• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

“KINERJA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

DALAM OTONOMI DESA”

(Studi Pada Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

110903043 ABDUL HARIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Abdul Haris

NIM : 110903043

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Otonomi Desa. ( Studi Pada Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

Medan, 25 April 2015

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

NIP: 197105132006041001 NIP: 196401081991021001 Hatta Ridho, S.Sos., M.SPDrs.M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

NIP: 196805251992031002

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Pertama-tama dan yang paling utama kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, rezeki, serta hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kinerja Badan Permusyawaratan Desa Dalam Otonomi Desa (Studi Pada Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)”.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini, untuk itu berbagai saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan memberikan batuan, dorongan, semangat, dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini, terkhusus untuk kedua orang tua Bapak Misman dan Ibu Jamiah yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, serta do’a yang tiada hentinya. Selain itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis dalam kesempatan ini juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:

(4)

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi Nasution, M.SP selaku sekretaris Departemen Ilmu Admnistrasi Negara FISIP USU.

4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos., M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu memberikan arahan serta bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, wawasan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara, khususnya Kak Mega dan Kak Dian yang telah membantu penulis dalam mengurus keperluan administrasi selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(5)

9. Bapak Suparman selaku Kepala Desa Wonosari yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Wonosari. 10.Bapak Wagiman selaku Sekretaris Desa Wonosari yang telah memberikan

banyak bantuan dalam penyediaan data-data selama penelitian.

11.Seluruh Perangkat Desa Wonosari yang juga turut membantu dalam memberikan informasi-informasi kepada peneliti selama melakukan penelitian.

12.Seluruh warga Desa Wonosari yang telah besedia memberikan bantuan informasi selama penelitian dilakukan.

13.Seluruh Keluarga, Kak Niar, Mas Mahmud, Kak Santi, Mas Esak, Bang Hasan, Kak Eka, Bang Huda, Mbak Puji, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan, semangat, serta do’a kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Alhamdulillahi Jaza Kumullohu Khoiro...

14.Seluruh teman, sahabat, rekan-rekan, dan saudara seperjuangan di “Generus Lubuk Pakam”, yang menjadi tempat “curcol” dan tempat menghibur diri ketika penulis menghadapi kejenuhan dalam mengerjakan skripsi ini, Alhamdulillahi Jaza Kumullohu Khoiro. Mugo-mogo Alloh paring lancar dan Barokah, Amin...

(6)

untuk kalian semua, semoga kita bisa menggapai cita-cita dan sukses semuda mungkin.

16.Seluruh teman-teman stambuk 2011, abang-abang stambuk, dan junior-junior di keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

17.Untuk rekan-rekan di “LDII FC Lubuk Pakam” yang menjadi tempat refreshing bagi penulis ketika jenuh dan gelisah dalam penyeleaian skripsi ini. Semoga selalu diberi kemenangan dalam setiap pertandingan dan semoga keinginan untuk Tour keluar daerah dapat segera tercapai. Amin... 18.Untuk seseorang yang tidak dapat saya sebutkan namanya, yang mungkin

tanpa disadari telah memecut semangatku dengan cara anehnya untuk segera menyelesaikan skripsi ini secepat mungkin.

(7)

Sepeti kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak”, demikian juga dengan skripsi ini, tentu ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu sekali lagi penulis dengan tangan terbuka menerima saran serta masukan yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, April 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ...

BAB I: PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Fokus Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 6

1.6Kerangka Teori... 7

1.6.1 Kinerja ... 7

1.6.1.1 Pengertian Kinerja ... 7

1.6.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

1.6.2 Desa ... 10

1.6.3 Otonomi Desa ... 13

1.6.4 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 15

1.6.4.1 Pengertian BPD ... 15

(9)

1.6.4.3 Hak BPD ... 18

1.6.4.4 Hak dan Kewajiban Anggota BPD ... 19

1.7Definisi Konsep ... 20

1.8Sistematika Penulisan ... 21

BAB II: METODE PENELITIAN ... 23

2.1Bentuk Penelitian ... 23

2.2Lokasi Penelitian ... 23

2.3Informan Penelitian ... 23

2.4Teknik Pengumpulan Data ... 24

2.5Teknik Analisis Data ... 25

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 27

3.1Sejarah, Keadaan Geografis, dan Batas-Batas Desa Wonosari... 27

3.2Deskripsi Demografi Desa Wonosari... 28

3.2.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28

3.2.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 29

3.2.3 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 29

3.3Sarana-Prasarana Sosial Kemasyarakatan... 30

3.3.1 Sarana Pendidikan ... 31

3.3.2 Sarana Pertanian ... 31

3.3.3 Sarana Keagamaan ... 32

3.3.4 Sarana Olahraga ... 32

3.4Organisasi Sosial Kemasyarakatan ... 33

(10)

3.6BPD Wonosari ... 36

BAB IV: PENYAJIAN DATA ... 38

4.1Karakteristik Informan Penelitian ... 39

4.1.1 Data Tentang Usia Informan ... 39

4.1.2 Data Tentang Jenis Kelamin Informan ... 39

4.1.3 Data Tentang Tingkat Pendidikan Informan ... 40

4.1.4 Data Tentang Pekerjaan Informan ... 41

4.2Hasil Wawancara Mengenai Kinerja BPD Dalam Otonomi Desa di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 42

A. Hasil Wawancara Dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa ... 42

a) Mengenai Otonomi Desa dan Peran BPD Dalam Otonomi Desa . 42 b) Fungsi BPD ... 43

c) Proses Pemilihan Anggota BPD ... 44

d) Partisipasi BPD Dalam Musyawarah Desa ... 44

e) Hubungan BPD Dengan Pemerintah Desa ... 45

f) Fungsi BPD Menampung dan Menyampaikan Aspirasi Masyarakat ... 46

g) Fungsi BPD Membahas Rancangan Peraturan Desa ... 48

h) Fungsi BPD Mengawasi Kinerja Kepala Desa ... 49

i) Anggaran Dana Bagi BPD ... 50

j) Saran dan Harapan Pemerintah Desa Terhadap BPD ... 51

B. Hasil Wawancara Dengan Ketua dan Sekretaris BPD ... 52

(11)

b) Fungsi BPD ... 52

c) Tugas dan Kewenangan BPD ... 53

d) Fungsi BPD Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat ... 55

e) Fungsi BPD Membahas dan Menetapkan Peraturan Desa ... 56

f) Fungsi BPD Mengawasi Kinerja Kepala Desa ... 58

g) Sumber Dana Bagi BPD ... 59

h) Kendala Yang Dihadapi BPD Dalam Menjalankan Tugas dan Fungsinya ... 60

i) Harapan BPD Terhadap Pemerintah Desa dan Masyarakat ... 61

C. Hasil Wawancara Dengan Anggota BPD ... 62

a) Kapan Diangkat Menjadi Anggota BPD? ... 62

b) Fungsi BPD ... 62

c) Fungsi BPD Menghimpun dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat ... 63

d) Pertemuan Internal Antara Anggota BPD ... 64

e) Partisipasi Anggota BPD Dalam Membahas dan Menyepakati Peraturan Desa ... 65

f) Tunjangan Atau Biaya Operasional Bagi BPD ... 65

g) Kendala Yang Dihadapi Dalam Menjalankan Tugas Sebagai Anggota BPD ... 66

h) Harapan Sebagai Anggota BPD ... 66

(12)

BAB V: ANALISIS DATA ... 71

5.1Fungsi Dan Wewenang BPD ... 72

5.2Faktor Penghambat Kinerja BPD ... 77

BAB VI: PENUTUP ... 79

6.1Kesimpulan ... 79

6.2Saran ... 83

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28

Tabel 3.2 : Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 29

Tabel 3.3 : Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 30

Tabel 3.4 : Sarana Pendidikan di Desa Wonosari ... 31

Tabel 3.5 : Sarana Pertanian di Desa Wonosari ... 32

Tabel 3.6 : Sarana Keagamaan di Desa Wonosari ... 32

Tabel 3.7 : Sarana Olahraga di Desa Wonosari ... 33

Tabel 3.8 : Organisasi Sosial Kemasyarakatan di Desa Wonosari ... 34

Tabel 3.9 : Pemerintah Desa Wonosari ... 35

Tabel 3.9 : Susunan Pengurus BPD Wonosari 2014-2020 ... 37

Tabel 4.1 : Karakteristik Informan Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 4.2 :Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.3 : Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.4 : Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 41

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

(14)

ABSTRAK

KINERJA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM OTONOMI DESA

(Studi Pada Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

Nama : Abdul Haris

NIM : 110903043

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Hatta Ridho, S.Sos., M.SP

Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki posisi yang strategis dalam menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat desa setempat. Sebagai elemen penting yang dianggap menjadi penggerak kehidupan demokrasi desa, kehadiran dan kinerja BPD ternyata masih dilingkupi sejumlah problem yang berpotensi menjadi bumerang bagi proses demokratisasi. Dalam beberapa kasus, kehadiran BPD justru dianggap menimbulkan keruwetan pada kehidupan politik desa, dimana banyak konflik yang muncul antara BPD dengan pemerintah desa, ada pula BPD yang justru hanya sebagai “pemberi stempel” untuk memberikan legitimasi kepada pemerintah desa. Karena itu, setiap anggota BPD harusmampu memahami dan mampu melaksanakan kedudukan, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja BPD, serta untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi BPD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Penelitian ini dilakukan di Desa Wonosari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa BPD telah dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya, namun belum optimal, yang disebabkan oleh kurang baiknya pengetahuan anggota BPD mengenai tugas dan fungsinya, masalah keuangan dari BPD maupun anggotanya, serta kurangnya partisipasi dari masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, daerah Indonesia terdiri atas beberapa daerah/wilayah provinsi, dan di setiap daerah/wilayah provinsi terdapat daerah/wilayah kabupaten/kota. Selanjutnya di dalam tiap daerah kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Dengan demikian desa dan kelurahan merupakan satuan pemerintahan terendah dibawah kabupaten/kota.

Dalam konteks Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa dibedakan dengan kelurahan. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui negara, sedangkan kelurahan adalah satuan pemerintahan dibawah kecamatan yang merupakan wilayah pelayanan dari kabupaten/kota, kelurahan hanyalah wilayah pelayanan pejabat yaitu lurah, yang diberi tugas oleh bupati/walikota dibawah koordinasi camat.

(16)

ekonomi, sosial, dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih berama-sama; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri (dalam Hanif Nurcholis, 2011 :4). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Bab I Pasal 1 ayat 1 dirumuskan, “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dalam rumusan ini terdapat kata “berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional”. Kalimat ini mengandung arti bahwa Desa mempunyai otonomi sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat desa yang bersangkutan sepanjang masih hidup dan dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya.

(17)

Sebagai sebuah satuan pemerintahan terkecil, desa memiliki organisasi yang berfungsi menjalankan pemerintahan. Dalam konteks Undang-Undang No 32 Tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa adalah organisasi pemerintahan yang berfungsi menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa, sementara BPD adalah badan yang berperan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Namun dalam konteks Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa, pemerintahan desa hanya terdiri dari pemerintah desa, yaitu kepala desa beserta perangkat desa, BPD bukan lagi menjadi bagian dari pemerintahan desa tersebut. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi fungsi BPD dalam pelaksanaan pemerintahan, BPD tetap sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan di desa, fungsinya yaitu membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, serta melakukan pengawasan kinerja kepala desa dalam menjalankan pemerintahan desa. Atau dengan kata lain BPD juga dapat dikatakan sebagai lembaga legislatif di desa.

(18)

independen. Pemerintah desa berfungsi menjalankan pemerintahan, sementara BPD menjalankan fungsinya dalam mengawasi pelaksanaan pemerintahan tersebut, mulai dari proses perencanaan hingga pada penerimaan laporan pertanggungjawaban dari pemerintah desa.

Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki posisi yang strategis dalam menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat desa setempat. Perannya sangat besar dalam mempercepat keberhasilan pembangunan desa. Karena itu, selain harusmampu memahami dan mampu melaksanakan kedudukan, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku, setiap anggota BPD harus benar-benar mampu menjadi penyalur aspirasi warga kepada pemerintah desa. Sehingga pemerintahan desa dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat desa dan diamanatkan dalam Undang-Undang.

(19)

agenda-agenda yang diharapkan secara efektif menciptakan pembaruan di desa. Diantara anggota BPD masih ada yang belum memahami fungsi dan tanggungjawabnya sebagai kekuatan legislasi dan pengontrol dalam kehidupan pemerintahan di desa.

Badan Permusyawaratan Desa yang ada di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang telah lama ada di desa ini, namun berdasarkan wawancara awal yang peneliti lakukan dengan ketua Badan Permusyawaratan Desa, didapatkan informasi bahwa Badan Permusyawaratan Desa yang ada belum mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, hal ini disebabkan oleh karena anggota Badan Permusyawaratan Desa yang ada belum begitu memahami tugas dan fungsinya dengan baik, selain itu juga karena Badan Permusyawaratan Desa jarang melakukan rapat atau pertemuan yang disebabkan oleh susahnya mengumpulkan anggota, karena para anggota Badan Permusywaratan Desa lebih mementingkan pekerjaannya dari pada tanggungjawabnya sebagai anggota BPD. Selain itu, dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa warga desa, juga dapat diketahui bahwa mereka tidak mengetahui apa itu fungsi dari BPD, serta siapakah anggota BPD yang ada di desa mereka.

