• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Kawasan Lindung = >175

Kawasan fungsi penyangga = 125 – 174

Kawasan budidaya tanaman tahunan = <125 (lereng <15%)

Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman = <125 (lereng <8%

26 3.1.1 Mengumpulkan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat parameter yang diperlukan untuk Penentuan Arahan Fungsi Kawasan berupa kawasan Lindung kawasan penyangga dan kawasan budidaya sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980. Dimana jenis data yang dikumpulkan yaitu:

1. Peta Curah hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 2. Peta Kelerengan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 3. Peta Jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 4. Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi.

3.1.2 Pengolahan Data

Pengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan,penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan software arc-GIS 10.2.

3.1.3 Analisis Data

Analisa data adalah suatu proses saling menghadapkan dua jenis data atau lebih untuk mendapatkan hubungan informasi antara data yang satu dengan lainnya (Balai Pengelolaan DAS Tondano, 2004 dalam Triyono, 2013). Hasil analisa yang diharapkan dapat teridentifikasinya data Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi, Proses Analisa Data ini dilakukan menggunakan Software Arc-GIS 10.2. Proses analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan metode yang

27 digunakan adalah metode skoring. Setiap parameter penentu fungsi kawasan diberi skor tertentu. Pada unit analisis hasil tumpang susun (overlay) data spasial, skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan kawasan lindung, Penyangga dan Budidaya.

3.1.4 Langkah kerja

Gambar 4. Bagan prosedur Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

1. Membuka Program

Untuk membuka program Klik Start – Program – ArcGIS 10.2 atau bila di desktop telah ada shortcutnya. Klik shortcut (ikon) tersebut. Lihat pada gambar 5 sebagai berikut:

Membuka Program ArcGIS 10.2

Memotong Peta Aministrasi Kota Bukittinggi

Clip Peta Curah Hujan, Clip Peta Kelerengan dan Clip Peta Jenis Tanah

Teknik Scoring

28 Gambar 5. Tampilan awal Acr-GIS 10.2 pada saat pertama kali dibuka.

2. Masukan koordinat systemnya yaitu dengan meklik kanan pada layer lalu klik propertis dan pilih coordinat system, lalu atur coordinat systemnya. 3. Memotong Peta

a. Input Peta Shp Administrasi Kota Bukittinggi yang akan di potong kecamatan mandiangin koto selayan dengan me klik Catalog.

b. Beri label nama kecamatan pada Peta Shp Kota Bukittinggi agar mempermudah untuk memotong nya, yaitu dengan menklik kanan pada Administrasi, lalu pilih propertis, lalu klik categoris setelah diatur warnanya klik label ataur pada label tersebut untuk memunculkan namanya pada peta.

c. Langkah Selanjutnya yaitu memotong bagian Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan mengklik Select Features.

29 Gambar 6. Icon Yang Dipilih Untuk Memotong Peta

d. Setelah di pilih, klik kanan pada Administrasi lalu pilih data, pilih export data. Buat folder untuk penyimpanan nya. Klik OK!

30 e. Setelah Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Tersebut

terpotong, lalu langkah selanjutnya menginput Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah dengan menggunakan Geoprocessing lalu klik Clip.

Gambar 8. Tampilan Clip Pada Geoprocessing

f. Setelah Clip Peta Curah Hujan nya berhasil, lakukan hal yang sama pada Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah.

4. Teknik Skoring

Teknik skoring merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam kebijakan yang berlaku menurut SK Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980 yaitu:

31 a. Langkah nya dengan cara Memberikan Bobot dan Skor pada masing –

masing Peta yaitu pada Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta jenis Tanah. Cara nya yaitu dengan menambah kan Tabel baru pada Open Atribut masing – masing Peta. Tabel yang di tambah kan yaitu tabel Skor dan Tabel bobot.

b. Selanjutnya Pada Tabel Skor masukkan Skor yang telah di berikan pada masing – masing Parameter Peta. Yaitu dengan cara meklik kanan pada tabel Skor lalu pilih field calculator.

