• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Kriteria PPT (1983), secara kualitatif kadar C-organik, N-total, dan P-tersedia pada tanah-tanah di lokasi penelitian bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Rata-rata dan kisaran kadar C-organik, N-total, dan P-tersedia serta kriterianya di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 6.

Kation-kation Basa, KTK dan KB

Beberapa karakteristik tanah yang terkait dengan kemampuan tanah dalam mensuplai hara diantaranya adalah kation-kation basa, nilai KTK tanah dan kejenuhan basa.

Berdasarkan kriteria PPT (1983), contoh-contoh tanah dari daerah pengamatan memiliki kadar Ca yang berkisar dari sangat rendah hingga rendah,

kadar K berkisar dari sangat rendah hingga sangat tinggi, kadar Mg berkisar dari sangat rendah hingga tinggi, dan kadar Na pada lokasi penelitian berkisar dari sangat rendah hingga sedang (Tabel 7).

Tabel 6 Rata-rata dan kisaran kadar C-organik, N-total, dan P-tersedia di lokasi penelitian

No. Distrik Karakteristik Tanah

C-organik N-total P-tersedia Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran ……….(%)……… ……….(%)……… ….(ppm)…. 1. Rasau Kuning 3.40 1.73-7.43 0.26 0.18-0.36 10.10 1.92-21.12 T R - ST S R - S R SR - S 2. Sorek 1.62 0.02-3.73 0.40 0.01-1.15 12.24 1.80-73.63 R SR - T S SR - ST R SR - ST 3. Malako 2.32 0.44-5.51 0.20 0.01-0.57 25.14 0.74-297 S SR - ST R SR - T S SR - ST 4. Nilo 3.19 0.21-11.09 0.26 0.04-0.80 13.99 2.02-71.18 T SR - ST S SR - ST R SR - ST 5. Duri I 2.49 0.17-6.71 0.23 0.01-0.46 6.45 2.60-25.65 S SR - ST S SR - S SR SR - S 6. Tapung 1.25 1.13-1.47 0.13 0.10-0.16 12.96 7.80-16.96 R R R R R SR - S 7. Gelombang 1.22 0.89-1.55 0.13 0.10-0.15 24.20 10.74-37.65 R SR - R R R S R - ST 8. Duri II 1.19 1.16-1.25 0.15 0.13-0.17 28.97 19.23-41.95 R R R R T S - ST

22

Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah-tanah dari lokasi penelitian secara umum berkisar dari sangat rendah hingga rendah. Kejenuhan basa (KB) merupakan rasio antara jumlah kadar basa-basa seperti Ca, Mg, Na dan K dengan nilai KTK. Pada tanah-tanah di lokasi penelitian nilai KB berkisar dari sangat rendah sampai sedang. Rata-rata dan kisaran KTK dan KB serta kriterianya pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Rata-rata dan kisaran nilai kation basa-basa dapat ditukar No. Distrik Karakteristik Tanah

Na K Ca Mg Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran ………..(cmol(+) kg-1)………. 1. Rasau Kuning 0.04 0.01-0.08 0.07 0.02-0.24 0.08 0.03-0.16 0.38 0.03-2.47 SR SR SR SR - R SR SR SR SR - T 2. Sorek 0.11 0.04-0.15 0.04 0.02-0.17 0.14 0.01-0.39 0.09 0.01-0.25 R SR - R SR SR - R SR SR SR SR 3. Malako 0.14 0.03-0.32 0.12 0.01-0.62 0.09 0.01-2.68 0.17 0.01-0.70 R SR - R R SR - T SR SR - R SR SR - R 4. Nilo 0.28 0.04-0.56 0.13 0.05-0.40 0.25 0.08-0.76 0.10 0.03-0.23 R SR - S R SR - S R SR SR SR 5. Duri I 0.06 0.03-0.32 0.08 0.03-1.32 0.07 0.01-0.29 0.23 0.01-0.49 SR SR - R SR SR - ST SR SR SR SR - R 6. Tapung 0.18 0.16-0.21 0.07 0.05-0.09 0.16 0.16-0.17 0.11 0.08-0.15 R R SR SR SR SR SR SR 7. Gelombang 0.13 0.13 0.09 0.08-0.10 0.22 0.19-0.26 0.14 0.14-0.15 R R SR SR - R SR SR SR SR 8. Duri II 0.24 0.22-0.27 0.13 0.12-0.13 0.31 0.26-0.41 0.19 0.12-0.24 R R R R R SR SR SR

