• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe 3. Osteoporosis idiopatik (juvenil)

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder terjadi karena adanya penyakit tertentu atau akibat dari pengobatan. Kondisi yang mempengaruhi osteoporosis sekunder seperti:

1. Penyakit menahun (reumatik sendi, kencing manis).

2. Penyakit keganasan (leukemia, limfoma, metastasis kanker tulang).

3. Penggunaan obat tertentu (anti-konvulsan, antasida yang mengandung alumenium, tetrasiklin).

4. Tidak bisa bergerak total (stroke yang menyebabkan kelumpuhan, sakit berat yang lama).

5. Gangguan metabolisme kalsium (turunnya penyerapan kalsium oleh usus, gangguan metabolisme vitamin D).

6. Kelainan endokrin (kekurangan hormon estrogen, progestogen).

7. Pengangkatan kedua indung telur, atau pengangkatan sebagian lambung).12 2.4.2. Faktor Risiko Osteoporosis

Karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu, para ahli memperkirakan ada banyak faktor yang berperan antara lain:

1. Perempuan

Perempuan mempunyai risiko 6 kali lebih besar dari laki-laki untuk terkena

osteoporosis primer. Disebabkan kehilangan massa tulangnya lebih cepat setelah

menopause, karena pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya sejak usia perempuan 35 tahun dan menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. 2. Usia

Semakin lanjut usia, semakin besar kehilangan massa tulang, dan semakin besar pula kemungkinan timbulnya osteoporosis. Di samping itu, semakin tua akan semakin berkurang kemampuan saluran cerna untuk menyerap kalsium.

Ras/suku juga membuat perbedaan, seperti suku Asia cenderung memiliki kerangka tulang kecil. Orang yang rangka tulang kecil lebih sering mengalami

osteoporosis, daripada orang dengan rangka besar. 4. Keturunan Penderita Osteoporosis

Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu, seperti kesamaan perawakan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup

1). Konsumsi daging merah dan minuman bersoda.

Daging merah dan minuman bersoda mengandung fosfor yang merangsang pembentukan hormon parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

2). Minuman berkafein dan beralkohol.

Kafein akan meningkatkan pembuangan kalsium melalui urin. 3). Malas olahraga

Proses osteoblas atau pembentukan massa tulang akan terhambat bagi yang malas bergerak atau olahraga. Semakin banyak bergerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa tulang.

4). Merokok

Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang. Disamping itu,rokok juga membuat penghisapnya mengalami hipertensi, penyakit jantung dan tersumbatnya aliran darah keseluruh tubuh. Bila darah sudah tersumbat, maka proses

pembentukan tulang sulit terjadi. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang tidak akan terasa karena proses pembentukan tulang masih terus terjadi. Namun saat melewati umur 35 tahun, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

5). Kurang kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

6. Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi bila sering dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi akan mengurangi massa tulang, sebab kotikosteroid menghambat proses osteoblast. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis.

7. Kurus dan Mungil

Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat, karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada bagian pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna. 2.5. Diagnosis

Pemeriksaan jasmani penderita osteoporosis seringkali tidak menunjukkan kelainan yang khas, kecuali tubuh yang bungkuk dan berkurangnya tinggi badan. Untuk menegakan diagnosis, selain gejala-gejala di atas, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti:

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini meliputi darah lengkap, albumin, fosfor, ureum, T3, T4, serum protein elektroforesis, dan urin lengkap. Juga dilakukan pemeriksaan kadar kalsium, kreatinin, dan osteokalsin untuk mengetahui secara tidak langsung adanya gangguan keseimbangan resorpsi dan pembentukan tulang. Namun tidak semua pemeriksaan di atas dilakukan mengingat harganya yang mahal.12