Gambar 9. Tampilan Memasukkan nilai Skor Pada Peta

c. Setelah memasukkan skor pada masing – masing open atribut tabel curah hujan, jenis tanah dan kelerengan, selanjutnya memasukkan bobot pada masing – masing open atribut, cara nya yaitu sama seperti menambahkan skor, yaitu dengan cara menambahkan tabel baru yang berjudul bobot.

32 d. Setelah di tambahkan tabel pada open atribut tabel, selanjutnya di blok

tabel tersebut, lalu klik kanan klik kanan dan pilih field calculator, lalu masukkan nilai bobot nya.

5. Overlay Peta

Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui kondisi suatu wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada. Cara Mengoverlay Peta yaitu dapat dilihat sebagai berikut:

a. Klik geoprocessing, lalu pilih union, setelah itu input ke 3 peta yang akan di overlay lalu simpan di folder yang sama dengan yang sebelumnya. Setelah itu tunggu proses geoprocessing berhasil.

b. Selanjutnya setelah proses geoprocessing berhasil, buka open atribut pada peta union tersebut, tambahkan tabel bobot total. Setelah itu klik kanan pada tabel bobot total, lalu klik field calculator lalu tambah kan semua bobot (bobot Curah hujan, bobot kelerengan dan bobot jenis tanah). c. Setelah di dapat bobot total nya, lalu tambahkan tabel nama kawasan atau

tabel arahan fungsi pemanfaatan lahan nya dengan cara klik field calculator lalu masukkan nama kawasan sesuai bobot yang telah didapat. d. Setelah didapat arahan fungsi Pemanfaatan lahan nya lalu atur warna Peta

33 Gambar 10. Tampilan Cara Mengoverlaykan Peta

e. Setelah itu, untuk menghitung luas nya tambahkan tabel luas pada open atribut tabel lalu klik kanan dan pilih calculator geometry.

6. Pembuatan Layout

Hasil akhir dari suatu pekerjaan adalah output, dalam sistem informasi geografi ada berbagai macam hasil akhirnya, bisa dalam bentuk peta hard copy ataupun softcopy. Proses pembuatan hasil akhir ini sering disebut dengan pembuatan layout. Umumnya dalam bentuk peta. Adapun proses dalam pembuatan layout ini adalah sebagai berikut:

a. Pertama sekali untuk pemberian layout pada Peta, yaitu klik bagian kiri paling bawah.

34 b. Atur layout tersebut.

c. Setelah itu atur grid pada peta, cara nya klik kanan pada kolom peta tersebut, lalu pilih propertis.

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi tahun 2010-2015 ini dilakukan melalui koordinasi dengan seluruh instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan yakni melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan guna mewujudkan visi, misi Kepala Daerah terpilih dalam 5 (lima) tahun ke depan.

36 Adapun tujuan penyusunan RPJM Kota Bukittinggi menurut Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2012 tentang RPJMD Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi dalam menyusun Renstra SKPD periode 2010-2015;

2. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merumuskan program pembangunan periode 2010-2015;

3. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Bukittinggi dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015;

4. Sebagai tolok ukur dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota pada akhir masa jabatan.

RPJMD Tahun 2010 – 2015 yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 4 Tahun 2012 menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, dan RKPD. RPJMD Tahun 2010-2015 adalah rencana 5 (lima) tahun yang menggambarkan :

a. Visi, misi, dan program Walikota sebagai Kepala Daerah; dan

b. Berisikan arahan kebijakan pembangunan, kebijakan umum, keuangan daerah, dan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh SKPD, disertai dengan rencana kegiatan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Oleh karena Renstra SKPD harus berpedoman pada RPJMD dan sangat erat kaitannya dengan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih maka dokumen Renstra SKPD harus dapat menterjemahkan secara strategis, sistematis, dan

37 terpadu dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD serta menetapkan tolok ukur pencapaiannya. Selanjutnya Resntra SKPD ini dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja tahunan SKPD (Renja SKPD) dan harus dapat diterjemahkan secara konsisten ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan lainnya.

