• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Budaya Organisasi terhadap Motivasi Belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI)

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 35-48)

Yogyakarta

Budaya organisasi dalam PMIPTI tumbuh dari usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pendiri dan pengurus PMIPTI sebelumnya yang bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi PMIPTI melalui program-program kerja. Program-program kerja tersebut beberapa diantaranya menjadi program yang secara tidak tertulis menjadi program-program yang harus ada dalam setiap kepengurusan PMIPTI.

Kebiasaan-commit to user

kebiasaan tersebut awal mulanya merupakan program kerja pengurus, namun pada akhirnya menjadi kebiasaan yang diikuti atau ada dalam setiap kepengurusan PMIPTI.

Beberapa program tersebut antara lain program kajian malam Jumat dimana pada kajian malam jumat berisi pelatihan kepada pengurus dan anggota untuk menyampaikan materi agama dengan berkutbah di depan anggota PMIPTI serta kajian Al Hadist sebagai upaya peningkatan pengetahuan keislaman anggota PMIPTI. Selanjutnya program pembacaan berita dan diskusi tentang berita-berita yang berasal dari tanah air. Tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga dan meningkatkan semangat mahasiswa Patani di Indonesia untuk selalu ingat tentang negerinya dan tujuannya mencari pendidikan di Indonesia ini.

Sebagai kebiasaan-kebiasan yang berasal dari program-program terdahulu, maka budaya organisasi pada PMIPTI memiliki fungsi bagi anggotanya yaitu antara lain:

a. Budaya organisasi PMIPTI membantu mahasiswa untuk memiliki keterampilan dalam melaksanakan pendidikan di kampus.

Budaya organisasi PMIPTI yang membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan kampus antara lain pembinaan tata cara perkuliahan di Indonesia, pengurusan KRS, pembekalan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Miss SB sebagai berikut.

“Program PMIPTI yang membantu proses pendidikan anggotanya antara lain diskusi ilmiah untuk melatih pengetahuan dan keberanian menyampaikan pendapat dan mengadakan kursus Bahasa Indonesia dan Inggris, untuk meningkatkan kemampuan berBahasa Indonesia dan Inggris anggota” (Wawancara pada tanggal 13 Desember 2015).

Hal tersebut didukung oleh pendapat RB sebagai berikut.

commit to user

berBahasa Indonesia, setahu saya selama ini pihak kampus tidak memfasilitasi kemampuan berBahasa Indonesia bagi mahasiswa asing, sehingga kemampuan berBahasa Indonesia menjadi tugas masing-masing mahasiswa” (Wawancara pada tanggal 20 Desember 2015).

b. Membimbing dan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

Program-program yang dicanangkan oleh PMIPTI salah satunya bertujuan untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Program-program tersebut antara lain program bimbingan perkuliahan yaitu mensosialisasikan kepada mahasiswa baru tentang tata cara perkuliahan mulai dari pengurusan KRS, proses perkuliahan, tugas-tugas, hingga bimbingan tugas akhir atau skripsi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Mr. AH sebagai berikut.

“PMIPTI selalu mengajak anggota untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di PMIPTI yang dapat meningkatkan kemampuan belajar anggota, misalnya diskusi ilmiah dan lain-lain. Selain itu PMIPTI juga mengarahkan anggotanya untuk aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sehingga adik-adik anggota memiliki pengalaman dalam organisasi, serta memberikan informasi-informasi tentang seminar-seminar yang meningkatkan pengetahuan anggota” (Wawancara pada tanggal 13 Desember 2015).

Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Miss SB sebagai berikut.

“Program PMIPTI yang bertujuan membantu belajar anggotanya antara lain diskusi ilmiah untuk melatih pengetahuan dan keberanian menyampaikan pendapat dan mengadakan kursus Bahasa Indonesia dan Inggris, untuk meningkatkan kemampuan berBahasa Indonesia dan Inggris anggota” (Wawancara pada tanggal 13 Desember 2015).

Pendapat lain dikemukakan oleh Mr. UB sebagai berikut.

commit to user

misalnya mengurus KRS dan lain-lain, juga untuk memajukan pemikiran anggota melalui kegiatan malam jumat yaitu melatih keberanian anggota untuk menyampaikan pendapat yaitu kegiatan kutbah dan diskusi ilmiah” (Wawancara pada tanggal 19 Desember 2015).

