• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan : -Pelatihan di tempat kerja

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Sejarah Umum Organisasi

IV.1.1 Organisasi Palang Merah Internasional

Sejarah lahirnya organisasi Palang Merah tidak dapat terlepas dari kondisi medan perang. Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan kerajaan Prancis-Sardinia melawan Kerajaan Austria di desa Solferino Italia Utara. Pada saat itu seorang pemuda warga Negara Swiss yang bernama Jean Henry Dunant berada disana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis Napoleon III, Dia melihat puluhan ribu tentara terluka sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat orang-orang yang menjadi korban pertempuran tersebut.

Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Beberapa waktu kemudian setelah kembali ke Swiss Dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul “ Un Souvenier De Solferino” atau kenangan dari Solferino, buku tersebut berkisahkan tentang kondisi yang ditimbulkan akibat perang serta mengusulkan segera dibentuk satuan tenaga suka rela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang-orang yang terluka di medan perang.

Buku kenangan Solferino tersebut sangat menarik perhatian empat orang penduduk Jenewa antara lain:

1. Gustave Moynier 2. Dr. Louis Appia

3. Dr. Theodore Maunoir

4. Jend. Guillame-Henry Dufour

Bersama dengan Jean Henry Dunant bergabung untuk mengembangkan gagasan tersebut. Mereka bersama-sama membentuk komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera, yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of The Red Cross (ICRC) pada tahun 1863.

Pada tanggal 22 agustus 1864, atas prakarsa ICRC diselenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 Kepala Negara yang menandatangani konvensi Jenewa I yang membahas perbaikan nasib tentara yang terluka di medan perang. Pada kesempatan itu juga diresmikan lambang Palang Merah di atas dasar warna putih sebagai lambang perlindungan bagi para petugas penolong di medan perang.

IV.1.2 Komponen Gerakan Palang Merah International Gerakan Palang Merah Internasional terdiri tiga komponen antara lain:

1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC).

Dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.

2. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC) Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional

3. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah

Didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah:

a. Mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa .

b. Menjalankan Prinsip Dasar Gerakan

Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

IV.1.3. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) 1. Sejarah

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun

Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

IV.1.4 Organisasi PMI Daerah Sumatera Utara

Palang Merah Indonesia di Sumatera Utara terbentuk pertama sekali bertempat di jalan Palang Merah no 17 Di gedung Jiwasraya Medan pada masa penjajahan Belanda tanggal 24 Maret 1964. Palang Merah Indonesia (PMI) Daerah Sumatera Utara terbentuk dan bersatu dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan dengan ketua pada saat itu Murahalim Harahaf (GUBSU). Beberapa tahun kemudian direncanakan untuk membuat gedung PMI Daerah Sumatera Utara sendiri yang Pendirian gedung tersebut berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) Sumatera Utara tahun 1971/1972.

Pada tahun 1973 gedung PMI Daerah Sumatera Utara mulai dibangun di jalan Perintis Kemerdekaan dan selesai tahun 1976. Gedung PMI Daerah Sumatera Utara tersebut diserahterimahkan kepada pengurus PMI akan tetapi belum diresmikan. Pada tahun 1976 juga dibangun gedung/kantor lembaga Transfusi Darah (LTD) yang juga berdasarkan APBD Sumatera Utara tahun 1975/1976. Sama halnya dengan gedung PMI Sumut, gedung LTD juga masih serahterima belum diresmikan. Pada tanggal 18 juli 1978 barulah gedung PMI Daerah Sumatera Utara dan LTD PMI Sumatera Utara diresmikan.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia Daerah Sumatera Utara mulai dari pendirian sampai dengan sekarang diantaranya:

2. EWP. Tambunan 3. Alimuddin Simanjuntak 4. Piter Sibarani

5. Drs. H. Kasim Siyo.M.Si (masih menjabat ketua PMI Daerah Sumut periode 2006-2011).

IV.1.5 Organisasi PMI Cabang Medan

Organisasi PMI Cabang Medan gedungnya sebenarnya sudah ada sejak PMI didirikan di Sumatera Utara namun pada waktu itu gedungnya masih digunakan sebagai gedung PMI Sumatera Utara, setelah selesai dibangun Gedung PMI Sumatera utara yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No 37. Medan, maka Gedung yang berada Di Jalan Palang Merah no 17 menjadi salah satu cabang PMI untuk Provinsi Sumatera Utara.

IV.1.6 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah International Prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional terdiri dari 7 prinsip antara lain:

1. Kemanusiaan

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. 2. Kesamaan

Tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik ,tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. Kenetralan

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideology.

4. Kemandirian

5. Bersifat mandiri, membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan

prinsip-prinsip gerakan. 6. Kesukarelaan

Memberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

7. Kesatuan

Di dalam suatu Negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

8. Kesemestaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

IV.1.7 Kgiatan dan Pelayanan Palang Merah Indonesia Tabel IV.1 Kegiatan dan pelayanan PMI

No Bentuk Program dan Pelayanan Kegiatan

1 Program penanganan bencana − Pertolongan pertama bagi korban luka

− Evakuasi korban

− Menyediakan penampungan

darurat dan pelayanan kesehatan darurat

− Distribusi bantuan pangan dan non Pangan

− Bantuan pelayanan dan penyatuan kembali keluarga yang terpisah disaat bencana

− Kebutuhan air bersih dan sanitasi

2 Kesiap-siagaan bencana − Mengadakan pendidikan dan pelatihan Community Based Disaster

− Program(CBDP) atau dikenal dengan program kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat

− Mengadakan pendidikan dan pelatihan pelatih kesiapsiagaan

bencana berbasis Palang merah Remaja(PMR)

3 Pelayanan Sosial − Tracing And Mailling Service

(TMS)

− Pelayanan pada lanjut usia (lansia)

− Pelayanan bagi anak jalanan 4 Pelayanan Kesehatan − Upaya kesehatan transfusi darah

− Pendidikan dan pelatihan pertolongan Pertama berbasis masyarakat atau Communty Based First Aid (CBFA)

− Program pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS

− Program dukungan psikologi

− Rumah sakit/klinik PMI

− Perawatan Keluarga

(PK)Pelayanan Ambulans (Ambulans (Ambulance Service)

5 Program Pembinaan Remaja dan Relawan

− Memberikan dukungan dan penyempurnaan fasilitas terhadap PMR yang terbentuk di sekolah-sekolah

− Diklat Pembina PMRPenerimaan dan pelatihan anggota

− Korps Suka Rela (KSR), Tenaga Suka

− Rela (TSR) sehingga lebih trampil dalam melaksanakan pelayanan kemanusiaan

6 Desiminasi KepalangMerahan dan HPI

− Mengadakan Diklat kepada organisasi pemuda, instansi swasta/pemerintah tentang kepala- ng merahan.

− Memberikan Sosialisasi tentang hukum perikemanusiaan (HPI) kepada anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI), Tentara Nasional Indonesia (TNI) sehingga tidak menyalahi aturan tentang hukum perang dan hak. 7 Hubungan antar lembaga − Menjalin hubungan kerjasama

dengan lembaga kemanusiaan seperti ICRC, IFRC, Satuan Koordinasi Pelaksana

− (SATKORLAK), Search And Rescue (SAR), Satuan Petugas (Satgas) bencana dan lain-lain.

− Menjalin hubungan kerjasama dengan pemerintah pusat, daerah serta instansi swasta

Dokumen terkait