• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C- Organik Tanah

Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah termasuk hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalamnya yang telah mengalami dekomposisi sampai

pada suatu keadaan dimana sulit untuk mengenali bahan aslinya, residu mikrobia, dan produk akhir dekomposisi yang relatif stabil (humus).

kedalaman tanah, iklim tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan tanah menentukan bahan organik dan nitrogen. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan dilapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin kebawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi dilapisan atas (Badan Litbang Pertanian, 2006).

Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meingkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Oades, 1989).

Bahan organik digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kemantapan agregat, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menrunkan kepekaan tanah terhadap erosi, serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Wihardjaka, 2010).

Tanah - tanah mineral pada umumnya mempunyai kandungan bahan organik sekitar 3 – 5%. Kandungan bahan organik pada sutau jenis tanah yang sama berbeda dengan berbedanya kedalaman tanah. Semakin dalam tanah, semakin berkurang kandungan bahan organiknya, demikian pula dengan pengolahan tanah, semakin sering tanah diolah, semakin berkurang kandungan bahan organik tanah tersebut (Hasibuan, 2009).

Kandungan Bahan organik tanah suatu lahan juga akan berbeda dengan waktu. Hal ini isebabkan karena BO merupakan sumber energi mikroba. Aktifitas mikroba merombak BO sangat tergantung kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Musim yang berbeda akan membedakan suhu dan kelembaban tanah, sehingga laju dekomposisi BO tidak akan sama, di samping laju pertumbuhan tanaman dan jumlah BO yang disumbangkannya ke tanah juga berbeda. Oleh sebab itu, jika tidak ada penambahan BO kepada suatu tanah, maka BO nya akan menurun dengan waktu (Yulnafatmawita, dkk, 2011).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah (Atmojo, 2003).

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik tanah, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Munandar, 2013).

Sifat Fisik Tanah Bulk Density (BD)

Bulk density (berat jenis suatu tanah) adalah besar massa tanah persatuan volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3

Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm

. Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin (Pairunan,1985).

3

, sedangkan tanah organik umumnya memiliki bulk density antara 0,1-0,9 gram/cm3

Bulk density dipengaruhi oleh faktor-faktor tekstur, struktur dan kandungan bahan organik. bulk density dengan cepatnya berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya. Hubungannya dengan tektur adalah misalnya saja pada tanah yang bertekstur liat memiliki pori yang kecil karena tingkat kepadatannya tinggi sehingga berpengaruh terhadap bulk densitynya, sama juga halnya dengan struktur tanah. Ketersediaan bahan organik juga

berpengaruh, hal ini disebabkan karena semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah maka semakin rendah bulk densitynya (Pairunan, 1997).

Tanah lapisan bawah (sub soil) umumnya mempunyai bulk density yang lebih tinggi, sekitar 2 g/cc. Hal ini disebabkan tanah bawah itu lebih padat karena tekanan lapisan diatasnya, dan mempunyai kandungan bahan organik yg lebih rendah, dan kurangnya granulasi (Hasibuan, 2009).

Menurut Hardjowigeno (1993) guna menentukan kerapatan lindak adalah untuk : 1) deteksi adanya lapisan padas dan tingkat kepadatannya, semakin memadas maka semakin tinggi kerapatan lindaknya, 2) menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan abu volkan/batu apung yang tinggi mempunyai kerapatan lindak yang rendah dengan nilai 0,85 g/cm3

Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm

, 3) evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan kerapatan lindak tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut, 4) evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian dari horizon-horizon tertentu.

3

. Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak

bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).

Bulk Density (BD) yaitu bobot padatan (pada kering konstan) dibagi total volume (padatan + pori), BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3, BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk tanah berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang - tinggi, BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan kandungan BO tinggi. BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan derajat agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah ( Kurnia, dkk, 2006 ).

Bulk Density (BD) merupakan indikator dari pemadatan tanah. Hal ini dihitung sebagai berat kering tanah dibagi dengan volume. Volume ini termasuk volume dari partikel tanah dan volume pori antara partikel tanah. BD biasanya dinyatakan dalam g/cm3

Tekstur Tanah

. BD tergantung pada tekstur tanah dan kepadatan mineral tanah (pasir, debu, liat) dan partikel bahan organik (Brady, 2008).

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga aerasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga juga disebut tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan

energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. (Islami dan Utomo, 1995).

Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat sifat kimia dan bahan organik tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu mempunyai luas permukaan yang kecil, tetapi mempunyai ukuran yang besar, maka fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam mana sekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif (Hakim, dkk 1986).

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan adalah: -Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu

-Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat Berdebu

-Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

-Agak kasar (ak) : Lempung berpasir -Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung

-Sangat halus (sh): Liat (tipe mineral liat 2:1) (Djaenudin dkk, 2011).

Kandungan bahan organik meningkat cenderung dengan meningkatnya kandungan liat. Ikatan antara liat dan bahan organik melindungi bahan tersebut dari aksi dekomposisi oleh mikrobia tanah. Tingginya kandungan liat juga

berpotensi tinggi untuk formasi agregat. Agregat makro akan melindungi bahan organik dari mineralisasi lebih lanjut (Rice, 2002).

Istilah tekstur tanah berkaitan dengan kisaran ukuran partikel tanah, yaitu partikel penyusunan tanah tertentu. Istilah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran partikel terukur atau proporsi dari berbagai kisaran ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah. Dalam pengertian ini tekstur tanah adalah atribut tanah yang bersifat permanen dan alami, dan istilah ini paling sering digunakan untuk mencirikan susunan fisik tanah. Metode tradisional pencirian ukuran partikel pada tanah adalah membagi susunan ukuran partikel menjadi tiga kisaran ukuran berbeda, dikenal sebagai fraksi tekstur atau bahan tunggal, yaitu pasir, debu dan liat (Hillel, 1997).

Apabila tanah mengandung terlalu banyak liat, maka tanah tersebut dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar, akan tetapi air tidak mudah meresap kedalam tanah tersebut karena air akan mengalir pada permukaan tanah dan menyebabkan erosi. Atau apabila tanah berpasir, air akan mudah meresap tetapi tidak dapat disimpan lama karena akan infiltrasi kelapisan bawahnya. Dengan demikian, tanah yang ideal adalah tanah yang mempunyai tekstur yang kandungan liat, pasir, dan debunya seimbang disebut lempung (loam) (Rachmiati, 2013).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dipengaruhi oleh faktor dan proses pembentukan tanah tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain adalah bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya (Hardjowigeno, 2003).

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena selain mempunyai ukuran yang relatif halus, juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun berukuran halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan (Meyer dan Harmon, 1984).

Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga tekstur. Lempung mempunyai komposisi yang seimbang antara fraksi kasa, halus dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir. Sementara drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat (Badan Litbang Pertanian, 2006).

Suhu Tanah

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan untuk menggolongkan sifat- sifat panas dari suatu system. Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energy dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi (Kurnia dkk, 2006).

Suhu tanah berperan penting dalam mengendalikan aktifitas jasad hidup, baik tanaman maupun kegiatan biologi tanah. Suhu berperan pula dalam menentukan reaksi-reaksi kimia, sifat fisika dan fisika-kimia tanah. Panas yang diterima tanah yang berasal dari radiasi matahari akan hilang melalui penguapan, radiasi kedalam atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, memanaskan udara dalam tanah dan tanah itu sendiri. Suhu tanah dapat dikontrol dengan pembuangan

air berlebihan dengan pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah dengan tanaman dan penggunaan mulsa (Hakim, dkk, 1986).

Suhu tanah beragam menurut pola harian atau musiman. Di kedalaman 3 m, suhu agak konstan. Fluktuasi suhu terbesar berada diantara udara dan tanah, daripada berada dibawah atau diatas tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat kecil, namun bila terdapat bahan organik diatas permukaan tanah, dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa dan berbagai macam naungan dapat mengurangi jumlah radiasi matahari yang diserap tanah, hilangnya

energi dari tanah akibat radiasi, dan hilangnya air melalui evaporasi (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor. Permasalahan petani pada umumnya adalah masih menanam tanaman kopi robusta dan arabika secara bersama.Tanaman kopi robusta 40% mendominasi lahan-lahan yang cocok untuk budidaya kopi arabika. Kopi robusta umumnya sudah lebih tua dan perolehan harganya lebih rendah dari kopi arabika jual (Rubiyo, dkk, 2003).

Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup mengembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi.Kopi adalah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia seperti Jawa Barat, Sumatra, Bali dan lain-lain. Tanaman kopi dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan tumbuh baik pada ketinggian 800 s.d 2.000 m dpl, suhu 15 s.d 25o

Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 20°-24° C, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1000 m dpl. Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 17° - 21° C. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah (kurang dari 500 m dpl), biasanya produksi dan mutunya rendah serta mudah terserang penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemmileia vastatrix (HV) (AAK, 1988).

C, Curah hujan 1.750 s.d 3.000 mm per tahun dan pH tanah 5,5 sampai dengan 6,5 (Asmacs, 2008).

Secara umum tanaman kopi dibedakan atas 3 macam, yaitu Kopi Arabika (Coffea arabika L.), Kopi Liberika (Coffea liberika Hiern), dan Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Frochner). Dewasa ini hampir 95% areal pertanaman kopi di Indonesia terdiri dari kopi robusta. Hal ini disebabkan karena syarat tumbuh dan pemeliharaannya ringan serta produksinya tinggi. Kondisi tanah yang cocok bagi pertumbuhan tanaman kopi adalah tanah-tanah dengan sifat fisik yang baik seperti : gembur, permeabel, dan drainasenya baik (Hartobudoyo, dkk, 2001).

Meskipun kopi robusta semula ditanam dan di usahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini telah lebih banyak menjadi tanaman rakyat. Di beberapa daerah misalnya di Bali dan Sumatera Utara, petani kopi arabika banyak yang beralih kepada kopi robusta, karena mereka melihat bahwa kopi robusta lebih mudah ditanam dan tidak terlalu peka terhadap kondisi pertumbuhan yang kurang menguntungkan (AAK, 1988).

Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah; macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara yang menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur, struktur, kerapatan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu (Hakim, dkk, 1986).

Tanah untuk tanaman kopi berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeabel, atau dengan kata lain tekstur tanahnya harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung

pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, hal ini berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik, yang merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya itu sendiri (Hakim, dkk, 1986).

Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density) merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah maka makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya

bulk density tanah berkisar 1,1 – 1,6 g/cm3. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,9 g/ cm3 (misal tanah Andisol), bahkan ada yang kurang dari 0.1 g/ cm3

Partikel-partikel pasir memiliki luas permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat tetapi ukurannya besar. Semakin banyak ruang pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari permukaan pasir, dimana tingkat pelapukan dan pembebasan

unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Tekstur tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah Liat.

Panas di dalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi- reaksi kimia di dalam tanah maupun aktivitas biologi di dalam tanah. Panas di dalam tanah disebut menggunakan istilah suhu tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah adalah salah satu sifat tanah penting karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan juga mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobia dan enzim, dekomposisi residu tanaman dan ketersediaan unsur hara tanaman (Lubis, 2007).

Kabupaten Dairi terletak antara 98000' - 98030' BT dan 2015'00'' - 30

Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2011 dapat dilihat bahwa Kopi ( Robusta dan Arabika ) memiliki luas lahan sebesar 18.999 hektar dengan total produksi 11.324,05 ton. Pada tahun 2011 Produksi Kopi terbesar adalah Jenis Arabika. Produksi kopi Arabika sebesar 8.570,20 ton dengan luas lahan 10.504 hektar dengan rata-rata 815,90 kg/ ha. 00'00" LU, mempunyai Luas 192.780 ha atau sekitar 2,69 % dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 ha). Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian antara 400 s/d 1.700 m diatas permukaan laut. Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 s/d 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang dan Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian antara 700 s/d 1.700 meter diatas permukaan laut (BPS Kabupaten Dairi, 2012).

Sedangkan Kopi Robusta sebesar 2.753,85 ton dengan luas lahan sebesar 8.495 hektar dan rata-rata per hektar 324,17 kg/ha (BPS Kabupaten Dairi, 2012).

Di Kabupaten Dairi belum pernah dilakukan pengevaluasian kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah (bulk density, tekstur dan suhu tanah) yang mendukung perkembangan tanaman kopi dan peta sebagai acuan dalam penggunaan lahan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu ) pada lahan tanaman kopi (Coffea Sp.) di beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi.

Kegunaan Penelitian

− Peta kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah) diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan kopi.

− Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK

EMALIA SINARTA TARIGAN : Evaluasi Kandungan Bahan Organik dan Sifat Fisik Tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah) Pada Lahan Tanaman Kopi (Coffea Sp.) Di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi. Dibimbing oleh Ir. Hardy Guchi, MP. Dan Ir. Posma Marbun, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu ) pada lahan tanaman kopi (Coffea Sp.) di beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Desember 2013. Pengambilan sampel menggunakan metode bebas dengan tingkat survei tinjau dan analisis data C- organik dengan metode Walkey and Black, Bulk density dengan metode Ring sample, Tekstur dengan metode Hydrometer dan Suhu Tanah (o

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daerah penelitian, peta status hara C- organik terdiri dari kriteria sangat rendah (3 sample), rendah (13 sample), sedang (12 sample) dan tinggi (10 sample). Bulk density, kriteria porous (13 sample) dan padat (25 sample). Tekstur, kriteria Sangat halus (1 sample), Halus (6 sample), Agak halus (10 sample), Sedang (9 sample), Agak kasar (7 sample) dan Kasar (4 sample), dan Suhu Tanah rezim Isohyperthermic (38 sample).

C), serta menginterpretasikan dalam peta status hara melalui program ArcMap 10. Parameter yang dianalisis adalah C-organik, Bulk density, Tekstur dan Suhu tanah.

ABSTRACT

EMALIA SINARTA TARIGAN : evaluation of organic matter content and soil physical properties (Bulk density, Texture and Soil Temperature) the coffee

crop land (Coffeea sp.) in some districts in Dairi. Leading by Ir. Hardy Guchi, MP and Ir. Posma Marbun, MP.

This research purpose to make evaluation the organic matter content and soil physical properties (Bulk density, Texture and Soil Temperature) the coffee crop land (Coffeea sp.) in some districts in Dairi. The research started to do on June 2013 until December 2013. Sampling using free methods to survey the level of review and analysis of data C- organic by Walkey and Black method, Bulk

Dokumen terkait