• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan lahan juga akan semakin meningkat, baik itu untuk pemukiman maupun untuk membangun berbagai fasilitas kehidupan. Disatu sisi lahan yang tersedia luasnya tetap, sehingga terjadi perebutan kepentingan lahan dan pemanfaatan lahan yang tidak terencana. Contohnya lahan yang seharusnya jadi kawasan lindung dialihfungsikannya menjadi lahan pertanian. Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti terjadinya banjir dan tanah longsor. Untuk mengatasi hal tersebut menurut Khoirunnas (2011) dibutuhkan arahan fungsi pemanfaatan lahan yaitu kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan kedalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai suatu dasar untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan diperbolehkan dilakukan diatas suatu lahan dengan mempertimbangkan aspek fisiknya, yang terbagi menjadi kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya (SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981).

Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan, dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Untuk menyusun kebijakan tersebut sangat diperlukan peta – peta yang salah satunya adalah peta arahan fungsi pemanfaatan lahan. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat mendukung proses dalam

(2)

2 penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam.

Untuk itu, Pada Kegiatan PKPM ini dilakukanlah pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan untuk diketahui bagaimanakah arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yang meliputi Budidaya tanaman semusim dan permukiman, budidaya tanaman tahunan, kawasan penyangga dan kawasan lindung.

Kegiatan PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) adalah kegiatan yang menerapkan ilmu secara langsung ke lapangan atau ke dunia kerja. Melalui kegiatan PKPM ini mahasiwa dapat melihat langsung atau mengetahui kegiatan – kegiatan yang dilakukan di suatu perusahaan dan mempelajari ilmu – ilmu yang ada disana dan bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

Kegiatan PKPM ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang terletak di Jalan Sudirman no 27-29 Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat yang mempelajari tentang Perencanaan Pembangunan. Kegiatan PKPM ini wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh semester VI untuk memenuhi Study Diploma III.

(3)

3 1.2 Tujuan PKPM

a. Mengetahui kondisi lereng, jenis tanah, dan curah hujan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi

b. Menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan.

1.3 Manfaat PKPM

a. Menghasilkan informasi luas arahan fungsi pemanfaatan lahan meliputi kawasan lindung, penyangga dan budidaya/pemukiman di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan lebih cepat, hemat dan praktis dibandingkan dengan survey lahan yang memerlukan waktu yang lama dengan biaya yang mahal.

b. Mampu mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis untuk menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi.

a. Mengetahui proses penggunaan aplikasi ArcGIS 10.2 dalam menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi.

(4)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lahan

Amrizal (2009), mengatakan bahwa lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Lanscape) yang meliputi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi / relief, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan di kelompokan menjadi : hutan, tegalan, perkebunan, sawah, pemukiman dan penggunaan lain. Penetapan penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya.

Pengertian lahan menurut geografi fisik lahan adalah tanah yang tetap dalam lingkungannya dan kualitas fisik tanah sangat menentukan fungsingya. Menurut isitilah ekonomi lahan adalah sumber alamiah yang nilainya tergantung dari produksinya, lahan merupakan suatu komuditi yang memiliki harga, nilai, dan biaya. Sedangkan bagi seorang pengacara, seluruh perlengkapan buatan manusia (infra struktur dan bangunan-bangunan) juga termasuk bagian dari lahan (Lichfield dan Darin 2009).

2.2 Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik dan kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya (Jones,

(5)

5 2013). Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.

2.2.1 Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang ditetapkan menurut macam pengelolaan atau syarat pengelolaan yang diperlukan berkenan dengan pengendalian bahaya degradasi atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk suatu maksud tertentu (Tejoyuwono,2012).

2.2.2 Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Khoirunnas (2011) menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumberdaya alam, Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga fungsi utama kawasannya.

(6)

6 2.2.3 Fungsi Utama Kawasan

Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), Departemen Kehutanan 1986 dalam Nugraha, 2006) membagi lahan berdasarkan karakteristik fisik DAS yang terdiri dari kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan harian rata-rata. Berdasarkan karekteristik tersebut maka ditentukan fungsi kawasannya dengan cara scoring (Nugraha, 2006). Dengan demikian, dapat dihasilkan kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya yang dapat dibedakan lagi menjadi budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim.

Undang-undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa “kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”.

Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. (Nugraha, 2006). Fungsi kawasan lindung ini selain melindungi kawasan setempat juga memberi perlindungan kawasan di bawahnya. Berdasarkan fungsi tersebut maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa pengolahan tanah dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan (Nugraha, 2006).

Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha, 2006). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan

(7)

7 kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani dengan pengolahan lahan sangat minim.

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan (Nugraha, 2006). Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim.

Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan, seperti hutan produksi, perkebunan, dan tanaman buah-buahan, sedangkan kawasan budidaya semusim adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman semusum/setahun, khususnya tanaman pangan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan merupakan permintaan lahan berdasarkan karekteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah, dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik.

(8)

8 2.2.4 Kriteria Penetapan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Faktor-faktor yang diperhatikan dan diperhitungkan di dalam penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan untuk mentukan kawasan lindung, kawasan fungsi penyangga, dan kawasan budidaya adalah kelerengan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan (SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/kpts/um/VIII/1981).

1. Jenis Tanah

Tanah merupakan campuran antara partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran dan komposisi. Partikel tersebut menempati kurang lebih 50% volume dan sisanya berupa pori – pori diisi oleh air dan udara.

