PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN ( PUAP )
DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH
RANI YUSTIKA SILALAHI
060309022
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
RANI YUSTIKA SILALAHI (060309022) dengan judul skripsi “PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT ” yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia,MSi dan Bapak Ir.Yusak Maryunianta,MSi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan Sosial Eknomi yang terjadi sesudah adanya Program PUAP. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Penentuan daerah dilakukan secara purposive, yaitu daerah yang sudah pernah menjalankan program PUAP. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 Orang yang terdiri dari 6 Orang dari Kelompok Tani Mawar,Tani Jaya dan Mbuah Page, 5 Orang dari Kelompok Tani Murni, dan 4 Orang dari Kelompok Tani Sederhana dan Makmur.
Dari penelitian ini, diperolah kesimpulan :
1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan
modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.
2. Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat
dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.
3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat
memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.
4. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat
memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.
5. Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga
merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.
RIWAYAT HIDUP
RANI YUSTIKA SILALAHI, lahir pada tanggal 16 Mei 1988 di Sibolga,
Sumatera Utara, anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Asbeth Silalahi
dan Ibunda Sardelina Sinaga.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis :
1. SD Katolik Diski tamat tahun 2000
2. SLTP Negeri 1 Sunggal tamat tahun 2003
3. SMA Negeri 4 Medan tamat tahun 2006
4. Tahun 2006, diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan melalui jalur SPMB.
5. Tahun 2010, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Batu Gun
Gun Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi.
6. Melakukan Penelitian pada Bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat
Selama Perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Putera/i Pecinta Alam dan
Lingkungan ( PARINTAL ) dan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat – Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah : ” Pengkajian Dampak Sosial
Ekonomi Masyarakat Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat ’’ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Secara khusus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam –
dalamnya kepada Ayahanda Asbeth Silalahi dan Ibunda Sardelina Sinaga serta
kedua saudara penulis : Rini Juwita Silalahi,SFarm dan Reynaldo Silalahi yang
telah memberikan begitu banyak dukungan doa, nasehat dan semangat bagi
penulis.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
:Ibu Ir. Lily Fauzia,Msi dan Bapak Yusak Maryunianta,Msi selaku komisi
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan
skripsi ini juga kepada para Dosen serta Staff Pegawai di Depatemen Agribisnis.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriantono
selaku PPL dan kepada seluruh Anggota Kelompok Tani Desa Durian Lingga
yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Teman – teman
Mahasiswa SEP’06 khusunya ” Tycha Matondang, Vicha Debby, Ester Silaban,
lewati dari mulai perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. Rekan – rekan
PARINTAL FP-USU khususnya Angkatan XVI : Nova, Eko, Apri, Babe, Juru,
Irene dan Berti atas seminggu yang luar biasa, Lestarii...!!! serta sahabat –
sahabat tersayang penulis khususnya : B’Nando, Febri, Ticha, Joan dan Lia atas
motivasi dan dukungan yang diberikan.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 18
2.3 Kerangka Pemikiran ... 24
2.4 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Metode Penentuan Daerah ... 28
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 28
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4 Metode Analisis Data ... 29
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 32
3.5.1 Definisi ... 32
3.5.2 Batasan Operasional ... 33
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 34
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian... 34
4.2 Karakteristik Sampel ... 40
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1 Dampak Sosial Sesudah Program PUAP………. 44
5.2 Dampak Ekonomi Sesudah Program PUAP ... 50
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 Kesimpulan ... 55 Saran ... 56
DAFTAR TABEL
No Judul Hal.
1. Jumlah Anggota Kelompok Tani yang mengikuti Program PUAP………..28
2. Jumlah Kecamatan Kabupaten Langkat menurut luas dan rasio ...34
3. Tata Guna Lahan Daerah Penelitian Tahun 2009 ... 35
4. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga berdasarkan jenis kelamin
tahun 2009 ... 36
5. Keadaan Penduduk menurut tingkat Pendidikan tahun 2008 ... 37
6. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga Menurut Mata Pencaharian .38
7. Sarana dan Prasarana Desa Durian Lingga ...39
8. Karakteristik Petani Sampel di Desa Durian Lingga ………..40
9. Penyaluran Dana BLM PUAP ... 42
10.Hasil Uji Metode Wilcoxon terhadap dampak sosial masyarakat penerima
Program PUAP (dalam rataan) ...45
11.Hasil Uji beda dua rata-rata Sampel Berpasangan (T-test Berpasangan)
terhadap dampak ekonomi masyarakat penerima program PUAP (dalam
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal.
1. Masyarakat dalam Kelompok Tani penerima Program PUAP ... ....57
2. Perubahan Dampak Sosial masyarakat penerima program PUAP ...58
3. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Adopsi Teknologi ...59
4. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Keterampilan Masyarakat ..60
5. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Partisipasi Masyarakat...61
6. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Kemandirian Masyarakat....62
7. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Dinamika Kelompok...63
8. Penyerapan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah PUAP ...64
9. Total Biaya Masyarakat sebelum PUAP ...65
10. Total Biaya Masyarakat sesudah PUAP ...66
11. Total Pendapatan Masyarakat sebelum PUAP ...67
12. Total Pendapatan Masyarakat sesudah PUAP ...68
13. Selisih Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah PUAP ...69
14. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Total Pendapatan ...70
15. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Pengeluaran Usahatani ...71
16. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...72
ABSTRAK
RANI YUSTIKA SILALAHI (060309022) dengan judul skripsi “PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT ” yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia,MSi dan Bapak Ir.Yusak Maryunianta,MSi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan Sosial Eknomi yang terjadi sesudah adanya Program PUAP. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Penentuan daerah dilakukan secara purposive, yaitu daerah yang sudah pernah menjalankan program PUAP. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 Orang yang terdiri dari 6 Orang dari Kelompok Tani Mawar,Tani Jaya dan Mbuah Page, 5 Orang dari Kelompok Tani Murni, dan 4 Orang dari Kelompok Tani Sederhana dan Makmur.
Dari penelitian ini, diperolah kesimpulan :
1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan
modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.
2. Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat
dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.
3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat
memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.
4. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat
memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.
5. Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga
merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok
pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik ( BPS ) pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta
jiwa. Sekitar 20,65 juta jiwa dari jumlah tersebut berada di pedesaan dengan mata
pencaharian utama di sektor pertanian. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi
nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung
akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin ( BPS, 2009 ).
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada
sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah.
Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, Pemerintah
menetapkan Program Jangka Menengah yang fokus pada pembangunan Pertanian
pedesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan pengembangan usaha
agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di pedesaan ( Pasaribu, 2006 )
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan di pedesaan,
Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM )
Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali
mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat
Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian
masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga
mereka bukan lagi sebagai objek melainkan sebagai subjek dalam upaya
penanggulangan kemiskinan ( Elizabeth, 2007 ).
Tetapi dalam pelaksanaannya, sering sekali mengalami kendala baik dalam
permodalan maupun akses terhadap lembaga permodalan yang ada. Untuk
mengatasi hal tersebut, Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan
bantuan melalui dana APBN dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat
( BLM ) Kelompok Tani/ Gapoktan yang dimulai sejak tahun 2000 dan kemudian
BLM tersebut berlanjut sampai tahun 2008 namun mengalami pergantian nama
yaitu menjadi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) yang
merupakan bagian dari PNPM Mandiri ( Anonimus a, 2009 ).
Program PUAP telah direncanakan mulai tahun 2007 dan dilaksanakan mulai
pada tahun anggaran 2008 dengan sasaran 11.000 desa/Gapoktan penerima BLM–
PUAP. Program PUAP tepat sasaran maka diharapkan program ini bisa membantu
pengembangan usaha agribisnis pada desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi
pertanian desa serta berkembangnya PUAP sebagai lembaga yang dimiliki dan
dikelola oleh petani. PUAP juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik tanah atau penggarap) skala
kecil, buruh tani dan berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai
Adapun tujuan dari program PUAP adalah : (1) Mengurangi kemiskinan dan
pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis
di pedesaan sesuai dengan potensi wilayah, (2) Meningkatkan kemampuan pelaku
usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3)
Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan (4) Meningkatkan fungsi
kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan
dalam rangka akses ke permodalan ( Petunjuk Teknis PUAP, 2009 ).
Sasaran yang hendak dicapai ialah : (1) Berkembangnya Usaha Agribisnis di
10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2)
Berkembangnya 10.000 Gapoktan/ Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani,
(3) Meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani peternak
( pemilki atau penggarap ) skala kecil, buruh tani dan (4) Berkembangnya usaha
pelaku agribisnis yangg mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman
( Pedoman Umum PUAP, 2009 )
Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana
BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani
skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola
dasar pengembangan PUAP adalah keberadaan Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia
Mitra Tani, Pelatihan bagi petani dan Penyaluran BLM kepada petani dan buruh
tani. Sedangkan strategi dasar dari pelaksanaan PUAP adalah :
2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal
3. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada
sumber permodalan
4. Pendampingan bagi GAPOKTAN
( Anonimous b, 2009 ).
Dalam penyelenggaraan Program PUAP, Departemen Pertanian telah
mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai
dana stimulan untuk Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Dana
tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya (On farm)
seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan
Off farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri
rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain
berbasis pertanian. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran
kelembagaan tani pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi
petani atau peternakan.
Desa Durian Lingga merupakan salah satu dari beberapa desa di kecamatan Sei
Bingei yang sudah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan ( PUAP ). Mata pencaharian utama penduduk desa berada pada sektor
pertanian dengan komoditas utama di desa ini adalah tanaman pangan dan
hortikultura yaitu padi dan jagung yang mereka tanam secara bergiliran, begitu
panen tanaman padi kemudian mereka ganti dengan jagung demikian seterusnya.
terdiri dari 6 kelompok tani yaitu kelompok tani Mawar, Tani Jaya, Murni, Mbuah
Page, Sederhana dan Makmur. Kesemua kelompok tani yang tergabung dalam
Gapoktan Mejuah – juah ini di pimpin oleh seorang Penyuluh pendamping.
1. 2 Identifikasi Masalah
Masalah yang memerlukan penelitian adalah :
1. Apakah ada perubahan sosial ( Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,
Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok )
sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan ?
2. Apakah ada perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran Usahatani,
Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha
agribisnis pedesaan?
3. Apakah masalah – masalah yang dihadapi dapat diatasi sesudah adanya
program pengembangan usaha agribisnis pedeseaan ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan sosial ( Adopsi Teknologi, Keterampilan
Masyarakat, Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika
Kelompok ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis
pedesaan sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis
2. Untuk mengetahui perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran
Usahatani, Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program
pengembangan usaha agribisnis pedesaan.
3. Untuk mengetahui apakah masalah – masalah yang dihadapi dapat diatasi
sesudah adanya program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.
1.3 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi petani, kelompok tani dan Gabungan Kelompok
Tani ( Gapoktan ) sebagai pelaku dalam PUAP.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, khususnya di lokasi
penelitian dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan program
PUAP selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP )
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Kepmentan)
nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007 tentang salah satu upaya Pemerintah dalam
mengurangi kemiskinan di pedesaan,dan merupakan pengembangan program
yang sudah dilaksanakan sebelumnya, yaitu PNPM- Mandiri maka dibentuklah
program lanjutan yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
( PUAP ) yang diharap mampu menjadi solusi bagi masyarakat pedesaan. PUAP
dalam perkembangannya memerlukan suatu pengkajian baik dari segi sosial
maupun dari segi ekonomi. Mengkaji disini ialah membandingkan apakah ada
perkembangan antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Dari sini,
akan dapat dilihat apakah dengan program ini akan mengalami kemajuan atau
tidak ( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).
2.1.2 Kriteria Seleksi Desa dan GAPOKTAN Penerima PUAP 2.1.2.1 Kriteria Seleksi Desa
1. Tahapan Penetapan Kuota Desa
Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja ( Pokja )
PUAP, Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria desa
miskin yang mempunyai potensi pertanian yang berasal dari : 1) Data Lokasi;
desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga
memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Bupati / Walikota, usulan aspirasi
masyarakat dan usulan unit kerja lingkup Departemen Pertanian.
2. Tahapan Penetapan Gapoktan / Poktan
a. Kepala desa/ lurah lokasi desa PUAP yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian,
mengusulkan calon Gapktan penerima BLM PUAP kepada tim teknis
Kabupaten / Kota.
b. Tim Teknis Kabupaten / Kota melakukan verifikasi calon Gapoktan usulan
kepala desa / Lurah untuk ditetapkan oleh Bupati / Walikota.
c. Pengurus Gapoktan yang telah ditetapkan oleh Bupati / Walikota mengisi
formulir yang berisi data – data Gapoktan.
d. Bupati / Walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM PUAP kepada Tim
PUAP Pusat dengan tembusan Tim Pembina Provinsi.Berdasarkan usulan
Bupati / Walikota, Menteri Pertanian menetapkan Gapoktan penerima BLM
PUAP.
2.1.2.2 Kriteria Gapoktan Penerima BLM PUAP
Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP dengan kriteria sebagai berikut :
a. Merupakan SDM yang mampu mengelola usaha Agribisnis.
b. Mempunyai struktur Kepengurusan yang aktif.
c. Dimilki dan dikelola oleh petani.
e. Apabila di desa tersebut tidak terdapat Gapktan dan baru ada POKTAN, maka
POKTAN tersebut dapat ditunjuk menjadi penerima BLM PUAP yang
selanjutnya akan ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.
( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).
2.1.3 Penyusunan Rencana Usaha Bersama
Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh GAPOKTAN, maka GAPOKTAN
harus menyusun terlebih dahulu Rencana Usaha Bersama ( RUB ) dengan kriteria:
a. RUB disusun oleh Gapoktan berdasarkan hasil identifikasi potensi usaha
agribisnis di desa.
b. Dalam penyusunan RUB tersebut pun harus memperhatikan kelayakan usaha
produktif petani, seperti : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya meliputi usaha
industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis
pertanian.
c. Rencana Usaha Bersama ( RUB ) yang disusun oleh Gapoktan diverifikasi
awal oleh Penyelia Mitra Tani ( PMT ) untuk disetujui oleh tim Teknis
Kabupaten / Kota.
d. Rencan Usaha Bersama ( RUB ) yang sudah disetujui selanjutnya akan dikirim
bersama dengan dokumen administrasi pendukung lainnya, antara lain :
1) Perjanjian Kerjasama, 2) Nomor Rekening Gapoktan, 3) Kwitnasi yang
ditandatangani oleh Ketua Gapoktan, 4) Berita Acara,
5) Surat Perintah Kerja (SPK) kepada Tim Pembina PUAP Provinsi
2.1.4 Organisasi Pelaksana PUAP 1. Tingkat Pusat
Tim PUAP Pusat
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Menteri Pertanian membentuk Tim
Pengarah dan Tim Pelaksana PUAP.
Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian dibantu oleh seluruh Eselon I Lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama dari Tim Pengarah adalah
merumuskan kebijakan umum dalam pengembangan PUAP baik dengan instansi
Pusat khususnya dalam koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan
instansi daerah ( tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota ).
Tim Pelaksana tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan SDM dan dibantu oleh Staf khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan Efisiensi
Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai
Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari kepala Biro
Perencana. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh
kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
2. Tingkat Provinsi
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat provinsi, Gubernur
membentuk Tim Pembina PUAP yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana .
Tim Pelaksana dipimpin oleh salah satu Kepala Dinas / Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur dengan Sekretaris adalah Kepala Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ), sedangkan anggota berasal dari instansi
terkait lainnya. Tugas utama dari Tim Pembina adalah merumuskan petunjuk
pelaksanaan pengembangan PUAP sesuai dengan kondisi wilayah,
mengkoordinasikan usulan Gapoktan PUAP dari Kabupaten/ Kota,
mengkoordinasikan serta melaksanakan verifikasi atas dokumen administrasi
Gapoktan PUAP.
3. Tingkat Kabupaten/ Kota
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Bupati / Walikota membentuk Tim
Teknis PUAP yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana
Tim Pengarah PUAP Kabupaten / Kota juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten / Kota.
Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas / Badan Lingkup Pertanian. Susunan organisasi Tim Teknis Kabupaten / Kota terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Anggota yang salah satunya adalah Penyelia Mitra Tani ( PMT ).
Tugas utama dari Tim Teknis Kabupaten / Kota adalah merumuskan kebijakan
umum Pusat dan petunjuk pelaksanaan dari Provinsi. Tim Teknis Kabupaten /
Kota mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP, menyetujui RUB yang diusulkan
Gapoktan dan melakukan pembinaan, pengendalian, monitoring dan pelaporan
pelaksanaan PUAP di tingkat kecamatan dan Desa yang berkoordinasi dengan
4. Tingkat Kecamatan
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di Kecamatan, Bupati / Walikota
membentuk Tim Teknis yang diketuai Camat dan dibantu oleh Kepala Balai
Penyuluhan Pertanian ( BPP ) sebagai Sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian
( KCD ) dan Kepala Desa Lokasi PUAP sebagai angggota.
Tugas Utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan pembianaan dan
pengawasan PUAP di tingkat kecamatan.
5. Tingkat Desa
Pelaksna PUAP di Tingkat Desa terdiri dari Gapoktan, Penyuluh Pendampng dan
Penyelia Mitra Tani ( PMT ). Kepala Desa / Lurah mengusulkan Gapoktan
sebagai calon penerima BLM PUAP kepada Tim Teknis PUAP Kabupaten/ Kota.
• Penyuluh Pendamping
Tugas utama dari penyuluh pendamping adalah :
- Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha
pertanian.
- Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis pedesaan termasuk
pemasaran hasil usaha.
- Membantu memecahkan masalah uasha petani/ kelompok tani serta
mendampingi Gapoktan selama proses penumbuhan kelembagaan.
- Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif
sesuai potensi desa.
- Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi,
- Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM PUAP.
- Membantu Gapoktan dalam membuat laporan perkembangan PUAP.
• Penyelia Mitra Tani
Tugas utama Penyelia Mitra Tani adalah :
- Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping dan
Gapoktan
- Melaksanakan pertemuan reguler dengan penyuluh Pendamping dan
Gapoktan.
- Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen admnistrasi
lainnya.
- Melaksanakan pengawalan pemanfaatan dan BLM PUAP yang dikelola
oleh Gapoktan.
- Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP
(Petunjuk Teknis PUAP, 2009 ).
Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Secara umum permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan program PUAP dibagi dua, yaitu :
menentukan calon lokasi desa PUAP dan implementasi dari pengembangan usaha
agribisnis pedesaan. Dan masalah tersebut adalah dalam menentukan calon desa
yang sesuai sehingga program PUAP tepat sasaran dan menentukan agar
bagaimana agar target / lokasi sasaran dapat diterima semua pihak
( stakeholders ). Untuk mengatasi masalah pertama dilakukan dengan
menerima bantuan dan kedua melakukan koordinasi dengan semua pihak yang
berkepentingan untuk menentukan calon lokasi yang tepat.
Di samping untuk mengatasi kedua masalah diatas, yaitu untuk mengarahkan
PUAP agar tepat sasaran dan efektif diperlukan evaluasi kinerja tentang
pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan melalui
kajian dengan pelaksanaan kegiatan PUAP. Sesuai dengan sasaran PUAP yang
antara lain berkembangnya usaha agribisnis, berkembangnya Poktan/ Gapoktan
yang dimiliki dan dikelola petani, dan berkembangnya usaha pelaku agribiisnis
pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga tani miskin, kinerja
pengembangan kelembagaan Gapoktan dan usaha agribisnis penerima PUAP
termasuk penyerapan tenaga kerja pedesaan perlu dikaji secara mendalam
( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).
2. 2 Landasan Teori
Menurut Sunyoto ( 2004 ) tujuan utama dari pembangunan masyarakat desa
adalah meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk
pedesaan serta memperkuat kemandirian sehingga harus dilaksanakan
pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat karya ( labour intensive ),
memperluas kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja dan meningkatkan
Seiiring dengan berjalannya waktu, masyarakat makin menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi yang diupayakan melalui berbagai program tidak dengan
sendirinya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi. Kita
memerlukan suatu strategi atau arah baru dari kebijaksanaan pembangunan yang
memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Strategi tersebut memiliki tiga arah.
Pertama, pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dalam
pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta
masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui pemantapan arah dari perubahan struktur
sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat desa.
Dalam proses perubahan struktur diperlukan rencana dan langkah yang sistematis
melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang masih
tertinggal tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas, memberikan
kesempatan berusaha yang sama, tetapi harus ada kerjasama dan kemitraan yang
erat. Dalam hubungan ini, pengembangan kegiatan sosial ekonomi perlu
diprioritaskan pada penduduk miskin antara lain melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya
dengan kegiatan pelatihan sejak dari kegiatan penghimpunan modal, penguasaan
teknik produksi, pemasaran hasil. Pendekatan yang paling tetap dalam
pengembangan ekonomi rakyat adalah melalui pendekatan kelompok dalam
bentuk usaha bersama. Pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat
dilakukan secara bertahap, terus menerus dan terpadu yang didasrkan pada
kemndirian, yaitu meningkatkan kemampuan penduduk yang miskin untuk
Kajian dampak merupakan langkah awal dalam menentukan komponen apa saja
yang terkena dampak serta menentukan komponen kegiatan apa saja dari suatu
usulan kegiatan / program yang menimbulkan dampak. Sedangkan dengan
prakiraan dampak kita sudah menentukan besarnya dampak yang akan terjadi,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari sisi ekonomi, program
pengembangan usaha agribisnis pedesaan akan memberikan lapangan pekerjaan
tambahan bagi masyarakat dan mempunyai modal usaha sendiri sedangkan dari
sisi sosial, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan memberikan suatu
ilmu baru bagi masyarakat penerima karena masayrakat tentu akan memiliki cara
pandang baru dalam berusaha tani.
Kajian atau penilaian mengenai program PUAP yang dilakukan akan
menghasilkan parameter – parameter yang digunakan oleh Pemerintah sebagai
input dalam menyempurnakan kebijakan BLM PUAP di masa yang akan datang.
Pelaksanaan pengkajian itu pula yang akan dapat dijadikan sebagai tolak ukur
dalam keberhasilan ataupun kegagalan program PUAP.
Kajian Dampak Sosial Ekonomi tersebut meliputi :
• Sosial : Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat,
Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok.
• Ekonomi : Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani dan Penyerapan Tenaga
Adopsi Teknologi
Adopsi Teknologi merupakan suatu penerapan ataupun penggunaan teknologi
yang mulai dilakukan. Adopsi teknologi memilki tahapan yaitu :
Sadar : Masyarakat mulai menyadari tentang adanya suatu teknologi
Minat : Masyarakat mulai meminati akan teknologi tersebut
Mencoba : Masyarakat mulai mencoba teknologi tersebut walau dalam hal kecil
Evaluasi : Masyarakat menilai penggunaan teknologi yang dalam hal kecil
tersebut apakah membawa dampak yang positif atau tidak,
Adopsi : Apabila hal tersebut membawa dampak yang baik, maka akan diadopsi
( diterapkan) dalam usahanya.
Keterampilan Masyarakat
Keterampilan merupakan usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan
tepat dalam menghadapi suatu permasalahan. Dalam hal ini, pembelajaran
Keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah
perilaku menjadi cekat, cepat dan tepat melalui berbagai tahap. Perilaku terampil
ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan
dengan keadaaan lahiriahnya.
Tahapan dalam Partisipasi :
-Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan
-Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
-Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan.
-Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
Syarat tumbuh partisipasi menurut Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa
tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam kagiatan, sangat
ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1). Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi
2). Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi
3). Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Kemandirian Masyarakat
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi
individu atau kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan
kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung dan
dipengaruhi oleh orang lain.
Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara
Total Pendapatan
Pendapatan yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya per usahatani. Total
Pendapatan ialah pendapatan bersih yang diperoleh petani dalam usaha tani nya
yaitu mulai dari hulu sampai hilir. Total pendapatan diperoleh dari hasil
pengurangan Pengeluaran (output) dengan Pemasukan (input).
Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15
tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa atau Tenaga
Kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup
bekerja jika ada permintaan kerja.
Penggolongan tenaga kerja menurut kualitasnya dibedakan menjadi:
1. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan
secara teratur
2. Tenaga kerja telatih yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan
terlebih dahulu
3. Tenaga kerja tidak terlatih dan tidak terdidik
Sedangkan Penyerapan Tenaga Kerja adalah kemampuan atau daya dalam
mempergunakan Tenaga Kerja itu sendiri.
Pengeluaran Usaha Tani
Pengeluaran ialah segala macam biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses atau
kegiatan. Usaha Tani ialah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinirkan faktor-faktor produksi berupa lahan dan
sebaik-baiknya. Jadi, pengeluaran Usaha Tani ialah segala biaya yang dikeluarkan
dengan mengusahakan dan mengkoordinir fakitor produksi yang ada sehingga
dengan biaya yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang sebaik – baiknya.
2. 3 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah yang sangat kompleks dan
dibutuhkan keseriusan dalam penanggulangannya. Sarana dan prasarana yang
kurang memadai, SDA dan penguasaan teknologi, SDM yang kurang terdidik dan
terampil serta kelembagaan dan organisasi yang kurang memadai yang dapat
menyebabkan kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut baik dengan penyuluhan pertanian maupun
dengan pemberian modal bagi petani. Ternyata hal tersebut juga tidak terlalu
berpengaruh pada peningkatan taraf kehidupan di pedesaan.
Pemerintah melalui Menteri Pertanian membuat suatu kebijakan dengan
mengadakan program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri
dengan tujuan memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan
dalam pengembangan usaha tani secara mandiri. Namun seiiring
perkembangannya, program ini kurang berhasil sehingga mulai dicanangkan
program pemberian Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) yang kemudian lebih
dikenal dengan PUAP.
Penyaluran dana BLM PUAP juga tidak terbilang mudah, kelompok yang ingin
yang apabila disetujui akan disampaikan ke Tim PUAP Pusat untuk ditinjau dan
kemudian disalurkan melalui rekening Gapoktan.
Apabila dana BLM sudah ada, maka Gapoktan tersebut tidak akan mengalami
kendala lagi dalam masalah dana. Yang perlu diusahakan ialah bagaimana cara
mengelolanya agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tim PUAP akan tetap
melakukan kendali mulai dari tahap perencanaan sampai hasil dari dana BLM
tersebut dan Gapoktan pun harus memberikan laporan pertanggung jawaban
terhada penggunaannya.
Melalui program PUAP ini, kehidupan sosial (adopsi teknogi, Keterampilan
Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika
Kelompok ) dan ekonomi ( Total pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani dan
Penyerapan Tenaga Kerja ) dapat mengalami peningkatan sehingga terjadi
peningkatan taraf kehidupan di daerah pedesaan pada umumnya dan desa
Skema Kerangka Pemikiran
Sebelum PUAP Sesudah PUAP
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada perubahan dalam Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,
Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok
sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.
2. Ada perubahan Total Pendapatan, Pengeluaran Usahatani, Penyerapan Tenaga
Kerja sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.
3. Masalah – masalah yang dihadapi daapt diatasi sesudah adanya program
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara
sengaja yaitu berdasarkan pra survey yang dilakukan serta pertimbangan –
pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan – tujuan penelitian.
Adapun daerah penelitian adalah Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei
Kabupaten Langkat. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah tersebut
merupakan daerah yang sudah menjalankan program PUAP dalam berusaha tani.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah proportional random
sampling dengan mengambil sebanyak 30 sampel secara proporsi dan dapat
mewakili populasi yaitu kelompok tani yang mengikuti program pengembangan
usaha agribisnis pedesaan ( Suryabrata, 2008 ).
Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani yang mengikuti program PUAP
No Kelompok Tani Jumlah Komoditi Penentuan Sampel
1. Mawar 18 Orang Jagung 6 Orang
2. Tani Jaya 16 Orang Jagung 6 Orang
3. Murni 16 Orang Jagung 5 Orang
4. Mbuah Page 20 Orang Jagung 6 Orang
5. Sederhana 15 Orang Jagung 4 Orang
6. Makmur 15 Orang Jagung 4 Orang
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
anggota GAPOKTAN/ POKTAN, Penyuluh Pertanian, Penyelia Mitra Tani, dan
Dinas Terkait. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Sumatera Utara dan Langkat.
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis (1) dianalisis dengan menggunakan analisis statistik model Uji
Peringkat Bertanda Wilcoxon dengan alat bantu SPSS 17 untuk melihat
perubahan kondisi sosial masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengembangan
usaha agribisnis pedesaan dan dengan mengubah data kualitatif menjadi
kuantitatif ( Supangat, 2008 ).
1 = Rendah
Zhitung > Ztabel→ Hipot esis H1 diterima
Dimana :
H0 : Tidak terdapat perbedaan (Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,
Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika
Kelompok) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis.
H1 : Terdapat perbedaan (Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,
Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika
Kelompok) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis
Keterangan :
Me1 = Nilai Median Variabel I ( Sebelum program PUAP )
Me2 = Nilai median Variabel II ( Sesudah program PUAP )
SRi = rentang yang ditandai untuk data ke-i
Hipotesis (2) diuji dengan metode analisis statistik uji beda dua rata – rata Sampel
Berpasangan (t-test berpasangan). Uji beda dua rata - rata digunakan untuk
pengamatan – pengamatan yang berasal dari dua populasi yang berpasangan
( Sarwoko, 2007 ).
Jika :
H0 : µA = µB atau µ1 - µ2 = 0
H1 : µA > µB atau µ1 - µ2 ≠0
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah tingkat 95 % dengan selang
Rumus :
t =
n sd
d
; df = N - 1
dimana :
t : Nilai Hitung
d : Rata – rata selisih sebelum dan sesudah
sd : Standar deviasi selisih Sebelum dan sesudah
n : Jumlah Sampel
Kriteria Analisis :
t hitung > t tabel → Hipot esis H1 diterima
t hitung < t tabel → Hipotesis H0diterima
Dimana :
H0 : Tidak terdapat perbedaan ( total pendapatan, pengeluaran usaha tani,
Penyerapan Tenaga Kerja) sesudah mengikuti program usaha
pengembangan agribisnis.
H1 : Terdapat perbedaan ( total pendapatan, pengeluaran usaha tani dan
Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program usaha
pengembangan agribisnis.
Hipotesis (3) mengenai masalah – masalah yang dihadapi apakah dapat diatasi
penelitian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan masalah –
masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah sesudah adanya program.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi
6. Pengkajian adalah suatu kegiatan dalam mempelajari sesuatu hal baik itu hal
yang baru maupun yang sudah ada sebelumnya untuk kemudian dilakukan
penilaian.
7. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan adalah bagian dari pelaksanaan
program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam
menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa
sasaran.
8. Pedesaan adalahh kawasan yang secara komparatif memilki keunggulan
sumber daya alam dan kearifan lokal ( endogeneus knowledge ) khususnya
pertanian dan keanekaragaman hayati.
9. Kelompok Tani ( POKTAN ) adalah kumpulan petani/ peternak yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan ( sosial,
ekonomi, sumber daya ) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.
10.Gabungan Kelompok Tani ( GAPOKTAN ) adalah kumpulan beberapa
kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha.
11.Penyelia Mitra Tani adalah individu yang memilki keahlian di bidang
supervisi dan advokasi kepada penyuluh dan GAPOKTAN dalam
pengembangan PUAP.
12.Penyuluh Pendamping ialah penyuluh yang bertugas mendampingi para petani
dalam berusaha tani dan memberikan laporan dalam perkembangan program
tersebut.
13.Bantuan Langsung Masyarakat adalah bantuan dana kepada petani/ kelompok
tani untuk pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang disalurkan
melalui GAPOKTAN dalam bentuk modal usaha.
14.Rencana Usaha Bersama ( RUB ) adalah rencana usaha untuk pengembangan
agribisnis yang disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan kelayakan usaha dan
potensi desa.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei
Kabupaten Langkat.
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.
1 Deskripsi Daerah PenelitianKabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3014’ – 4013’
Lintang Utara dan 97052’ – 98045’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 300 m di
atas permukaan Laut. Kabupaten Langkat memilki 23 Kecamatan, 215 Desa dan
15 Kelurahan dengan luas wilayah 6.263,29 km2 dengan jumlah
penduduk1.042.523 jiwa dan laju pertumbuhan sebesar 1,80 %.
Tabel 2. Jumlah kecamatan Kabupaten Langkat menurut luas dan rasio :
No Kecamatan Luas ( Km2 ) Rasio Terhadap Total (%)
Kecamatan Sei Bingei yang beribukota desa Namu Ukur memilki 16 desa yang
salah satu diantaranya yaitu desa Durian Lingga. Desa Durian Lingga memiliki
jumlah penduduk sebanyak 1.714 jiwa atau 537 KK dengan luas wilayah 501 Ha.
Desa Durian Lingga memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Namu Ukur Utara
• Sebelah Selatan : Pekan Sawah
• Sebelah Timur : Desa Belinteng
• Sebelah Barat : Pasar VIII Namu Trasi
4.1.1 Tata Guna Lahan
Penggunaan Lahan di Desa Durian Lingga menurut fungsinya terdiri dari Lahan
Persawahan dan Perladangan Perkebunan dan Pemukiman . Secara rinci dapat
lihat pada tabel berikut :
Tabel 3 . Tata Guna Lahan Daerah Penelitian 2009
No Jenis Penggunaan Lahan Luas Persentase
( Ha/ m2 ) ( % )
1 Persawahan 207 Ha 41,33
2. Perladangan / Tegalan 115 Ha 22,95
3. Perkebunan Rakyat 125 Ha 24,95
4. Pemukiman 46 Ha 9,18
5. Kolam 8 Ha 1,59
Total 501 Ha 100
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan di daerah
penelitian banyak digunakan untuk Persawahan sebanyak 207,41 Ha / m2 dengan
persentase 90,98 % sedangkan untuk tanaman Perkebunan 125 Ha / m2 dengan
persentase 24,95 % dan terendah untuk Kolam dengan luas hanya 8 Ha dengan
persentase 1,59 %.
4.1.2 Keadaan Penduduk
4.1.2.1 Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Desa Durian Ligga memiliki jumlah penduduk 1.714 jiwa yang terdiri dari 537
Kepala Keluarga/ KK. Di Desa ini, jumlah penduduk wanita lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk pria atau seperti terlihat dalam tabel :
Tabel 4. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga berdasarkan Jenis Kelamin
tahun 2009
No Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )
1. Laki – laki 787 45,92
2. Perempuan 927 54,08
Total 1714 100
( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).
4.1.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan
Menurut kelompok umur and tingkat pendidikan, penduduk desa Durian Lingga
mulai dari yang tidak pernah sekolah sampai yang tamat S-3/ Sederajat. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5. Keadaan Penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Laki – laki (%) Perempuan (%) Jumlah
1. Belum Pernah sekolah 4,19 4,75 4,47
2. Sekolah Dasar 25,03 22,11 23,57
3. SMP / Sederajat 8,89 8,63 8,76
4. SMA / Sederajat 25,41 28,05 26,73
5. Perguruan Tinggi 5,97 7,23 6,6
6. Tidak Sekolah Lagi 15,26 14,13 14,69
7. Masih Sekolah 15,25 15,10 15,18
Total 100 100 100
( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk dengan pendidikan
SMA/Sederajat memiliki persentase yang paling tinggi ( 26,73 %) dan belum
pernah sekolah memilki persentase terendah ( 6,6 % ). Hal ini menunjukkan
bahwa penduduk desa ini masih memilki tingkat kepeduliaan yang tinggi terhadap
pendidikan.
4.1.2.3 Keadaan penduduk Menurut Mata Pencaharian
Adapun keadaan penduduk menurut mata pencaharian di desa Durian Lingga
Tabel 6. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga menurut Mata Pencaharian
No Uraian Jumlah Penduduk Persentase
( Jiwa ) ( % )
1. Petani 750 59,48
2. Buruh Tani 350 27,76
3. PNS 150 11,89
4. Bidan Swasta 4 0,32
5. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 0,55
Total 1261 100
( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan mata
pencaharian utama bagi penduduk di desa Durian Lingga yang dapat ditunjukkan
dengan banyaknya jumlah petani ( 750 jiwa ) dengan persentase 59,48 %.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sebuah penunjang yang dapat mempengaruhi
perkembangan masyarakat. Untuk itu, hendaklah sarana dan prasarana di suatu
desa dapat lebih baik lagi sehingga desa tersebut dapat lebih cepat berkembang.
Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Durian Lingga
Poliklinik / Balai Pengobatan 5
Posyandu 1
Balai Pengobatan Masyarakat ( Swata ) 2
Bidan 2
( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingai, 2009 ).
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa desa Durian Lingga memiliki masih
sedikit sekali jumlah fasilitas pendidikan dan fasilitas lainnya seperti peribadatan
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Petani Sampel pada penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam suatu
kelompok tani dan kelompok tani tersebut tergabung lagi dalam suatu Gabungan
Kelompok Tani ( Gapoktan ) dan menerima bantuan modal dari program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( BLM – PUAP ) dimana para petani
tersebut umumnya mengusahakan tanaman Jagung dan memanfaatkan dana BLM
PUAP tesebut dalam berusah tani Jagung. Uraian mengenai karakteristik petani
yang menjadi sampel disajikan pada tabel berikut :
Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Desa Durian Lingga tahun 2010
No Uraian Rentang Range
1. Umur ( Tahun ) 30 - 62 44
2. Luas Lahan ( Ha ) 0,5 – 1,5 0,8
3. Pengalaman Mengusahakan Jagung 6 – 45 22
( Tahun )
4. Jumlah Tanggungan ( jiwa ) 2 – 4 3
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada masyarakat petani yang menerima program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) pada tahun 2008. Adapun
yang diteliti adalah perubahan sosial masyarakat ( Adopsi Teknologi,
Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan
Dinamika Kelompok ) dan perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran
Usaha Tani, Penyerapan Tenaga Kerja dan Tabungan Kelompok Tani ) sesudah
menerima program PUAP di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober 2010.
Desa Durian Lingga memiliki 1 Gapoktan yang terdiri dari 6 kelompok Tani yang
kesemuanya berjumlah 100 Orang. Sebelum mendapat bantuan dana BLM PUAP,
Gapoktan harus terlebih dahulu membuat proposal yang berisi RUB (Rencana
Usaha Bersama ) dimana di dalam RUB tersebut berisikan data Gapoktan, Jenis
Usaha Produktif dan Nomor Rekening Gapoktan. Kemudian diberikan kepada
PPL setempat untuk kemudian dilanjutkan kepada Ketua Tim Teknis Kabupaten /
Kota dan akan dilakukan verifikasi dokumen,apabila ada yang belum memenuhi
syarat maka akan dikembalikan untuk diperbaiki dan dilengkapi. Apabila
semuanya sudah lengkap akan dikirimkan kepada Tim PUAP Pusat dan
pemberian dana BLM PUAP dilakukan dengan mekanisme Surat perintah
Pembayaran Langsung ( SPP-LS ) ke rekening Gapoktan, Dana BLM PUAP yang
Aliran Dana BLM PUAP BLM PUAP (100 Juta )
Rekening GAPOKTAN
Dilakukan Musyawarah terhadap penggunaan dana
Kelompok Tani
Rencana Usaha Anggota ( RUA ) (Lampiran 17)
Anggota Kelompok Tani
Dana BLM PUAP yang diberikan sebesar Rp. 100 juta ; Rp. 90 juta untuk usaha
on farm ( Budidaya Jagung ) dan Rp. 10 juta untuk jenis usaha off farm ( Industri
Rumah Tangga Pertanian dan lain – lain). Di desa Durian Lingga 6 Kelompok
Tani yang mendapat masing – masing Rp. 15 juta. Tiap anggota juga mendapat
dana yang berbeda – beda tergantung dari Rencana Usaha Anggota (RUA) dalam
bentuk proposal yang diberikan kepada Kelompok Tani dan dilanjutkan kepada
Gapoktan karena Dana BLM PUAP tersebut sepenuhnya dikelola oleh Gapoktan.
Banyaknya dana yang diperoleh tergantung dari banyaknya jumlah anggota yang
ada di kelompok tani tersebut karena jumlah anggota pada masing – masing
Tabel 9. Kelompok Tani dan Penyaluran Dana BLM PUAP
( Sumber : Data Penerima PUAP Desa Durian Lingga)
Dana BLM PUAP ini merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat
dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian
dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha
yang akan diusahakan. Tetapi sebelum diberikan, diadakan
perjanjian/Kesepakatan Anggota dimana setiap pemakaian dana BLM tersebut
dikenakan jasa sebesar 2,5% dari dana yang dipakai. Apabila ada Anggota yang
tidak dapat mengembalikan dana yang dipakai,Sanksi akan dibebankan kepada
kelompok tani dimana Anggota tersebut bernaung sedangkan sanksi untuk
Anggota tidak ada. Peminjaman kembali dapat dilakukan setelah 2 minggu
pengembalian. Karena adanya jasa pengembalian yag dikenakan, kas Gapoktan
terus bertambah sehingga pada bulan Agustus 2010 ini, jumlah kelompok tani
menjadi bertambah sebanyak satu buah kelompok tani dengan nama Kelompok
Tani Subur dimana dana BLM yang dipakai sebanyak Rp.5 Juta. Di desa Durian
Lingga, penggunaan dana BLM PUAP ini dilaporkan penggunaannya per empat
bulan oleh Gapoktan yang dibantu oleh PPL setempat yang kemudian dilaporkan
tani melakukan diskusi dan seleksi anggota yaitu melihat manakah anggota yang
benar – benar memanfaatkan dana BLM tersebut dengan baik.
5.1 Dampak sosial sesudah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga
Metode uji yang digunakan untuk mengukur Dampak sosial sebelum dan sesudah
mengikuti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) adalah
dengan menggunakan metode uji Wilcoxon dengan alat Bantu SPSS 17 .
Adapun variabel – variabel dari dampak sosial tersebut adalah :
- Adopsi Teknologi
- Keterampilan Masyarakat
- Partisipasi Masyarakat
- Kemandirian Masyarakat
- Dinamika Kelompok
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Adopsi Teknologi, Keterampilan
Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika
Kelompok sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) ( Lampiran 2 ).
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS terhadap dampak sosial
sebelum dan sesudah program PUAP ( Lampiran 3 – 7 ). Dari hasil metode uji
Wilcoxon bahwa dampak sosial yaitu Adopsi Teknologi, Keterampilan
Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika
Tabel 10. Hasil Uji metode Wilcoxon terhadap dampak sosial masyarakat
penerima program PUAP (Dalam Rataan )
No Dampak Sosial Skor Hasil Uji Keterangan
Sebelum Sesudah Wilcoxon
1 Adopsi 18,53 21,26 ± 4,494 Terdapat
Teknologi Perbedaan
2 Keterampilan 9,86 13,03 ± 4,688 Terdapat
Masyarakat Perbedaan
3 Partisipasi 9,67 12,56 ± 4,378 Terdapat
Masyarakat Perbedaan
4 Kemadirian 5,93 8,06 ± 4,105 Terdapat
Masyarakat Perbedaan
5 Dinamika 5,47 7,30 ±4,493 Terdapat
Kelompok Perbedaan
Sumber : Lampiran 2 – 7
Berdasarkan hasil penlitian dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk uji dua
pihak, untuk α = 5 %, maka 1 – α = 95 %, berarti Z = α – α/2, sehingga diperoleh
hasil Z ( 0,4750 ) = ± 1,96.
- +
Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal
Adopsi Teknologi diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <
α
(0,005) dimanaZ hitung = ± 4,494 > Z tabel = ± 1,96, maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat
perbedaan Adopsi teknologi sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil
dalam meningkatkan Adopsi Teknologi masyarakat penerima program yaitu
dalam penanaman Jagung, Sebelum adanya program PUAP, pengolahan lahan
yang dilakukan masih menggunakan tenaga manusia sedangkan Sesudah adanya
program PUAP, mereka beralih menggunakan mesin pertanian walaupun belum
secara keseluruhan. Dalam hal penerapan lubang tanam dan jarak tanam pun,
masyarakat petani banyak mengalami perubahan, sebenarnya para petani sudah
mengetahui hal tersebut dari dahulu namun baru diterapkan yang sesuai sesudah
adanya program PUAP ini. Sedangkan untuk penyiraman dan pola tanam ( rotasi
tanam, tumpang sari, dsb ), masyarakat petani tidak menerapkannya sama sekali,
kalau pun ada hanya sebagian kecil petani saja. Dalam sistem pemupukan,
sebelum adanya program PUAP, dosis pupuk yang diberikan tidak sesuai dengan
anjuran, para petani hanya memakai sesuai pengetahuan yang dimiliki, namun
sesudah adanya program PUAP, terjadi peningkatan dosis pupuk dan
penggunaannya pun sesuai anjuran yang diberikan oleh penyuluh. Dalam hal
pengendalian hama, penyakit dan gulma, kebanyakan petani melakukan
penyemprotan hanya dengan menggunakan Herbisida yaitu Gramoxone dan
dilakukan pun hanya sekali saja dengan perlakuan yang sama Sebelum dan
melakukannya secara manual, yaitu menggunakan tenaga kerja manusia baik itu
sebelum maupun sesudah PUAP.
Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal
Keterampilan Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <
α
(0,005) dimanaZ hitung = ± 4,688 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan
Keterampilan Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil
dalam meningkatkan Keterampilan Masyarakat penerima program yaitu dalam hal
pemilihan bibit, pengolahan lahan, pengukuran jarak tanam dan lubang tanam
yang tepat, pemberian dosis pupuk, pengendalian hama, penyakit dan gulma yang
benar yang sebelumnya hanya diketahui dari pengetahuan terdahulu ( turun
temurun ) tetapi sesudah adanya program PUAP, para petani mulai menerapkan
sesuai anjuran Penyuluh Pertanian.
Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal
Partisipasi Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <
α
(0,005) dimanaZ hitung = ± 4,378 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak,terima H1. Terdapat perbedaan
Partisipasi Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil
dalam meningkatkan Partisipasi Masyarakat penerima program yaitu dalam hal
Keaktifan masyarakat dimana dalam hal pengusulan PUAP mulai dari
perencanaan hingga evaluasi, para petani penerima program terus mengikuti dan
para petani biasanya hanya sebagai pendengar, Sesudah adanya PUAP,
masyarakat petani tidak hanya sebagai pendengar tetapi juga sebagai pemberi usul
dan rajin mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan di desa. Hal ini dapat
membuktikan bahwa program PUAP dapat meningkatkan Partisipasi Masyarakat.
Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal
Kemandirian Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <
α
(0,005) dimanaZ hitung = ± 4,105 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan
Kemandirian Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil
dalam meningkatkan Kemandirian Masyarakat penerima program yaitu dalam hal
Permodalan. Dengan bantuan dana yang diberikan PUAP, masyarakat petani
menjadi lebih mandiri dalam usaha taninya karena lebih mudah dalam penyediaan
alat – alat dan dengan adanya modal yang dimiliki, para petani juga bisa
memperbesar skala usahanya yaitu dengan menggunakan bibit dan perawatan
yang lebih baik sehingga hasil yang diperoleh juga akan lebih maksimal dan lebih
berani dalam menanggung segala resiko kegagalan. Selain itu, dalam hal
pengambilan keputusan juga dilakukan oleh petani itu sendiri tanpa intervensi dari
pihak manapun.
Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal
Dinamika Kelompok diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <
α
(0,005) dimanaZ hitung = ± 4,493 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan
Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam
meningkatkan Dinamika Kelompok Tani masyarakat penerima program yaitu
dalam hal Keanggotaan, sebelum PUAP, anggota di setiap kelompok tani
mengalami pasang surut, yaitu kadang anggota bisa bertambah, bisa pula
berkurang dalam beberapa waktu, namun setelah adanya program PUAP,
kenggotaan di kelompok tani mulai tetap dan sebagian malah bertambah, dan dari
segi keuangan juga mengalami pertambahan, karena adanya tambahan modal
yang diberikan sesudah adanya program PUAP. Dalam hal manajemen organisasi
pun, menjadi semakin baik karena setiap kelompok tani lebih terstruktur dan
terorganisir dengan baik karena setiap dana yang diberikan harus disertai laporan.
Dari hasil keterangan dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan dampak yang positif di bidang
sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi
Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat
penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
5.2 Dampak Ekonomi sesudah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga
Metode uji yang digunakan untuk mengukur Dampak Ekonomi sebelum dan
sesudah mengikuti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP )
adalah dengan menggunakan metode uji Beda dua rata –rata Sampel Berpasangan
( T – Test berpasangan ) dengan alat Bantu SPSS 17 .
Adapun variabel – variabel dari dampak Ekonomi tersebut adalah :
- Total Pendapatan
- Pengeluaran Usaha Tani
- Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha
Tani, Penyerapan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah adanya program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) ( Lampiran 8 - 13 ).
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS terhadap dampak
ekonomi sebelum dan sesudah program PUAP ( Lampiran 14 – 16 ). Dari hasil
metode uji Beda dua rata – rata Sampel Berpasangan ( T – Test Berpasangan )
Tabel 11. Hasil Uji Beda dua rata–rata Sampel Berpasangan( T-test Berpasangan )
terhadap dampak ekonomi (dalam rataan) masyarakat penerima program PUAP
No Dampak Ekonomi Jumlah HasilUji t Keterangan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Beda dua rata – rata
Sampel Berpasangan ( T-test Berpasangan ) untuk uji dua pihak, untuk α = 0,05,
maka 1 – α = 0,95, df = 29. Dengan demikian, nilai t dengan dengan 29 derajat
bebas yang di sebelah kanannya terdapat daerah seluas 0,05 adalah ta = 1,699.
karena sebaran t setangkup di sekitar nilai tengah nol, maka t 1-a = - t a ; jadi, nilai t
yang ada di sebelah kanannya seluas 1 – α dan di sebelah kirinya terdapat daerah
seluas α. Untuk sebaran t dengan 29 derajat bebas, berarti t 0,95 = - t 0,05 = 1,699.
Ini berarti sebuah sebaran normal akan jatuh antara -1,699 dan 1,699 dengan
peluang sebesar 0,95 ( Wallpole, 1997 ).
α α
t 1-a = - t a 0 ta
Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan
(T–test berpasangan ) terhadap dampak ekonomi dalam hal Total Pendapatan
diperoleh signifikansi (0,045) <
α
(
0,005) dimana t hitung = ± 2,090 > t tabel = ± 1,699,maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Total Pendapatan sebelum dan
sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan( PUAP ).
Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Total Pendapatan
masyarakat penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam
berusaha tani dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan
yang lebih baik daripada sebelumnya, sehingga dengan demikian hasil yang
diperoleh pun lebih banyak dan dapat dijual dengan harga yang lebih tiggi
sehingga pendapatan petani pun semakin meningkat sesudah adanya program.
Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan
(T–test berpasangan ) terhadap dampak ekonomi dalam hal Pengeluaran Usaha
Tani diperoleh signifikansi (0,013) <
α
(0,005) dimanat hitung = ± 2,658 > t tabel = ± 1,699, maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan
Pengeluaran Usaha Tani sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Seperti halnya pendapatan yang meningkat
akibat adanya PUAP, Pengeluaran pun tentu meningkat karena harga benih yang
lebih mahal, dosis pupuk yang lebih banyak, Herbisida yang dipakai pun lebih
banyak, Tenaga Kerja dan perawatan lain yang membutuhkan banyak biaya