Usaha-usaha yang dilakukan PMIPTI dalam memberikan bimbingan dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam proses perkuliahan, misalnya mengalami masalah dalam penyelesaian skripsi, mengalami masalah dalam penyusunan tugas dan lain sebagainya. Bimbingan yang diberikan adalah dengan membantu mereka dalam mencarikan solusi, misalnya membantu mencarikan buku-buku literatur, membantu pada proses pengumpulan data dan lain sebagainya.

c. Memberikan motivasi belajar bagi mahasiswa PMIPTI

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar anggota PMIPTI. Pengurus menyadari bahwa motivasi belajar anggota PMIPTI harus senantiasa terjaga agar anggotanya dapat segera menyelesaikan pendidikannya dan dapat berkiprah dalam kehidupan di masyarakat Patani. Hal tersebut sebagaimana dikemukaka oleh Mr. UB sebagai berikut.

“PMIPTI Sangat berperan, soalnya ketika mahasiswa ada masalah biasanya meminta bantuan PMIPTI, misalnya cara mengurus KRS atau cara menghadapi dosen tertentu. Pengurus PMIPTI juga senantiasa memberikan motivasi kepada anggotanya tentang pentingnya menyegerakan pendidikan. Ketika anggota PMIPTI dapat menyelesaikan skripsi, berarti mereka dapat segera berperan dalam kehidupan masyarakat Patani” (Wawancara pada tanggal 19 Desember 2015).

commit to user

Bentuk dari motivasi belajar mahasiswa anggota PMIPTI yang tinggi sebagaimana dikemukakan oleh bapak H salah seorang dosen yang pernah menjadi dosen mahasiswa dari PMIPTI sebagai berikut.

“Saya tidak tahu dengan detail program-program yang dilaksanakan PMIPTI, namun secara umum saya melihat anak-anak Patani atau anak-anak PMIPTI itu memiliki keinginan atau motivasi untuk menyelesaikan pendidikannya dengan cepat, artinya mereka memiliki semangat untuk merampungkan proses belajarnya sesuai dengan target waktu. Sejauh ini yang saya tahu hampir tidak ada mahasiswa Patani yang kelulusannya bermasalah” (Wawancara pada tanggal 20 Desember 2015).

Selanjutnya tentang Dimensi Pendukung tingginya motivasi belajar mahasiswa PMIPTI sebagaimana dikemukakan oleh Bapak H sebagai berikut.

“Tentunya karena faktor belajar di luar negeri, bagaimanapun juga mereka jauh dari orang-orang yang secara kekerabatan dekat dengan mereka, kondisi ini tentunya menjadi motivasi mereka untuk segera menyelesaikan belajarnya dan segera berkumpul dengan anggota keluarganya. Faktor lain saya melihat bahwa mahasiswa-mahasiswa dari PMIPTI khususnya itu memiliki sedikit perbedaan dengan mahasiswa dari Thailand yang tidak aktif dalam PMIPTI. Saya melihat mahasiswa PMIPTI tersebut memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap organisasi, sedangkan mahasiswa yang bukan anggota atau aktivitis PMIPTI cenderung fokus pada proses perkuliahannya saja” (Wawancara pada tanggal 20 Desember 2015)..

Berdasarkan pendapat Bapak H tersebut di atas, maka faktor-faktor yang meningkatkan motivasi belajar mahasiswa anggota PMIPTI antara lain faktor belajar di luar negeri dan faktor ketertarikan mahasiswa PMIPTI pada organisasi di kampus.

commit to user Matriks 6

Peran Representasi Budaya Organisasi terhadap terhadap Motivasi Belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia

(PMIPTI) Yogyakarta

No Peran Representasi Budaya Organisasi terhadap terhadap Motivasi Belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta

1 Membantu mahasiswa memiliki keterampilan dalam melaksanakan pendidikan di kampus

Budaya organisasi PMIPTI yang membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan kampus antara lain pembinaan tata cara perkuliahan di Indonesia, pengurusan KRS, pembekalan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan lain sebagainya 2 Membimbing dan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

1. Program-program yang dicanangkan oleh PMIPTI salah satunya bertujuan untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