Tanah sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesesuaian penggunaannya, jenisnya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan jenis tanah ini lebih dipengaruhi oleh proses pembentukannya, yaitu dipengaruhi oleh faktor-faktor: iklim (terutama suhu dan curah hujan), organisme hidup (terutama vegetasi), sifat dari bahan induk (tekstur, struktur, susunan kimia dan mineral), topografi, dan rentang waktu selama bahan induk diubah menjadi tanah. Bahwa kelima faktor tersebut tidak dapat dipisahkan dan bekerja sendiri-sendiri, bahan induknya diolah oleh iklim dan organisme. Pengolahan ini berlangsung di permukaan bumi pada waktu tertentu. Dengan melihat perannya tersebut, maka bahan induk dan topografi sering dianggap sebagai faktor pasif sedangkan iklim dan organisme disebut faktor aktif”(Harimurti et al, 2007 dalam Triyono 2012).

(9)

9 Untuk itu, dibawah ini ada kriteria jenis tanah menurut Sk Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980, dapat dilihat pada tabel 1. Kriteria Jenis Tanah.

Tabel 1. Kriteria Jenis Tanah

Kelas/skor Jenis Tanah Deskripsi Nilai Timbang Bobot 1

Alluvial, Tanah Gley, Planosol,

Hidromorf Kelabu, Laterit Tanah

Tidak peka 15 15

2 Latosol Agak Peka 15 30

3

Kambisol, Tanah Hutan Coklat, Coklat Tak Bergamping, Mediteran

Kurang Peka

15 45

4 Andosol, Laterit, Grumosol,

Podsol, Podsolik Peka 15 60

5 Regosol, Litosol, Organosol

Renzina Sangat Peka 15 75

Sumber: Sk Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980

2. Intensitas Curah Hujan

Curah hujan dapat mempengaruhi Fungsi Kawasan dan daya dukung lingkungan, karena hal ini erat kaitannya dengan kondisi tanah dan erosi yang akan berdampak terhadap aktivitas penggunaan lahan (Harimurti et al, 2007 dalam Triyono 2013).

Tabel 2. Deskripsi Intensitas Curah Hujan Harian Rata-rata

Kelas/skor Interval (mm/Hari) Deskripsi Nilai

Timbang Bobot 1 0-13,6 Sangat rendah 10 10 2 13,6-20,7 Rendah 10 20 3 20,7-27,7 Sedang 10 30 4 27,7-34,8 Tinggi 10 40 5 >34,8 Sangat tinggi 10 50

Sumber: Sk Mentan No. 837/KPT/UM/11/80

3. Kemiringan Lahan/ Kelerengan

Kemiringan lahan atau Kelerengan adalah perbedaan ketinggian tertentu pada relief yang ada pada suatu bentuk lahan. Kemiringan lahan menunjukkan karakter

(10)

10 daerah yang harus dipertimbangkan dalam arahan penggunaan lahan. Kemiringan lahan tiap daerah berbeda-beda tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Kemiringan lahan dipengaruhi oleh ketinggian lahan terhadap laut karena semakin dekat dengan laut semakin cenderung rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 3. Deskripsi Kelas Lereng

Kelas/skor Interval (%) Deskripsi Nilai

Timbang Bobot 1 0-8 Datar 20 20 2 8-15 Landai 20 40 3 15-25 Agak curam 20 60 4 25-45 Curam 20 80 5 >45 Sangat curam 20 100

Sumber : SK Mentan No.837/KPTSS/Um/11/80

4. Kriteria Fungsi Kawasan

Kriteria dan tata cara penetapan kawasan Hutan Lindung, Penyangga dan Budidaya pada setiap satuan lahan adalah dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai berikut: Tabel 4. Deskripsi Kawasan menurut skor

No Fungsi Kawasan Bobot total

1 Kawasan Lindung >175

2 Kawasan Penyangga 125-174

3 Kawasan Budidaya tanaman semusim dan pemukiman (lereng < 8%)

<125 4 Kawasan budidaya tanaman tahunan (lereng < 15% <125 Sumber : SK Mentan No.837/KPTSS/Um/11/80

2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Mayhoneys (2008) dalam Manik (2013), sistem informasi geografis merupakan sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi dan menampilkan informasi spasial (keruang), yakni informasi yang mempunyai hubungan geometri dalam arti bahwa

(11)

11 informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan disajikan dalam bentuk koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan semantiknya (data atribut).

Menurut Aini (2009) dalam Manik (2013), mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelolah, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.

Sistem Informasi Geografis (bahasa inggris: Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan) atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasikan menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini (Fuji, 2013 dalam Manik 2013).

Menurut Fuji 2013 dalam Manik 2013, aplikasi SIG terlibat dalam berbagai bidang di berbagai disiplin ilmu, diantaranya yaitu:

a) Pemetaan tanah dan pemetaan prasarana Kota b) Pemetaan kartografi dan peta tematik

c) Ukur tanah dan fotogrameti

d) Penginderaan jauh dan analisa citra e) Ilmu komputer

(12)

12 g) Ilmu tanah

h) Geografi

2.3.1 Sub Sistem Sistem Informasi Geografis

Menurut Masnaryo (2013) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem, informasi geografis terdiri dari 4 subsistem pokok, yaitu subsistem masukan (data input), penyajian (data output, penyimpanan (data management), serta pengolahan dan pengkajian (data manipulation and analysis). Berikut ini penjelasan masing – masing subsistemnya.

1. Subsistem Masukan

Fungsi dari subsistem ini adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Selain itu, subsistem ini bertanggung jawab dalam melakukan konversi atau melakukan transformasi formal. Data-data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Subsistem Penyimpanan

Fungsi dari subsistem ini adalah mengorganisasikan data, baik data spasial maupun data atribut ke dalam basis data (bank data). Penyimpanan dengan cara demikian mempermudah dalam pemanggilan, pengeditan dan pembaharuan data.

3. Subsistem Pengolahan dan Pengkajian

Fungsi dari subsistem ini adalah menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan pengolahan dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

(13)

13 4. Subsistem Penyajian

Fungsi dari subsistem ini adalah menampilkan data dan hasil dari pengolahannya, baik sebagian maupun seluruhnya. Data dan hasil pengolahannya tersebut ditampilkan antara lain dalam bentuk tabel, grafik, dan peta (khususnya para digital).

2.3.2 Komponen Sistem Informasi Geografis

Menurut Setiawan (2013), komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Geografis

1. Manusia, dalam arti orang yang mengoperasikan atau menggunakan peranti SIG dalam pekerjaannya.

2. Aplikasi, merupakan prosedur yang digunakan mengolah data menjadi informasi misalnya penjumlahan, klasifikasi, tabulasi dan lainnya.

3. Data, berupa data spasial/grafis dan data atribut. Data spasial merupakan data berupa representasi fenomena permukaan bumi yang dapat berupa foto udara,

(14)

14 citra satelit, koordinat dan lainnya. Data atribut adalah data yang merepresentasikan aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan seperti data sensus penduduk, jumlah penganguran dan lainnya.

4. Software, merupakan perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengolahan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Contoh software SIG yaitu Arc View, Map Inf, ILWIS.

5. Hardware, yaitu perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem komputer seperti CPU, plotter, digitizer, RAM, hardisk dan lainnya.

6. Metode, merupakan cara/tahapan yang dilakukan dalam pengoperasian SIG mulai dari awal sampai akhir.

2.3.3 Fungsi Analisis (Geoprocessing)

Menurut Buga (2014) Geoprocessing adalah sekumpulan fungsi yang melakukanoperasi dengan didasarkan dari lokasi geografis layer-layer input. Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap dari fungsi Buffer.Ada 6 fungsi dalam geoprocessing yaitu:

1. Dissolve

Proses ini pada dasarnya akan menyatukan atau menghilangkan batas-batas unsur-unsur spasial yang tepat bersebelahan namun terletak dalam suatu theme yang sama atau dengan perkataan lain dissolve merupakan operasi yang digunakan untuk menyatukan features yang mempunyai nilai atribut yang sama

(15)

15

2. Union

Proses ini akan menghasilkan theme baru dengan mengkombinasikan dua theme. Output theme yang dihasilkan merupakan gabungan dari kedua features, berikut atribut datanya.

3. Merge

Proses ini mirip dengan union akan dihasilkan sebuahtheme baru yang merupakan kombinasi dari beberapa theme yang bersisian, tetapi unsur-unsur spasial tersebut tidak saling memotong. Data atribut masing-masing theme otomatis akan tergabung

4. Clip

Pada dasarnya pekerjaan ini adalah “memotong” atau menggunting suatu theme. Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe sesuai dengan theme obyek yang dipotong (titik, garis, dan polygon). Dengan demikian theme baru ini hanya akan berisi unsur-unsur spasial dari theme obyek yang terdapat di dalam batas theme cutter

5. Intersect

Proses ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan clipping tetapi pada intersect, theme baru merupakan data spasial irisan kedua theme yang menjadi masukannya dengan theme overlay sebagai batas intersect-nya.

2.3.4 Manfaat Sistem Informasi Geografis

Menurut Sukoharjo (2014) Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam hal penataan ruang, tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif

(16)

16 dan efisien. Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman,kawasan industri, dan lainnya.

a. Inventarisasi sumber daya alam

Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamialah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.

 Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:

 Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;

 Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;

 Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;

 Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;

 Rehabilitasi dan konservasi lahan.

b. Untuk pengawasan daerah bencana alam

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

 Memantau luas wilayah bencana alam;

 Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang;

 Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana;

 Penentuan tingkat bahaya erosi;

 Prediksi ketinggian banjir;

(17)

17 c. Bidang sosial

Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan, SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidangsosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal berikut:

 Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.

 Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola

drainasenya.

 Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.

 Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.

 Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.

2.4 Kartografi dan pemetaan

Kartografi adalah seni dan ilmu membuat peta. Peta-peta tertua yang diketahui dipelihara pada tablet tanah liat Babilonia sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca. 350 SM) dan telah diterima oleh semua ahli geografi.

2.4.1 Peta

Sepanjang zaman, peta telah mempunyai dampak yang mendalam pada kegiatan manusia, dan dewasa ini tuntutan akan peta barangkali lebih besar dari sebelumnya. Peta – peta sangat penting dalam rekayasa, pengelolaan sumberdaya, perencanaan kota dan regional, pengelolaan lingkungan hidup, kontruksi,

(18)

18 pelestarian, geologi, pertanian dan banyak bidang lainnya. Peta – peta memperlihatkan beraneka ragam ciri misalnya topografi, batas – batas hak milik, jalur lintas transportasi, jenis – jenis tanah, tumbuhan, pemilikan tanah untuk tujuan pajak, dan lokasi mineral serta sumberdaya (Naswir, 2002).

Selanjutnya Naswir (2002) juga menyatakan peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai hal – hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta dapat memberikan gambaran mengenai kondisi atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai kondisi keadaan lautan, mengenai bahan yang membentuk lapisan tanah dan lain – lain. Adapun peta – peta yang memberikan gambaran memgenai hal – hal tersebut diatas, berturut – turut disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan lain – lain yang kesemuanya adalah peta dalam arti luas.

Menurut Er Prabawayudha (2010), Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

1. Peta berdasarkan isinya:

a. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.

b. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.

c. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.

(19)

19 e. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah

f. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.

g. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.

h. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : 10000 atau lebih besar.

i. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.

j. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100000.

2. Peta berdasarkan skalanya:

a. Peta skala besar: skala peta 1 : 10000 atau lebih besar. b. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10000 – 1 : 100000. c. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100000.

Peta tanpa skala kurang atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer’s scale), perbandingan atau skala numeris (numerical or fractional scale) atau skala fraksi dan grafis (graphical

(20)

20 3. Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan:

a. Peta Dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.

b. Peta Tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.

2.4.2 Komponen dan Kelengkapan Peta

Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Menurut andimanwono (2010) Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah :

(21)

21 1. Judul Peta

Judul peta merupakan nama suatu daerah yang digambar. Judul mencerminkan isi dan tipe peta . Penulisan judul peta hendaknya menggunakan huruf cetak tegak, semua menggunakan huruf besar dan simetris

2. Skala Peta

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi

3. Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah

Petunjuk arah adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan atau arah daerah yang digambar

4. Simbol Peta

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya,

5. Warna Peta

Pada peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi

6. Tipe Huruf (Lettering)

Penggambar uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Setiap nama simbol menggunakan huruf-huruf standar sebagai berikut.

(22)

22 7. Gratikul (Posisi Geografis)

Posisi gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah

8. Inset

Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar suatu wilayah yang tidak tergamabr pada peta, sehubungan dengan terbatasnya media gambar.

9. Garis Tepi

Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta.

10. Legenda

Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.

11. Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk kebenaran peta yang dibuat.

2.5 Metode Analisis Fungsi Pemanfaatan lahan

Metode analisis merupakan langkah dalam melakukan analisis yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode analisis ini akan dibahas mengenai teknik analisis, penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang

(23)

23 meliputi analisis-analisis skoring, overlay (superimpose) dan langkah dalam SIG.

Teknik analisis yang digunakan untuk melakukan analisis adalah teknik analisis overlay peta menggunakan geoprocessing dalam SIG. Proses overlay peta didahului dengan skoring terhadap poligon-poligon lahan, yang kemudian diproses dengan menggunakan SIG.

1. Overlay Peta

Overlay peta merupakan teknik analisis dalam SIG untuk mengetahui dan melakukan analisis keruangan yang dilakukan dengan cara mengoverlaykan beberapa peta dengan tema berbeda, yang menggunakan perangkat lunak Arcgis. Melalui program SIG dengan cara overlay peta-peta tematik, maka akan diperoleh satuan lahan menurut klasifikasi dan nilainya. Penetapan arahan fungsi pemanfaatan lahan dilakukan dengan menjumlahkan skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan. Jumlah skor tersebut akan mencerminkan kemampuan lahan untuk masing-masing satuan lahan. Berdasarkan besarnya skor total dan kriteria lainnya, akan diperoleh arahan fungsi pemanfaatan lahan dari masing-masing satuan lahan. Teknik ini sangat penting untuk digunakan sebagai alat untuk mempermudah analisis keruangan.

2. Skoring

Skoring dilakukan untuk memberikan bobot dari poligon-poligon wilayah yang memiliki kesamaan karakteritik pada peta tematik. Selain itu, skoring juga dilakukan untuk memberikan bobot pada wilayah-wilayah yang didapatkan dari hasil overlay.

(24)

24 III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan PKPM ini dilaksanakan selama 3 bulan, yang dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Tempat pelaksanaan PKPM ini yaitu di kantor Bappeda Kota Bukittinggi.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan PKPM ini adalah:

Tabel 5. Alat dan Bahan

No Alat/Bahan Fungsi Jumlah

1 Balpoint Menulis data-data yang penting 1 buah

2 Buku Saku Mencatat data-data yang penting 1 buah

3 Laptop Menampung penggunaan Software

SIG

1 Unit 4 Peta Jenis Tanah

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya.

1 buah

5 Peta Curah Hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya.

1 buah

6 Peta Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya.

1 buah

7 Program Arc-GIS 10.2 Software untuk mengolah data Spasil di atas

(25)

25 3.3 Prosedur Pelaksanaan

Gambar 3. Bagan Alir Prosedur Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Kemiringan lereng (nilai timbang = 20) 0-8% = skor 1 8-15% = skor 2 15-25% = skor 3 25-45% = skor 4 >45% = skor 5

Jenis tanah (nilai timbang = 15) Aluviall,tanah gley,planosol Hidromorf kelabu, laterit tanah = skor 1

Latosol = skor 2

Brown forest soil / kambisol, coklat tak bergamping,mediteran = skor 3 Andosol, laterit, grumosol, podsol, podsolik = skor 4

Regosol, litosol, organosol, renzina =

Intensitas Curah hujan mm/ hari (nilai timbang = 10) 0-13,6 = skor 1 13,6 – 20,7 = skor 2 20,7 – 27,7 = skor 3 27,7 – 34,8 = skor 4 >34,8 = skor 5

Overlay Peta

Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Kawasan Lindung = >175

Kawasan fungsi penyangga = 125 – 174

Kawasan budidaya tanaman tahunan = <125 (lereng <15%)

Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman = <125 (lereng <8%

(26)

26 3.1.1 Mengumpulkan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat parameter yang diperlukan untuk Penentuan Arahan Fungsi Kawasan berupa kawasan Lindung kawasan penyangga dan kawasan budidaya sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980. Dimana jenis data yang dikumpulkan yaitu:

1. Peta Curah hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 2. Peta Kelerengan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 3. Peta Jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 4. Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi.

3.1.2 Pengolahan Data

Pengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan,penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan software arc-GIS 10.2.

3.1.3 Analisis Data

Analisa data adalah suatu proses saling menghadapkan dua jenis data atau lebih untuk mendapatkan hubungan informasi antara data yang satu dengan lainnya (Balai Pengelolaan DAS Tondano, 2004 dalam Triyono, 2013). Hasil analisa yang diharapkan dapat teridentifikasinya data Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi, Proses Analisa Data ini dilakukan menggunakan Software Arc-GIS 10.2. Proses analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan metode yang

(27)

27 digunakan adalah metode skoring. Setiap parameter penentu fungsi kawasan diberi skor tertentu. Pada unit analisis hasil tumpang susun (overlay) data spasial, skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan kawasan lindung, Penyangga dan Budidaya.

3.1.4 Langkah kerja

Gambar 4. Bagan prosedur Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

1. Membuka Program

Untuk membuka program Klik Start – Program – ArcGIS 10.2 atau bila di desktop telah ada shortcutnya. Klik shortcut (ikon) tersebut. Lihat pada gambar 5 sebagai berikut:

Membuka Program ArcGIS 10.2

Memotong Peta Aministrasi Kota Bukittinggi

Clip Peta Curah Hujan, Clip Peta Kelerengan dan Clip Peta Jenis Tanah

Teknik Scoring

(28)

28 Gambar 5. Tampilan awal Acr-GIS 10.2 pada saat pertama kali dibuka.

2. Masukan koordinat systemnya yaitu dengan meklik kanan pada layer lalu klik propertis dan pilih coordinat system, lalu atur coordinat systemnya. 3. Memotong Peta

a. Input Peta Shp Administrasi Kota Bukittinggi yang akan di potong kecamatan mandiangin koto selayan dengan me klik Catalog.

b. Beri label nama kecamatan pada Peta Shp Kota Bukittinggi agar mempermudah untuk memotong nya, yaitu dengan menklik kanan pada Administrasi, lalu pilih propertis, lalu klik categoris setelah diatur warnanya klik label ataur pada label tersebut untuk memunculkan namanya pada peta.

c. Langkah Selanjutnya yaitu memotong bagian Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan mengklik Select Features.

(29)

29 Gambar 6. Icon Yang Dipilih Untuk Memotong Peta

d. Setelah di pilih, klik kanan pada Administrasi lalu pilih data, pilih export data. Buat folder untuk penyimpanan nya. Klik OK!

(30)

30 e. Setelah Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Tersebut

terpotong, lalu langkah selanjutnya menginput Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah dengan menggunakan Geoprocessing lalu klik Clip.

Gambar 8. Tampilan Clip Pada Geoprocessing

f. Setelah Clip Peta Curah Hujan nya berhasil, lakukan hal yang sama pada Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah.

4. Teknik Skoring

Teknik skoring merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam kebijakan yang berlaku menurut SK Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980 yaitu:

(31)

31 a. Langkah nya dengan cara Memberikan Bobot dan Skor pada masing –

masing Peta yaitu pada Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta jenis Tanah. Cara nya yaitu dengan menambah kan Tabel baru pada Open Atribut masing – masing Peta. Tabel yang di tambah kan yaitu tabel Skor dan Tabel bobot.

b. Selanjutnya Pada Tabel Skor masukkan Skor yang telah di berikan pada masing – masing Parameter Peta. Yaitu dengan cara meklik kanan pada tabel Skor lalu pilih field calculator.

Gambar 9. Tampilan Memasukkan nilai Skor Pada Peta

c. Setelah memasukkan skor pada masing – masing open atribut tabel curah hujan, jenis tanah dan kelerengan, selanjutnya memasukkan bobot pada masing – masing open atribut, cara nya yaitu sama seperti menambahkan skor, yaitu dengan cara menambahkan tabel baru yang berjudul bobot.

(32)

32 d. Setelah di tambahkan tabel pada open atribut tabel, selanjutnya di blok

tabel tersebut, lalu klik kanan klik kanan dan pilih field calculator, lalu masukkan nilai bobot nya.

5. Overlay Peta

Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui kondisi suatu wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada. Cara Mengoverlay Peta yaitu dapat dilihat sebagai berikut:

a. Klik geoprocessing, lalu pilih union, setelah itu input ke 3 peta yang akan di overlay lalu simpan di folder yang sama dengan yang sebelumnya. Setelah itu tunggu proses geoprocessing berhasil.

b. Selanjutnya setelah proses geoprocessing berhasil, buka open atribut pada peta union tersebut, tambahkan tabel bobot total. Setelah itu klik kanan pada tabel bobot total, lalu klik field calculator lalu tambah kan semua bobot (bobot Curah hujan, bobot kelerengan dan bobot jenis tanah). c. Setelah di dapat bobot total nya, lalu tambahkan tabel nama kawasan atau

tabel arahan fungsi pemanfaatan lahan nya dengan cara klik field calculator lalu masukkan nama kawasan sesuai bobot yang telah didapat. d. Setelah didapat arahan fungsi Pemanfaatan lahan nya lalu atur warna Peta

(33)

33 Gambar 10. Tampilan Cara Mengoverlaykan Peta

e. Setelah itu, untuk menghitung luas nya tambahkan tabel luas pada open atribut tabel lalu klik kanan dan pilih calculator geometry.

6. Pembuatan Layout

Hasil akhir dari suatu pekerjaan adalah output, dalam sistem informasi geografi ada berbagai macam hasil akhirnya, bisa dalam bentuk peta hard copy ataupun softcopy. Proses pembuatan hasil akhir ini sering disebut dengan pembuatan layout. Umumnya dalam bentuk peta. Adapun proses dalam pembuatan layout ini adalah sebagai berikut:

a. Pertama sekali untuk pemberian layout pada Peta, yaitu klik bagian kiri paling bawah.

(34)

34 b. Atur layout tersebut.

c. Setelah itu atur grid pada peta, cara nya klik kanan pada kolom peta tersebut, lalu pilih propertis.

(35)

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi tahun 2010-2015 ini dilakukan melalui koordinasi dengan seluruh instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan yakni melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan guna mewujudkan visi, misi Kepala Daerah terpilih dalam 5 (lima) tahun ke depan.

(36)

36 Adapun tujuan penyusunan RPJM Kota Bukittinggi menurut Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2012 tentang RPJMD Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi dalam menyusun Renstra SKPD periode 2010-2015;

2. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merumuskan program pembangunan periode 2010-2015;

3. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Bukittinggi dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015;

4. Sebagai tolok ukur dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota pada akhir masa jabatan.

RPJMD Tahun 2010 – 2015 yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 4 Tahun 2012 menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, dan RKPD. RPJMD Tahun 2010-2015 adalah rencana 5 (lima) tahun yang menggambarkan :

a. Visi, misi, dan program Walikota sebagai Kepala Daerah; dan

b. Berisikan arahan kebijakan pembangunan, kebijakan umum, keuangan daerah, dan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh SKPD, disertai dengan rencana kegiatan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Oleh karena Renstra SKPD harus berpedoman pada RPJMD dan sangat erat kaitannya dengan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih maka dokumen Renstra SKPD harus dapat menterjemahkan secara strategis, sistematis, dan

(37)

37 terpadu dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD serta menetapkan tolok ukur pencapaiannya. Selanjutnya Resntra SKPD ini dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja tahunan SKPD (Renja SKPD) dan harus dapat diterjemahkan secara konsisten ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan lainnya.

4.1.1 Visi dan Misi Visi

Bappeda Kota Bukittinggi memuat Visi ”Menjadi koordinator

perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas

Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 4 misi yang akan dilakukan dan ingin dicapai. Misi tersebut yaitu :

1. Meningkatkan kualitas Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Perencanaan Pembangunan.

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas data, informasi perencanaan Pembangunan.

4.1.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Bukittinggi, maka Struktur organisasi Bappeda adalah sebagai berikut:

(38)

38

Sumber : Bappeda Kota Bukittinggi

Gambar 11. Struktur Organisasi Bappeda Kota Bukittinggi

Kepala Bappeda

H. YUNIZAR, SE

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris Bappeda

Albertinusman, S.Si, M.Si

Kasubag Umum Kepegawaian HASBI SYARIF, SH Kasubag Perencanaan SONNI FITRI, S.Pt, MT Kasubag Keuangan ERNI YULIATI, SE

Ka. Bidang Sarpras dan Tata ruang

ELZA AULIA, S.STP Ka. Bidang Ekonomi Drs. HENDRY, SE Ka. Bidang Litbang dan data

GUSWARDI, SH, MH

Ka. Bidang Sosial Budaya SUSTINA, SE Kasubbid. Prasarana kota ELLY EL RAHMAH, ST MT Kasubbid. Tata Ruang dan LH Ir. TETI ADRIANIS, MP Kasubbid. Pengembang potensi ekonomi HILDA HARYANI, A.Md Kasubbdi. Koperasi,UKM dan perdagangan FIRDAUS, SH

Kasubbid. Kesra & penanggualang kemiskinan IVONOVITA MADOLA, S.

STP

Kasubbid. Pemerintahan & SDM

NIRZA SASMITA, S.Sos Kasubbid.

Litbang

Dra. DENI ELFI, M.Si

Kasubbid. Data

(39)

39 4.2 Deskripsi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan.

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi, Kecamatan Mandiangin Koto selayan ini memiliki Luas 13,2816 km2. Secara Geografis Kecamatan Mandiangin Koto Selayan ini terletak pada 100o, 22' 23" BT 0o, 17' 28" LS. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan terletak pada ketinggian 700 m dari permukaan laut, Karena terletak di ketinggian maka Kecamatan Mandiangin Koto Selayan beriklim sejuk (Dokumen Revisi RTRW Kota Bukittinggi).

Berdasarkan Data Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Dalam Angka 2014 Batas Daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Guguk Panjang dan Aur Birugo Tigo Baleh

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan IV Angkat Candung Kabupaten Agam.

Topografi permukaan bumi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan di lalui oleh beberapa sungai yaitu Batang Tambuo dengan lebar 5 – 7 m yang melalui Kelurahan Koto Selayan dan Garegeh, Batang Sianok dengan lebar 12 – 15 m yang melalui Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Batang Agam

(40)

40 dengan lebar 3 – 5 m yang melalui Kelurahan Campago Ipuh dan Campago Guguk Bulek.

