• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah dan disertai pembatasan masalah, tujuan penelitian dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab II berisi tentang landasan teori yang membahas mengenai teori budaya malu. Pada bab 2.1 menjelaskan teori Benedict mengenai budaya malu yang dianggap sebagai akar kebudayaan bangsa Jepang. Bab 2.2 dan bab 2.3 menjelaskan mengenai kewajiban pada masyarakat Jepang dan menjelaskan mengenai kesadaran berkelompok masyarakat Jepang.

12

8 Bab III berisi analisis kasus-kasus yang dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu, bunuh diri yang terjadi di lingkungan sekolah, di kalangan pegawai, di badan pemerintahan, dan di kalangan masyarakat umum.

50

BAB IV KESIMPULAN

Sejak tahun 1998 sampai saat ini tingkat bunuh diri di Jepang selalu berada di atas 30,000 kasus setiap tahunnya. Tindak bunuh diri tersebut tidak hanya terjadi di kalangan orang dewasa tetapi juga terjadi di kalangan murid sekolah. Karena tingginya tingkat bunuh diri selama beberapa tahun belakangan ini maka pemerintah melalui NPA (National Police Agency) terus mengamati fenomena ini dan berusaha untuk mencari cara untuk menekan terjadinya tindak bunuh diri.

Bunuh diri dalam masyarakat Jepang memiliki keunikan karena tindak bunuh diri tersebut sering disertai dengan makna-makna seperti permintaan maaf dan pertanggungjawaban dapat juga dipakai sebagai aksi protes. Pengaruh budaya turut berperan dalam pandangan mereka tentang bunuh diri itu sendiri.

Budaya malu merupakan salah satu faktor yang memicu tindak bunuh diri. Budaya malu tercermin dalam adanya sense of shame. Sense of shame adalah kesadaran diri seseorang akan pandangan orang lain. Penilaian orang lain adalah sesuatu hal yang sangat penting dan juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan oleh seseorang. Rasa diterima oleh masyarakat membuat seseorang menjadi lebih percaya diri akan dirinya. Seseorang dituntut untuk selalu berusaha mengikuti penilaian orang lain agar ia dapat diterima dalam lingkungan masyarakatnya. Rasa malu dapat timbul karena berbagai hal. Teori Benedict menekankan pentingnya pemenuhan kewajiban, kesadaran berkelompok dan juga

51 keharusan seseorang untuk “bertindak sesuai dengan tempatnya”. Kegagalan dalam penjagaan nama baik juga dapat menimbulkan rasa malu. Jika seseorang gagal memenuhi hal-hal tersebut maka akan timbul kegelisahan yang dipengaruhi oleh sense of shame. Kegelisahan membuat orang menjadi rapuh akibat kegagalannya. Rapuhnya diri seseorang membuat ia merasa tidak berguna dan juga tidak diterima oleh lingkungan masyarakatnya.

Dari kasus-kasus yang telah dibahas dapat kita lihat adanya keterkaitan budaya malu dengan fenomena bunuh diri. Terlihat bahwa keputusan seseorang untuk melakukan tindak bunuh diri selalu diwarnai oleh rasa tertekan dan kegelisahan yang timbul akibat sense of shame. Kecemasan tersebut muncul saat seseorang melakukan sesuatu yang dianggap akan mendapat pandangan buruk dari orang lain. Selain itu hal-hal yang dapat merusak nama baik juga mengakibatkan timbulnya kecemasan tersebut. Penilaian buruk dari orang lain dan juga kegagalan seseorang untuk menjaga nama baiknya akan mendatangkan malu.

DAFTAR PUSTAKA

● Benedict, Ruth, The Chrysanthemum and the Sword, Charles E.Tuttle Company, Tokyo, 1996

● Doi, Takeo, The Anatomy of Dependence, Kodansha International, Tokyo, 1977

● DR. K. Bertens, Filsafat Barat dalam Abad XX, PT. Gramedia, Jakarta, 1981

● Lebra, Takie Sugiyama, Japanese Patterns of Behavior, University of Hawai, Honolulu, 1986

● Nakane, Chie, Japanese Society, University of California Press: California, 1972

● Ueno, Kayoko. Suicide as Japan’s Major Export? A note on Japanese Suicide Culture

http://www.espacoacademico.com.br/044/44eueno_ing.htm

● The Japan Times: Media Mix. Sunday, May 11, 2003 http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fd20030511pb.html

● “Menteri Gantung Diri” Pikiran Rakyat : Bandung, Selasa 29 Mei 2007

● http://www.finetuning.com/articles/p0-1895-japans-suicide-generation.html ● http:// www.theforeigner-japan.com/archives/200304/news.htm ● http:// www.japantoday.com/jp/news/339139 ● http:// http://www.jca.apc.org/web-news/corpwatch-jp/47.html ● http:// en.wikipedia.org/wiki/Phenomenology ● http:// plato.stanford.edu/entries/phenomenology/

● http:// www.phenomenologyonline.com ● http:// www2.uiah.fi/projects/metodi/140.htm ● http:// jmm.aaa.net.au/articles/15130.htm ● http:// www.phenomenologyonline.com/glossary ● http:// oscar.lang.nagoya-u.ac.jp/~baba/ShameOnYou.html ● http://mdn.mainichi-msn.co.jp/national/news/20070227p2a00m0na018000 c.html ● http:// search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20060902a6.html ● http://mdn.mainichi-msn.co.jp/national/news/20060824p2a00m0na013000 c.html ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20040119a6.html ● http://translate.google.com/translate?hl=ja&sl=en&u=http://mdn.mainichi-msn.co.jp/waiwai/face/archive/news/2007/20070209p2g00m0dm042000 c.html&sa=X&oi=translate&resnum=1&ct=result&prev=/search%3Fq% 3DKimie%2BOsugi%2BMainichi%26hl%3Dja%26lr%3D ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20010311a9.html ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20010311a9.html ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20030516a8.html ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20020521a3.html ● http://search.japantimes.co.jp/member/member.html?appURL=nn20051229a 1.html ● http:// search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20060112a1.html ● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20020323a9.html ● http://mdn.mainichi-msn.co.jp/national/news/20070528p2a00m0na017000 c.html

● http://mdn.mainichi-msn.co.jp/national/news/20070529p2a00m0na00600 0c.html

● http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20050924a5.html

● http://mdn.mainichi-msn.co.jp/national/news/20060821p2a00m0na02500 0c.html

Dokumen terkait