2. Penilaian densitas tulang

Pengukuran densitas atau kepadatan tulang adalah pengukuran kepadatan mineral seperti kalsium dengan menggunakan alat seperti: Single photon absorptio-metry (SPA) memakai sumber photon antara lain iodine125 dan pancaran photon akan menembus sejumlah jaringan mineral tulang yang akan dihitung dan dilaporkan sebagai densitas mineral. Single energy X-ray Absorptiometry (SXA) pada saat ini telah digantikan dengan Single Photon Absorptiometry (SPA) dan teknik ini digunakan untuk scanning pergelangan tangan saja sedang untuk mengukur densitas vertebra dan panggul teknik ini tidak dapat memberikan hasil secara tepat. Vertebra dan panggul hanya dapat diukur dengan tepat memakai teknik dual energy absorptiometry memakai photon (DPA) atau x-ray (DXA atau DEXA). Metoda Quantitative Ultrasound (QUS) termasuk Broad-band Ultrasound Attenuation (BUA), Speed of Sound (SOS) atau Ultrasound Velocity (UV) akhir-akhir ini telah dipasarkan dan telah dilakukan evaluasi secara luas manfaatnya untuk mengukur status tulang (osteoporosis) pada tumit dan jari. Hal yang menarik dalam pemakaian alat ini adalah pada biaya (low cost), mudah dibawa (portability) dan

tanpa radiasi, serta disamping dapat memberikan informasi mengenai massa tulang juga dapat menilai organisasi struktur tulang.

Computerised Tomography (CT) telah dipakai untuk mengukur densitas tulang baik pada tulang tangan maupun pada vertebra. Keuntungan utama metoda ini dalam mengukur densitas tulang trabekula, menunjukkan densitas tulang secara volumetrik murni, berbeda dengan DEXA yang hanya mampu memberikan densitas tulang areal. CT tidak dapat memberikan hasil yang cukup baik seperti halnya pada teknik DEXA. Kerugian teknik ini adalah adanya radiasi dan biaya pemeriksaannya mahal. Pemeriksaan densitas tulang merupakan komponen utama dan merupakan salah satu penentu dalam menegakkan diagnosis osteoporosis. Dari hasil pengukuran, dapat diperkirakan kekuatan tulang.19 Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri). WHO membuat kriteria sebagai berikut :

Sumber: Medicastore.3 2.6. Pencegahan

Pencegahan dilakukan agar tidak timbul osteoporosis yaitu dengan mencegah terjadinya massa tulang yang rendah, sehingga faktor risiko osteoporosis

karena lingkungan tidak terjadi. Upaya yang diperlukan antaralain: 1). Memberi obat pengganti hormon

Normal :Nilai T pada BMD > -1

Osteopenia :Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5 Osteoporosis :Nilai T pada BMD < -2,5

Hormon replacement therapy (HRT) atau terapi sulih hormon bisa diberikan pada perempuan di masa perimnenopause bila dibutuhkan dan tidak ada kontraindikasi. Sewaktu haid sudah tidak teratur dan telah timbul beberapa keluhan menopause, seperti gejolak panas, badan terasa sakit, mudah marah, dan rambut rontok, pemberian HRT sudah dapat dimulai. Pemberian HRT berupa estrogen alamiah bisa di berikan selama 10-20 tahun agar tulang masih kuat walaupun usia telah lanjut.12

2). Asupan kalsium dan vitamin D yang adekuat sepanjang hidup

Jumlah kalsium pada tubuh orang dewasa sekitar 1-2 kg, dan 98% tersimpan di dalam tulang. Selain dibutukan oleh sel tubuh, kalsium juga di butuhkan untuk mencegah rapuhnya tulang. Untuk menjaga keseimbangan kalsium darah, dibutuhkan

hormon paratiroid (PTH), vitamin D dan kalsitonin. Hormon tersebut bekerja di tempat kalsium memasuki tubuh yaitu saluran cerna, tempat pembuangan kalsium yaitu urin, tinja, dan keringat, dan tempat penyimpanannya yaitu tulang.12,16

Dari tempat penyimpanannya, kalsium dapat diambil dan disimpan kembali tergantung dari kebutuhan. Kebutuhan kalsium akan meningkat pada masa pertumbuhan, kehamilan, selama menyusui, dan setelah menopause. Berkurangnya kadar kalsium darah di usia lanjut akan mengakibatkan naiknya kadar hormon paratiroid sehingga tulang melepaskan kalsium agar kadar kalsium darah tetap normal. Selanjutnya terjadi proses penipisan massa tulang dan terjadi osteoporosis.12

