• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Landasan Teoritis

B. Organisasi Pengelolaan Zakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu, atau kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut :

Defenisi lain dari Stephen P. Robbins adalah bahwa organisasi merupakan kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang

22

relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.23

Sedangkan menurut Stoner; Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.24

Untuk menyederhanakan defenisi dari organisasi itu sendiri, terdapat beberapa karakteristik organisasi. Organisasi : (1) mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan berbagai manusia; (2) mempunyai hubungan sekunder (impersonal); (3) mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas; (4) mempunyai kegiatan kerjasama pendukung; (5) terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas; (6) menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya; dan (7) sangat terpengaruh atas setiap perubahan lingkungan.25

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk bekerja bersama-sama dan merealisasikan tujuannya.

2. Organisasi Pengelolaan Zakat

a. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat

Menurut Yusuf Qurdhawi dalam bukunya, fiqhu zakat, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil atau pengelola zakat harus memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1) Beragama Islam. Karena zakat adalah salah satu rukun Islam, maka sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.

23

Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur Desain, dan Aplikasi, alih bahasa, Jusuf Udaya (Jakarta: Arcan,1994), h. 4.

24

http://akmal-aria.blogspot.com/2012/11/definisi-organisasi.html 25

2) Mukallaf. Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab.

3) Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparan (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan dengan ketentuan syari’at Islamiyyah.

4) Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat.

5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting, akan tetapi harus ditunjang kemampuan dalam melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah dan kemampuan inilah yang akan menghasilkan kinerja yang optimal.

6) Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.26

Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis antara lain sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan

b. Islam yang mengelola bidang pendidikan,dakwah, dan sosial; c. Berbentuk lembaga berbadan hukum;

d. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS; e. Memiliki pengawas syariat;

f. Organisasi;

26

g. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi melaksanakan kegiatannya;

h. Bersifat nirlaba;

i. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala.27

Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari tiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan akan semakin bergairahnya muzzaki menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.

b. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat

Pelaksanaan zakat di dasarkan pada firman allah swt yang terdapat dalam surah at-Taubah: 60,

يم غلا ق لا يف م ب لق فل لا يلع يلم علا يك س لا ءا قفلل قدصلا ميكح ميلع هللا هللا م ضي ف ليبسلا با هللا ليبس يف

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Juga dalam firman Allah swt dalam surah at-taubah : 103 عي س هللا م ل كس كتاص م يلع لص ب م يكزت مه طت قدص م لا مأ م خ

ميلع

27

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakatbagian keempat pasal 18.

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar

zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat

dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikan hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.28

c. Macam-macam Organisasi Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia terdiri dari 2 macam yaitu :

1) Badan Amil Zakat

Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat,

28

dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota Negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga yang pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

2) Lembaga Amil Zakat

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariah dan keuangan.

Secara subtansial, pengertian tersebut dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.Namun demikian kedua pengelola zakat itu memilki tugas dan fungsinya yang sama, yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan harta zakat yang dikumpulkan oleh umat Islam.

d. Tujuan Organisasi Pengelolaan Zakat

Sedangkan dalam pengelolahan zakat, ada empat tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1) Memudahkan muzakki menunaikan zakat;

2) Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yang berhak menerima;

3) Mengelola zakat dengan memprofesionalkan organisasi zakat; 4) Terwujudnya kesejahteraan sosial.29

e. Sistem pengelolaan

OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik. Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah :

1) Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas

Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem. Jika terjadi pergantian SDM sekalipun, aktivitas lembaga tidak terganggu karenanya.

2) Manajemen terbuka

Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah selayaknya menerapkan manajemen yang terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri.

3) Mempunyai rencana kerja

Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka akivitas OPZ akan terarah. Bahkan dapat

29

dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik berarti 50% target tercapai.

4) Memiliki Komite Penyaluran (Lending Committee) Agar dana dapat tersalurkan kepada yang benar-benar berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya Komite Penyaluran.