2. Program-program tersebut antara lain program bimbingan perkuliahan yaitu mensosialisasikan kepada mahasiswa baru tentang tata cara perkuliahan mulai dari pengurusan KRS, proses perkuliahan, tugas-tugas, hingga bimbingan tugas akhir atau skripsi 3 Memberikan motivasi

belajar bagi mahasiswa PMIPTI

1. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar anggota PMIPTI. 2. Pengurus menyadari bahwa motivasi

belajar anggota PMIPTI harus senantiasa terjaga agar anggotanya dapat segera menyelesaikan pendidikannya dan dapat berkiprah dalam kehidupan di masyarakat Patani.

commit to user C. Pembahasan

1. Representasi Budaya Organisasi dalam PMIPTI

Representasi budaya dalam organisasi PMIPTI adalah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yang pada awalnya merupakan program yang dicanangkan oleh pengurus PMIPTI terdahulu, namun pada akhirnya seiring berjalannya perkembangan PMIPTI program-program tersebut telah disepakati menjadi kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada diri pengurus dan anggota PMIPTI. Selanjutnya kebiasaan-kebiasaan tersebut seakan-seakan menjadi program wajib yang harus dilaksanakan oleh pengurus dan anggota PMIPTI selanjutnya.

Hasil pengumpulan data dan analisis data diperoleh data tentang budaya organisasi dalam PMIPTI yang meliputi:

a. Penggunaan Budaya dan Kebiasaan Melayu Patani dalam Interaksi Anggota PMIPTI

Latar belakang budaya dan religius yang sama pada mahasiswa PMIPTI yaitu mahasiswa yang berasal dari Patani Thailand Selatan. Sejarah wilayah Patani baik secara politis dan sosiologis ternyata menyebabkan hubungan antara masyarakat Patani yang sebagian besar bersuku bangsa Melayu dan beragama Islam dengan pemerintahan Thailand yang mayoritas dikuasai oleh masyarakat dari rumpun Indo China dan mayoritas beragama Budha kurang harmonis. Persepsi masyarakat yang dimiliki oleh masyarakat Patani terhadap pemerintah Thailand selanjutnya tertular kepada anak-anak mereka salah satunya adalah mahasiswa Patani yang menempuh pendidikan di Indonesia.

Munculnya budaya organisasi dalam PMIPTI menurut sudut pandang teori interaksi simbolik bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna yang dipunyai sesuatu baginya.

Munculnya budaya orgasnisasi PMIPTI berupa penggunaan budaya dan kebiasaan Melayu dalam kehidupan organisasi PMIPTI

commit to user

merupakan bentuk tindakan (act) yang perlu dilakukan oleh mahasiswa Patani di Indonesia kepada pemerintahan Thailand (thing). Bagi mahasiswa Thailand yang tidak memiliki permasalahan hubungan dengan pemerintahan Thailand, maka penggunaan budaya Melayu Patani dalam PMIPTI dianggap sebagai bentuk kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada dalam masyarakat Patani yang merupakan tempat asal dari mahasiswa PMIPTI. Namun bagi anggota PMIPTI penggunaan budaya-budaya Melayu Patani dalam kehidupan mereka merupakan simbol perlawan mereka terhadap resistensi pemerintah Thailand pada bangsa mereka yaitu Melayu Patani.

b. Islam sebagai Dasar Kehidupan Organisasi PMIPTI

Visi dan misi PMIPTI adalah berusaha untuk menciptakan generasi penerus dan pemimpin yang diharapkan kelak memimpin masyarakat Melayu Patani dengan berdasarkan ideologi agama Islam, PMIPTI juga bertujuan untuk menciptakan generasi yang memiliki wawasan dan keilmuan Islam yang dapat membimbing masyarakat Patani menuju kemajuan dengan landasan Islam.

