• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) TERHADAP PEMUPUKAN P DAN PEMBERIAN KOTORAN AYAM

PADA TANAH ULTISOL ASAL MANCANG KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

DIAN SURYANI 050303030 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TANGGAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) TERHADAP PEMUPUKAN P DAN PEMBERIAN KOTORAN AYAM

PADA TANAH ULTISOL ASAL MANCANG KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH:

DIAN SURYANI 050303030 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

Nama : Dian Suryani

NIM : 0503003030

Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. M.M.B.Damanik. MSc) (Ir.Hardy Guchi. MP NIP : 19520725 197603 1 001 NIP : 19560812 198603 1 001

)

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap pemupukan P dan kotoran ayam pada tanah ultisol. Penelitian ini

dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni-September 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pertama yaitu dengan pemberian kotoran ayam dengan beberapa taraf dosis yaitu : A0 (0 g/5 kg BTKO); A1 (18.75 g/5 kg BTKO); dan A2 (37.5 g/5 kg BTKO). Dan perlakuan kedua yaitu pemberian pupuk SP-36 dengan beberapa taraf dosis yaitu : P0 (0 g/5 kg BTKO); P1 (0.25 g/5 kg BTKO); P2 (0.5 g/5 kg BTKO); dan P3 (0.75 g/5 kg BTKO).

Dengan pemberian kotoran ayam dapat berpengaruh nyata terhadap pH, N-Total, P-Tersedia, Al-dd, tinggi tanaman, berat kering akar dan daun, serapan P tanaman, kandungan P daun. Sedangkan perlakuan pemberian pupuk SP-36 beserta interaksinya tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap setiap parameter.

(5)

ABSTRACT

This study aims to determine the response of Maize (Zea mays L.) to P fertilizer and chicken manure on Ultisol. The research was conducted in the greenhouse and the Laboratory of Chemistry / Soil Fertility, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan in June-September 2010. This research use randomized block design (RAK) with 2 factor Factorial treatments and three replications. The first treatment was by the use of chicken manure with some level of dosage is: A0 (0 g/5 kg BTKO), A1 (18.75 g/5 kg BTKO) and A2 (37.5 g/5 kg BTKO). And the second treatment is administration of SP-36 with some level of dosage is: P0 (0 g/5 kg BTKO); P1 (0.25 g/5 kg BTKO), P2 (0.5 g/5 kg BTKO) and P3 (0.75 g/5 kg BTKO).

With the provision of chicken manure can significantly affect the pH, N-total, P-Available, Al-dd, plant height, root and leaf dry weight, plant P uptake,

P content of leaves. While the treatment of SP-36 and its interaction does not show real results of each paramete.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dumai pada tanggal 09 Agustus 1987. Penulis

merupakan anak ke enam dari enam bersaudara. Putri dari Ayahanda S. Tambunan dan Ibunda R. Simanjuntak.

Pada tahun 1999 tamat sekolah SD Negeri 004 Dumai. Tahun 2002 lulus SMP Negeri 2 Dumai dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Dumai. Penulis masuk Universitas Sumatera Utara pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian dengan minat studi kimia dan kesuburan tanah.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis Mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) tahun 2005-2009, pengajian Al-Bayan

tahun 2005-2009. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Gunung Pamela, Tebing Tinggi, Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Tanggap Tanaman Jagung

(Zea mays L.) Terhadap Pemupukan P dan Pemberian Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat ”, yang merupakan salah

satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. M.M.B Damanik, MSc, dan Bapak Ir. Hardy Guchi, MP, selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan sarannya. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda S.Tambunan dan Ibunda R. Simanjuntak atas do’a yang tak pernah putus dan pengorbanan moral dan materil kepada penulis. Kepada teman-teman (terutama Jeffna, Vebby, Tommy, Benly, Robert, Elon) dan teman – teman lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol dan Masalahnya ... 3

Fosfor dan Peranannya Untuk Tanaman... 5

Pupuk Kotoran Ayam dan Peranannya di Dalam Tanah ... 8

Tanaman Jagung (Zea mays L.) Sebagai Tanaman Utama Kedua ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian ... 14

Bahan dan alat ... 14

Metodologi ... 14

Pelaksanaan penelitian... 16

Parameter yang Diukur ... 17

(9)

DAFTAR TABEL

1. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Berat kering daun pada akhir vegetatif ... 19

Nomor Halaman

2. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap N – Total tanah pada akhir vegetatif ... 20

3. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap P tersedia pada tanah pada akhir vegetatif ... 21

4. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap Al-dd Ultisol pada akhir vegetatif ... 22

5. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap serapan P tanaman pada akhir vegetatif ... 23

6. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Kandungan P daun pada akhir vegetatif ... 24

7. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Berat kering daun pada akhir vegetatif ... 25

8. Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap berat kering akar pada akhir vegetatif ... 26

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lampiran Analisis Awal Lengkap Tanah ... 39

2. Lampiran Analisis Awal Kotoran Ayam ... 39

3. Kriteria Sifat Tanah ... 40

4. Standar Kualitas Kompos ... 41

5. Deskripsi Tanaman Jagung ... 42

6. Data Rataan pH Tanah ... 43

7. Daftar Sidik Ragam pH Tanah Ultisol... 43

8. Data Rataan C-Organik Tanah ... 44

9. Daftar Sidik Ragam C-Organik ... 44

10. Data Rataan N-Total Tanah ... 45

11. Daftar Sidik Ragam N-Total Tanah... 45

12. Data Rataan C/N ... 46

13. Daftar Sidik Ragam C/N ... 46

14. Data Rataan P-Tersedia ... 47

15. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia ... 47

16. Data Rataan Al-dd ... 48

17. Daftar Sidik Ragam Al-dd ... 48

18. Data Rataan Serapan P Tanaman Jagung... 49

19. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Jagung ... 49

20. Data Rataan Kandungan P Daun ... 50

(11)

22.Data Rataan Berat Kering Daun ... 51

23. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Daun ... 51

24. Data Rataan Berat Kering Akar ... 52

25. Daftar Sidik Ragam Berat kering Akar ... 52

26. Data Rataan Tinggi Tanaman Jagung ... 53

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap pemupukan P dan kotoran ayam pada tanah ultisol. Penelitian ini

dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni-September 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pertama yaitu dengan pemberian kotoran ayam dengan beberapa taraf dosis yaitu : A0 (0 g/5 kg BTKO); A1 (18.75 g/5 kg BTKO); dan A2 (37.5 g/5 kg BTKO). Dan perlakuan kedua yaitu pemberian pupuk SP-36 dengan beberapa taraf dosis yaitu : P0 (0 g/5 kg BTKO); P1 (0.25 g/5 kg BTKO); P2 (0.5 g/5 kg BTKO); dan P3 (0.75 g/5 kg BTKO).

Dengan pemberian kotoran ayam dapat berpengaruh nyata terhadap pH, N-Total, P-Tersedia, Al-dd, tinggi tanaman, berat kering akar dan daun, serapan P tanaman, kandungan P daun. Sedangkan perlakuan pemberian pupuk SP-36 beserta interaksinya tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap setiap parameter.

(13)

ABSTRACT

This study aims to determine the response of Maize (Zea mays L.) to P fertilizer and chicken manure on Ultisol. The research was conducted in the greenhouse and the Laboratory of Chemistry / Soil Fertility, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan in June-September 2010. This research use randomized block design (RAK) with 2 factor Factorial treatments and three replications. The first treatment was by the use of chicken manure with some level of dosage is: A0 (0 g/5 kg BTKO), A1 (18.75 g/5 kg BTKO) and A2 (37.5 g/5 kg BTKO). And the second treatment is administration of SP-36 with some level of dosage is: P0 (0 g/5 kg BTKO); P1 (0.25 g/5 kg BTKO), P2 (0.5 g/5 kg BTKO) and P3 (0.75 g/5 kg BTKO).

With the provision of chicken manure can significantly affect the pH, N-total, P-Available, Al-dd, plant height, root and leaf dry weight, plant P uptake,

P content of leaves. While the treatment of SP-36 and its interaction does not show real results of each paramete.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ultisol merupakan daerah luas di dunia yang masih tesisa untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Air daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi. Banyak merupakan daerah perladangan yang primitif. Biasanya memberi produksi yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur – unsur hara di permukaan tanah yang terkumpul melalui proses biocyle belum habis (Hardjowigeno, 1993).

Di Indonesia Ultisol memilki sebaran yang luas mencapai 45.794.000 ha

atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia. Sebaran terluas terdapat di

Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan

Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa

Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari

datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta, 2010).

Ultisol memiliki beberapa sifat diantaranya yaitu, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, bahan organik yang rendah, kadar unsur hara yang rendah sehingga menjadi penghambat untuk pertanian. Untuk mengatasi masalah – masalah yang dimilki oleh Ultisol maka diperluka n pengelolaan tanah yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

(15)

biologi tanah. Penambahan bahan organik akan membebaskan unsur yang dikandungnya seperti N, P, K, Ca, Mg, dan lainnya serta meningkatkan ketersediaannya bagi tanaman. Mikroorganisme yang menguraikan bahan organik, tersebut menghasilkan asam humik, asam fulfik dan asam organik lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tanggap tanaman Jagung (Zea mays L.) tehadap pemupukan P dan pemberian kotoran ayam pada tanah ultisol.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggap tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap pemupukan P dan pemberian kotoran ayam pada tanah Ultisol.

Hipotesa Penelitian

Pemberian pupuk P dan kotoran ayam dapat memberikan tanggapan yang baik terhadap tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Ultisol asal Mancang.

Kegunaan Penelitian

– Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol dan Masalahnya

Menurut Harjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol biasanya di temukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 80C. Pembentukan tanah Ultisol

banyak dipengaruhi oleh bahan induk tua seperti batuan liat (batuan vulkanik masam), iklim yang cukup panas dan basah, relief berombak

sampai berbukit. Tanah ini memiliki horizon argilik yang bersifat masam dengan kejenuhan basa yang rendah. Pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kejenuhan basa kurang dari 35%.