4.3 Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Dari hasil ekstrak citra SRTM didapat hasil kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

No Kemiringan Deskripsi Luas

Km² % 1 0 – 8 % Datar 5,2614 39,60 % 2 8 – 15 % Landai 5,339 40,19% 3 15 – 25 % Agak Curam 2,036 15,32% 4 25 – 45 % Curam 0,6452 4,89% Jumlah 13,2816 100

Tabel diatas menunjukan bahwa kemiringan lereng di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan memiliki keragaman kelerengan yaitu 4 jenis kelerengan, hal ini disebabkan karena letak Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yang Topografi permukaan bumi nya tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kemiringan lereng yang mendominasi adalah kemiringan lereng 8 – 15 % dengan klasifikasi Landai. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor dari masing – masing kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tersebut adalah 0 – 8 % skor nya 1, 8-15% skor nya 2, 15-25% skor nya 3, 25-45% skor nya 4.

4.4 Jenis Tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Jenis tanah yang terdapat pada kecamatan mandiangin Koto Selayan yaitu Kambisol dengan Deskripsi Kurang Peka, kambisol adalah jenis tanah yang

(41)

41 mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedia air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau. (Darmawijaya, 2009). Jenis tanah kambisol didalam SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 adalah Brown Forest Soil, skor nya adalah 3.

4.5 Curah Hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

Curah hujan yang terdapat di daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 3000 – 4000 mm/tahun atau 9,58 mm/hari. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor curah hujan 9,58 mm/hari adalah 1.

4.6 Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Setelah di overlay kan ke tiga peta yaitu peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta curah hujan yaitu hasil dari bobot total nya adalah jumlah dari [(skor kemiringan lereng x nilai timbang) + (skor curah hujan x nilai timbang) + (skor jenis tanah x nilai timbang)]. Nilai timbang dari kemiringan lereng adalah 20, nilai timbang dari curah hujan adalah 10, nilai timbang dari jenis tanah adalah 15. Berikut adalah uraian dari hasil penentuan kawasan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Uraian Hasil Penentuan Kawasan

Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Bobot kemiringan lereng Bobot curah hujan Bobot jenis tanah Total Kawasan budidaya tanaman tahunan 40 10 45 95 60 10 45 115 Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman 20 10 45 75 Kawasan Fungsi Penyangga 80 10 45 135

(42)

42 Berdasarkan hasil overlay peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang berpedoman kepada SK Mentan No.837/KPTS/UM/1980 , maka luas dari masing – masing kawasan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Persentase Luas Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan No Arahan Fungsi Pemanfaatan

Lahan

Luas

Km2 %

1 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

7,3750 55,51

2 Budidaya Tanaman Semusim dan Pemukiman

5,2614 39,60

3 Kawasan Penyangga 0,6452 4,89

Jumlah 13,2816 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang mendominasi adalah kawasan budidaya tanaman tahunan yaitu sebesar 7,3750 km2 atau 55,51 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan (tanaman keras), tanaman buah – buahan, dan sebagainya. Suatu Satuan lahan yang ditetapkan mempunyai fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya 124 atau kurang, serta cocok atau seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan (kayu – kayuan, tanaman perkebunan, dan tanaman industri). Dan kelerengan yang kecil dari 15 %.

Selanjutnya didaerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan juga didapat hasil analisis arahan fungsi lahan nya budidaya tanaman semusim dan pemukiman yaitu seluas 5,2614 % atau 39,60% dari luas Kecamatan Mandiangin Koto

(43)

43 Selayan, budidaya tanaman semusim dan pemukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya serta diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman terutama tanaman pangan. Untuk memilahkan kawasan fungsi budidaya tanaman semusim ditentukan oleh kesesuaian fisik terhadap komoditas yang dikembangkan. Adapun untuk kawasan permukiman, selain memenuhi kriteria tersebut, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.

Hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan selanjutnya didapat yaitu kawasan fungsi penyangga dengan luas 0,6452 km2 atau 4,89 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya di antara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budi daya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur, dan lain-lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya skor total kemampuan lahannya antara 125–174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut: 1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi daya secara ekonomis.

2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. 3) Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

(44)

44

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dalam pelaksanakan PKPM yang berjudul “Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Kondisi kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 0 -8% seluas 5,2614 km2 atau 39,60% , 8 – 15% seluas 5,339 km2 atau 40,19%, 15-25% seluas 2,036 km2 atau 15,32% dan 25 – 45 % seluas 0,6452% atau 4,89% , sedangkan curah hujan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 3000 – 4000 mm/tahun dan jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah kambisol yaitu dengan deskripsi kurang peka.

b. Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi setelah dilakukan overlay dari peta kemiringan lereng, peta curah hujan dan peta jenis tanah didapatlah hasil arahan fungsi pemanfaatan lahan nya adalah terdapat kawasan budidaya tanaman tahunan seluas 7,3750 km² atau 55,51 %, kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman seluas 5,2614 km² atau 39,60 % dan kawasan fungsi penyangga seluas 0,6452 km² atau 4,89 %.

c. Kawasan fungsi penyangga terletak di bagian barat Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan karakteristik kemiringan lereng 25 – 45% , jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman tahunan yang paling mendominasi terletak di bagian barat dan bagian timur Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng yaitu 8 – 15 % dan 15 – 25 % , jenis tanah kambisol

(45)

45 dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman yang paling mendominasi terletak di bagian tengah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng 0 – 8 % , jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

(1) Bagi para Perencana Wilayah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dalam perencanaan penggunaan lahan perlu diperhatikan kondisi wilayah dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana karakteristik lahan dan fungsi utama kawasan yang terdapat pada wilayah yang bersangkutan.