Penggunaan Islam sebagai dasar kehidupan organisasi PMIPTI selain merupakan implementasi dari kepercayaan atau keyakinan mereka terhadap agama Islam, sekaligus sebagai simbol pembeda mereka dengan organisasi mahasiswa Thailand di Indonesia lainnya. Dalam beinteraksi sosial bahwa suatu simbol menjadi penting karena dapat membuat manusia dalam melakukan sesuatu akan sungguh-sungguh dan berfikir secara manusiawi. Dalam melakukan suatu tindakan sosial seseorang akan selalu mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap orang lain. Dengan kata lain, dalam melakukan suatu tindakan sosial manusia akan memikirkan dampak negatif ataupun positif dari tindakan yang iya lakukan terhadap orang yang terlibat dalam tindakan tersebut. Di samping kegunaan yang bersifat umum, simbol-simbol pada umumnya dan bahasa

commit to user

pada khususnya mempunyai sejumlah fungsi, antara lain:

1) Simbol-simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat kategori, dan mengingat obyek-obyek yang mereka temukan di mana saja. Keberadaan Islam sebagai dasar kehidupan anggota PMIPTI membantu mereka dalam mempersepsikan kehidupan di dunia baik dunia material maupun sosial. Landasan Islam yang mereka anut pada akhirnya memberikan rambu-rambu bagi mereka tentang bagaimana bergaul di dunia ini serta dengan siapa mereka bergaul.

2) Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk memahami lingkungannya. Islam sebagai nafas dari PMIPTI mengarahkan anggotanya untuk senantiasa mengedapankan hokum Islam dalam bertindak. Hal ini terlihat dari terpeliharanya budaya-budaya keislaman dalam PMIPTI misalnya Yasinan, Kutbah atau Kultum, dan Bardhike Barat.

3) Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam hal ini Islam sebagai dasar kehidupan PMIPTI menjadikan semua kebijakan atau perilaku PMIPTI harus dilandasi oleh keislaman, misalnya adanya kegiatan musyawarah dalam memutuskan permasalahan organisasi.

4) Simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan persoalan, dalam hal ini PMIPTI menggunakan prinsip-prinsip berpikir Islam dalam memecahkan permasalahan baik internal PMIPTI maupun ketika berurusan dengan pihak ekternal PMIPTI. 5) Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi

dari segi waktu, tempat, dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup di masa lampau atau akan datang. Mereka juga bisa

commit to user

membayangkan tentang diri mereka sendiri berdasarkan pandangan orang lain.

6) Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-kenyataan metafisis seperti surga atau neraka.

7) Simbol-simbol memungkinkan manusia tidak diperbudak oleh lingkungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat.

c. Rasa Kesukuan dan etnis sebagai Warga Melayu Patani

Rasa kesukuan dan etnis sebagai warga Malayu Patani ditunjukkan oleh PMIPTI sebagai upaya membedakan diri mereka dengan masyarakat Thailand pada umumnya. Sebagai warga Negara yang secara administratif adalah warga Negara Thailand, maka tidak mungkin PMIPTI menampakkan ketidaksukaannya dengan Pemerintah Thailand dengan secara terbuka. Salah satu cara untuk menguatkan rasa ketidaksukaannya pada Pemerintah Thailand, maka digunakannya rasa kesukuan sebagai sebagai Warga Melayu Patani untuk menunjukkan identitas yang berbeda dari warga Thailand pada umumnya.

Penggunaan simbol sebagai suatu sikap sebagaimana disebutkan dalam teori interaksionisme simbolik. Teori ini mengajak untuk lebih memperdalam sebuah kajian mengenai pemaknaan interaksi yang digunakan dalam mayarakat mulitietnik. Dalam menggunakan pendekatan teori interaksionisme simbolik sudah nampak jelas bahwa pendekatan ini merupakan suatu teropong ilmiah untuk melihat sebuah interaksi dalam masyarakat multietnik yang banyak menggunakan simbol-simbol dalam proses interaksi dalam masyarakat tersebut.

Rasa kesukuan dan etnis yang sama pada anggota PMIPTI selanjutnya menjadi satu perekat bersatunya mereka dalam PMIPTI. Pengurus PMIPTI terdahulu memahami bahwa rasa kesukuan dan etnis yang tinggi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan semangat dan

commit to user loyalitas anggotanya dalam PMIPTI.

Rasa kesukuan dan etnis anggota PMIPTI dibangun melalui kebiasaan mendengarkan berita-berita dari Patani serta mendiskusikannya. Berita-berita yang didengarkan selanjutnya meningkatkan pemahaman anggota tentang kondisi kampong asal mereka. Sedangkan diskusi-diskusi yang dilakukan, disatu sisi selain untuk mencoba memberikan sumbangan solusi pemecahan masalah, secara tidak langsung juga meningkatkan rasa kesukuan dan etnis anggota PMIPTI terhadap Patani.

Pokok pemikiran teori interaksionisme simbolik menyebutkan bahwa dalam sebuah tindakan mempunyai makna yang berbeda dengan orang yang lain yang juga memaknai sebuah makna dalam tindakan interaksi tersebut. Proses pemaknaan kejadian-kejadian yang terjadi pada masyarakat Patani oleh anggota PMIPTI yang memiliki hubungan kurang harmonis terhadap pemerintahan Thailand pada umumnya akan berbeda dengan persepsi mahasiswa Thailand non PMIPTI. Ini menandakan bahwa ada banyak makna yang terkandung dalam sebuah tindakan (act). Interaksionis simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian pada setiap keadaan, yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi. Kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati, dan melahirkan tingkah laku lainnya yang menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya.

Pendekatan interaksionisme simbolik merupakan salah suatu pendekatan yang mengarah kepada interaksi yang menggunakan simbol-simbol dalam berkomunikasi, baik itu melalui gerak, bahasa dan simpati,

commit to user

sehingga akan muncul suatu respons terhadap rangsangan yang datang dan membuat manusia melakukan reaksi atau tindakan terhadap rangsangan tersebut. Dalam pendekatan interaksionisme simbolik akan lebih diperjelas melalui ulasan-ulasan yang lebih spesifik mengenai makna simbol yang akan dibahas di bawah ini. Dalam melakukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati sangat menentukan, apalagi berinteraksi dalam masyarakat yang berbeda suku dan kebudayaan. Modal utama dalam melakukan interaksi dalam masyarakat multi etnik adalah saling memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang lain, sehingga kesalah-pahaman yang nantinya akan menimbulkan konflik dapat tertekan.

Disamping manusia disebut sebagai mahluk sosial, manusia juga sering disebut sebagai mahluk individu yang mempunyai keinginan untuk memperbaiki dirinya sendiri sendiri, sedangkan dalam kategori mahluk sosial, manusia selalu berkeinginan untuk melakukan interaksi dan hubungan dengan orang lain karena akan timbul dalam diri manusia itu sendiri rasa untuk mencari orang lain untuk berinteraksi. Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar, ataupun melalui surat kabar.

Interaksi sosial sebagai berikut: “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia. Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau intersimulasi dan respon antar individu antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Suatu interaksi merupakan hubungan timbal balik antara seseorang dengan kelompoknya dalam suatu masyarakat. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena tidak dapat dipungkiri

commit to user

bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain, sehingga sangat penting untuk melakukan suatu interkasi dengan kelompok yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam suatu masyarakat diperlukan suatu interaksi karena tanpa interaksi tersebut kita akan dijauhi oleh orang lain karena dianggap tidak dapat beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu (Kamanto, 2004).

2. Peran Budaya Organisasi terhadap Motivasi Belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta

Budaya organisasi merupakan budaya sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi termasuk representasi budaya seperti diketahui bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Budaya organisasi diidentifikasi dalam bentuk yang tampak (visible) seperti cara berpakaian, simbol, fisik, perayaan atau seremonial, dan tata ruang. Selanjutnya bentuk yang tidak tampak (invisible) berupa disiplin dan makna prestasi, dan keyakinan yang paling dalam atau asumsi-asumsi yang tersembunyi meliputi adanya keyakinan bahwa pimpinan tidak pernah salah dan anggota selalu salah. Fungsi utama budaya organisasi adalah sebagai proses integrasi internal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai pemersatu setiap komponen internal organisasi dan sebagai proses adaptasi eksternal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai sarana menyesuaikan diri dengan lingkungan luar organisasi.

Mahasiswa Thailand yang belajar dan tinggal di Kota Yogyakarta mengalami proses adaptasi dengan pola kehidupan Kota Yogyakarta. Keberadaan PMIPTI sebagai persatuan mahasiswa muslim dari Thailand

commit to user

Selatan menjadi salah satu alternatif bagi mereka untuk memperoleh tempat yang dapat mengarahkan mereka dalam melakukan adaptasi di Kota Yogyakarta.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 35-48)

Dokumen terkait