Tugas komite ini adalah melakukan penyeleksian terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syariah, prioritas dan kebijakan lembaga.

Prioritas penyaluran perlu dilakukan. Hal ini tentunya berdasarkan survei lapangan, baik dari sisi asnaf mustahik maupun bidang garapan (ekonomi, pendidikan, dakwah, kesehatan, sosial dan lain sebagainya). Prioritas ini harus dilakukan karena adanya keterbatasan sumber daya dan dana dari lembaga.

5) Memiliki sistem akuntasi dan manajemen keuangan

Sebagai sebuah lemabga publik yang mengelola dana masyarakat, OPZ harus memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain:

a) Akuntabilitas dan transparasi lebih mudah dilakukan, karena bagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu

b) Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat sistem kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri.

6) Diaudit

Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparasi, diauditnya OPZ sudah menjadi keniscayaan, baik oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh komisi pengawasan atau internal auditor. Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Publik atau lembaga audit independen lainnya.

Ruang lingkup audit meliputi : a) Aspek keuangan

b) Aspek kinerja lainnya (efesiensi dan efektivitas) c) Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah Islam d) Penerapan peraturan perundang-undangan

7) Publikasi

Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Caranya dapat melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buletin, radio, TV, dikirim langsung kepada para donatur, atau ditempel dipapan pengumuman yang ada di kantor OPZ yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan dan lain sebagainya.30

30

C. Undang-Undang

1. Pengertian

Undang-Undang/Perundang-undangan (atau disingkat UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk Negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya.31 2. Sejarah

Undang-undang (bahasa Inggris: Legislation - dari bahasa Latin lex, legis yang berarti hukum) berarti sumber hukum, semua dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas yang lebih tinggi, yang dibuat dengan mengikuti prosedur tertulis.

Konsep hukum yang didefinisikan oleh sebuah laporan dari kontrak dan Perjanjian (yang hasil dari negosiasi antara sama (dalam hal hukum)), kedua dalam hubungan dengan sumber-sumber hukum lainnya: tradisi (dan kebiasaan), kasus hukum, undang-undang dasar (Konstitusi, "Piagam Besar", dsb.), dan peraturan-peraturan dan tindakan tertulis lainnya dari eksekutif, sementara undang-undang adalah karya legislatif, sering diwujudkan dalam parlemen yang mewakili rakyat.

Kekuasaan legislatif biasanya dilaksanakan:

dengan Kepala Negara hanya dalam rezim otoriter tertentu, kediktatoran atau kekuasaan mutlak;oleh Parlemen;dengan rakyat sendiri melalui referendum.

31

3. Tahap-tahap Pembentukan Undang-Undang a. Persiapan

Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat diajukan oleh DPR atau Presiden.

RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan LPND sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. RUU ini kemudian diajukan dengan surat Presiden kepada DPR, dengan ditegaskan menteri yang ditugaskan mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU di DPR. DPR kemudian mulai membahas RUU dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak surat Presiden diterima.

RUU yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan surat pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden kemudian menugasi menteri yang mewakili untuk membahas RUU bersama DPR dalam jangka waktu 60 hari sejak surat Pimpinan DPR diterima.

DPD dapat mengajukan RUU kepada DPR mengenai hal yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. b. Pembahasan

Pembahasan RUU di DPR dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang ditugasi, melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.

DPD diikutsertakan dalam Pembahasan RUU yang sesuai dengan kewenangannya pada rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. DPD juga memberikan

pertimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

c. Pengesahan

Apabila RUU tidak mendapat persetujuan bersama, RUU tersebut tidak boleh diajukanlagi dalam persidangan masa itu.

RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi UU, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama.