(2) Untuk Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan sangat di perlukan kelengkapan Data agar proses pembuatan Peta nya berjalan lancar. Dan pada proses pembuatan peta nya harus teliti agar hasil nya akurat.

(3) Penelitian ini dipaksakan karena data yang kurang akurat dan disarankan sebaiknya memilih peta yang menggunakan skala lebih besar.

(46)

46 DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2009. Pembukaan dan Penyiapan Lahan. Buku Ajar. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh Andimanwono. 2010. Unsur kelengkapan Peta .

https://andimanwono.wordpress.com/2010/07/02/komponenunsur-kelengkapan-peta/. di unduh tanggal 9 Agustus 2015

Anonim, 2012. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bukittinggi 2010-2030. Bappeda Kota Bukittinggi. Bukittinggi.

BAPPEDA Kota Bukittinggi. 2013. Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bukittinggi

Buga, I. S. 2014. Praktikum Geoprocessing Di Arcview 3.3.

http://www.ismailsiabuga.com/2014/02/praktikum-geoprocessing-di-arcview-33.html . Diunduh tanggal 9 Agustus 2015

Darmawijaya.2009. Ilmu Tanah.

http://anapangesti.com/2013/04/kamus-besar-ilmu-tanah-part-1-e.html. Diunduh Tanggal 4 Juni 2015

Er Prabawayudha, 2010. Teknik Pengukuran dan Pemetaan. BKPM. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh

GIS Konsorsium Aceh Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. Staf Pemerintahan Kota Banda Aceh. Banda Aceh.

Jones. 2013. Evaluasi Lahan.

www.ftsl.itb.ac.id/wp/content/uploads/2013/07/95010005.pdf.

Diunduh tanggal 30 Mei 2015.

Khoirunnas.2011.Penentuan fungsi kawasan dan arahan fungsi pemanfaatan lahan DAS Grompol bagian Hulu di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. http://geoenviron.com/2011/04/penentuan-fungsi-kawasan-lahan-dan.html

Lichfield dan Darin 2009. Pengertian Lahan

http://www.geografifisik.com/Pengertianlahan.html. diunduh tanggal 25

(47)

47 Manik.2013.Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah di Kecamatan Lamposi Tigo Nagari Kota Payakumbuh.Laporan Tugas Akhir.Politeknik Pertanian Universitas Andalas.Payakumbuh.

Masnaryo. 2013. Pengertian dan sub sistem SIG.

http://masnaryo.com/2013/06/pengertian-dan-subsistem-sig.html masnaryo. 2013. Di unduh tanggal 09 Agustus 2015.

Naswir. 2002. Teknik Pengukuran dan Pemetaan. Buku Ajar. Program Studi Tata Air Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh. Nugraha. 2006. Fungsi Kawasan.

http://www.Fungsikawasan.com/Pengertian.Fungsi.Kawasan.html. Diunduh

tanggal 4 Juni 2015

Putra.2012. Pola Curah Hujan Di Indonesia.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPG/article/view/2713/1696.

Diunduh Tanggal 4 Juni 2015 Setiawan, A. 2013. Komponen sig.

http://geograph88.blogspot.com/2013/06/komponen-sistem-informasi-geografis-sig.html . Diunduh 9 Agustus 2015

Sukoharjo. 2014. Manfaat Sistem Informasi Geografis.

https://santi9f.wordpress.com/manfaat-sig/. Diunduh tanggal 10

Agustus 2015

Tejoyuwono. 2012. Kemampuan Lahan.

St2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/st1375.pdf. diunduh tanggal 25 Mei 2015

Triyono.2013. Penggunaan ARC. VIEW 3.3 TOOL Untuk Menetapkan Kawasan Hutan Lindung, Penyangga Dan Budidaya Di Kabupaten Tanah Datar. PKPM. Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.

Gambar

Tabel 2. Deskripsi Intensitas Curah Hujan Harian Rata-rata
Tabel 3. Deskripsi Kelas Lereng
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Geografis
Gambar 2. Komponen dan Kelengkapan Peta
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sementara itu dampak yang tidak diharapkan terhadap keberadaan Toko Modern diantaranya adalah: dampak yang terjadi pada ritel kecil, terutama ritel kecil yang ada di sekitar

Simpulan yang dapat dirumuskan mengacu pada pembahasan di atas, yaitu : (1) Pengaruh persepsi keadilan distributif dalam pemulihan layanan pada kepuasan, menunjukan

dilakukan oleh Elly (2010) diketahui bahwa ekstrak etanol 70% daun pare (Momordica charantia L.) pada tikus putih jantan mempunyai efek sebagai antipiretik karena

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian daun sirsak dengan dosis 1mg/hari per oral dapat meningkatkan ekspresi caspase 3 yang merupakan penanda untuk aktivitas apoptosis pada

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan morfologi lapisan, permukaan dan kekerasan yang terbentuk pada baja perkakas H13 Modifikasi setelah

Pinang Mas 5 Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan atas permintaan saksi Hanafi terdakwa bersama saksi Anhar Yulianto dan saksi Ade Jumara merubah rekapitulasi

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik mengangkat permasalahan itu dalam penelitian penulis dengan judul : Pengaruh Mata Pelajaran Produktif, Praktik Kerja

Akan tetapi, bagi mahasiswa yang menganggap ada nilai yang tidak akurat, maka diperbolehkan untuk menghubungi dosen pengasuh mata kuliah dengan menyertakan alasan dalam waktu