(20)

1.2.Fokus Masalah

Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus masalah. Fokus masalah dibuat agar ada batasan yang jelas terhadap suatu penelitian. Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan fungsi ataupun peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu menyerap dan menyampaikan aspirasi masyarakat, membahas dan menetapkan peraturan desa, serta mengawasi kinerja dari pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Otonomi Desa?”

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta melihat kendala-kendala yang menjadi penghambat bagi kinerja BPD tersebut.

1.5.Manfaat Penelitian

(21)

1. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.

3. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan bagi instansi terkait dalam meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

1.6. Kerangka Teori

Menurut Masri Singarimbun (1989 : 37), bahwa Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Maka sebelum melakukan penelitian perlu dijelaskan terlebih dahulu kerangka teori yang menjadi landasan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1.6.1.Kinerja

(22)

Kinerja adalah terjemahan dari performance yang berarti penampilan atau unjuk kerja atau prestasi. Benardin dan Russel (dalam Beti Nasution; 2010: 141) menekankan kinerja pada outcome yang dihasilkan yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktifitas dijalankan selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian, kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu. Outcome atau pencapaian hasil dapat dinilai menurut pelaku, yaitu yang dihasilkan oleh individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja kelompok), dan oleh instotusi (kinerja institusi). Kinerja individu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok ataupun institusi. Kinerja kelompok menggambarkan sampai seberapa jauh kelompok telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil sebagaimana yang ditetapkan oleh institusi. Kinerja institusi berkenaan seberapa jauh institusi telah melaksanakan kegiatan pokok sehingga mencapai visi atau misi institusi.

(23)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang dilakukan baerdasarkan kecakapan dan pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

1.6.1.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mahmudi (2005: 21), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu:

a) Faktor personal (individu), meliputi: pengetahuan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

b) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan pimpinan;

c) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kesetaraan dan kekompakan anggota tim;

d) Faktor sistem, meliputi: sitem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses oganisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.

(24)

Desa menurut HAW. Widjaja (2004: 3) dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaaan masyarakat.

Kemudian pakar lain mendefinisikan desa sebagai berikut (dalam Hanif Nurcholis, 2011 :4) :

1.Menurut R Bintarto ( 1968 ; 95 )

Desa adalah suatu pewujudan geografis yang ditimbulkan unsur – unsur fisiografis sosial ekonomi, politis, dan kultural yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah – daerah lain.

2.Menurut P. J. Bournen ( 1971 : 19 )

Desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak berapa ribu orang, hampir semua saling mengenal ; kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian, perikanan, dan sebagainya usaha – usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan – ikatan keluarga yang rapat, ketaatan, dan kaidah – kaidah sosial.

3.Menurut I. Neoman Beratha ( 1982 ; 27 )

(25)

adalah pula “ badan pemerintahan “, yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya.

4.Menurut R. H. Unang Soenardjo ( 1984 ; 11 )

Desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yangmenetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas – batasnya ; memiliki ikatan lahir batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama –sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan ; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama ; memiliki kekayaan dalam jumlah tententu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

Berdasarkan penjelasan para penulis tersebut, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa desa adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal atas dasar hubungan kekerabatan dan/atau kepentingan politik, sosial, ekonomi, dan keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing warganya, umumnya warganya hidup dari pertanian, mempunyai hak mengatur rumah tangganya sendiri, dan secara administratif berada di bawah pemerintahan kabupaten/kota.

(26)

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Desa yang pada awalnya didefinisikan sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, berubah rumusannya menjadi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat. (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa).

Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa, yakni :

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas: sistem organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat; pembinaan lembaga dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan pengembangan peran masyarakat Desa.

b. Kewenangan lokal berskala Desa.

(27)

bacaan; pengelolaan embung Desa; pengelolaan air minum berskala Desa; dan pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.6.3.Otonomi Desa

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara-bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret. (HAW. Widjaja, hal 4)

(28)

Sebagai masyarakat hukum (adat) yang memiliki otonomi, maka desa merupakan subjek hukum. Desa yang otonom adalah desa yang merupakan subjek hukum, artinya dapat melakukan tindakan-tindakan hukum. Tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan antara lain :

1) Mengambil keputusan atau membuat peraturan yang dapat mengikat segenap warga desa atau pihak tertentu sepanjang menyangkut rumah tangganya;

2) Menjalankan pemerintah desa; 3) Memilih kepala desa;

4) Memiliki harta benda dari kekayaan sendiri; 5) Memiliki tanah sendiri;

6) Menggali dan menetapkan sumber-sumber keuangan sendiri;

7) Menyusun APPKD (Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Desa);

8) Menyelenggarakan gotong royong; 9) Menyelenggarakan peradilan desa;

10)Menyelenggarakan usaha lain demi kesejahteraan masyarakat desa.

Unsur-unsur otonomi desa yang penting antara lain adalah :

1) Adat tertentu yang mengikat dan ditaati oleh masyarakat (di) desa yang bersangkutan;

(29)

4) Urusan rumah tangga desa;

5) Pemerintah desa yang dipilih oleh dan dari kalangan masyarakat desa yang bersangkutan, yang sebagai alat desa memegang fungsi “mengurus”.

6) Lembaga atau badan “perwakilan” atau musyawarah, yang sepanjang penyelenggaraan urusan rumah tangga desa mempunyai fungsi “mengatur”.

Dalam perjalanan sejarah bisa terjadi, dan memang ada terjadi, perubahan-perubahan bobot otonomi desa sedemikian rupa, sehingga pada suatu waktu bisa diketemukan satuan-satuan masyarakat yang tidak lagi memenuhi seluruh atau sebagian unsur-unsur otonomi desa, atau dengan perkataan lain, seluruh atau sebagian hak-hak dan kewenangannya sebagai masyarakat hukum adat tidak berfungsi lagi (Ibid, hal 8).

1.6.4.Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

1.6.4.1.Pengertian Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa merupakan perubahan nama dari Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh dari proses yang baik.

(30)

mengawasi kinerja Kepala Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 55). Oleh karenanya BPD sebagai badan permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan. Kemudian didalam pasal 56 ayat 1 disebutkan bahwa anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Ayat 2 menyebutkan masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Kemudian dalam ayat 3 disebutkan bahwa anggota Badan Permusywaratan Desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Persyaratan untuk menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa disebutkan dalam pasal 57 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, yaitu :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

(31)

c. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah; d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau

sederajat;

e. Bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;

f. Bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan g. Wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis.

1.6.4.2.Tugas dan Wewenang Badan Permusyawaratan Desa

BPD merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan. BPD berfungsi membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menyalurkan dan menampung aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa.