Di Indonesia Ultisol mempunyai lapisan permukaan yang sangat tercuci (highly leached) berwarna kelabu cerah sampai kekuningan yang berada di atas horison terakumulasinya liat. Perkembangan lapisan permukaan yang tercuci kadang – kadang kurang nyata. Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tidak terlalu dalam tersusun batuan bersilikat, batu lapis, batu pasir dan batu lempung. Tanah ini bertekstur relatif berat berwarna merah atau kuning dengan struktur remah sampai gumpal bersudut untuk horison A dan gumpal bersudut hingga pejal pada horison B, agregat kuning stabil dan permeabilitas rendah, kandungan bahan organik rendah, serta pH yang rendah sekitar 4.2 – 4.8 (Darmawijaya,1997).

Pada umumnya, Ultisol memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah

untuk tanaman pangan, tetapi memiliki tanggapan yang baik terhadap pemupukan

karena sifat – sifat fisik ultisol yang peka terhadap pemupukan dingin

(17)

Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol,

karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi

fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh

kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan

P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh unsur

lain seperti Al dan Fe (Prasetyo dan Suriadikarta, 2010).

Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisol dari bahan

sedimen dan granit (> 60%), dan nilai yang rendah pada tanah Ultisol dari bahan

volkan andesitik dan gamping (0%). Ultisol dari bahan tufa mempunyai kejenuhan

Al yang rendah pada lapisan atas (5−8%), tetapi tinggi pada lapisan bawah

(37−78%). Tampaknya kejenuhan Al pada tanah Ultisol berhubungan erat dengan

pH tanah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2010).

Menurut Ardjasa (1994) bahwa untuk mengurangi kendala yang ada pada ultisol adalah meningkatkan keberadaan bahan organik di dalam tanah. Karena bahan organik, disamping memasok zat organik juga dapat memperbaiki sifat struktur tanah, meningkatkan KTK dan produktivitas tanah. Selain itu menurut Munir (1996) dapat dilakukan dengan pemupukan, yaitu lebih ditujukan untuk menambah jumlah dan tingkat ketersediaan unsur hara didalam tanah, karena telah diketahui bahwa ultisol miskin akan basa dan KTK rendah.

(18)

meningkatkan kation basa Ca2+,Mg2+,K+, dan Na+ pada tanah masam. Dengan meningkatnya konsentrasi kation basa tersebut umumnya diikuti oleh turunnya konsentrasi ion H+ dan meningkatnya ion OH- di dalam tanah, dan pada gilirannya dapat meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH tanah dapat menurunkan konsentrasi Al di dalam larutan tanah. Sanhes (1992) menjelaskan bahwa krelarutan Al sangat erat hubungannya dengan pH tanah, makin tinggi pH tanah (alkalin) maka Al akan mengendap dan sebaliknya makin rendah pH tanah (masam) maka Al makin larut atau aktif (Atekan dan Surahman, 2006).

Fosfor dan Peranannya Untuk Tanaman

Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar, yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah (Winarso, 2005).

(19)

Jika tanah mengandung 1% bahan organik berarti terdapat 200 kg P-Organik/ha, yang dimineralisasikan secara perlahan tergantung aktivitas jasad perombak bahan organik tanah, yang tercermin dari penurunann nisbah C/N nya (Hanafiah, 2005).

Evenson (1982) mengatakan bahwa mekanisme peningkatan dari berbagai P tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah.

Pemupukan P akan meningkatkan percabangan akar dan perkembangan akar lateral serta ini akan meningkatkan penggunaan dan pengangkutan P oleh tanaman. Dengan meningkatnya akar maka pertumbuhan trubus juga akan semakin baik karena suplai nutrisi ke bagian batang dan daun juga menjadi tercukupi (Poerwowidodo, 1991).

Serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Berarti besaran volume akar yang berkontak dengan besaran kepekatan P dalam larutan adalah dua faktor yang sangat menentukan besaran serapan P tanaman. Pengambilan P oleh tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P. Sebaran akar didalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman terutama bila kepekatan P rendah dalam media tumbuh (Hakim, 2005). Selain itu menurut Sanchez (1976) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat menurunkan fiksasi P oleh kation-kation di dalam tanah, sehingga P tersedia bagi tanaman.

(20)

menyerap banyak hara akan memberikan pertumbuhan akar yang optimal (Hakim dkk, 1986).

Tersedianya fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor berikut (Brady, 1984) :

1. pH tanah,

2. besi, alumunium dan mangan yang dapat larut

3. terdapatnya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan 4. kalsium tersedia dan mineral kalsium

5. jumlah dan dekomposisi bahan organik 6. kegiatan mikroorganisme

Empat faktor pertama saling berhubungan, karena efeknya sebagian besar tergantung pH tanah.

Pada umumnya bentuk H2PO4

-

lebih tersedia bagi tanaman dari pada bentuk lainnya. Dalam tanah hubungan ini maikn dipersulit dengan adanya kation – kation yang dapat memfiksasi bentuk fosfat tersebut. Pada tanah – tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al, Fe dan Mn larut lebih besar sehingga mereka cenderung mengikat ion fosfat. Reaksi kimia antara antara ion fofat dengan Fe dan Al larut menghasilkan hidroksi fosfat (Hakim dkk, 1986).

Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah yang besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan nitrogen dan

(21)

Kadar optimal dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3%-0,5% dari berat kering tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2006).