Keterangan: SR= sangat rendah, R= rendah, S= sedang, T= tinggi, ST= sangat tinggi

Tabel 8 Rata-rata dan kisaran KTK dan KB secara umum di lokasi penelitian No. Distrik Karakteristik Tanah

KTK KB

Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran

…..cmol(+) kg-1…. ……(%)…… 1. Rasau Kuning 1.79 0.92-3.45 31.84 7.29-44.61 SR SR R SR - S 2. Sorek 6.00 1.35-8.53 6.33 2.47-20.55 R SR - R SR SR - R 3. Malako 4.40 1.13-9.22 11.82 2.61-40.00 SR SR - R SR SR - S 4. Nilo 7.75 1.79-14.00 9.81 2.83-39.18 R SR - R SR SR - S 5. Duri I 4.04 1.20-10.21 10.89 1.42-25.60 SR SR - R SR SR - R 6. Tapung 5.48 4.47-6.58 9.49 9.27-9.81 R SR - R SR SR 7. Gelombang 5.65 4.90-6.41 10.55 9.42-11.69 R SR - R SR SR 8. Duri II 7.44 6.54-8.70 11.69 8.49-14.97 R R SR SR

23 Peneraan Produksi Berdasarkan Umur Tanaman

Hubungan karakteristik lahan dengan produksi tanaman dibangun dalam penelitian ini. Namun, data menunjukkan produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar karakteristik lahan, yaitu umur tanaman. Pengaruh umur tanaman terhadap produksi (volume kayu) tanaman bersifat genetik, artinya setiap jenis tanaman mempunyai pola kecenderungan peningkatan dalam pertumbuhan dan produksinya serta mempunyai umur optimum dalam berproduksi yang khas. Oleh karena itu, peneraan umur tanaman perlu dilakukan agar produksi tidak dipengaruhi oleh umur dan dapat dibandingkan satu sama lainnya.

Hubungan umur tanaman dengan produksi berkorelasi nyata dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0.684 dan mempunyai pola kecenderungan yang bersifat polynomial (Gambar 6a). Dengan demikian, secara umum produksi dipengaruhi oleh umur tanaman. Hasil peneraan umur terhadap produksi tanaman ditunjukkan pada Gambar 6b. Gambar tersebut terlihat bahwa produksi teraan tidak dipengaruhi oleh umur tanaman dengan R2 sebesar 0.0001, sehingga tinggi rendahnya produksi hanya dipengaruhi oleh faktor pembatas. Setelah peneraan dengan umur, maka perbedaan produksi teraan dapat dibandingkan satu sama lainnya dan hanya dipengaruhi oleh karakteristik tanah dan lahan.

Nilai produksi teraan digunakan dalam regresi berganda dan analisis diskriminan untuk menentukan hubungan antara karakteristik lahan terhadap produksi tanaman dan kontribusi karakteristik lahan terhadap kelas produksi tanaman E. pellita. Selain itu, nilai produksi teraan juga digunakan untuk menentukan nilai produksi relatif dalam menyusun kriteria kesesuaian lahan.

Model Hubungan antara Karakteristik Lahan dan Produksi Tanaman Interaksi antara karakteristik lahan dan produksi tanaman E. pellita dianalisis dengan fungsi regresi linier berganda. Asumsi yang harus dipenuhi

Gambar 6 Grafik hubungan umur tanaman dengan produksi aktual (a) dan produksi teraan (b) y = -0.026x3+ 1.156x2- 11.83x + 38.22 R² = 0.684, n = 392, sig.= 0.000 0 10 20 30 40 50 60 70 80 5 10 15 20 25 V o lu m e k a y u a k tu a l (m 3ha -1) Umur (bulan) R² = 0.0001 0 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 25 V o lu m e k a y u te ra a n (m 3ha -1) Umur (bulan) Rataan umum

24

dalam menggunakan persamaan regresi adalah data menyebar secara normal, tidak bersifat heteroskedasitas, tidak ada autokorelasi, atau tidak bersifat multikolinearitas di antara variabel-variabelnya (Ghozali 2005). Pada penelitian ini semua asumsi sudah terpenuhi. Dalam analisis regresi berganda, faktor karakteristik lahan dijadikan sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah produksi (volume kayu) teraan. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan metode stepwise. Metode ini dimulai dengan memasukkan variabel independen satu demi satu secara bertahap sampai diperoleh model regresi yang terbaik. Urutan dalam memasukkan variabel independen ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial, dimana variabel yang pertama kali masuk adalah variabel yang berkorelasi tertinggi dan nyata dengan variabel dependen. Koefisien hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada taraf uji (alfa) 5% dan 1%.

Tahap terakhir analisis regresi linier berganda dengan metode stepwise diperoleh model regresi terbaik dengan variabel K-dd, KB, N-total, Mg-dd, P-total, lereng, liat, dan Al-dd. Dengan demikian, variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman. Hasil analisis regresi linier berganda metode stepwise disajikan pada Tabel 9.

Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan sebesar 52.8%, artinya keragaman produksi (volume kayu) yang dapat dijelaskan oleh data yang ada sebesar 52.8%, sisanya dijelaskan oleh data lain di luar model. Nilai koefisien yang distandarisasi (standardized coefficients) pada Tabel 9 menunjukkan kontribusi masing-masing karakteristik lahan terhadap produksi tanaman. Faktor penentu produksi tanaman E. pellita pada studi ini adalah K-dd, KB, N-total, Mg-dd, total, lereng, liat, dan Al-dd (Tabel 9). Dalam hal ini, kadar K-Mg-dd, Mg-Mg-dd, P-total, lereng dan Al-dd berpengaruh terhadap produksi dengan korelasi negatif. Artinya setiap kenaikan satu satuan dari karakteristik tanah tersebut akan menurunkan produksi masing-masing sebesar 0.338, 0.256, 0.273, 0.250, dan 0.265 satuan dengan asumsi variabel-variabel yang lain tetap. Sebaliknya, kadar liat, KB, dan N-total berpengaruh positif terhadap produksi tanaman. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan dari variabel tersebut akan

Tabel 9 Hasil analisis regresi linier berganda metode stepwise hubungan antara karakteristik lahan dan produksi tanaman E. pellita

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. VIF

B Std. Error Beta (Constant) 20.159 0.782 25.787 0.000 K-dd -6.939 1.133 -0.338 -6.122 0.000 1.350 KB 0.124 0.016 0.375 7.569 0.000 1.088 N-total 11.114 1.645 0.335 6.756 0.000 1.090 Mg-dd -13.059 2.533 -0.256 -5.156 0.000 1.094 P-total -0.005 0.001 -0.273 -5.594 0.000 1.055 Lereng -0.153 0.030 -0.250 -5.076 0.000 1.076 Liat 0.073 0.018 0.245 4.007 0.000 1.651 Al-dd -0.942 0.232 -0.265 -4.059 0.000 1.891

25 meningkatkan produksi masing-masing sebesar 0.245, 0.375, dan 0.335 satuan dengan asumsi variabel-variabel yang lain tetap.

Kadar K-dd berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Hal ini diduga pada saat pemupukan di awal pertumbuhan, pupuk kalium yang diberikan banyak diserap oleh tanaman sehingga mengalami konsumsi K berlebih. Menurut Soepardi (1983), tanaman menyerap kalium jauh lebih banyak dari jumlah yang sebenarnya diperlukan sehingga terjadi pemakaian yang berlebihan. Hal ini menyebabkan serapan hara Ca dan Mg terhambat, karena hara K, Ca, dan Mg bersifat antagonis (Kasno et al. 2004). Apabila salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah daripada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar tersedia dan tidak dapat diserap tanaman.

Kondisi tanah di areal HTI mempunyai kadar Ca dan Mg rata-rata sangat rendah sampai rendah, walaupun dilakukan pemupukan RP (Rock Phosphate) di awal pertumbuhan, sedangkan pemupukan Mg jarang dilakukan di areal HTI. Akibatnya karena sering dipupuk N, P dan K saja akhirnya terjadi ketidakseimbangan hara dalam tanah. Hasil penelitian Kasno et al. (2004) menunjukkan bahwa pemupukan K dapat meningkatkan kadar Mg-dd. Hal ini diduga karena aksi masa dari penambahan pupuk K yang tinggi dapat mendesak Mg dari kompleks pertukaran menjadi bentuk yang tersedia untuk tanaman. Oleh karena itu, ketersediaan Mg-dd meningkat sedangkan Ca-dd tetap berada pada kondisi sangat rendah sampai rendah. Sementara itu, kadar Ca yang diperlukan tanaman lebih banyak dibandingkan dengan hara Mg. Kekurangan kalsium sangat mempengaruhi kualitas kekerasan batang tanaman karena rendahnya elastisitas dinding sel. Dalam kondisi seperti ini, dosis pupuk yang mengandung kalsium perlu ditingkatkan dari dosis sebelumnya. Dengan demikian, pemberian pupuk K, Ca, dan Mg perlu dilakukan secara seimbang agar dapat meningkatkan produksi tanaman.

Kadar P-total dalam tanah berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman dengan korelasi negatif. Hal ini kaitannya dengan tingkat kemasaman tanah (pH). Tanah di lokasi HTI mempunyai tingkat kemasaman yang cukup tinggi yaitu rata-rata ber-pH < 4.5, sehingga kelarutan Al dan Fe tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan kadar P-tersedia menjadi rendah, dikarenakan sebagian besar P diikat oleh Al dan Fe menjadi bentuk Al-P dan Fe-P. Oleh karena itu, penambahan P ke dalam tanah diduga akan langsung bereaksi dengan ion Al3+, Fe2+, ataupun terjerap pada permukaan oksida-oksida hidrat besi, aluminium, dan liat. Sementara itu, P-tersedia sangat diperlukan dalam memperbaiki kualitas pertumbuhan tanaman baik terhadap perkembangan akar maupun memperkuat batang tanaman.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kemiringan lereng dan Al-dd berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa E. pellita dapat tumbuh lebih baik di lahan yang lebih datar. Semakin tinggi kadar Al-dd, maka produksi E. pellita semakin rendah. Kadar Al-dd tinggi dapat mengurangi dan memendekkan rambut akar, ruang jelajah akar semakin sempit, dan mengakibatkan keracunan sehingga menghambat penyerapan hara yang dibutuhkan tanaman.

Kadar liat, N-total, dan KB berpengaruh positif terhadap produksi tanaman. E. pellita klon EP 05 dan EP 077 merupakan tanaman hutan hasil pemuliaan dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman dengan sifat demikian

26

umumnya membutuhkan kondisi lingkungan yang lebih tinggi. Kadar liat, N-total dan KB menunjukkan potensi tanah untuk memberikan dukungan ketersediaan hara yang lebih tinggi dalam arti pasokan hara meningkat dengan semakin tingginya kadar ketiga sifat tanah di atas. Kadar liat berpengaruh terhadap kemampuan tanah menjerap dan menukarkan kation (KTK), sedangkan N dan kation-kation basa adalah hara esensial tanaman. Hara N dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif, sedangkan kation-kation basa dibutuhkan pada fase generatif tanaman. Oleh karena itu, kadar liat, N-total, dan KB berperan penting dalam penyediaan hara untuk tanaman E. pellita.

Kontribusi Karakteristik Lahan terhadap Kelas Produksi Tanaman Untuk mengetahui karakteristik lahan yang paling berkontribusi terhadap kelas produksi, maka dilakukan analisis diskriminan dengan menggunakan metode stepwise. Analisis diskriminan tersebut membagi kelas produksi menjadi sangat baik (> 80% dari produksi maksimum), baik (60-80% dari produksi maksimum), sedang (60-29.5% dari produksi maksimum), dan buruk < 29.5% dari produksi maksimum. Hasil uji beda 3 nilai tengah dalam kelas produksi sangat baik, baik, sedang, dan buruk (Tabel 10) menunjukkan bahwa variabel K-dd, KTK, Mg-K-dd, Na-K-dd, dan Al-dd memberikan kemampuan yang nyata dalam membuat analisis diskriminan.

Selanjutnya, uji nyata fungsi sebaran linier atau linier distribution function (LDF) dilakukan untuk mengetahui kemampuan LDF dalam diskriminasi kelas produksi tanaman. Uji nyata LDF disajikan pada Tabel 11.

Tabel 10 Uji beda 3 nilai tengah dalam kelas produksi sangat baik, baik, sedang, dan buruk

Step Entered

Wilks' Lambda

Exact F Approximate F Statistic df1 df2 df3 Statistic df1 df2 Sig. Statistic df1 df2 Sig. 1 Kdd 0.765 1 3 214 21.867 3 214 0.000

2 KTK 0.663 2 3 214 16.216 6 426 0.000

3 Mgdd 0.599 3 3 214 13.449 9 516.103 0.000 4 Nadd 0.559 4 3 214 11.425 12 558.545 0.000 5 Aldd 0.524 5 3 214 10.189 15 580.119 0.000

Tabel 11 Hasil uji nyata fungsi sebaran linier

Fungsi Tes Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 melalui 3 0.524 137.179 15 0.000

2 melalui 3 0.862 31.523 8 0.000

27 Hasil analisis uji nyata fungsi sebaran linier dapat dilihat dari nilai Wilk’s

Lambda dan Chi Square (Wijaya 2010). Pada Tabel 11 terlihat bahwa fungsi diskriminan pertama (1 melalui 3) dan kedua (2 melalui 3) bersifat signifikan yang ditunjukkan oleh nilai uji p < 0.05. Nilai Wilks’ Lambda menjelaskan seberapa besar varian yang tidak dapat dijelaskan oleh adanya perbedaaan kelompok. Nilai chi square dan df (degree of freedom) atau derajat bebas dihitung untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata antara ketiga fungsi diskriminan yang terbentuk. Hasil uji nyata fungsi sebaran linier terlihat adanya perbedaan yang nyata pada kedua fungsi diskriminan yang terbentuk, sehingga LDF menunjukkan perbedaan dalam kelas produksi tanaman E. pellita. Dengan demikian, fungsi diskriminan pertama dan kedua menghasilkan fungsi diskriminan terbaik dan dapat dipakai dalam bahasan ini.

Setelah hasil uji nyata fungsi sebaran linier diketahui, analisis dilanjutkan untuk mengetahui karakteristik lahan yang paling berkontribusi terhadap kelas produksi tanaman. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel struktur matrik (Tabel 12). Tabel struktur matrik menjelaskan korelasi antara variabel independen dengan fungsi diskriminan yang terbentuk.

Berdasarkan struktur matrik (Tabel 12) maka urutan variabel yang berkontribusi tinggi terhadap kelas produksi tanaman adalah K-dd, KTK, Al-dd, dan Mg-dd. Variabel K-dd merupakan variabel yang paling berkontribusi terhadap kelas produksi. Hal ini dikarenakan K-dd mempengaruhi ketersediaan hara lain

Tabel 12 Struktur matrik

Karakteristik Lahan Fungsi

1 2 3 Kdd 0.676* 0.183 -0.586 KTK 0.641* 0.189 0.180 Liata 0.444* 0.346 0.189 Pasira -0.361* -0.336 -0.074 Ptotala 0.147* -0.046 0.145 KBa -0.071* 0.070 -0.030 Aldd 0.545 0.703* 0.305 Mgdd -0.169 0.668* -0.030 KejAla 0.118 0.417* 0.284 Ptersa 0.008 -0.101* 0.038 Nadd 0.439 -0.311 0.574* Lerenga -0.082 0.036 -0.232* pHa -0.038 -0.151 -0.206* Corga 0.088 0.056 0.193* Cadda 0.030 0.013 0.154* Ntotala 0.046 0.122 0.145*

*. Largest absolute correlation between each variable and any discriminant function

28

terutama Ca dan Mg. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kelas produksi sangat baik maka K, Ca, dan Mg dalam tanah harus berada dalam keseimbangan sehingga hara yang dapat diserap sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu bagian tanaman yang banyak mengandung kalium adalah batang, sehingga menjadi unsur yang paling menentukan kualitas batang pohon. Unsur kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme, katalisator proses fisiologis tanaman, mempengaruhi penyerapan unsur hara, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit, serta membantu perkembangan akar. Unsur Ca dalam tanaman berperan dalam menentukan kualitas kekerasan batang tanaman karena hubungannya dengan elastisitas dinding sel, sedangkan unsur Mg sangat penting dalam pembentukan klorofil yang merupakan salah satu faktor penting bagi tanaman dalam melakukan proses fosotosintesis.

Setelah fungsi diskriminan dibuat, kemudian klasifikasi masing-masing individu sampel dievalusi keanggotaan dalam kelas produksi. Hasilnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 terlihat bahwa dengan menggunakan fungsi diskriminan, jumlah pengelompokan yang benar untuk produktivitas sangat baik (kelas 1) adalah 15 sedangkan 3 masuk ke dalam kelas 3 dan 1 masuk ke dalam kelas 4, atau terjadi misklasifikasi sebanyak 5 buah. Fungsi diskriminan produktivitas baik (kelas 2) klasifikasi benar adalah 49 dan terjadi misklasifikasi sebanyak 34 buah, untuk fungsi diskriminan produktivitas sedang (kelas 3) klasifikasi benar adalah 68 dan terjadi misklasifikasi sebanyak 43 buah, sedangkan untuk fungsi diskriminan produktivitas buruk (kelas 4) klasifikasi benar adalah 4 dan 1 lainnya masuk ke dalam kelas 1 atau terjadi misklasifikasi sebanyak 1 buah.

Dengan demikian ketepatan klasifikasi lebih banyak berada pada kelas

produktivitas sedang (kelas 3), namun secara keseluruhan ketepatan dari klasifikasi

diskriminasi adalah (15 + 49 + 68 + 4)/218 = 62.4%. Artinya sebanyak 62.4% dari data yang dianalisis rata-rata sesuai dengan kelas yang dihasilkan.

Tabel 13 Hasil prediksi ketepatan kelas produksi berdasarkan karakteristik lahan

Kelas Prediksi Anggota Kelasa Total

1 2 3 4 1 (produksi relatif >80%) 15 (78.9%) 0 3 1 19 2 (produksi relatif 60-80%) 9 49 (59.0%) 22 3 83 3 (produksi relatif 29.5-60%) 20 6 68 (61.3%) 17 111 4 (produksi relatif <29.5%) 1 0 0 4 (80.0%) 5 a

29 Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan

Kriteria kesesuaian lahan dikembangkan dari korelasi karakteristik lahan dengan produksi yang telah ditera berdasarkan umur. Tingkat produksi dibagi menjadi sangat baik, baik, sedang, dan buruk. Dengan demikian, tingkat produksi akan berasosiasi dengan karateristik lahan. Hal tersebut mencerminkan S1 (sangat sesuai) merupakan asosiasi karakteristik lahan dengan tingkat produksi sangat baik (>80% dari produksi maksimum); S2 (cukup sesuai) merupakan nilai karakteristik lahan dengan tingkat produksi baik (60-80% dari produksi maksimum); S3 (sesuai marjinal) merupakan nilai karakteristik lahan dengan tingkat produksi sedang (29.5-60% dari produksi maksimum); sedangkan kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai) merupakan nilai karakteristik lahan dengan tingkat produksi buruk (<29.5% dari produksi maksimum). Tingkat produksi 29.5% dari produksi maksimum merupakan rataan dari produksi titik impas (break even point) tanaman E. pellita.

Pada analisis ini beberapa karakteristik lahan belum dapat dibuat kriterianya yaitu iklim, drainase, kedalaman efektif, dan KTK. Faktor iklim tidak dapat dibuat batas kriterianya karena beberapa distrik tidak melakukan pemantauan mengenai kondisi iklim, sehingga variasi iklim antara satu distrik dengan distrik lainnya di PT. Arara Abadi sangat kecil. Demikian pula untuk kelas drainase tidak dapat dibuat batas kriterianya karena E. pellita umumnya ditanam pada tanah-tanah yang mempunyai drainase baik. Batas kriteria kedalaman efektif tidak dapat ditentukan karena sebaran kedalaman efektif yang ditemukan sebagian besar pada kedalaman> 60 cm, dan KTK tanah juga menyebar sempit dari 1 - 14 cmol(+) kg

-1

.

Parameter lahan yang dikorelasikan dengan tingkat produksi dan disusun kriteria kesesuaian lahannya adalah sebagai berikut:

- Media perakaran: Tekstur (persentase pasir dan liat).

- Retensi hara: pH tanah, C-organik, dan Kejenuhan Basa (KB) - Toksisitas: Kejenuhan Al

- Hara tersedia: N-total, P-tersedia, dan K-dd - Kondisi terrain: Lereng

Hubungan produksi dengan media perakaran

Hubungan produksi relatif E. pellita dengan media perakaran yang meliputi persentase pasir dan liat disajikan pada Gambar 7. Pada Gambar tersebut terlihat ada pola hubungan yang menggambarkan bahwa semakin tinggi kadar pasir dan liat maka produksi semakin tinggi, namun kemudian menurun kembali dengan semakin tingginya kadar pasir dan liat. Setelah itu, pola tersebut dibuat model garis pembatas yang membungkus data hubungan tersebut. Model persamaan yang dipilih adalah yang paling sesuai dengan sebaran data terluar, dengan cara memilih koefisien determinasi tertinggi. Persamaan garis batas terluar dari sebaran data-data hubungan produksi relatif dengan kadar pasir adalah

(1) y = 0.858x + 44.84 dan (2) y = -0.225x2 + 33.99x + 1195

Persamaan garis batas terluar pertama (1) menentukan nilai pembatas kelas terendah, sedangkan persamaan garis yang kedua (2) menentukan nilai pembatas kelas tertinggi. Berdasarkan proyeksi perpotongan sekat produksi relatif dengan

30

garis-garis persamaan batas yang membungkus sebaran data terluar dari kadar pasir, maka diperoleh kisaran kadar pasir yang menjadi pembatas kelas S1 dan S2 yaitu 40.97% sebagai batas terendah dan 81.74% sebagai batas tertinggi. Kadar pasir yang menjadi pembatas kelas S2 dan S3 adalah 17.67% sebagai batas terendah dan 86.82% sebagai batas tertinggi, sedangkan batas kelas S3 dan N adalah <17.67% sebagai batas terendah dan 91.75% sebagi batas tertinggi. Persamaan garis batas terluar dari sebaran data-data hubungan produksi relatif dengan kadar liat adalah

(1) y = -0.017x2 + 2.730x +54.39 dan (2) y = 0.013x2– 2.212x +137.1 Berdasarkan proyeksi perpotongan sekat produksi relatif dengan garis batas terluar dari sebaran data hubungan produksi relatif dengan kadar liat, maka diperoleh kisaran kadar liat yang menjadi batas kelas antara S1 dan S2, yaitu 10% sebagai batas terendah dan 31.73% sebagai batas tertinggi. Batas kelas kadar liat antara S2 dan S3 berada pada kadar 2.08% sebagai batas terendah dan 48.92% sebagai batas tertinggi, sedangkan batas kelas antara S3 dan N adalah <2.08% sebagai batas terendah dan >48.92% sebagai batas tertinggi.

Kelas tekstur yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan S1 adalah tekstur lempung liat berpasir, lempung berpasir, dan pasir berlempung. Tekstur untuk kelas S2 yaitu lempung, liat berpasir, dan lempung berdebu. Tekstur pasir, debu, dan liat merupakan kelas tekstur untuk kelas S3 dan N.

Hasil boundary line menunjukkan bahwa tanaman E. pellita dapat berproduksi optimal pada tekstur tanah dengan kadar pasir 40.97-81.74% (Tabel 14). Tingginya kadar pasir > 81.74%, maka kemampuan tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation rendah, sehingga menyebabkan ketersediaan hara rendah. Pada kondisi tersebut produksi tanaman akan menurun, mengingat bahwa tanaman E. pellita merupakan jenis tanaman yang relatif banyak membutuhkan hara. Hal yang sama juga terjadi apabila semakin tinggi kadar liat, maka produksi semakin rendah. Hal ini dikarenakan kadar liat yang terlalu tinggi (> 35%) menyebabkan penetrasi akar tanaman menjadi terhambat sehingga umumnya tanaman akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya.

Gambar 7 Hubungan produksi relatif dengan fraksi pasir dan liat

y = 0.858x + 44.84 R² = 0.999, n = 3 y = -0.225x2+ 33.99x - 1195 R² = 0.906, n = 6 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 Pro d u k si Re la tif (% ) Fraksi Pasir (%) y = -0.017x2+ 2.730x + 54.39 R² = 0.999, n = 4 y = 0.013x2- 2.212x + 137.1 R² = 0.999, n = 5 0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100 Pro d u k si Re la tif (% ) Fraksi Liat (%)

31 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman E. pellita berdasarkan masing-masing karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap kondisi perakarannya dapat dilihat pada Tabel 14.

Hubungan produksi dengan retensi hara

Beberapa karakteristik lahan yang terkait dengan sifat retensi hara oleh tanah diantaranya adalah pH tanah, C-organik, dan kejenuhan basa (KB). Garis-garis batas terluar dari hubungan antara produksi relatif dan karakteristik-karakteristik lahan tersebut terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan sebaran data-data hubungan antara produksi relatif dan nilai pH, diperoleh dua persamaan garis batas terluar, yaitu

(1) y = 4.077x2 + 56.07x – 207.7 dan (2) y = -68.96x + 407.5

Persamaan yang pertama (1) digunakan untuk mencari pembatas kelas yang terendah, sedangkan persamaan yang kedua (2) untuk mencari pembatas kelas tertinggi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan peningkatan pH akan diikuti dengan peningkatan produksi sampai titik optimum, setelah itu tingkat produksi akan menurun seiring dengan peningkatan pH selanjutnya.

Berdasarkan proyeksi perpotongan sekat produksi relatif dengan garis-garis persamaan batas terluar, maka diperoleh nilai pH tanah yang menjadi batas kelas S1 dan S2, yaitu pH 4.0 sebagai batas terendah dan pH 4.7 sebagai batas tertinggi.

Dokumen terkait