• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. ANALISA 1. IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

IV.3. ANALISA DAMPAK PADA RUMAH TRADISIONAL MBARU NIANG Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

IV.3.1. Dampak Pada Bangunan

1. Organisasi Ruang dan Denah

Organisasi ruang pada rumah tradisional ini terbilang unik jika dibandingkan dengan rumah tradisional lainnya. Seperti yang sempat dipaparkan sebelumnya bahwa disain arsitektur rumah tradisional ini yang dilatarbelakangi dari kebutuhan penghuni akan berbagai aktivitas, seperti yang terlihat pada tabel 3. dan gambar 16. Pada tabel 3. dijelaskan bahwa masyarakat Wae Rebo memiliki kebutuhan ruang yang dapat dikelompokkan atas beberapa kelompok aktivitas, yaitu: mata pencaharian, agama dan kepercayaan, kebudayaan disamping aktivitas -aktivitas dasar manusia. Dijelaskan pula bahwa setiap fungsi - fungsi yang tersusun secara vertikal serta saling memiliki hubungan dengan kualitas yang berbeda - beda namun terintegrasi secara fisik maupun fungsional.

Pada gambar 16. terlihat skema kelompok kegiatan beserta dengan kebutuhan ruang - ruangnya dimana kelompok - kelompok ruang tersebut menunjukkan faktor - faktor yang mempengaruhi lahirnya kebutuhan ruang - ruang.

Kegiatan Ruang Lantai Zoning Bertenun Kolong KolonLt.

g S.Publ ik Bertamu Lutur 1 Publi k Melakukan upacara /

pertemuan adat 1 Publik

Tidur Nolan

g

1 Privat

Masak 1 Servis

Menyimpan bahan makanan & barang

sehari-hari Labo 2

Servi s Menyimpan benih

tanaman pangan Lentur 3 Servis Menyimpan persediaan

makanan jika terjadi kekeringan

Lemp

a Rae 4 Servis Mempersembahkan

sesajian kepada leluhur

Heka ng

Kode 5 Privat Keterangan:

1 = Hubungan Sangat Rendah 2 = Hubungan Rendah 3 = Hubungan Sedang 1 4 4 3 1 3 1 4 1 1 3 2 1 4 2 2 3 4 4 2 1

4 = Hubungan Erat

Tabel 3. Tabel Kegiatan Penghuni, Kebutuhan Ruang dan Matriks Hubungan Antar Ruang

( Sumber: Siahaan, Fanny, 2014)

Penerapan Vertical Multi-Used Secara Sederhana Pada Rumah Tradisional Mbaru Niang

Pengaturan fungsi - fungsi ruang dimulai dengan lantai kolong yang merupakan bagian dari rumah dan bersifat semi publik yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas bertenun. Lantai satu yang disebut Tenda, dimana terdiri dari ruang yang bersifat publik, yaitu Lutur yang berfungsi sebagai ruang serba guna baik untuk kegiatan bertamu maupun acara / pertemuan adat. Kemudian terdapat ruang - ruang privat, yaitu Nolang yang berfungsi sebagai kamar tidur dilengkapi dapur untuk masing - masing keluarga. Dapat dikatakan bahwa pada lantai satu ini ditempatkan ruang - ruang utama sedangkan ruang - ruang penunjangnya ditempatkan di lantai - lantai atasnya.

Lantai dua, tiga dan empat merupakan lantai yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau servis. Sedangkan lantai teratas, yaitu lantai lima berfungsi sebagai tempat beribadah, yaitu menaruh sesajen kepada leluhur. Kesemua lantai dihubungkan dengan tangga (Lihat gambar 16.).

Rumah panggung ini memiliki ketinggian sampai dengan 15 m dengan lima jumlah lantai yang mana, tiap lantai dapat didiskripsikan sebagai berikut:

1. Lantai satu disebut Tenda merupakan tempat tinggal dimana pada lantai ini dapat dibagi atas dua zoning, yaitu: Lutur merupakan zoning public yang digunakan sebagai tempat untuk bertamu, mengadakan pertemuan adat dan Nolang yang merupakan zoning privat, berfungsi sebagai ruang tidur. Lantai ini memiliki diameter ± 11 m.

Kelompok Kegiatan Wadah / Ruang Penyusunan Vertikal Rumah

Lt. 1 Lt. 2 Lt. 4 Lempa Rae

KEBUTUHAN DASAR ( Tidur, makan, dsb.)Nolang

Labo

Lt. Kolong Lt. 3 MATA PENCAHARIAN Lentar

Kolong

Lt. 5 KEPERCAYAAN

Hekang Kode

Rumah Tradisional MBARU NIANG 2. Lantai dua berupa Loteng atau disebut Lobo sebagai tempat

menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari. Lantai ini memiliki diameter ± 9 m.

3. Lantai tiga disebut Lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan. Lantai ini memiliki diameter ± 6 m.

4. Lantai empat disebut Lempa Rae untuk tempat menyimpan stok pangan apabila terjadi kekeringan. Lantai ini memiliki diameter ± 3 m.

5. Lantai lima disebut Hekang Kode khusus untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur. Lantai ini memiliki diameter ± 1,8 m.

Gambar 16. Skema Kelompok Kegiatan Beserta Ruang - Ruangnya Pada Rumah Tradisional Mbaru Niang

(Sumber: Siahaan, Fanny, 2014)

Gambar 17 . Denah rumah tradisional “Mbaru Niang” di Flores (Sumber: Rumah Asuh, 2012)

Tingkat hubungan ruang serba guna (Lutur) dan kamar - kamar (Nolang) yang sangat erat menyebabkan ruang - ruang ini ditempatkan pada satu lantai yang sama dan berdekatan (Lihat gambar 17 dan 18.). Ruang - ruang ini dapat dikatakan sebagai ruang - ruang aktif dimana sebagai pusat penghuni melakukan aktivitas - aktivitasnya. Ruang - ruang yang berfungsi penyimpanan ditempatkan pada lantai - lantai atas dikarenakan ruang ini cenderung bersifat pasif dan servis. Sedangkan ruang untuk menaruh sesajen ditempatkan pada lantai teratas karena ruang ini bersifat privat dan sebagai perlambang rasa hormat mereka kepada leluhurnya.

Kesemua fungsi - fungsi ruang ditempatkan pada satu bangunan rumah tinggal, sehingga mobilitas gerak penghuni lebih efisien, selain itu

R. Serba Guna NOLANG Pintu Masuk R. Tidur Tiang Bokong LUTUR Keterangan

: Lutur (Area Publik) : Nolang (Area Privat)

dari segi operasional, perawatan dan pengawasan juga lebih efisien dan terintegrasi.

Gambar 18. Skema Vertical Mixed-Used Pada Rumah Tradisional Mbaru Niang

(Sumber: http://www.hdesignideas.com/2013/10/mbaru-niang-rumah-adat-di-pulau-flores.html dan Fanny Siahaan, 2014)

Gambar 19. Penerangan alami melalui jendela kecil pada rumah tradisional Mbaru Niang

( Sumber: Hartono, Pra, Yudi, 2012 )

Lutur Nolang (Privat Labo (Servis) Hekang Kode Kolong (Semi Publik)

Setiap fungsi yang tersusun secara vertikal terintegrasi baik secara fisik maupun fungsional. Lempa

Rae Lentur

Masyarakat Wae Rebo sangat mengandalkan penerangan alami sehingga walaupun terbatas disain rumah tradisional ini juga memiliki opening berupa jendela - jendela kecil yang cukup bermanfaat sebagai sumber pencahayaan alami di siang hari (Lihat gambar 19.).

Gambar 20. Interior kamar tidur (Nolang) pada rumah tradisional Mbaru Niang

( Sumber: Nyoman, Leonardus, 2012 )

Dari segi interior, disain rumah tradisional ini terbilang sangat sederhana. Tidak terdapat perabot seperti: kursi, meja, tempat tidur dan sebagainya yang umum dijumpai pada rumah tinggal. Perabot yang dimiliki hanya terbatas pada peralatan makan dan masak sederhana, bantal dan alas tidur serta alat musik sederhana semacam gong. Hampir semua aktivitas dilakukan diatas lantai kayu (Lihat gambar 19. dan 20.).

Gambar 21. Entrance utama rumah tradisional Mbaru Niang ( Sumber: Nyoman, Leonardus, 2012)

Dokumen terkait