Menurut Hakim (2006) bahwa pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam fulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P dan P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks. Secara sederhana reaksi tersebut adalah sebagai berikut:

OH- OH

-Al OH- + Bahan Organik  Al OH- + H2PO4-

H2PO4- (P-Larut)

(P-terikat) Bahan Organik

Pupuk Kotoran Ayam dan Peranannya di Dalam Tanah

Mengetahui jenis atau macamnya pupuk kandang adalah sangat penting, karena, pemakaian pupuk atau perlakuan – perlakuan yang harus dilakukan sebelum pupuk dipakai, agar bermanfaat sebagai cara untuk mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatkan tersedianya unsur – unsur hara di dalam tanah guna keperluan tanaman (Sutejo, 2002).

(22)

tambahan hara ke dalam pukan terhadap sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pukan ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pukan ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2005).

Tujuan penggunaan superfosfat adalah untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang, yakni (Sutanto, 2002) :

1. Menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk amoniak,

2. Meningkatkan kandungan fosfat pupuk kandang dan membuat pupuk dengan kandungan hara berimbang,

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman, karena pada umumnya koloid tanah mengikat kuat fofat yang diberikan dalam bentuk pupuk.

Menurut Sarief (1985) bahwa kotoran ayam selain dapat menyumbangkan hara makro yang tinggi (terutama N dan K) juga dapat menyumbangkan hara mikro seperti Fe, Zn, dan Mo serta kotoran ayam mengandung kadar air dan nisbah C/N yang rendah, sehingga akan mempercepat proses mineralisasi dan memperkecil tekanan nitrat di dalam tanah. Dengan demikian ketersediaan unsur hara yang diperoleh dari kotoran ayam lebih cepat.

(23)

Menurut penelitian Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat.

Menurut Palm dkk (1997) bahwa mikrobia akan menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak P-organik menjadi P-anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan P dari bahan organik yang ditambahkan, juga dapat menguraikan P dari bahan organik tanah. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah populasi mikroorganisme tersebut, sehingga membantu dalam pengikatan partikel-partikel tanah yang sangat membantu dalam peningkatan kesuburan tanah.

Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain:

– Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro.

– Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai

pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia.

– Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik. – Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.

– Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman.

(24)

– Mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Souri, 2001).

Tanaman Jagung (Zea mays L.) Sebagai Tanaman Utama Kedua

Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain

sebagai makanan pokok, Jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 - 8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).

(25)

Untuk pertumbuhan tanaman dibutuhkan tanah yang bersifat netral atau mendekati netral. Kemasaman tanah ini biasanya dinyatakan dengan pH. Angka pH bukan saja merupakan pedoman pokok untuk pertanaman jagung yang ditanam pada tanah tersebut, tetapi juga tergantung kondisi tanah dan lingkungan setempat (AAK, 1993).

Tanaman jagung sangat memerlukan unsur hara P. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warisno (1998) yang menyatakan bahwa:

a. Unsur hara P yang dibutuhkan oleh tanaman jagung lebih banyak dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh tanaman seralia yang lain. b. Unsur hara P diserap selama pertumbuhan, walaupun sampai permulaan

berbunga yang diserap baru mencapai 25%.

c. Setelah berbunga dan selama pemasakan biji, unsur hara P paling banyak diserap oleh tanaman jagung dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-.

d. Pada waktu biji masak, 75% dari P yang dibutuhkan terdapat pada biji. Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman Jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Karena sifat pupuk N yang umumnya mobil, maka untuk mengurangi kehilangan N karena pencucian maupun penguapan sebaiknya N diberikan secara bertahap. Percobaan Iskandar dan Kodir (1980) pada lahan tegalan di Bogor menunjukkan bahwa pemberian N sekaligus akan memberikan hasil lebih rendah dari pada pemberian secara bertahap pada takaran yang sama.

(26)

sebagai akibat dari metabolisme tanaman yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan

di daerah penanaman seperti air, sinar matahari dan nutrisi dalam tanah (Irdiani dkk, 2002).

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat 25 m di atas

permukaan laut sejak bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat yang diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm, pupuk kandang ayam sebagai bahan organik, pupuk Urea, SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar, benih tanaman jagung sebagai tanaman indikator, air pet untuk menyiram tanaman dan bahan kimia untuk keperluan analisis tanah dan tanaman di laboratorium.

Alat yang digunakan adalah cangkul, GPS, polybag, plastik, meteran, ayakan, timbangan, serta alat yang digunakan di laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

Metodologi

(28)

Faktor perlakuan pupuk SP-36 (P) ; P0 = 0 kg/ha (0 g/5 kg BTKO) P1 = 200 kg/ha (0.25 g/5 kg BTKO) P2 = 400 kg/ha (0.5 g/5 kg BTKO) P3 = 600 kg/ha (0.75 g/5 kg BTKO) Faktor perlakuan kotoran ayam (A) ;

A0 = 0 ton/ha (0 g/5 kg BTKO) A1 = 7,5 ton/ha (18.75 g/5 kg BTKO) A2 = 15 ton/ha (37.5 g/5 kg BTKO) kombinasi perlakuannya adalah :

P0A0 P1A0 P2A0 P3A0

P0A1 P1A1 P2A1 P3A1

P0A2 P1A2 P2A2 P3A2

Model linear Rancangan Acak Kelompok :

Yijk = µ + βi + Pj + Ak + (PA)jk + Eijk

Yijk = Hasil Pengamatan pada ulangan taraf ke - i, pemberian pupuk P pada taraf ke - j, dan pemberian kotoran ayam pada taraf ke - k.

µ = Rataan umum.

Βi = Pengaruh ulangan ke - i.

Pj = Pengaruh pupuk P pada taraf ke - j

Ak = Pengaruh pemberian kotoran ayam pada taraf ke-k. (AT)jk = Pengaruh interaksi antara pupuk P pada taraf ke-j dengan

(29)

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing – masing perlakuan di uji dengan uji Duncan pada taraf 5% dan 1%.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah

Tanah sebagai media tumbuh diambil dari Desa Mancang, Kec. Selesai Kab. Langkat secara komposit pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah. Kemudian tanah dikering udarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah dikering udara dan telah diayak lalu dilakukan pengukuran kadar air tanah (% KA) dan kapasitas lapang (% KL) untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ke tiap polybag setara dengan 5 kg berat tanah kering oven. Setelah itu dilakukan analisis awal lengkap.

Aplikasi Perlakuan

(30)

Penanaman

Setelah tanah diinkubasi selama 2 minggu kemudian diberi pupuk dasar yaitu dengan menggunakan pupuk Urea, SP-36, dan KCl lalu dilakukan penanaman benih jagung 2 biji/polybag. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya dianggap baik.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari sampai tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari.

Parameter yang Diukur

Analisis Tanah

– pH tanah dengan metode elektrometri

– C - organik (%) dengan metode Walkley and Black – N-Total menggunakan metode Kjeldhal (%)

– Ratio C/N

(31)

Analisis Tanaman

– Serapan P tanaman (mg/tanaman) – Berat kering tajuk (g)

– Berat kering akar (g)

– Tinggi tanaman umur 40 hari (cm)

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Analisa Tanah Setelah Akhir Masa Vegetatif Tanaman pH Tanah

Dari hasil sidik ragam Lampiran 6.1 diketahui bahwa dengan pemberian pupuk SP-36 tidak berbeda nyata terhadap pH tanah pada masa akhir masa vegetatif tanaman, sedangkan dengan pemberian kotoran ayam menunjukkan hasil yang nyata.

Tabel.1 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap pH tanah pada akhir vegetatif

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai A1 dan A2 sama yaitu sebesar 5.5. Perlakuan ini berbeda nyata terhadap perlakuan A0 yaitu sebesar 5.2.

C-Organik Tanah (%)

(33)

Tabel. 2 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C-Organik tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

Nitrogen Total Tanah (%)

Dari Lampiran 8.1 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk SP-36 dan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata, sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap Nitrogen total tanah dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel. 3 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap N – Total tanah pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

(34)

C/N Tanah

Dari Lampiran 9.1 dapat dilihat bahwa dengan pemberian kotoran ayam, pupuk SP-36 serta dengan perlakuan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap C/N tanah.

Tabel. 4 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C/N tanah pada akhir vegetatif

Dari Lampiran 10.1 diketahui bahwa dengan pemberian pupuk SP-36 dan perlakuan interaksi tidak menunjukkan hasil yang nyata, tetapi dengan perlakuan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap P tersedia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.5 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap P tersedia pada tanah pada akhir vegetatif

(35)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada perlakuan A2 dapat meningkatkan ketersediaan P pada tanah yaitu sebesar 40.42 ppm dan merupakan nilai yang tertinggi. Pada perlakuan ini dapat menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap A0 dan A1. Nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 7.75 ppm yang menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2.

Al-dd Tanah (me/100g)

Dari Lampiran 11.1 dapat diketahui bahwa dengan pemberian perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi memberikan hasil yang tidak nyata. Sedangkan, dengan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata terhadap Al-dd pada tanah.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap Al-dd tanah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.6 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap Al-dd Ultisol pada akhir vegetatif

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

(36)

berpengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan A1 dan A2 yaitu 1.24 me/100g dan 1.06 me/100g. Dan perlakuan A1 dan A2 menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata.

Serapan P oleh Tanaman (mg/tanaman)

Dari Lampiran 12.1 diketahui bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap serapan P pada daun tanaman jagung. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh pemberian kotoran ayam terhadap serapan P pada tanaman Jagung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.7 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Serapan P tanaman pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan perlakuan pemberian kotoran ayam dapat meningkatkan serapan P pada daun, meskipun dengan dosis yang berbeda. Sedangkan tanpa pemberian kotoran ayam tidak dapat meningkatkan serapan P pada daun.

(37)

A0 dan A1 yaitu sebesar 0.45 mg/tanaman dan 2.16 mg/tanaman. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu 0.45 mg/tanaman dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2 yaitu sebesar 2.16 mg/tanaman dan 3.21 mg/tanaman.

Kandungan P Daun (%)

Dari Lampiran 13.1 dapat dilihat bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam menunjukkan hasil yang nyata terhadap kandungan P pada daun tanaman Jagung.

Pengaruh pamberian kotoran ayam terhadap Kandungan P pada daun tanaman Jagung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.8 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap Kandungan P daun pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

(38)

Berat Kering Tajuk (g)

Dari Lampiran 14.1 dapat diketahui bahwa dengan perlakuan pupuk SP-36 dan interaksi menunjukkan hasil yang tidak nyata. Tetapi dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

Pengaruh dari pemberian kotoran ayam terhadap berat kering tajuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.9 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap berat kering tajuk pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 18.11 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 4.03 g.

Berat Kering Akar (g)

Dari Lampiran 15.1dapat diketahui bahwa dengan permberian pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata. Sedangkan dengan perlakuan kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata.

(39)

Tabel.10 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap berat kering akar pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 5.8 28.1 35 68.9 7.7

P1 5.8 22.1 32.9 60.8 6.8

P2 3.9 31.6 28.7 64.2 7.1

P3 9.5 37.1 31.5 78.1 8.7

Total A 25 118.9 128.1 272

Rataan 2.08 c 9.9 b 10.7 a 7.6

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu 10.7g. Perlakuan ini berbeda nyata terhadap perlakuan A0 dan A1. Sedangkan nilai yang terndah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 2.08g dan berbeda nyata terhadap perlakuan A1 dan A2.

Tinggi Tanaman Jagung (cm)

Dari Lampiran 16.1 dapat diketahui bahwa dengan pemberian pupuk SP-36 dan interaksinya menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap tinggi

tanaman Jagung setelah 40 hari masa tanam. Tetapi dengan pemberian kotoran ayam menujukkan hasil yang nyata terhadap tinggi tanaman.

(40)

Tabel.11 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman pada akhir vegetatif

Perlakuan A0 A1 A2 Total P Rataan

P0 229.1 415.4 506.5 1151 127.9

P1 303.9 441.4 488 1233.3 137.0

P2 269 332 496.5 1097.5 121.9

P3 345 428 465 1238 137.6

Total A 1147 1616.8 1956 4719.8

Rataan 95.6 c 134.7 b 163 a 131.1

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak sama berarti berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

(41)

Pembahasan

pH Tanah

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam dapat meningkatkan pH tanah, sedangkan dengan perlakuan pupuk SP-36 maupun interaksinya tidak menunjukkan peningkatan pH. Dimana diketahui bahwa dengan semakin banyaknya kandungan Al dan Fe di dalam tanah maka akan menyebabkan tanah bersifat masam. Dengan pemberian kotoran ayam yang merupakan bahan organik dapat mengikat Al dan Fe yang merupakan sumber kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman.

Peningkatan pH tanah tersebut diakibatkan pula oleh bahan organik yang terkandung dalam kotoran hewan dan kompos karena memiliki gugus fungsional yang dapat mengadsorpsi kation lebih besar daripada mineral silikat. Di alam aktivitas H+ dalam tanah atau kemasaman (pH) tanah dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu meliputi bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman, kedalaman tanah dan pupuk nitrogen (N).

C – Organik Tanah

(42)

terhadap unsur hara (N, P, K, dsb), karena apabila perbandingannya sangat besar, bisa menyebabkan terjadinya imobilisasi. Imobilisasi ini merupakan proses pengurangan jumlah kadar unsur hara (N,P,K, dsb) di dalam tanah oleh aktivitas mikroba, sehingga kadar unsur hara tersebut yang dapat digunakan tanaman menjadi berkurang.

N – Total Tanah

Dari hasil penelitan dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam dapat menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk SP-36 beserta interaksinya. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan N yang terdapat pada kotoran ayam sangat besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat.

Bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur N, ditentukan oleh besarnya kandungan N. Bahan organik dikatakan berkualitas tinggi bila kandungan N tinggi, konsentrasi lignin dan polifenolnya rendah.

P - Tersedia

(43)

serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga pengikatan P dikurangi dan P akan lebih tersedia. Dan menurut Evenson (1982) mengatakan bahwa mekanisme peningkatan dari berbagai P tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah.

Selain itu, penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Menurut Palm dkk (1997) menyatakan bahwa mikrobia

akan menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak P-organik menjadi P-anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan P dari

bahan organik yang ditambahkan, juga dapat menguraikan P dari bahan organik tanah. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah populasi mikroorganisme tersebut, sehingga membantu dalam pengikatan partikel-partikel tanah yang sangat membantu dalam peningkatan kesuburan tanah.

Al – dd

(44)

Serapan P Daun

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran ayam serapan P pada tanaman menjadi nyata. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian bahan organik dapat menurunkan fiksasi P di dalam tanah sehingga P menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1976) bahwa pemberian pupuk organik dapat menurunkan fiksasi P oleh kation-kation di dalam tanah, sehingga P tersedia bagi tanaman. Selain itu, hasil dekomposisi bahan organik mampu menahan kelarutan P dari pupuk buatan sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman (Thompson and Troeh, 1975).

Nilai yang tertinggi yaitu pada perlakuan A2 sebesar 3.21 mg/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa jagung mampu mengambil unsur hara yang tersedia didalam tanah dalam jumlah banyak sehingga serapan hara semakin meningkat. Pada prinsipnya pengambilan unsur hara oleh tanaman tidak hanya dilakukan oleh akar tetapi juga oleh daun dan batang. Serapan P dalam tanaman mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berat kering tanaman. Semakin tinggi berat kering trubus tanaman maka semakin besar nilai serapan P tanaman. Sedangkan nilai yang terendahnya terdapat pada perlakuan A0 sebesar 0.45 mg/tanaman. Hal ini disebabkan unsur hara yang terkandung dalam tanah hanya sedikit dikarenakan tidak ada penambahan pupuk fosfat kedalam tanah sehingga bagian tanaman hanya dapat menyerap sedikit unsur hara yang ada di dalam tanah.

(45)

meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap hara termasuk hara P. Selain itu, meningkatnya daya menahan air tanah mempengaruhi terhadap kadar air tanah sehingga memperbesar proses difusi ion fosfat dari tanah kepermukaan akar tanaman.

Kandungan P

Dengan pemberian kotoran ayam dalam taraf dosis yang berbeda dapat meningkatkan kandungan P pada daun. Dalam hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pemberian kotoran dapat menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah. Karena kotoran ayam merupakan bahan organik yang berfungsi dapat mengikat unsur Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia bagi tanah dan dapat dipergunakan bagi tanaman.

Peningkatan P daun terjadi karena dengan penambahan fosfat ke dalam tanah akan meningkatkan ketersediaan unsur P, sehingga semakin besar terjadi kontak antara akar dengan unsur hara P. Hal ini akan meningkatkan kecepatan difusi serapan P oleh akar tanaman. Selain itu perimbangan unsur hara didalam tanah diduga semakin baik dengan bertambahnya dosis pemupukan fosfat sehingga akan meningkatkan serapan unsur P oleh tanaman.

Berat Kering Tajuk

(46)

yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kebutuhan unsur-unsur untuk pertumbuhan tanaman dan hasil akan semakin meningkat pula.

Berat kering daun dipengaruhi oleh banyaknya unsur hara yang dapat diserap

akar dan kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya fotosintesis seperti cahaya

sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis. Apabila fotosintesis berjalan optimal

maka fotosintat yang dihasilkan akan banyak yang dapat digunakan untuk

pertumbuhan bagian-bagian tanaman.

Berat Kering Akar

Dari hasil penelitian bahwa nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dengan dosis yang tertinggi yaitu 10.7g. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka semakin besar biomassa tanaman. Menurut pernyataan Poerwowidodo (1991) menyatakan bahwa pemupukan akan meningkatkan percabangan akar dan perkembangan akar lateral serta ini akan meningkatkan penggunaan dan pengangkutan P oleh tanaman. Dengan meningkatnya akar maka pertumbuhan tanaman juga akan semakin baik karena suplai nutrisi ke bagian batang dan daun juga menjadi tercukupi.

(47)

Tinggi Tanaman Jagung

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan nilat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 163 cm sedangkan nilai yeng terendah terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 95.6 cm. Hal ini berkaitan erat dengan unsur hara P yang tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman sehingga mempengaruhi tinggi tanaman. Menurut Hakim dkk, (1986) menyatakan seperti juga unsur nitrogen maka fosfor merupakan unsur hara makro dan essensial bagi pertumbuhan tanaman.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dengan pemberian kotoran ayam dapat memberikan pengaruh yang nyata dalam menaikkan pH tanah, fosfor tersedia, nitrogen total.

2. Dengan pemberian kotoran ayam berpengaruh nyata dalam menurunkan Alumunium yang dapat dipertukarkan di dalam tanah.

3. Dengan pemberian kotoran ayam dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung seperti pada tinggi tanaman, berat kering tanaman, berat kering akar serta pada serapan P dan kandungan P pada tanaman.

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1993. Seri Budi Daya Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Agromedia, R., 2007. Budi Daya Jagung Hibrida. Agromedia Pustaka, Jakarta. Ardjasa, W. S. 1994. Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Marginal Melalui

pemupukan Fosfat alam dan Bahan Organik Berlanjut Pada Pola : Padi gogo-kedelai-kacang tunggak. Prosing Seminar Nasional. Pengembangan Wilayah Lahan Kering bagian I. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Atekan dan Arif, S. 2006. Peranan Bahan Organik Asal Daun Gamal (Gliciridia sepium) Sebagai Amelioran Alumunium Pada Tanah

Ultisol. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat.

Brady, N.C. 1984. The nature and properties of soils (9th Edition). Macmillan Publishing Company, New York.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Universitas Gajah Mada Pres, Yogyakarta.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul., 2008.

Evenson, F. J. 1982. Humus Chemestry. John Wiley and Sons. New York. Fathan, R. M, Raharjo dan A. K. Makarim. 1988. Hara Tanaman Jagung. Dalam

Subandi , M. Syam dan A. Widjojo(Eds). Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.

Foth, H. D. 1994. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta.

Hakim, N, 2005. Pengelolaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Andalas University Press, Padang.

(50)

Harjowigeno. S., 1993. Kalsifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo, Jakarta.

., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Hartatik, W., dan L. R. Widowati., 2009. Pupuk Kandang. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai Penelitian Tanah. (Diakses pada tanggal 12 Mei 2010 pukul 08.15 WIB).

Irdiani, I., Y. Sugito., dan A. Soegianto. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair dan Dosis Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Agrivita. Universitas Brawijaya. Malang

Iskandar, S dan A. Kodir., 1980. Pengaruh Waktu Pemberian N Terhadap Hasil Jagung Dalam Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di Indonesia. Puslitbangtan Bogor.

Lingga, P dan Marsono., 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah – Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya, Jakarta.

Palm, A. C., R.J.K. Myers and S.M. Nandwa. 1997. Combined use organic and inorganic nutrient source for soil fertility maintenance and replenisment. Am. Soc. Of Agronomy and Soil Sci. of America.

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta., 2010. Karakteristik, potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan pertanian lahan Kering di

Indonesia.

(Diakses : 10 Mei pukul 01.15 WIB).

Poerwowidodo, M. 1991. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Sanchez, P .A. 1976. Properties and Management of Soils in The Tropics. John Wiley & Sons. New York.

(51)

Santoso. B, F. Haryanti, dan S. A. Kadarsih. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk

Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Serat Tiga Klon

Rami Di Lahan Aluvial Malang.

Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Souri, S., 2001, Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Padi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik Permasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.

Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutedjo, M. M dan A. G. Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.

Thompson, L.M. and F.R. Troeh. 1978. Soil and Soils Fertility. Mc.Graw-Hill Book Co.inc. New York.

Warisno., 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Ultisol Asal Mancang

No Jenis Analisis Nilai Kriteria*

1 pH (H2O) 4.76 Masam

* : sumber dari Balai Penelitian Tanah, 2010 ** : tidak terdeteksi

Lampiran 2. Hasil Analisis Awal Kotoran Ayam

No Jenis Analisis Nilai Kriteria**

1 pH (H2O) 6.98

(53)

Lampiran 3. Kriteria Sifat Tanah

(54)

Lampiran 4. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar Air % - 50

(55)

Lampiran 5. Deskripsi Tanaman Jagung

Tahun dilepas : 1999

Asal : Pioner Hi-brid (Thailand)

Umur : 50 % polinasi : 57-59 hari

50 % keluar rambut : 57-60 hari Panen 92 – 120 hari

Batang : Besar dan kokoh

Tinggi Tanaman : 211 cm

Daun : Tegak dan lebar

Warna Daun : Hijau tua

Keragaman Tanaman : Sangat Ragam

Perakaran : Baik

Tongkol : Panjang dan Silindris

Kedudukan tongkol : Agak tinggi, di pertengahan tinggi tanaman (91 cm)

Biji : Mutiara

Bobot 1000 biji : 289 g

Rata-rata hasil : 8,105 ton/Ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap bulai, hawar daun, busuk tongkol

(56)

Lampiran 6. Rataan pH Tanah Inkubasi

Lampiran 6.1 Daftar Sidik Ragam pH Tanah

(57)

Lampiran.7 Rataan C – Organik Tanah

Lampiran. 7.1 Daftar Sidik Ragam C – Organik Ultisol

(58)
(59)

Lampiran. 9 Rataan C/N Tanah

Lampiran. 9. 1 Sidik Ragam C/N Tanah

(60)

Lampiran. 10 Rataan P – Tersedia

Lampiran 10.1 Daftar Sidik Ragam P – Tersedia Tanah

(61)

Lampiran 11. Rataan Al – dd Tanah

Lampiran 11.1 Daftar Sidik Ragam Al – dd Tanah

(62)

Lampiran 12. Rataan Serapan P Tanaman Jagung

Lampiran 12.1. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Jagung

(63)

Lampiran 13. Rataan Kandungan P Daun Tanaman Jagung

Lampiran 13.1 Daftar Sidik Ragam Kandungan P Daun

(64)

Lampiran 14. Rataan Berat Kering Daun Tanaman Jagung

Lampiran 14. 1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Daun Tanaman Jagung

(65)

Lampiran 15 Rataan Berat Kering Akar Tanaman Jagung

Lampiran 15.1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman Jagung

(66)

Lampiran 16 Rataan Tinggi Tanaman Jagung

Lampiran 16.1 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung

Gambar

Tabel.1 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap pH tanah pada akhir vegetatif
Tabel. 2 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C-Organik tanah pada akhir vegetatif
Tabel. 4 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang Ayam terhadap C/N tanah pada akhir vegetatif
Tabel.6 Uji beda rataan pemberian pupuk kandang ayam terhadap Al-dd Ultisol pada akhir vegetatif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kepras adalah penebangan sisa tanaman rata dengan permukaan tanah, yang bertujuan untuk merawat tunggul tebu bekas tebangan agar tunas baru dapat tumbuh sehat, seragam/homogen

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat pada Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh Terhadap Kinerja Alumni Fakultas

Dari data lab yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa semua pasien yang mengalami diare akut dehidrasi ringan hingga berat kesemuanya mendapatkan terapi oralit, hal

Mengetahui gambaran pola pemilihan obat yang meliputi pemilihan jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan obat pada pasien pediatri dengan penyakit gastroenteritis akut

Menurut peraturan jenjang kepangkatan tersebut ditentukan sebagai berikut: (1) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat

+eralaan yang se/ara l!as dienal seagai ool eyden... Da+a menyim+an dan mengosongan

Maksud aku begini# kalau usia kamu sekarang udah 23 tahun dan dalam 2 tahun kedepan usia kamu akan men!adi 83 tahun" Tahukan kamu bah)a kehidupan disaat usia kamu sudah 83

Sebagian hasil dari penelitian biomonitoring menggunakan bioindikator makroinvertebrata untuk menentukan kualitas air Sungai Gandong dapat dijadikan sebagai bahan