4.1.1 Visi dan Misi Visi

Bappeda Kota Bukittinggi memuat Visi ”Menjadi koordinator

perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas

Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 4 misi yang akan dilakukan dan ingin dicapai. Misi tersebut yaitu :

1. Meningkatkan kualitas Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Perencanaan Pembangunan.

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas data, informasi perencanaan Pembangunan.

4.1.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Bukittinggi, maka Struktur organisasi Bappeda adalah sebagai berikut:

38

Sumber : Bappeda Kota Bukittinggi

Gambar 11. Struktur Organisasi Bappeda Kota Bukittinggi

Kepala Bappeda

H. YUNIZAR, SE

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris Bappeda

Albertinusman, S.Si, M.Si

Kasubag Umum Kepegawaian HASBI SYARIF, SH Kasubag Perencanaan SONNI FITRI, S.Pt, MT Kasubag Keuangan ERNI YULIATI, SE

Ka. Bidang Sarpras dan Tata ruang

ELZA AULIA, S.STP Ka. Bidang Ekonomi Drs. HENDRY, SE Ka. Bidang Litbang dan data

GUSWARDI, SH, MH

Ka. Bidang Sosial Budaya SUSTINA, SE Kasubbid. Prasarana kota ELLY EL RAHMAH, ST MT Kasubbid. Tata Ruang dan LH Ir. TETI ADRIANIS, MP Kasubbid. Pengembang potensi ekonomi HILDA HARYANI, A.Md Kasubbdi. Koperasi,UKM dan perdagangan FIRDAUS, SH

Kasubbid. Kesra & penanggualang kemiskinan IVONOVITA MADOLA, S.

STP

Kasubbid. Pemerintahan & SDM

NIRZA SASMITA, S.Sos Kasubbid.

Litbang

Dra. DENI ELFI, M.Si

Kasubbid. Data

39 4.2 Deskripsi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan.

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi, Kecamatan Mandiangin Koto selayan ini memiliki Luas 13,2816 km2. Secara Geografis Kecamatan Mandiangin Koto Selayan ini terletak pada 100o, 22' 23" BT 0o, 17' 28" LS. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan terletak pada ketinggian 700 m dari permukaan laut, Karena terletak di ketinggian maka Kecamatan Mandiangin Koto Selayan beriklim sejuk (Dokumen Revisi RTRW Kota Bukittinggi).

Berdasarkan Data Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Dalam Angka 2014 Batas Daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Guguk Panjang dan Aur Birugo Tigo Baleh

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan IV Angkat Candung Kabupaten Agam.

Topografi permukaan bumi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan di lalui oleh beberapa sungai yaitu Batang Tambuo dengan lebar 5 – 7 m yang melalui Kelurahan Koto Selayan dan Garegeh, Batang Sianok dengan lebar 12 – 15 m yang melalui Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Batang Agam

40 dengan lebar 3 – 5 m yang melalui Kelurahan Campago Ipuh dan Campago Guguk Bulek.

4.3 Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Dari hasil ekstrak citra SRTM didapat hasil kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

No Kemiringan Deskripsi Luas

Km² % 1 0 – 8 % Datar 5,2614 39,60 % 2 8 – 15 % Landai 5,339 40,19% 3 15 – 25 % Agak Curam 2,036 15,32% 4 25 – 45 % Curam 0,6452 4,89% Jumlah 13,2816 100

Tabel diatas menunjukan bahwa kemiringan lereng di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan memiliki keragaman kelerengan yaitu 4 jenis kelerengan, hal ini disebabkan karena letak Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yang Topografi permukaan bumi nya tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kemiringan lereng yang mendominasi adalah kemiringan lereng 8 – 15 % dengan klasifikasi Landai. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor dari masing – masing kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tersebut adalah 0 – 8 % skor nya 1, 8-15% skor nya 2, 15-25% skor nya 3, 25-45% skor nya 4.

4.4 Jenis Tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Jenis tanah yang terdapat pada kecamatan mandiangin Koto Selayan yaitu Kambisol dengan Deskripsi Kurang Peka, kambisol adalah jenis tanah yang

41 mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedia air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau. (Darmawijaya, 2009). Jenis tanah kambisol didalam SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 adalah Brown Forest Soil, skor nya adalah 3.