Kalsium dalam tubuh akan bekerja efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi sinar ultraviolet, karena paparan sinar matahari dapat merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini berfungsi sebagai pembuka kalsium masuk kedalam

aliran darah, sampai akhirnya bersatu dengan tulang. Namun, pada umumnya orang menghindari sinar matahari karena takut menjadi hitam, sehingga diduga hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya kasus osteoporosis di Indonesia, padahal Indonesia termasuk daerah tropis. Ditambah dengan pola hidup orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan yang kurang mendapat sinar matahari.16

Vitamin D merupakan hormon yang di butuhkan untuk penyerapan kalsium di usus. Sumber vitamin D di peroleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Tubuh seseorang yang cukup mendapat sinar matahari, tidak memerlukan vitamin D dari makanan. Kulit dapat membuat vitamin D sendiri dengan bantuan sinar ultraviolet matahari. Berjemur di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari mulai pukul 07.00 hingga sebelum pukul 09.00 dan sore sesudah pukul 16.00 hingga 17.30 mencukupkan kebutuhan vitamin D. Kekurangan vitamin D kemungkinan banyak terjadi di daerah yang tidak selalu mendapat sinar matahari dan kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D seperti; hati, kuning telur, krim, mentega, minyak ikan, ikan berlemak seperti sarden, salmon, serta belut.12,16

Berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa vitamin D dapat menyembuhkan dan mencegah riketsia, yaitu tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. . Kebutuhan vitamin D sehari pada orang dewasa adalah 400 IU.6,13 3). Kurangi asupan kopi, garam, dan minuman ringan

Diet tinggi kafein, fosfat dan garam (natrium) dapat mengganggu keseimbangan kalsium. Kafein akan meningkatkan pembuangan kalsium melalui urin. Makanan yang diasinkan juga mempercepat timbulnya rapuh tulang. Dalam

minuman ringan terdapat kandungan fosfat. Tingginya asupan fosfat, tanpa asupan kalsium yang cukup akan meningkatkan risiko osteoporosis.12

4). Jangan merokok dan batasi minum alkohol

Merokok dan minum alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan

osteoporosis menjadi 2 kali lipat.12 Dari hasil pemeriksaan densitas mineral tulang (DMT) didapat bahwa jumlah penderita osteoporosis usia produktif (25-34 tahun) sekitar 6%. Dimana jumlah pria lebih banyak dibandingkan perempuan. Menurut DR.Abas Basuni Jahari,MSc.,ahli gizi dari Puslitbang Gizi Depkes RI, kondisi itu di duga karena faktor gaya hidup orang muda di kota metropolitan yang tidak sehat, seperti merokok dan mengasup minuman beralkohol. Orang yang suka merokok dan konsumsi minuman beralkohol biasanya sering lupa makan, karena minuman alkohol menimbulkan efek kenyang. Kalau sudah begitu, asupan kalsium tentu saja akan berkurang.17

5). Kurangi asupan protein yang brlebihan

Makanan yang kaya protein bila di konsumsi lebih dari 120 g per hari malah akan meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urin.12

6). Melakukan latihan fisik atau olahraga teratur

Olahraga seperti lari, naik gunung, bela diri, serta pekerjaan berat yang membangun massa otot yang telah dilakukan sejak muda akan meningkatkan massa tulang menjadi padat. Sebaliknya, tidak pernah berolahraga, sakit berat yang menyebabkan harus berbaring di tempat tidur (imobilisasi), dan pekerjaan dengan banyak duduk akan menyebabkan otot mengecil dan berkurangnya massa tulang. Karena ada hubungan langsung antara massa otot dan massa tulang.12

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

-Normal -Osteopenia -Osteoporosis

-Osteoporosis Berat Pegawai Balai Riset Pengukuran Densitas tulang

-Jenis Kelamin -Umur

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait