BAB III Pengaruh Pelaksanaan Otonomi Daerah terhadap Kedaulatan Negara di tengah Globalisasi.
PENGARUH PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH TERHADAP KEDAULATAN NEGARA DI TENGAH GLOBALISAS
3.3. Otonomi Daerah Sebagai Bentuk Transformasionalis Kedaulatan Negara
Banyak pemikiran yang menyatakan bahwa globalisasi telah menghilangkan kedaulatan negara sebagai otoritas tertinggi. Dalam pembahasan makalah ini, saya berpandangan bahwa kedaulatan negara tidak hilang oleh globalisasi. Pada bab I penulis telah menjelaskan mengenai konsep pemikiran terkait globalisasi dan kedaulatan serta globalisasi dan desentralisasi. Kedua konsep tersebut telah menjawab bahwa otonomi daerah di Indonesia tidak serta menghilangkan kedaulatan negara, akan tetapi pemerintah membagi kekuasaan negaranya dengan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
Tidak selamanya kedaulatan negara hilang oleh arus globalisasi. Salah satu perspektif kedaulatan dan globalisasi adalah Transformasionalis. Menurut transformasionalis negara masih tetap mempunyai ruang gerak untuk menyesuaikan diri dalam arus globalisasi. solusi terhadap persaingan antar aktor internasional dalam menyalurkan powernya adalah dengan munculnya sebuah struktur dunia baru yang progresif dan demokratis. Negara tetap memainkan peran penting dalam batas teritorialnya terutama untuk menghasilkan kerangka kebijakan yang transparan dan accountable di tataran lokal dan nasional. Transformasionalis menekankan pentingnya interaksi antar struktur yang mewakili kecenderungan globalisasi dan agen-agen di tingkat lokal dan nasional yang akan menentukan arah globalisasi tersebut.
Berhubungan dengan kedudukan negara, transformasionalis percaya bahwa negara mesti melakukan adaptasi fungsi dan perannya terhadap tren dan perkembangan globalisasi. rekonfigurasi dan rekonstruksi negara dalam kapasitasnya, power, yurisdiksi dan otoritasnya harus bersinergi dalam perubahan yang terjadi. Negara tidak kehilangan power maupun perannya, hanya negara harus berbagi peran dan kedaulatannya terbagi dengan agen dan aktor lainnya. Berikut 3 perspektif yang dikemukan oleh David Held perspektif dampak globalisasi terhadap sistem negara dan kedaulatannya
Table 3.2 Perspektif dampak globalisasi terhadap sistem negara dan kedaulatan Tradisionalis Globalis Transformasionalis
Aktor Utama Dominant State Global Coporate
and financial capital
Epistemic communities, NGOs and social movements
Siapa Yang memerintah Hierarchy – the
US as hegemons Cosmocracytransnational business civilization
Polyarchy – diverse social interests
Kepentingan Siapa Kepentingan Nasional dan Startegis
Global Capital Sectional and collective Peoples and planetary interest
consent global markets constrain what nationa-states do and technical deliberation, Mobilization across borders, transnational coalition building
Tujuan Apa? Maintenance of
Global order conducive to hegemonic interest Stability and reproduction of global capitalist order Efficient, accountable and effective governance, Contesting and resisting
Terkait globalisasi dan desentralisasi yang telah dijelaskan pada bab 1. Rondinelli dan Cheema merumuskan empat bentuk utama desentralisasi, yaitu; dekonsentrasi mengenai pembagian atau redistribusi pelaksanaan tanggung jawab administrasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini Gubernur sebagai wakil pemerintah.
Delegasi adalah pendelegasian terkait pembuatan kebijakan dan otoritas dalam pengaturan pelaksanaan kepemerintahan, devolusi
pembentukan pemerintah baru sebagai perpanjangan pelaksanaan pembangunan, dalam hal ini mengenai otonomi daerah, dan terakhir
transfer fungsi .40
Sejalan dengan pemikiran Rondinelli dan Cheema pembagian otoritas terhadap urusan administratif yang bertujuan tercapai pembangunan dan kesejahteraan masyarakat telah diatur oleh pemerintah dalam UU No. 32 Tahun 2004 mengenai otonomi daerah. Selanjutnya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/ kota diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007.
Transformasionalis merupakan jawaban yang tepat terhadap pembagian kekuasaan pemerintah pada pelaksanaan otonomi daerah tanpa menghilangkan otoritas atau kedaulatan negara.
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perubahan politik yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari perkembangan perpolitikan dunia. Salah satunya ada mengenai globalisasi yang merupakan suatu bentuk hubungan antar negara, maupun aktor-aktor baru yang melintasi batas-batas negara. David Held membagi dampak globalisasi kedalam tiga perspektif yaitu tradisionalis, globalis dan transformasionalis. Adanya pengaruh perkembangan globalisasi ini kemudian membuat pemerintah Indonesia untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Transformasionalis merupakan perspektif yang sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, dimana dalam
pemikiran transformasionalis negara masih tetap mempunyai ruang gerak untuk menyesuaikan diri dalam arus globalisasi. solusi terhadap persaingan antar aktor internasional dalam menyalurkan powernya adalah dengan munculnya sebuah struktur dunia baru yang progresif dan demokratis. Negara tetap memainkan peran penting dalam batas teritorialnya terutama untuk menghasilkan kerangka kebijakan yang transparan dan accountable di tataran lokal dan nasional. Transformasionalis menekankan pentingnya interaksi antar struktur yang mewakili kecenderungan globalisasi dan agen- agen di tingkat lokal dan nasional yang akan menentukan arah globalisasi tersebut.
Berhubungan dengan kedudukan negara, transformasionalis percaya bahwa negara mesti melakukan adaptasi fungsi dan perannya terhadap tren dan perkembangan globalisasi. rekonfigurasi dan rekonstruksi negara dalam kapasitasnya, power, yurisdiksi dan otoritasnya harus bersinergi dalam perubahan yang terjadi. Negara tidak kehilangan power maupun perannya, hanya negara harus berbagi peran dan kedaulatannya terbagi dengan agen dan aktor lainnya.
Krisis moneter yang berujung pada gerakan rekormasi di Indonesia pada tahun 1998 memberikan dampak pada perubahan sistem pemerintahan. Peralihan sistem pemerintahan dari tersentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah bertujuan untuk memberikan pembangunan dan kesejahteraan yang merata. Pelaksanaan otonomi daerah kemudian diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Dalam undang- undang tersebut diatur mengenai makna otonomi daerah, tujuan otonomi daerah, serta asas-asas pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu asas yang terkandung adalah mengenai desentralisasi.
Desentralisasi pada dasarnya menyangkut mengenai distribusi kekuasaan pemerintah yang dilaksanakan secara utuh di daerah kabupaten dan daerah kota. Dampak administratif dari penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
Pembagian kekuasaan kemudian diatur didalam PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagina urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.