4.5 Curah Hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Curah hujan yang terdapat di daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 3000 – 4000 mm/tahun atau 9,58 mm/hari. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor curah hujan 9,58 mm/hari adalah 1.

4.6 Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Setelah di overlay kan ke tiga peta yaitu peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta curah hujan yaitu hasil dari bobot total nya adalah jumlah dari [(skor kemiringan lereng x nilai timbang) + (skor curah hujan x nilai timbang) + (skor jenis tanah x nilai timbang)]. Nilai timbang dari kemiringan lereng adalah 20, nilai timbang dari curah hujan adalah 10, nilai timbang dari jenis tanah adalah 15. Berikut adalah uraian dari hasil penentuan kawasan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Uraian Hasil Penentuan Kawasan

Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Bobot kemiringan lereng Bobot curah hujan Bobot jenis tanah Total Kawasan budidaya tanaman tahunan 40 10 45 95 60 10 45 115 Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman 20 10 45 75 Kawasan Fungsi Penyangga 80 10 45 135

42 Berdasarkan hasil overlay peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang berpedoman kepada SK Mentan No.837/KPTS/UM/1980 , maka luas dari masing – masing kawasan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Persentase Luas Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan No Arahan Fungsi Pemanfaatan

Lahan

Luas

Km2 %

1 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

7,3750 55,51

2 Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman

5,2614 39,60

3 Kawasan Penyangga 0,6452 4,89

Jumlah 13,2816 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang mendominasi adalah kawasan budidaya tanaman tahunan yaitu sebesar 7,3750 km2 atau 55,51 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan (tanaman keras), tanaman buah – buahan, dan sebagainya. Suatu Satuan lahan yang ditetapkan mempunyai fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya 124 atau kurang, serta cocok atau seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan (kayu – kayuan, tanaman perkebunan, dan tanaman industri). Dan kelerengan yang kecil dari 15 %.

Selanjutnya didaerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan juga didapat hasil analisis arahan fungsi lahan nya budidaya tanaman semusim dan pemukiman yaitu seluas 5,2614 % atau 39,60% dari luas Kecamatan Mandiangin Koto

43 Selayan, budidaya tanaman semusim dan pemukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya serta diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman terutama tanaman pangan. Untuk memilahkan kawasan fungsi budidaya tanaman semusim ditentukan oleh kesesuaian fisik terhadap komoditas yang dikembangkan. Adapun untuk kawasan permukiman, selain memenuhi kriteria tersebut, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.

Hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan selanjutnya didapat yaitu kawasan fungsi penyangga dengan luas 0,6452 km2 atau 4,89 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya di antara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budi daya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur, dan lain-lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya skor total kemampuan lahannya antara 125–174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut: 1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi daya secara ekonomis.

2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. 3) Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

44

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dalam pelaksanakan PKPM yang berjudul “Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Kondisi kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 0 -8% seluas 5,2614 km2 atau 39,60% , 8 – 15% seluas 5,339 km2 atau 40,19%, 15-25% seluas 2,036 km2 atau 15,32% dan 25 – 45 % seluas 0,6452% atau 4,89% , sedangkan curah hujan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 3000 – 4000 mm/tahun dan jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah kambisol yaitu dengan deskripsi kurang peka.

b. Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi setelah dilakukan overlay dari peta kemiringan lereng, peta curah hujan dan peta jenis tanah didapatlah hasil arahan fungsi pemanfaatan lahan nya adalah terdapat kawasan budidaya tanaman tahunan seluas 7,3750 km² atau 55,51 %, kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman seluas 5,2614 km² atau 39,60 % dan kawasan fungsi penyangga seluas 0,6452 km² atau 4,89 %.

c. Kawasan fungsi penyangga terletak di bagian barat Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan karakteristik kemiringan lereng 25 – 45% , jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman tahunan yang paling mendominasi terletak di bagian barat dan bagian timur Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng yaitu 8 – 15 % dan 15 – 25 % , jenis tanah kambisol

45 dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman yang paling mendominasi terletak di bagian tengah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng 0 – 8 % , jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

(1) Bagi para Perencana Wilayah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dalam perencanaan penggunaan lahan perlu diperhatikan kondisi wilayah dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana karakteristik lahan dan fungsi utama kawasan yang terdapat pada wilayah yang bersangkutan.

(2) Untuk Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan sangat di perlukan kelengkapan Data agar proses pembuatan Peta nya berjalan lancar. Dan pada proses pembuatan peta nya harus teliti agar hasil nya akurat.

(3) Penelitian ini dipaksakan karena data yang kurang akurat dan disarankan sebaiknya memilih peta yang menggunakan skala lebih besar.

46 DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2009. Pembukaan dan Penyiapan Lahan. Buku Ajar. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh Andimanwono. 2010. Unsur kelengkapan Peta .

https://andimanwono.wordpress.com/2010/07/02/komponenunsur-kelengkapan-peta/. di unduh tanggal 9 Agustus 2015

Anonim, 2012. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bukittinggi 2010-2030. Bappeda Kota Bukittinggi. Bukittinggi.

BAPPEDA Kota Bukittinggi. 2013. Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bukittinggi

Buga, I. S. 2014. Praktikum Geoprocessing Di Arcview 3.3.

http://www.ismailsiabuga.com/2014/02/praktikum-geoprocessing-di-arcview-33.html . Diunduh tanggal 9 Agustus 2015

Darmawijaya.2009. Ilmu Tanah.

http://anapangesti.com/2013/04/kamus-besar-ilmu-tanah-part-1-e.html. Diunduh Tanggal 4 Juni 2015

Er Prabawayudha, 2010. Teknik Pengukuran dan Pemetaan. BKPM. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh

GIS Konsorsium Aceh Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. Staf Pemerintahan Kota Banda Aceh. Banda Aceh.

Jones. 2013. Evaluasi Lahan.

www.ftsl.itb.ac.id/wp/content/uploads/2013/07/95010005.pdf.

Diunduh tanggal 30 Mei 2015.

Khoirunnas.2011.Penentuan fungsi kawasan dan arahan fungsi pemanfaatan lahan DAS Grompol bagian Hulu di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. http://geoenviron.com/2011/04/penentuan-fungsi-kawasan-lahan-dan.html

Lichfield dan Darin 2009. Pengertian Lahan

http://www.geografifisik.com/Pengertianlahan.html. diunduh tanggal 25

47 Manik.2013.Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah di Kecamatan Lamposi Tigo Nagari Kota Payakumbuh.Laporan Tugas Akhir.Politeknik Pertanian Universitas Andalas.Payakumbuh.

Masnaryo. 2013. Pengertian dan sub sistem SIG.

http://masnaryo.com/2013/06/pengertian-dan-subsistem-sig.html masnaryo. 2013. Di unduh tanggal 09 Agustus 2015.

Naswir. 2002. Teknik Pengukuran dan Pemetaan. Buku Ajar. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh. Nugraha. 2006. Fungsi Kawasan.

http://www.Fungsikawasan.com/Pengertian.Fungsi.Kawasan.html. Diunduh

tanggal 4 Juni 2015

Putra.2012. Pola Curah Hujan Di Indonesia.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPG/article/view/2713/1696.

Diunduh Tanggal 4 Juni 2015 Setiawan, A. 2013. Komponen sig.

http://geograph88.blogspot.com/2013/06/komponen-sistem-informasi-geografis-sig.html . Diunduh 9 Agustus 2015

Sukoharjo. 2014. Manfaat Sistem Informasi Geografis.

https://santi9f.wordpress.com/manfaat-sig/. Diunduh tanggal 10

Agustus 2015

Tejoyuwono. 2012. Kemampuan Lahan.

St2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/st1375.pdf. diunduh tanggal 25 Mei 2015

Triyono.2013. Penggunaan ARC. VIEW 3.3 TOOL Untuk Menetapkan Kawasan Hutan Lindung, Penyangga Dan Budidaya Di Kabupaten Tanah Datar.

Dokumen terkait