 9) termasuk kriteria sangat rendah Hal ini sejalan dengan data kapasitas tukar kation tanah yang masih tergolong kriteria sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena bahan organik yang diaplikasikan ke tanah sawah belum menghasilkan asam humat yang cukup nyata untuk mempengaruhi kapasitas tukar kation tanah, sehingga hasil akhir dari pendekomposisian yang berupa asam amino dan humus akan menurun sehingga perannya dalam meningkatkan kapasitas tukar kation tanah juga menurun dimana kemampuan koloid tanah mengikat kation sangat rendah. Menurut Notohadiprawiro (1998), menyatakan bahwa hasil dekomposisi bahan organik berupa asam amino dan bahan organik sekunder berupa bahan humik merupakan penyumbang kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar anion. Dengan semakin meningkatnya bahan organik maka kapasitas tukar kation tanah akan semakin besar sehingga mempengaruhi besarnya jumlah basa-basa tukar dalam tanah (kejenuhan basa). Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bahan organik maka KTK tanah akan semakin tinggi.

b. Efek Tunggal Pupuk NPK

Pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, C-organik, KTK dan Kejenuhan Basa tanah. Hal ini disebabkan karena pupuk NPK tidak mengandung sellulosa dan lignin sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi C1.7 H2.2 O 1.7 C4+ + H2O + 0.2 H+ + 7

(57)

H+ + 9 e- yang dapat meningkatkan pH tanah dalam reaksi reduksi Fe(OH)3 + e-

Fe(OH)2 + OH-. Pupuk yang dapat menaikkan pH yaitu pupuk yang bereaksi

alkalis seperti Kalsium Sianida (CaCN2) (Rosmarkam dan Yuwono, 2004). Selain

itu pupuk NPK juga tidak menghasilkan asam humat seperti bahan organik sehingga tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kapasitas tukar kation, kejenuhan basa serta tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik dalam tanah.

Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan berat kering tanaman serta berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan berat gabah. Nilai tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman, dan berat gabah yang diaplikasi pupuk NPK lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa diaplikasi puppuk NPK. Hal ini menunjukkan bahwa unsur Nitrogen, Phosfor dan Kalium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Arafah dan Sirappa (2003) yang menyatakan bahwa N merupakan salah satu faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Dari nitogen tanah, sekitar 97-98 % berupa N-organik dan 2-3 % berupa N-anorganik. Produktivitas padi sawah lebih banyak ditentukan oleh kadar zat organik tanah. Dengan demikian, tanah-tanah yang berkadar bahan organik rendah perlu diupayakan tambahan pupuk NPK dari pupuk agar status hara NPK tanaman cukup untuk menopang produktivitas yang tinggi.

c. Efek Kombinasi Antara Bahan Organik dan Pupuk NPK

(58)

disebabkan karena proses dekomposisi dari bahan organik yang telah diaplikasikan yang dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3 (Hardjowigeno dan Rayes, 2001). Dalam hal ini hanya peranan bahan organik yang mengandung sellulosa dan lignin sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi C1.7 H2.2 O 1.7 C4+ + H2O + 0.2 H+ + 7 e

-atau reaksi oksidasi zat organik tanah C2.2 H2.2O 2.2 C4+ + H2O + 0.2 H+ +

9 e- yang dapat meningkatkan pH tanah dalam reaksi reduksi Fe(OH)3 + e-

Fe(OH)2 + OH-.

Kombinasi antara bahan organik dan pupuk NPK berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan C-organik tanah (Tabel 6). C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 1.92% dan yang terendah pada perlakuan B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) yaitu 0.98%. Nilai C-organik dalam tanah pada akhir vegetatif terjadi penurunan jika dibandingkan dengan nilai C-organik pada saat setelah inkubasi. Hal ini karena bahan organik yang diberikan mampu menyumbangkan hara dalam tanah serta pupuk NPK yang diberikan juga memberikan kontribusi hara sebagai energi bagi mikroorganisme untuk melakukan proses dekomposisi.

(59)

Kombinasi antara bahan organik dan pupuk kimia berpengaruh nyata meningkatkan Kejenuhan Basa (Tabel 10). Hal ini dapat terjadi karena kandungan basa-basa tukar dalam tanah meningkat dari adanya proses dekomposisi bahan organik yang diberikan serta kadar hara dalam tanah yang semakin meningkat dari pemberian pupuk kimia.

Kombinasi antara bahan organik dan pupuk kimia berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan, berat kering tanaman serta berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman. Jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan B2 (pupuk kandang sapi) yaitu 15, tinggi tanaman terdapat pada perlakuan B3 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2) yaitu 107.33, dan berat kering tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan B2 (pupuk kandang sapi) yaitu 36.43. Hal ini disebabkan karena adanya pemberian pupuk NPK dan bahan organik yang membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

(60)
(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan KTK dan kejenuhan basa tanah, tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan berat gabah. pH tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 5,57 (analisa awal 5,29) dan c-organik tertinggi juga pada perlakuan B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) yaitu 2,57% (analisa awal 1,2%).