Atas fungsi tersebut, BPD mempunyai tugas dan kewenangan :

a) Menyelenggarakan musyawarah desa yang diikuti oleh Kepala Desa, BPD, serta unsur dari perwakilan masyarakat desa untuk memutuskan hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, yaitu : penataan Desa, perencanaan Desa, kerjasama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan Aset Desa, dan kejadian luar biasa;

(32)

c) Menerima laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran dari Kepala Desa dalam rangka melakukan pengawasan kinerja pemerintahan desa;

d) Memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa tentang masa jabatan yang akan berakhir yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan berakhir.

e) Membentuk panitia pemilihan kepala desa yang akan melaksanakan tugas pemilihan Kepala Desa mulai dari persiapan hingga penetapan;

f) Melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepala desa kepada pejabat Bupati/Walikota;

g) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

h) Menyusun tata tertib BPD.

1.6.4.3.Hak BPD

Adapun hak BPD adalah :

a) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa kepada pemerintah desa;

b) Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; dan

(33)

1.6.4.4.Hak dan Kewajiban Anggota BPD

Adapun hak anggota BPD adalah :

a) Mengajukan usul rancangan peraturan desa; b) Mengajukan pertanyaan;

c) Menyampaikan usul dan/atau pendapat; d) Memilih dan dipilih; dan

e) Mendapat tunjangan dari anggaran pendapatan dan belanja desa.

Kewajiban anggota BPD :

a) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD Negara Republik Indonesia 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; b) Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan

gender dalam penyelenggaran pemerintahan desa;

c) Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa;

d) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;

(34)

f) Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan desa.

1.7.Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dengan konsep peneliti melakukan abstraksi dan menyederhanakan pemikirannya melalui penggunaan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Sofian Effendi; 2012 : 32). Maka untuk mendapatkan batasan masalah yang jelas, definisi konsep yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Dalam hal ini yang dikatakan dengan kinerja Badan Permusyawaratan Desa adalah pelaksanaan tugas dan fungsi dari BPD itu sendiri.

(35)

penyelenggaraan pemerintahan desa terhadap orang-orang yang dipilih oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pemerintahan di desa.

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur pemerintahan desa, berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan desa.

1.8.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum dan karakteristik mengenai lokasi penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

(36)

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat analisa data dari data yang disajikan yang diperoleh pada saat melakukanpenelitian.

BAB VI : PENUTUP

(37)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1.Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu kegiatan secara objektif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur suatu fenomena sosial tertentu dangan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989 : 17). Selanjutnya, menurut Kirk dan Miller (Moleong 2007 : 4), Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang – orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

2.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

2.3.Informan Penelitian

Informan Penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

(38)

1. Informan Kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini : Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa, Serta beberapa orang anggota Badan Permusyawaratan Desa.

2. Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai informan utama adalah : Kepala Desa dan Sekretaris desa.

3. Informan Tambahan, yaitu orang-orang yang tidak terlibat secara langsung dalam persoalan penelitian namun mengetahui tentang masalah yang diteliti. Adapun informan tambahan dalam penelitian ini adalah beberapa orang warga di Desa Wonosari.

2.4.Teknik Pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat kita melakukan penelitian, yaitu dengan melakukan :

a) Wawancara

(39)

b) Observasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gajala-gejala yang terjadi di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk medukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen terkait yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

b. Studi kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari referensi berupa buku,jurnal dan karya tulis ilmiah, serta pendapat para ahli yang relevan dengan permasalahan penelitian.

2.5.Teknik Analisis Data

(40)
(41)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1.Sejarah, keadaan Geografis, dan Batas-batas Desa wonosari

Desa Wonosari pada masa lalu merupakan hutan belantara, kemudian Pemerintah Belanda membuka areal ini menjadi areal perkebunan. Dengan dibukanya daerah ini, maka banyak orang yang datang untuk bekerja membuka lahan sekaligus menetap dan membuka lahan untuk kebutuhan pribadi. Adapun nama Wonosari berasal dari kata “Wono” yang berarti hutan, dan kata “Sari” yang berarti rasa. Maka Wonosari mengandung arti hutan atau bekas hutan.

Desa Wonosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Berjarak sekitar 7 km dari ibukota Kecamatan Tanjung Morawa, dan 8 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Memiliki luas wilayah 716 Ha, yang terdiri atas areal darat seluas 116 Ha dan areal persawahan seluas 600 Ha, terletak di ketinggian 35 mdpl. Desa ini terbagi atas 16 dusun dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penara Kebun - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Baru

(42)

3.2.Deskripsi Demografi Desa Wonosari

Desa Wonosari memiliki jumlah penduduk sebesar 9.950 jiwa yang terdiri dari 2.400 kepala keluarga. Pada umumnya penduduk di desa ini adalah bersuku Batak dan Jawa, dan mayoritas penduduk di desa ini beragama Islam dan Kristen.

3.2.1.Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk Desa Wonosari menurut jenis kelamin dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 : Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 5.070 jiwa

2 Perempuan 4.880 jiwa

Jumlah 9.950 jiwa

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari 2010

(43)

3.2.2.Penduduk Menurut Kelompok umur

Tabel 3.2 : Penduduk Menurut Kelompok Umur No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (jiwa)

1 0-15 3.943

2 16-55 4.721

3 >56 1.286

Jumlah 9.950

Sumber :Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada kelompok umur 16-55 tahun sebanyak 4.721 jiwa, sedangkan penduduk terendah terdapat pada kelompok umur >56 tahun sebanyak 1.286 jiwa.

3.2.3.Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

(44)

Tabel 3.3 : Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan No Pekerjaan Jumlah (jiwa)

1 Pelajar 4.934

2 Petani 1.311

3 Ibu Rumah Tangga 1.100 4 Pegawai swasta 876

5 Pedagang 605

6 Pegawai Negeri 517

7 Pensiunan 219

8 Polisi 7

9 TNI 4

10 Lain-lain 377

Jumlah 9.950

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Wonosari memiliki pekerjaan sebagai pelajar yang berjumlah 4.934 orang penduduk, sementara pekerjaan terkecil penduduk adalah berprofesi sebagai TNI, yaitu berjumlah 4 orang penduduk.

3.3.Sarana – Prasarana Sosial Kemasyarakatan

(45)

3.3.1.Sarana Pendidikan

Gedung sekolah sebagai sarana pendidikan yang ada di Desa Wonosari dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 : Sarana Pendidikan di Desa Wonosari No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah

1 TK 4

2 SD 6

3 SLTP 3

4 SLTA 2

Jumlah 15

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari 2010

Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Desa Wonosari sudah lumayan lengkap, yaitu sudah tersedia gedung sekolah mulai dari TK sampai dengan SLTA.

3.3.2.Sarana Pertanian

(46)

Tabel 3.5 : Sarana Pertanian di Desa Wonosari No Jenis Sarana Pertanian Jumlah

1 Pompa Air 90 buah

2 Sumur Bor 300 buah

3 Hand Traktor 45 buah

4 Mesin Panen 17 buah

Jumlah 452 buah

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari 2010

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sarana pertanian yang ada di Desa Wonosari sudah cukup baik.

3.3.3.Sarana Keagamaan

Sarana keagamaan yang terdapat di Desa Wonosari dapat dilihat pada tabel Berikut:

Tabel 3.6 : Sarana Keagamaan di Desa Wonosari No Jenis sarana Peribadatan Jumlah

1 Masjid 9 buah

2 Gereja 6 buah

Jumlah 15 buah

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

3.3.4.Sarana Olahraga

(47)

Tabel 3.7 : Sarana Olahraga di Desa Wonosari

No Jenis Sarana Olahraga Jumlah 1 Lapangan Bola Kaki 1 buah 2 Lapangan Bola Volley 4 buah 3 Lapangan Badminton 1 buah

Jumlah 6 buah

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sarana olahraga yang terdapat di Desa Wonosari sebanyak 6 buah, yaitu terdiri dari lapangan bola volley sebanyak 4 buah, lapangan sepakbola sebanyak 1 buah, dan lapangan badminton sebanyak 1 buah.

3.4.Organisasi Sosial Kemasyarakatan

(48)

Tabel 3.8 : Organisasi Sosial Kemasyarakatan di Desa Wonosari No Organisasi Sosial Kemasyarakatan Jumlah

1 Kelompok Tani 16

2 Pengrajin 25

3 Koperasi -

4 Perwiritan 16

5 STM 43

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan organisasi sosial kemasyarakatan yang terdapat di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 100 organisasi kemasyarakatan, paling banyak yaitu organisasi STM (Serikat Tolong Menolong) sebanyak 43 oranisasi, kemudian pengrajin sebanyak 25, kelompok tani sebanyak 16, dan perwiritan sebanyak 16.

3.5.Pemerintah Desa Wonosari

(49)

Tabel 3.9 : Pemerintah Desa Wonosari

No Nama Jabatan

1 Suparman Kepala Desa (sampai

13 Maret 2015) 2 Soangkupon Harahap, S.Sos Plt Kepala Desa

3 Wagiman Sekretaris Desa

4 Fambudi, SP Kaur Pemerintahan 5 Yuwono Kesatria Hadi Kaur Pembangunan

6 Keliyem Kaur Umum

7 Wahidin Sitorus Bendahara Desa 8 Suprihatin Hadi.E.P Ka.Dusun I 9 Samsul Bahri Ka.Dusun II

10 Sunandar Ka.Dusun III

11 Sarmidi Siringoringo Ka.Dusun IV 12 Bisara Sirait Ka.Dusun V

13 Suherlan Ka.Dusun VI

14 Saharudin Ka.Dusun VII

15 Sukariadi Ka.Dusun VIII

16 Daulat Sirait Ka.Dusun IX

17 Wardianto Ka.Dusun X

(50)

21 Marulak Sitorus Ka.Dusun XIV 22 Janson Sitorus Ka.Dusun XV 23 Dahlan Butar-Butar Ka.Dusun XVI

Sumber : Data Hasil Penelitian 2015

3.6.Badan Permusyawaratan Desa Wonosari

(51)

Tabel 3.10 : Susunan Pengurus BPD Wonosari 2014 – 2020

No Nama Alamat Pendidikan Jabatan

(52)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada Bab ini penulis akan menyajikan data – data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga dapat menjawab permasalahan utama yang ingin peneliti deskripsikan. Dalam mengumpulkan data, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang penulis lakukan yaitu : Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan data dari berbagai dokumen mengenai kinerja dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) . Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara mendalam dengan informan penelitian. Adapun informan yang berhasil diwawancarai peneliti, adalah sebagai berikut :

1. Kepala Desa dan Sekretaris Desa Wonosari 2. Ketua dan Sekretaris BPD Wonosari 3. Tiga orang anggota BPD Wonosari 4. Sembilan orang warga Desa Wonosari

(53)

penulis lakukan pertanyaan – pertanyaan tersebut mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian.

4.1Karasteristik Informan Penelitian 4.1.1.Data Tentang Usia Informan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan tentang karakteristik informan penelitian menurut usia, maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia No Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 20 – 30 Tahun 3 20%

2. 31 – 40 Tahun 3 20%

3. 41 – 50 Tahun 5 33,3%

4. 51 Tahun keatas 4 26,7%

Jumlah 15 100%

Sumber : Hasil Pedoman Wawancara Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa usia informan dengan persentase terbesar yaitu pada usia 41-50 tahun sebesar 33,3% (5 orang), disusul usia 51 tahun keatas dengan 26,7%, serta usia 20-30 tahun dan 31-40 tahun masing-masing 20%.

4.1.2.Data Tentang Jenis Kelamin Informan

(54)

Tabel 4.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki – laki 11 73,3%

2. Perempuan 4 26,7%

Jumlah 15 100%

Sumber : Hasil Pedoman wawancara penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa informan dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan informan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 73,3% sedangkan informan perempuan sebanyak 26,7%.

4.1.3.Data Tentang Tingkat Pendidikan Informan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan tentang karakteristik informan penelitian menurut tingkat pendidikan, maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SD 1 6,7%

2. SMP/Sederajat 3 20%

3. SLTA/Sederajat 8 53,3%

4. S1 3 20%

Jumlah 15 100%

Sumber : Hasil Pedoman wawancara penelitian 2014

(55)

SLTA/Sederajat yaitu sebesar 60% ( 9 orang), sedangkan tingkat pendidikan yang memiliki persentase terkecil yaitu tingkat pendidikan SD dengan persentase sebesar 6,7% (1 orang).

4.1.4.Data Tentang Pekerjaan Informan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan tentang karakteristik informan penelitian menurut pekerjaan, maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. Petani 2 13,3%

2. Pedagang 1 6,7%

3. Wiraswasta 3 20%

4. PNS 2 13,3%

5. Buruh 1 6,7%

6. Dan lain – lain 6 40%

Jumlah 15 100%

Sumber : Hasil Pedoman wawancara penelitian 2015

(56)

4.2Hasil Wawancara Mengenai Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Otonomi Desa di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang

A. Hasil Wawancara Dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa a) Mengenai Otonomi Desa dan Peran BPD Dalam Otonomi Desa

1. Apakah Bapak tahu mengenai otonomi desa? Apa itu? Menurut Bapak Suparman, Kepala Desa Wonosari:

“Otonomi Desa itu adalah suatu hak atau wewenang yang dimiliki oleh desa dalam mengambil suatu keputusan atau membuat suatu peraturan, membuat kegiatan-kegiatan, dan melaksanakan peraturan-peraturan yang ada yang harus dilakukan oleh Pemerintah Desa seperti pelaksanaan dari anggaran yang diperuntukkan bagi desa”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang otonomi desa yaitu hak atau wewenang yang dimiliki oleh Pemerintah Desa dalam mengambil suatu keputusan atau melakukan tindakan-tindakan dalam pemerintahan desa.

2. Menurut Bapak, bagaimana peran BPD dalam otonomi desa tersebut? Seberapa besar dan pentingkah perannya?

Menurut Bapak Wagiman, Sekretaris Desa Wonosari:

“Perannya adalah mengawasi jalannya Pemerintahan Desa yang dijalankan oleh Kepala Desa dan perangkat-perangkatnya. Sebagai contoh jika dana desa yang berjumlah satu miliar lebih itu tidak diawasi benar penggunaannya oleh BPD, maka akan banyak aparat pemerintah desa yang akan masuk penjara, disitu lah diperlukan peran dari BPD ini”.

(57)

dilaksanakan oleh Kepala Desa beserta perangkatnya, terutama dalam hal pelaksanaan anggaran.

b) Fungsi BPD

1. Apa fungsi dari BPD yang Bapak ketahui? Menurut Sekretaris Desa Wonosari:

“Fungsi BPD itu terutama pengawasan terhadap pemerintahan desa, setelah itu mengawasi penggunaan dana-dana yang masuk ke desa, ketiga menyetujui usulan pengangkatan perangkat desa yang diajukan oleh pemerintah desa”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa pengetahuan dari Sekretaris Desa mengenai fungsi dari BPD hanya sebatas pada pengawasan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa serta menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, sementara itu fungsi menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat tidak diketahui.

3. Menurut Bapak, apakah anggota BPD sudah memahami fungsi dan tugasnya dalam pemerintahan desa?

Menurut Bapak Suparman (Kepala Desa Wonosari) :

“Dalam rapat-rapat selama ini, anggota-anggota BPD terlihat sudah lumayan mengetahui fungsi dan tugasnya, tapi masih sangat perlu peningkatan. Karena kita sangat memerlukan kinerja yang baik dari BPD itu sendiri dalam mengawasi jalannya Pemerintahan Desa”.

(58)

tugas, fungsi, serta wewenangnya dalam pemerintahan desa maka kinerja dari BPD akan semakin baik, sehingga akan berdampak baik pula dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

c) Proses Pemilihan Anggota BPD

“Kalau dulu anggota BPD itu dipilih oleh seluruh masyarakat, dibentuk panitia pemilihan terlebih dahulu, lalu setelah itu dilakukan pemilihan. Tapi kalau untuk anggota BPD yang terakhir ini pemilihannya hanya dilakukan melalui perwakilan masyarakat saja”.

Berdasarkan jawaban dari Bapak Kepala Desa Wonosari diatas, dapat diketahui bahwa proses pemilihan anggota BPD di Desa Wonosari tidak dilakukan oleh seluruh warga masyarakat, melainkan hanya dipilih oleh beberapa orang perwakilan warga masyarakat. Dalam pemilihan, diundang beberapa orang perwakilan masyarakat, lalu setelah itu didalam musyawarah itu dipilih siapa saja anggota BPD di Desa Wonosari.

d) Partisipasi BPD Dalam Musyawarah Desa

1. Pernahkah BPD menyelenggarakan musyawarah desa yang mengundang pemerintah desa serta unsur perwakilan masyrakat? “Selama ini dalam menyelenggarakan musyawarah desa yang membuat adalah kita dari Pemerintah Desa, kita yang mengundang BPD serta unsur-unsur perwakilan masyarakat. Kalau BPD yang mengundang untuk musyawarah belum pernah”.

(59)

BPD selama ini hanya diundang oleh Pemerintah Desa untuk mengikuti musyawarah desa tersebut, padahal seharusnya musyawarah desa itu diselenggarakan oleh BPD dengan difasilitasi oleh Pemerintah Desa.

2. Dalam musyawarah ataupun rapat-rapat selama ini, bagaimana pertisipasi BPD dalam mengikuti rapat tersebut?

Menurut Bapak Wagiman (Sekretaris Desa Wonosari) :

“Selama ini partisipasi BPD setiap ada pertemuan, musyawarah, ataupun rapat kordinasi dengan Pemerintah Desa lumayan aktif, wujudnya yaitu BPD dalam hal ini ketuanya memberikan sambutan atau arahan-arahan guna memonitoring atau melakukan evaluasi bagi Pemerintah Desa. Dalam rapat tersebut mereka juga memiliki catatan-catatan yang nantinya akan dibahas oleh internal mereka, lalu hasil evaluasi mereka itu akan disampaikan kepada Pemerintah Desa yang nantinya hal itu akan menjadi cambuk bagi Pemerintah Desa untuk dapat bekerja lebih baik lagi”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa partisipasi anggota BPD dalam mengikuti rapat-rapat ataupun musyawarah bersama Pemerintah Desa selama ini cukup baik. Wujudnya yaitu dalam rapat BPD yang diwakili oleh ketuanya menyampaikan pandangan ataupun pendapatnya mengenai materi rapat, lalu setelah itu BPD memberikan evaluasi dan disampaikan kepada Pemerintah Desa.

e) Hubungan BPD Dengan Pemerintah Desa Menurut pendapat Sekretaris Desa :

(60)

Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara Pemerintah Desa dengan BPD selama ini sudah berjalan cukup baik, kerjasama antara keduanya juga berjalan lancar. Akan tetapi informan mngungkapkan jangan sampai hubungan dan kerjasama yang baik itu jangan sampai membuat terlena sehingga tugas-tugas dan fungsinya tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Jangan sampai BPD hanya memberikan legitemasi saja kepada Kepala Desa tanpa mengawasi atau memonitoring kinerjanya dengan baik.

f) Fungsi BPD Menampung dan Menyampaikan Aspirasi Masyarakat 1. Terkait fungsi BPD menyerap dan menyampaikan aspirasi

masyarakat, selama ini pernahkah BPD menjalankan fungsi tersebut?

Menurut Bapak Wagiman (Sekretaris Desa Wonosari) :

“Dalam menyampaikan aspirasi-aspirasi dari masyarakat, BPD melakukan itu, tapi selama ini masih melalui lisan saja. Kita mengharapkan kedepannya BPD dapat menyampaikannya dalam bentuk surat kepada Kepala Desa, jadi kita memiliki bukti/pegangan surat dari BPD mengenai keluhan-keluhan dari warga”.

(61)

kepada Pemerintah Desa, hal ini penting agar Pemerintah Desa memiliki bukti yang sah atas laporan masyarakat tersebut.

2. Seberapa sering BPD menyampaikan usulan-usulan atau aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa?

Menurut Bapak Wagiman :

“Sering, setiap ada pertemuan selalu kami minta saran dan usulannya”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa selam ini anggota BPD sering menyampaikan saran dan usulannya terhadap Pemerintah Desa, yaitu setiap ada pertemuan dengan anggota BPD.

3. Dalam bentuk apa BPD menyampaikan usulan atau aspirasi masyarakat tersebut?

Menurut Bapak Suparman (Kepala Desa Wonosari) :

“Selama ini BPD menyampaikannya hanya dalam bentuk lisan saja. Kedepannya kita mengharapkan agar BPD dapat menyampaikannya dalam bentuk tertulis melalui surat yang disampaikan oleh BPD kepada Pemerintah Desa”.

(62)

g) Fungsi BPD Membahas Rancangan Peraturan Desa

1. Mengenai rancangan peraturan desa, apakah BPD ikut membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa tersebut?

“Dalam membahas RAPBDes waktu itu BPD ikut, apalagi yang dibahas adalah masalah anggaran, jadi kita sangat mengharapkan kehadiran dari BPD untuk ikut membahasnya”.

Berdasarkan jawaban dari Sekretaris Desa diatas, dapat diketahui bahwa selama ini BPD ikut membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa yang diajukan dalam musyawarah desa. Dan dari Pemerintah Desa sendiri sangat mengharapkan kehadiran dari BPD ketika membahas rancangan peraturan desa tersebut.

2. Bagaimana partisipasi BPD ketika membahas rancangan peraturan desa tersebut? Apakah aktif menyampaikan usulan-usulan/saran, atau hanya sebatas menyepakati saja?

Menurut Sekretaris Desa Wonosari :

“Selama kepemimpinan Bapak Yakub ini masih mengikuti satu kali saja, dan mereka lumayan aktif. Kedepan ini akan kita lihat bagaimana respon mereka ketika membahas masalah RAPBDes. Dari kita Pemerintah Desa sangat mengharapkan keaktifan mereka dalam menyampikan usulan-usulan yang menyangkut masalah masyarakat, misal masalah simpan pinjam dan lain sebagainya”.

(63)

h) Fungsi BPD Mengawasi Kinerja Kepala Desa

1. Apakah BPD meminta laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pemerintahan desa kepada Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran atau akhir masa jabatan?

Menurut Kepala Desa Wonosari :

“Kemarin BPD meminta laporan pertanggungjawaban tersebut, dari Pemerintah Desa sudah menyiapkannya dan sudah diserahkan kepada BPD”.

Dalam Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa dijelaskan bahwa Kepala Desa wajib memberikan laporan pertanggungjawaban pemerintahan desa kepada BPD setiap akhir tahun anggaran dan akhir masa jabatan. Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa BPD sudah meminta laporan pertanggungjawaban tersebut kepada Kepala Desa, dan dari Pemerintah Desa sendiri sudah memberikannya kepada BPD.

2. Bagaimana respon atau tanggapan BPD atas laporan pertanggungjawaban tersebut? Apakah hanya menerima saja atau ada semacam tanggapan-tanggapan yang mempertanyakan kejelasan dari pelaksanaan kegiatan dalam laporan tersebut?

“Sampai sekarang belum ada tanggapan dari BPD. Kami berharap kepada BPD agar membahas serta kemudian mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pemerintahan desa selama enam tahun ini yang sudah kami buat, nantinya kejanggalan-kejanggalan yang ada dalam laporan tersebut agar bisa disampaikan kepada kami”.

(64)

pertanggungjawaban yang disampaikan oleh Pemerintah Desa. Dari Pemerintah Desa berharap agar ada tanggapan ataupun balasan secepatnya dari BPD atas laporan pertanggungjawaban yang sudah disampaikan tersebut.

3. Bagaimana peran serta BPD dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di Desa?

Menurut Bapak sekretaris Desa Wonosari :

“Kami berharap kepada BPD agar turut mengawasi jalannya pembangunan-pembangunan fisik yang sudah disusun dalam perencanaan”.

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui bahwa peran BPD dalam pembangunan sangat diharapkan oleh Pemerintah Desa, terutama ikut mengawasi pelaksanaan pembangunan yang sudah disusun dalam perencanaan.

i) Anggaran Dana Bagi BPD

Adakah biaya operasional bagi BPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya dari APBDesa?

“Ada, dana itu diambil dari dana anggaran desa, yaitu sebesar Rp2.620.000,- setiap tahunnya, tidak lebih dan tidak kurang”. Itu jawaban dari sekretaris Desa Wonosari.

(65)

j) Saran dan Harapan Pemerintah Desa terhadap BPD yang ada di Desa Wonosari?

“Harapan kami nantinya BPD supaya benar-benar dapat memahami fungsi dan tugasnya, agar dapat menjalankan apa yang menjadi kewajibannya yaitu mengawasi jalannya pemerintahan desa”.

Sementara itu Bapak Suparman yang merupakan Kepala Desa Wonosari saat ini mengharapkan :

“Agar BPD dapat menjalankan fungsi dan tugasnya seperti yang ada dalam peraturan perundang-undangan dengan lebih baik lagi, agar dapat terwujud pemerintahan desa yang lebih baik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa”.

(66)

B. Hasil Wawancara Dengan Ketua BPD dan Sekretaris BPD a) Proses Pengangkatan Anggota BPD

1. Sejak kapan Bapak/Ibu diangkat jadi anggota BPD?

“Kami diangkat jadi anggota BPD sejak tahun 2014, yaitu sekitar bulan September”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa anggota BPD yang ada di Desa Wonosari saat ini diangkat/ditetapkan menjadi anggota BPD yaitu sekitar bulan September 2014.

2. Apakah setelah diangkat jadi anggota BPD Bapak/Ibu mendapatkan semacam pelatihan/bimbingan mengenai fungsi dan tugas sebagai anggota BPD? Dari mana?

“Ada, waktu itu kita mendapat bimbingan selama tiga hari di Kabupaten”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa sebelum menjalankan tugasnya sebgai anggota BPD di Desa Wonosari, para anggota BPD mendapatkan bimbingan atau pelatihan dari Pemerintah Kabupaten, yaitu selama tiga hari. Ini menunjukkan bahwa sebelum menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota BPD, para anggota BPD terpilih memang diberikan bekal berupa pengetahuan mengenai tugas dan fungsinya sebgai anggota BPD.

b) Fungsi BPD

(67)

“Yang pertama tentu pengawasan, setelah itu secara bersama Pemerintah Desa membahas Peraturan Desa, kemudian yang ke tiga adalah legislasi”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa ketua BPD Wonosari sudah mengetahui tugas dan fungsinya sebagai anggota BPD, namun belum mengetahui secara lengkap, masih ada fungsi utama dari BPD yang belum diketahui, yaitu fungsinya menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

2. Bagaimana tingkat intensitas BPD dalam melakukan pertemuan/musyawarah BPD?

“Kami sendiri melakukan pertemuan internal BPD satu bulan sekali”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa tingkat intensitas BPD Wonosari dalam melakukan musyawarah atau pertemuan internal antara anggota BPD sudah cukup sering, yaitu satu bulan sekali. Namun ini masih perlu ditingkatkan agar kinerja dari BPD dalam menjalankan fungsinya bisa semakin baik.

c) Tugas dan Kewenangan BPD

1. Adakah tata tertib BPD yang sudah disusun oleh BPD?

“Sampai saat ini tata tertib BPD belum kami buat, ini masih dalam proses pembicaraan dalam rapat BPD”.

(68)

padahal tata tertib itu penting sebagai panduan BPD dalam melaksanakan rapat-rapat BPD.

2. Terkait tugas BPD untuk menyelenggarakan musyawarah desa, selama ini apakah ada/pernah BPD melaksanakannya?

“Sampai hari ini belum pernah. Karena kita sedang mempelajari bagaimana caranya mengundang Pemerintah Desa. Kita juga mengharapkan agar dari Pemerintah Desa juga turut membantu mengajari kami dalam memahami bagaimana agar BPD ini berhasil dalam melaksanakan fungsi-fungsinya”.

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa selama ini BPD Wonosari belum pernah mengundang Pemerintah Desa untuk mengikuti musyawarah desa. Ini menunjukkan bahwa selama ini musyawarah desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa, sementara BPD hanya mengikuti saja. Padahal seharusnya musyawarah desa itu diselenggarakan oleh BPD dengan difasilitasi oleh Pemerintah Desa.

3. Apakah BPD memberitahukan kepada kepala desa tentang akan berakhirnya masa jabatan kepala desa?

“Ya, diberi tahu. Tapi itu masih secara lisan saja”.

(69)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan, dan diberitahukan secara tertulis Kepada Kepala Desa.

4. Adakah panitia pemilihan kepala desa yang sudah dibentuk oleh BPD?

“Sampai saat ini belum ada. Kita masih menunggu aturan atau petunjuk pelaksanaannya”.

Sejak berakhirnya masa jabatan Kepala Desa Wonosari yaitu di bulan Maret 2015, BPD Wonosari sampai saat penelitian dilakukan belum membentuk panitia pemilihan kepala desa. Hal ini disebabkan karena belum adanya petunjuk dari Pemerintah Kabupaten mengenai pelaksanaan pemilihan kepala desa, karena pemilihan kepala desa nantinya akan dilakukan secara serentak di Kabupaten.

d) Fungsi BPD Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat 1. Bagaimana cara BPD menyerap aspirasi dari masyarakat desa?

Apakah hanya menunggu laporan dari warga atau mendatangi warga ketika ada acara-acara?

“Sebagai contoh, kemarin di Dusun II ada sebuah permasalahan. Jadi salah satu warga ada yang memiliki permasalahan yang melapor pada kita, lalu setelah itu kita datangi warga tersebut untuk mengetahui permasalahan itu secara lebih jelas”.

(70)

2. Adakah program-program yang dibuat BPD dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya?

“Nanti kedepannya akan kita buat program, jumlah anggota BPD selain ketua kan ada delapan orang, di Desa Wonosari ini terdapat enam belas dusun, nantinya masing-masing anggota BPD itu akan dibagi masing-masing dua dusun untuk menghimpun aspirasi masyarakat desa”.

Berdasarkan jawaban dari informan diatas, dapat diketahui bahwa dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, sudah ada program khusus yang dibuat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat, yaitu dengan membagi tugas ke anggota-anggota yang ada kedalam wilayah-wilayah yang ada di Desa Wonosari untuk menerima aspirasi dari masyarakat desa.

3. Apakah masukan/aspirasi dari warga desa disampaikan oleh BPD kepada pemerintah desa?

Menurut bapak Kadir (Sekretaris Desa), “ya, masukannya kita sampaikan kepada Pemerintah Desa. Terlebih dahulu kepada kaur-kaurnya baru kemudian kepada Kepala Desa”.

Berdasarakan jawaban dari informan diatas, dapat diketahui bahwa masukan-masukan dari masyarakat yang disampaikan kepada BPD disampaikan oleh BPD kepada Pemerintah Desa.

e) Fungsi BPD Membahas dan Menetapkan Peraturan Desa

1. Apakah BPD turut serta dalam membahas dan menetapkan Peraturan Desa?

(71)

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui bahwa sampai saat penelitian dilakukan, BPD belum pernah turut serta membahas rancangan peraturan desa, padahal seharusnya dalam membahas setiap rancangan peraturan desa itu BPD harus diturutsertakan, dan peraturan desa tersebut harus mendapat persetujuan dari BPD.

2. Pernahkah BPD mengajukan usul rancangan Peraturan Desa? “Tidak pernah, karena kami yang ada di BPD saat ini dapat dikatakan belum begitu memahami apa tugas-tugas yang harus kami lakukan. Saat ini kami masih mempelajari buku Undang-Undang yang diberikan waktu bimbingan kemarin”.

Salah satu hak dari anggota BPD adalah mengajukan rancangan peraturan desa yang nantinya akan dibahas dalam musyawarah desa bersama dengan Pemerintah Desa dan unsur perwakilan masyarakat. Berdasarkan jawaban informan diatas dapat diketahui bahwa sampai saat penelitian dilakukan anggota BPD Wonosari belum pernah mengajukan usul rancangan peraturan desa tersebut, dikarenakan belum memadainya kemampuan atau pengetahuan dari anggota BPD. 3. Bagaimana partisipasi anggota BPD ketika mengikuti

musyawarah desa? Apakah turut memberi tanggapan-tanggapan atau hanya mengikuti jalannya musyawarah?

Gambar

Tabel 3.1 : Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 3.2 : Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 3.4 : Sarana Pendidikan di Desa Wonosari
tabel Berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka dapat disimpulkan bahwa di dalam pelaksanaan pembentukan Peraturan Desa, Peran anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Plosorejo tidak sesuai dengan fungsi, tugas

2. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam Menyelenggarakan Pemerintahan Desa yang Demokratis Hambatan dalam pelaksanaan fungsi BPD di Desa

Hubungan Antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dengan Pemerintah Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Hubungan antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Peraturan ini berlaku di wilayah desa

Mengingat telah berjalannya dengan baik (optimal) fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari seperti pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa,

Pelaksanaan fungsi keterwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Bolaromang belum bisa menjalankan fungsinya sebagaimana yang diharapkan karena antara Badan

Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan Pasal 32 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Hasil penelitian Analisis fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan