• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C- Organik Tanah (%)

Dari Lampiran 7.1 dapat dilihat bahwa pemberian kotoran ayam dan pupuk SP-36 menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap C-organik tanah. Begitu juga dengan interaksinya.

Tabel. 2 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C-Organik tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 4.24 4.44 4.19 12.87 1.43 P1 4.41 4.58 4.79 13.78 1.53 P2 4.3 4.37 4.63 13.3 1.48 P3 4.67 4.29 4.24 13.2 1.47 Total A 17.62 17.68 17.85 53.15 Rataan 1.47 1.47 1.49 1.48

Nitrogen Total Tanah (%)

Dari Lampiran 8.1 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk SP-36 dan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata, sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap Nitrogen total tanah dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel. 3 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap N – Total tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 0.46 0.52 0.5 1.48 0.16 P1 0.5 0.52 0.54 1.56 0.17 P2 0.49 0.52 0.5 1.51 0.17 P3 0.53 0.51 0.51 1.55 0.17 Total A 1.98 2.07 2.05 6.1 Rataan 0.165 b 0.173 a 0.171 a 0.17

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa A1 dan A2 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan A0.

C/N Tanah

Dari Lampiran 9.1 dapat dilihat bahwa dengan pemberian kotoran ayam, pupuk SP-36 serta dengan perlakuan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap C/N tanah.

Tabel. 4 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C/N tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 29.1 25.6 25.2 79.9 8.88 P1 26.5 26.4 26.6 79.5 8.83 P2 26.4 25.2 27.9 79.5 8.83 P3 26.4 25.3 25 76.7 8.52 Total A 108.4 102.5 104.7 315.6 Rataan 9.03 8.54 8.73 8.8 P Tersedia (ppm)

Dari Lampiran 10.1 diketahui bahwa dengan pemberian pupuk SP-36 dan perlakuan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata, tetapi dengan perlakuan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap P tersedia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.5 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap P tersedia pada tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 18 59 87 164 18.2 P1 21 64 124 209 23.2 P2 18 104 146 268 29.8 P3 36 43 128 207 23.0 Total A 93 270 485 848 Rataan 7.75 c 22.5 b 40.42 a 23.6

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada perlakuan A2 dapat meningkatkan ketersediaan P pada tanah yaitu sebesar 40.42 ppm dan merupakan nilai yang tertinggi. Pada perlakuan ini dapat menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap A0 dan A1. Nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 7.75 ppm yang menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2.

Al-dd Tanah (me/100g)

Dari Lampiran 11.1 dapat diketahui bahwa dengan pemberian perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi memberikan hasil yang tidak nyata. Sedangkan, dengan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata terhadap Al-dd pada tanah.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap Al-dd tanah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.6 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap Al-dd Ultisol pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 5.85 2.49 3.38 11.72 1.30 P1 5.75 3.99 3.16 12.9 1.43 P2 6.32 3.93 2.98 13.23 1.47 P3 5.65 4.51 3.16 13.32 1.48 Total A 23.57 14.92 12.68 51.17 Rataan 1.96 a 1.24 b 1.06 b 1.42

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Al-dd yang tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (0 g) yaitu sebesar 1.96 me/100 g yang

berpengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan A1 dan A2 yaitu 1.24 me/100g dan 1.06 me/100g. Dan perlakuan A1 dan A2 menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata.

Serapan P oleh Tanaman (mg/tanaman)

Dari Lampiran 12.1 diketahui bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap serapan P pada daun tanaman jagung. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap serapan P pada tanaman Jagung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.7 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Serapan P tanaman pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 1 7.17 10.38 18.55 2.06 P1 1.25 6.57 9.42 17.24 1.92 P2 1.04 7.509 7.78 16.329 1.81 P3 2.14 4.64 10.89 17.67 1.96 Total A 5.43 25.889 38.47 69.8 Rataan 0.45 c 2.16 b 3.21 a 1.94

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan perlakuan pemberian kotoran ayam dapat meningkatkan serapan P pada daun, meskipun dengan dosis yang berbeda. Sedangkan tanpa pemberian kotoran ayam tidak dapat meningkatkan serapan P pada daun.

Nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 3.21 mg/tanaman yang menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan

A0 dan A1 yaitu sebesar 0.45 mg/tanaman dan 2.16 mg/tanaman. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu 0.45 mg/tanaman dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2 yaitu sebesar 2.16 mg/tanaman dan 3.21 mg/tanaman.

Kandungan P Daun (%)

Dari Lampiran 13.1 dapat dilihat bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam menunjukkan hasil yang nyata terhadap kandungan P pada daun tanaman Jagung.

Pengaruh pamberian kotoran ayam terhadap Kandungan P pada daun tanaman Jagung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.8 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Kandungan P daun pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 0.264 0.41 0.594 1.268 0.141 P1 0.336 0.384 0.567 1.287 0.143 P2 0.338 0.504 0.48 1.322 0.147 P3 0.386 0.443 0.566 1.395 0.155 Total A 1.324 1.741 2.207 5.272 Rataan 0.110 b 0.145 b 0.184 a 0.146

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 0.184% yang menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A0. Sedangkan untuk nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 0.110% yang tidak berbeda nyata terhadap A2 yaitu sebesar 0.145%

Berat Kering Tajuk (g)

Dari Lampiran 14.1 dapat diketahui bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi menunjukkan hasil yang tidak nyata. Tetapi dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh dari pemberian kotoran ayam terhadap berat kering tajuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.9 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap berat kering tajuk pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 11.6 53 54.3 118.9 13.2 P1 11.1 45.2 50.1 106.4 11.8 P2 8.8 39.5 54.8 103.1 11.5 P3 16.8 31.1 58.1 106 11.8 Total A 48.3 168.8 217.3 434.4 Rataan 4.03 c 14.07 b 18.11 a 12.1

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 18.11 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 4.03 g.

Berat Kering Akar (g)

Dari Lampiran 15.1dapat diketahui bahwa dengan permberian pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh dari pemberian kotoran ayam tehadap berat kering akar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.10 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap berat kering akar pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 5.8 28.1 35 68.9 7.7 P1 5.8 22.1 32.9 60.8 6.8 P2 3.9 31.6 28.7 64.2 7.1 P3 9.5 37.1 31.5 78.1 8.7 Total A 25 118.9 128.1 272 Rataan 2.08 c 9.9 b 10.7 a 7.6

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu 10.7g. Perlakuan ini berbeda nyata terhadap perlakuan A0 dan A1. Sedangkan nilai yang terndah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 2.08g dan berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2.

Tinggi Tanaman Jagung (cm)

Dari Lampiran 16.1 dapat diketahui bahwa dengan pemberian pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap tinggi

tanaman Jagung setelah 40 hari masa tanam. Tetapi dengan pemberian kotoran ayam menujukkan hasil yang nyata terhadap tinggi tanaman.

Pengaruh dari pemberian kotoran ayam terhadap tinggi tanaman Jagung dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel.11 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 229.1 415.4 506.5 1151 127.9 P1 303.9 441.4 488 1233.3 137.0 P2 269 332 496.5 1097.5 121.9 P3 345 428 465 1238 137.6 Total A 1147 1616.8 1956 4719.8 Rataan 95.6 c 134.7 b 163 a 131.1

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk setiap perlakuan kotoran ayam dengan berbagai dosis menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Untuk nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 163 cm setelah 40 hari masa tanam, sedangkan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu 95.6 cm.

Pembahasan

pH Tanah

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam dapat meningkatkan pH tanah, sedangkan dengan perlakuan pupuk SP-36 maupun interaksinya tidak menunjukkan peningkatan pH. Dimana diketahui bahwa dengan semakin banyaknya kandungan Al dan Fe di dalam tanah maka akan menyebabkan tanah bersifat masam. Dengan pemberian kotoran ayam yang merupakan bahan organik dapat mengikat Al dan Fe yang merupakan sumber kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman.

Peningkatan pH tanah tersebut diakibatkan pula oleh bahan organik yang terkandung dalam kotoran hewan dan kompos karena memiliki gugus fungsional yang dapat mengadsorpsi kation lebih besar daripada mineral silikat. Di alam aktivitas H+ dalam tanah atau kemasaman (pH) tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman, kedalaman tanah dan pupuk nitrogen (N).

C – Organik Tanah

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam, pupuk SP-36 beserta interaksinya tidak menunjukkan hasil yang nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh perbandingan kadar unsur C terhadap unsur hara lain sangat besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarso (2005) penggunaan bahan organik ke dalam tanah juga harus memperhatikan perbandingan kadar unsur C

terhadap unsur hara (N, P, K, dsb), karena apabila perbandingannya sangat besar, bisa menyebabkan terjadinya imobilisasi. Imobilisasi ini merupakan proses pengurangan jumlah kadar unsur hara (N,P,K, dsb) di dalam tanah oleh aktivitas mikroba, sehingga kadar unsur hara tersebut yang dapat digunakan tanaman menjadi berkurang.

N – Total Tanah

Dari hasil penelitan dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk SP-36 beserta interaksinya. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan N yang terdapat pada kotoran ayam sangat besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat.

Bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur N, ditentukan oleh besarnya kandungan N. Bahan organik dikatakan berkualitas tinggi bila kandungan N tinggi, konsentrasi lignin dan polifenolnya rendah.

P - Tersedia

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemebrian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk SP-36 beserta interaksinya. Hal ini disebabkan karena kotoran ayam yang merupakan bahan organik dapat melepaskan Al yang ada sehingga P menjadi tersedia di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat,

serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga pengikatan P dikurangi dan P akan lebih tersedia. Dan menurut Evenson (1982) mengatakan bahwa mekanisme peningkatan dari berbagai P tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah.

Selain itu, penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Menurut Palm dkk (1997) menyatakan bahwa mikrobia

akan menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak P-organik menjadi P-anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan P dari

bahan organik yang ditambahkan, juga dapat menguraikan P dari bahan organik tanah. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah populasi mikroorganisme tersebut, sehingga membantu dalam pengikatan partikel-partikel tanah yang sangat membantu dalam peningkatan kesuburan tanah.

Al – dd

Dari hasil analisa diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata yaitu antara A1 dan A2 dibandingkan dengan perlakuan tanpa kotoran ayam menujukkan hasil yang berbeda nyata. Dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah akan megeluarkan asam – asam humik yang mampu mengikat unsur Al di dalam tanah. Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe.

Serapan P Daun

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam serapan P pada tanaman menjadi nyata. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian bahan organik dapat menurunkan fiksasi P di dalam tanah sehingga P menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1976) bahwa pemberian pupuk organik dapat menurunkan fiksasi P oleh kation-kation di dalam tanah, sehingga P tersedia bagi tanaman. Selain itu, hasil dekomposisi bahan organik mampu menahan kelarutan P dari pupuk buatan sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman (Thompson and Troeh, 1975).

Nilai yang tertinggi yaitu pada perlakuan A2 sebesar 3.21 mg/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa jagung mampu mengambil unsur hara yang tersedia didalam tanah dalam jumlah banyak sehingga serapan hara semakin meningkat. Pada prinsipnya pengambilan unsur hara oleh tanaman tidak hanya dilakukan oleh akar tetapi juga oleh daun dan batang. Serapan P dalam tanaman mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berat kering tanaman. Semakin tinggi berat kering trubus tanaman maka semakin besar nilai serapan P tanaman. Sedangkan nilai yang terendahnya terdapat pada perlakuan A0 sebesar 0.45 mg/tanaman. Hal ini disebabkan unsur hara yang terkandung dalam tanah hanya sedikit dikarenakan tidak ada penambahan pupuk fosfat kedalam tanah sehingga bagian tanaman hanya dapat menyerap sedikit unsur hara yang ada di dalam tanah.