2. Aplikasi pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman dan berat gabah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, C-organik, KTK, kejenuhan basa tanah, dan jumlah anakan produktif

3. Interaksi antara pemberian bahan organik dan aplikasi pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan kejenuhan basa tanah, jumlah anakan dan berat kering tanaman, serta berpengaruh sangat nyata meningkatkan C-organik tanah dan tinggi tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH, KTK, jumlah anakan produktif dan berat gabah.

(62)

Saran

(63)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1992. Budi Daya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Abdulrachman, S. dan Supriyadi. 2000. Pemanfaatan Jerami Untuk Memperbaiki Kesuburan Tanah Alluvial dalam Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan : Paket dan Komponen Teknologi Produksi Padi, Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV Bogor 22-24 November 1999. Puslitbang Tanaman Pangan BP3. Bogor.

Adiningsih, J. S dan F. Agus. 2005. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.0. Balai Besar Penelitian & Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Andre. 2009. Sifat Kimia Tanah. http://www.equilibrita.co.id/ SifatKimiaTanah[15Desember2010].

Bakelaar, D. 2002. Sistem Intensifikasi Padi (The System of Rice Intensificasion-SRI) – Sedikit Memberi Lebih Banyak. Buletin ECHO Development Notes.

De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley Inter Science Publ. John Wiley % Sons. New York.

Dinas Pertanian. 2008. Pedoman Pertanian Organi

Hadiwigeno, S. 1993. Kebijaksanaan dan Arah Penelitian Pupuk dan Pemupukan dalam Menghadapi Tantangan Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Masa Datang. Jurnal Litbang Pertanian, XII (1) : 1-6.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Harahap. S.M. 2008. Aplikasi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Produksi Padi Sawah. Pasca Sarjana. Fakultas Pertanian. USU, Medan. Hardjowigeno, S dan M.L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia Publishing.

Malang.

(64)

Mas’ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Munif, A

Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

http://isroi.wordpress.com/2009/05/14/pemanfaatan-jerami-padi-sebagai- pupuk-organik-in-situ-untuk-mengurangi-penggunaan-pupuk-kimia-dan-subsidi-pupuk [7 Mei 2009].

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ponnamperuma, F. A. 1985. Straw as Source of Plant Nutrients for Wetland Rice. Pp. 117-136 in Organic Matter and Rice. Inter. Rice Res. Inst. Los Banos. Philippines.

Rismunandar. 1993. Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Jakarta. Hlm 54-55.

Sanchez, P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tropika 2. Terjemahan Amir Hamzah. ITB. Bandung. hlm. 86-88.

Satia. 2009. Morfologi Tanaman Padi. http://www.blogger.com[5september2009] VECO. 2007. Metode SRI Dalam Budi Daya Padi. VECO Indonesia.

(65)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang

Kelompok : Padi Sawah

Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1

Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661 131-3-1///IR64 ////IR64

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : 107-115 cm Anakan Produktif : 14-17 batang Warna Kaki : Hijau

Bentuk Gabah : Panjang ramping Warna Gabah : Kuning bersih

Ketahanan Terhadap Hama :-Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3-: Ketahanan Terhadap Penyakit: Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain

III dan IV

(66)

Lampiran 2. Perhitungan Berat dan Dosis

2.1 Berat Tanah Per Ember

Jarak tanam = 25 x 25 cm = 625 cm2 = 0.0625 m2

1 Ha = 10.000m2

1 Ha = (104 m2)/0.0625 m2 = 160000 populasi 1 Ha = 2 x 106 Kg tanah Jadi, = (2 x 106)/160000

= 12.5 Kg/ember

2.2 Dosis Jerami dan Pupuk Kandang Sapi Potensi : 6 ton/ha

(67)

Lampiran 3. Bagan Penelitian

Unit Percobaan Hingga 4 Minggu inkubasi

Blok 1 Blok 3 Blok 2

B0 B2 B4

B2 B4 B1

B4 B1 B5

B1 B5 B3

B5 B3 B0

B3 B0 B2

7. Kontrol (Bo)

Gambar

Gambar. Profil tanah sawah
Tabel 1. Nilai pH tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik Perlakuan pH
Tabel 2. Nilai C-organik Tanah Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik Perlakuan C-organik
Tabel 3. Nilai pH Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk NPK dan Pemberian Bahan Organik  Perlakuan pH Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen handphone merek nokia di Surabaya.. Teknik pengambilan sampel yang

Walau mengaku pernah mendengar dari orang- orang di sekitarnya namun ketika ditanya tidak dapat menjelaskan apa yang dimaksud Subyek juga tidak paham mengenai ASI

dilakukan penelitian tentang ekstraksi senyawa alkaloid dalam daun tapak dara dengan pelarut yang lebih baik dan uji reaksi pengendapan dengan. reagen

Dalam konteks demokrasi, kesetaraan bisa dilihat dari adanya kebebesan dan kesamaan hak kepada setiap orang untuk berpendapat, berkumpul dan berekpresi dalam sebuah

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Majelis dan Sekretariat

Bagaimana rangkaian kontrol yang dapat mengatur operasi inveter dan pemilihan jenis inverter yang tepat untuk dapat mengatasi kekurangan daya saat jaringan listrik

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari