• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembar Informasi Kerangka Acuan Kegiatan

H. Organisasi Pengelola

Oganisasi pelaksana kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana merupakan organisasi atau kelompok swadaya lingkungan yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan sarana prasarana itu sendiri. Secara sederhana organisasi atau kelompok pengelola yang merencanakan kegiatan sarana prasarana Desa,

melaksanakan pembangunan fisik dan melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah dibangun.

Inisiatif pembentukan kelompok pengelola sarana prasarana didasarkan pada komitmen seluruh pemangku kepentingan khususnya warga masyarakat untuk terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pemeliharaan atas bangunan yang menjadi prioritas kebutuhannya dan telah disepakati bersama dalam Musyawarah Desa untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat sendiri.

Atas pendekatan tersebut, maka sangat efektif jika setiap organisasi, kelompok pengelola sarana prasarana dapat menjalankan fungsinya dalam mendorong pemanfaatan dan memelihara secara berkesinambungan. Khusus untuk sarana prasarana yang memiliki karakteristik pemanfaat kelompok (semi publik) atau infrastruktur publik yang tidak ada keterkaitan fungsional bangunan (tidak satu kesatuan fungsi struktur bangunan), dapat diarahkan pengelolaannya secara bersamaan. Artinya melibatkan dua atau lebih organisasi pelaksana karena satu kesatuan fungsi bangunan.

Oleh karena itu, perlu pencermatan lebih lanjut tentang pembentukan organisasi atau unit pengelola dalam mengoptimalkan sumber daya termasuk efisiensi pengelolaan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana. Misalnya, ada dua kelompok atau organisasi pengelola (K-A dan K-B), mengelola jalan Desa dalam satu ruas masing-masing sepanjang 250 meter dan 200 meter dengan rentang kendali dan karakteritik yang berbeda, atau K-A mengelola prasarana gorong-gorong/ jembatan dan K-B mengelola prasarana jalan pada ruas yang sama, atau K-A mengelola drainase 90 meter yang satu ruas mengalir dari drainase K-B sepanjang 150 m. Jika, secara ekonomi sarana prasarana yang dibangun memiliki nilai manfaat yang cukup besar atau nilai pasar yang cukup signifikan, maka dapat dikelola melalui BUM Desa.

Bentuk pengelola pada setiap organisasi yang dibentuk dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sarana prasarana, kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender, difabel, lansia dll). Paling tidak terdapat dua bentuk pendekatan yang umum dilakukan untuk setiap organisasi atau kelompok pemanfaat dan pemelihara kegiatan, yaitu: satu pengelola untuk semua jenis sarana prasarana atau satu pengelola untuk setiap jenis sarana prasarana. Misalnya satu organisasi memiliki dua jenis sarana prasarana yang dimanfaatkan seperti air bersih dan jalan, maka bentuk organisasinya dapat berupa satu pengelola untuk air bersih dan satu pengelola untuk jalan atau satu pengelola untuk air bersih dan jalan.

Bentuk organisasi pengelola sarana prasarana yang dipilih, hendaknya mempertimbangkan kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya. Kemampuan SDM dimaksud berupa kemampuan manajemen pengelolaan, teknis dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan sarana prasarana tersebut. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan terkait potensi dari setiap sarana prasarana untuk menghasilkan manfaat dan memperoleh sejumlah dana dari warga pemafaat guna membiayai pemeliharaannya. Misalnya dalam mengelola air bersih, maka akan lebih baik dilakukan secara bersama

karena potensi memperoleh pembiayaan dari pemanfaatan air bersih cukup tinggi. Namun jika terdapat dua sarana prasarana seperti air bersih dan jalan, maka masyarakat dapat mendorong untuk dikelola melalui subsidi silang, yaitu dana yang diperoleh dari Air bersih dapat disisihkan sebahagian untuk pembiayaan pemeliharaan Jalan.

Sejalan dengan tujuan organisasi pengelola sarana prasarana, maka tugas pokok pengelola selaku penggerak utama kegiatan atau Penanggungjawab kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan, sebagai berikut:

1. Menyusun rencana pemanfaatan sarana prasarana; 2. Menyusun rencana penerimaan dan belanja pengelola

3. Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan sarana prasarana;

4. Mengorganisasikan kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan pembangunan sarana prasarana;

5. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pengelolaan sarana prasarana yang menjadi tanggungjawabnya.

I. Pembiayaan

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana perlu disiapkan rencana pembiayaan termasuk sumber dana yang dapat berasal dari pemerintah, swadaya masyarakat, kelompok pemanfaat dan lembaga donor lainnya. Pada dasarnya komitmen pembiayaan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana adalah warga pemanfaat sarana prasarana berlandaskan gotong royong serta kasadaran bahwa pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan sarana prasarana merupakan tugas bersama. Karena sarana prasarana tersebut memang milik semua warga pemanfaat, bukan milik pemerintah, pemerintah kabupaten/kota, atau pemerintah desa. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa menutup peluang bagi pengelola untuk memperoleh sumber dana lain diluar dari warga pemanfaat sarana prasarana tersebut.

Sumber dana potensial pendanaan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat pengguna, pihak swasta yang juga ikut mendaparkan manfaatnya dari pembangunan sarana prasarana tersebut, serta pemerintah (Pemerintah Desa, Dinas/Instansi terkait).

Salah satu alternatif sumber pembiayaan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana berasal dari kontribusi warga masyarakat sesuai dengan budaya setempat dan kesepakatan yang telah dilakukan. Hal ini sebagai bentuk kompensasi pemanfaat terhadap penggunaan sarana prasarana yang dibangun.

a. Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok pemanfaatan dan pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan sarana prasarana secara langsung;

b. Sumbangan selain uang seperti material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja, peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan.

Sedangkan cara pengumpulan dana disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Secara umum pengumpulan dana terbagi atas dua kelompok yaitu:

a. Sumbangan atau retribusi ditarik langsung pada saat menggunakan sarana prasarana tersebut. Hal ini dapat diberlakukan untuk para pengguna yang tidak secara rutin menggunakan sarana prasarana. Hal ini bisa diterapkan untuk individu atau pihak swasta yang menjadi pengguna sarana prasarana. Misalnya retirbusi dari beroperasinya penggilingan padi, tempat pelelangan ikan, tambatan perahu, , dan lain-lain.

b. Sumbangan atau iuran rutin, hal ini dapat diberlakukan untuk pengguna sarana prasarana yang secara rutin menggunakan sarana prasarana yang bersangkutan seperti irigasi, penyewa kios di pasar, MCK, fasilitas air bersih dan sarana prasarana lainnya.

c. Bantuan Pemerintah. Pemerintah Desa dapat memberikan bantuan yang bersumber dari APB Desa yang sudah dituangkan dalam Peraturan Desa. Besarnya tentu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing Desa. Selain itu bisa dari Subsidi Dinas/Instansi Teknis terkait di kabupaten/Kota. Umumnya bantuan dari Pemerintah ini memungkinkan jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, tambatan perahu dan saluran air, ataupun saraba prasarana lainnya. d. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat. Bantuan yang dimaksudkan berasal

dari organisasi lain atau pihak swasta. Pada umumnya potensi bantuan ini diberikan bilamana terjadi pemanfaatan bersama terhadap sarana prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat kemudian dipergunakan juga oleh perusahaan. Meskipun tidak menutup kemungkinan, perusahaan lain yang berada disekitar wilayah tersebut dapat memberikan sumbangan.

e. Usaha lain dari pengurus yang sah. Potensi sumber pembiayaan disini dapat berasal dari upaya pengembangan sarana prasarana, misalnya dari biaya pemasangan baru air bersih, penjualan air bersih, atau adanya keuntungan dari hasil usaha bersama kelompok.

SPB

4.2

Rencana Pembelajaran

Dokumen terkait