Dengan pemberian bahan organik dapat berfungsi daya menahan air tanah meningkat dan kepadatan tanah berkurang. Kepadatan tanah yang berkurang berpengaruh terhadap kemudahan akar tanaman untuk menembus tanah sehingga akar lebih luas. Hal ini mempengaruhi terhadap luas jangkauan akar sehingga

meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap hara termasuk hara P. Selain itu, meningkatnya daya menahan air tanah mempengaruhi terhadap kadar air tanah sehingga memperbesar proses difusi ion fosfat dari tanah kepermukaan akar tanaman.

Kandungan P

Dengan pemberian kotoran ayam dalam taraf dosis yang berbeda dapat meningkatkan kandungan P pada daun. Dalam hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran dapat menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah. Karena kotoran ayam merupakan bahan organik yang berfungsi dapat mengikat unsur Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia bagi tanah dan dapat dipergunakan bagi tanaman.

Peningkatan P daun terjadi karena dengan penambahan fosfat ke dalam tanah akan meningkatkan ketersediaan unsur P, sehingga semakin besar terjadi kontak antara akar dengan unsur hara P. Hal ini akan meningkatkan kecepatan difusi serapan P oleh akar tanaman. Selain itu perimbangan unsur hara didalam tanah diduga semakin baik dengan bertambahnya dosis pemupukan fosfat sehingga akan meningkatkan serapan unsur P oleh tanaman.

Berat Kering Tajuk

Dari hasil penelitian diketahui nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 18.11g dan yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 4.03g. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian bahan organik maka berat kering daun akan meningkat dibandingkan tanpa diberikan kotoran ayam. Dengan pemberian bahan organik akan menambah terhadap kandungan unsur

yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kebutuhan unsur-unsur untuk pertumbuhan tanaman dan hasil akan semakin meningkat pula.

Berat kering daun dipengaruhi oleh banyaknya unsur hara yang dapat diserap akar dan kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya fotosintesis seperti cahaya sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis. Apabila fotosintesis berjalan optimal maka fotosintat yang dihasilkan akan banyak yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman.

Berat Kering Akar

Dari hasil penelitian bahwa nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dengan dosis yang tertinggi yaitu 10.7g. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka semakin besar biomassa tanaman. Menurut pernyataan Poerwowidodo (1991) menyatakan bahwa pemupukan akan meningkatkan percabangan akar dan perkembangan akar lateral serta ini akan meningkatkan penggunaan dan pengangkutan P oleh tanaman. Dengan meningkatnya akar maka pertumbuhan tanaman juga akan semakin baik karena suplai nutrisi ke bagian batang dan daun juga menjadi tercukupi.

Dengan pemberian bahan organik maka unsur hara P dapat tersedia di dalam tanah dan dapat dipergunakan untuk tanaman seperti serapan P. Berat kering akar berhubungan erat dengan serapan P.Hal ini sesuai dengan pernyataan (Hakim dkk ,1986) bahwa serapan P akar erat hubungannya dengan berat kering akar. Semakin besar serapan P maka semakin besar pula berat keringnya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya hara yang mampu diserap oleh akar tergantung dari banyaknya akar yang dapat bersentuhan dengan hara sehingga akar yang menyerap banyak hara akan memberikan pertumbuhan akar yang optimal.

Tinggi Tanaman Jagung

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan nilat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 163 cm sedangkan nilai yeng terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 95.6 cm. Hal ini berkaitan erat dengan unsur hara P yang tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman sehingga mempengaruhi tinggi tanaman. Menurut Hakim dkk, (1986) menyatakan seperti juga unsur nitrogen maka fosfor merupakan unsur hara makro dan essensial bagi pertumbuhan tanaman.

Dalam peningkatan tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, air dan nutrisi yang terkandung di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irdiani dkk, (2002) bahwa pertumbuhan tanaman adalah proses bertambahnya ukuran dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma. Penambahan ini disebabkan oleh bertambahnya ukuran organ tanaman seperti tinggi tanaman sebagai akibat dari metabolisme tanaman yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan di daerah penanaman seperti air, sinar matahari dan nutrisi dalam tanah.

Dokumen terkait