RUU tersebut disahkan oleh Presiden dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui oleh DPR dan Presiden. Jika dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama tidak ditandatangani oleh Presiden, maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan.32

32

29

A. Sejarah Awal Berdirinya Forum Organisasi Zakat

Umat Islam semakin percaya bahwa zakat memiliki peran strategis bagi pengembangan masyarakat, sehingga para muzaki sadar akan pentingnya menyalurkan zakat melalui lembaga. Berbeda dengan pengelolaan zakat yang masih tersentral kepada golongan-golongan tertentu (misalnya kepada kyai) yang dipraktekkan pada masa-masa sebelumnya. Pertumbuhan seperti itu disertai dengan keinginan para pegiat zakat untuk membentuk sebuah wadah silaturrahmi antar pengelola zakat, bernama Forum Zakat (FOZ), yaitu Asosiasi Lembaga Pengelola Zakat Seluruh Indonesia. Para pegiat zakat yang tergabung di dalam FOZ, memandang perlu untuk memasukkan zakat ke dalam domain Negara.1

Forum Organisasi Zakat Sebagai asosiasi lembaga dan badan amil zakat pertama di Indonesia yang didirikan oleh lembaga-lembaga amil zakat pada tahun 1997. Salah satu peran besar yang dimainkan oleh Dompet Dhuafa Republika adalah membidani kelahiran Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat “Forum Zakat” (disingkat FOZ). Melalui Seminar Zakat Perusahaan yang diadakan pada tanggal 7 Juli 1997, maka dideklarasikanlah Forum Zakat, yang pada awalnya dikonsorsiumi oleh 11 lembaga, yaitu: Dompet Dhuafa Republika, Bank Bumi Daya, Pertamina, Telkom Jakarta, Baitul Mal Pupuk Kujang, Bazis DKI, Hotel Indonesia dan Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia (STEI) Jakarta.2

1

Aflah, Kuntarno Noor, Tajang, Mohd Nasir. Zakat dan Peran Negara. (Jakarta : Forum Organisasi Zakat, 2006), h. 2.

2

Aflah, Kuntarno Noor, Tajang, Mohd Nasir. Zakat dan Peran Negara. (Jakarta : Forum Organisasi Zakat, 2006), h. 36.

Pada awal berdirinya, Forum Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) tanggal 7-9 Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri Sudewo. Perubahan badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di lembaran Negara.

Dalam perkembangannya FOZ telah mengalami tiga kali pergantian kepengurusan:

1. Periode 1997-2000 dengan ketua Eri Sudewo,MDM.

2. Peride 2000-2003 dengan ketua Iskandar Zulkarnaen,SE,Msi. 3. Periode 2003-2006 dengan ketua dr.Naharus Surur,M.Kes. 4. Periode 2006- dengan ketua Ahmad Juwaini

5. Periode 2012-2015 dengan ketua Sri Adi Bramasetya3

Hasil pemikiran berjamaah pada Mukernas I, FOZ tanggal 07-09 Januari 1999/19-21 Ramadhan 1419 H di Hotel Indonesia-Jakarta adalah telah

dirumuskannyafungsi-fungsiForum Organisasi Zakat sbb:

Koordinatif,Konsultatif,Informatif,Edukatif dan Aspiratif, sehingga tujuan utama dari Forum Zakat adalah untuk optimalisasi zakat di Indonesia dapat tercapai.4

Dan hingga saat ini jumlah Forum Zakat Wilayah sebanyak 8 lembaga. Terdiri : DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur,Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jogjakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

3

Forumzakat.net. 4

Aflah, Kuntarno Noor, Tajang, Mohd Nasir. Zakat dan Peran Negara. (Jakarta : ForumOrganisasi Zakat, 2006), h. 92.

B. Arah Kebijakan Program Forum Zakat Periode 2012-2015 1. Visi dan misi forum organisasi zakat

a) VISI

Tiap organisasi memiliki visi agar mengetahui kemana arah tujuannya sedangkan visi dari forum organisasi zakat adalah :

Menjadi asosiasi OPZ yang amanah dan profesional guna meningkatkan kesejahteraan umat.

b) MISI

Untuk merealisasikan visi dibutuhkan misi agar semakin jelas dan semakin terarah tindakan dan pekerjaannya, maka forum organisasi zakat memiliki misi sebagai berikut:

1) Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai optimalisasi,mobilisasi dan sinergi untukmencapaipositioning zakat di Indonesia yang menyejahterakan.

2) Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi standard manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat nasional, maupun internasional

3) Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya. 4) Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan

mewujudkan cita ideal zakat di Indonesia.

5) Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ sehingga sesuai dengan standard manajemen mutu pengelola zakat.5

5

2. Tujuan, Strategi Dan Taktis Operasional a) Tujuan

Agar tercipta kejelasan dalam pekerjaan FOZ memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengkritisi Revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakatadalah sebuah keniscayaan

2) Berperan aktif agar terwujud revisi Undang-Undang Pengelola zakat yang lebih baik.

3) Mengimplementasikan cetak biru dan arsitektur zakat Indonesia

4) Mengimplementasikan standar manajemen mutu Organisasi Pengelola Zakat

5) Mengimplementasikan Sistem Akuntansi dan Keuangan Organisasi Pengelola Zakat

6) Meningkatkan kinerja manajemen organisasi pengelola zakat Indonesia sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat.

7) Menyinergikan Organisasi Pengelola Zakat nasional dan internasional

8) Mewujudkan konsolidasi organisasi.

b) Strategi

Sedangkan, agar pekerjaan berjalan efektif dan efisien maka dibutuhkan strategi dalam organisasi, strategi FOZ diantaranya:

1) Memperkuat eksistensi FOZNAS di dalam lingkup nasional dan internasional

2) Melakukan aliansi strategis nasional dan internasional.

3) Memfasilitasi kerjasama antar OPZ dalam rangka mewujudkan sinergi program zakat di Indonesia

4) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Kementrian Agama, Direktorat Jendral Pajak dan DPR serta pihak lainnya dalam rangka mewujudkan tujuan zakat di Indonesia

5) Membangun akses dana dari dalam dan luar negeri yang halal dan tidak mengikat untuk membiayai program-program FOZ. 6) Membentuk dan menguatkan FOZWIL (Forum Zakat Wilayah)

di seluruh Indonesia.

7) Menyusun struktur organisasi yang kuat dalam rangka meningkatkan peran FOZNAS guna mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.

8) Memperkuat aktivitas riset dan pengembangan guna membangun pusat informasi zakat nasional

9) Memfasilitasi kaderisasi SDM Organisasi Pengelola Zakat

c) Taktis Operasional:

Dalam taktis operasionalnya foz telah merangkum yakni:

1) Mendorong terwujudnya internal audit dan eksternal audit pada setiap Organisasi Pengelola Zakat.

2) Melakukan kerjasama dengan institusi yang concern di bidang pengembangan kapasitas organisasi pengelola zakat baik di Indonesia maupun di dunia.

3) Membina OPZ yang belum mendapatkan akreditasi. 4) Menguatkan branding setiap OPZ.

5) Mendorong kepada Organisasi Pengelola Zakat untuk mengemas program pendayagunaan dengan inovatif.

6) Membentuk minimal 5 FOZWIL dalam masa kerja 3 tahun. 7) Melakukan kampanye budaya sadar zakat secara nasional

8)

Mengakselerasi peluang zakat di perusahaan.6

C. Susunan Pengurus Forum Zakat Periode 2012 – 20157 Komite – Komite :

1. Pertimbangan Zakat Nasional o Didin Hafidhuddin

o Suparman Usman

o Iskandar Zulkarnaen

o Eri Sudewo

2. Pengawas Zakat Nasional o Hamy Wahjunianto

o Ismail A Said

o Naharus Surur

o Ahmad Juwaini

3. Standardisasi Manajemen Zakat o Adiwarman A Karim

o Fuad Nasar

o Emmy Hamidiyah

o Hertanto Widodo

Pengurus Harian :

Ketua Umum Sri Adi Bramasetia (PKPU) Wakil Ketua Umum Teten Kustiawan (BAZNAS)

Sekretaris Jenderal Bambang Suherman (DD)

Wakil Sekjend (Informasi & Komunikasi) M. Anwar Sani (PPPA DQ)

6

Data diperoleh di kesekretariatan FOZ pada hari Jumat, 5 april 2013. 7

Bendahara Umum Kiagus M Tohir (BSM Ummat)

Wakil Bendahara I (Akuntansi&Keuangan) Hermin Rachmawantie Rachim(BAZNAS) Wakil Bendahara II (Dana & Usaha) Tarmizi (PPPA DQ)

Armen Rasyid (BAMUIS BNI)

Bidang I (Keanggotaan & Jaringan)

Ketua Nur Efendi (RZ) Sekretaris Nana Sudiana (PKPU) Anggota Suryaningsih (APU)

Wahyu Rahman (BMH) Poerwanto Barna (DT)

Bidang II (Pengembangan Kapasitas & Standarisasi)

Ketua M.Suryani Ichsan (BAZ JABAR) Sekretaris Tri Estriani (DD)

Anggota Amir Ma’ruf (LAZISNU)

Isnaini Mufti Azis (BMM)

Bidang III (Advokasi & Pengawasan)

Ketua Muh. Sabeth Abilawa (DD) Sekretaris Nana Mintarti (IMZ) Anggota Jauhari Sani (YDSF) M. Mudzakir (YM) Iwan A Fuad (BMM)

Bidang IV (Kerjasama & Sinergi)

Ketua Tomy Hendrajati (PKPU)

Sekretaris Heny Widiastuti (RZ) Anggota Ade Salamun (DDII)

Asep Hikmat (DPU DT)

D. Lembaga Pengelolaan Ziswaf yang telah terdaftar di Forum Organisasi Zakat

1. Yayasan Baitul Maal Bank BRI (YBM BRI)

Gedung olah raga bri lt. 2 jl. Jend sudirman kav. 44-46 jakarta 2. Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)

Jl. Kerta jaya viii-c/17 surabaya jatim 3. Rumah Zakat Indonesia (RZI)

Jl. Turangga no.25 c. Bandung jabar 4. Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU)

Jl. Condet raya no. 27 g jakarta selatan 5. Portal Infaq

Jl. Radio iv no. 8 a kebayoran baru jakarta selatan 6. Lembaga Manajemen Infaq (LMI)

Komplek ruko taman intan nginden jl. Nginden intan raya n0 12Surabaya Jawa Timur

7. Laznas Bmt

Jl. Warung buncit raya no. 45 8. Lazis Nahdhotul Ulama (LAZ NU)

Jl. Kramat raya no. 164 jakarta pusat 9. Lazis Muhamadiyah (LAZMUH)

Jl. Menteng raya no. 62 jakarta pusat 10.Lazis Garuda (Lazis Ga)

Sbu garuda sentra medika, jl. Angkasa blok b 15 no. 1 Kemayoran Jakarta

11.Laz yaumil pt. Badak ngl

Masjid al kautsar komp. Pt. Badak lng bontang kaltim 12.Pusat Zakat Ummat (LAZ PZU)

13. Laz- Al-hijrah

Jl. Pasundan 18 kec. Medan petisah sumut

14. Lembaga Amil Zakat Dan Infaq Malang (lagzis) Jl. Bogowonto no. 45 surabya jawa timur

15. Laz Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZ IPHI) Jl. Tegalan no. 1 matram, jakarta timur

16. Laz Dewan Dakwah Indonesia (LAZ DDI) Jl. Kramat raya 45 jakarta pusat

17. Dompet Peduli Ummat- Daarut Tauhid (Dpu- Dt- Pusat) Jl. Geger kalong girang no. 32 bandung jabar

Dokumen terkait