• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ERMASALAHAN P ERTANAHAN

Dalam dokumen Buku Trans Kaltim.pdf (Halaman 36-46)

TRANSMIGRASI

Secara konstitusional negara memiliki kewajiban untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana digariskan dalam UUD 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu sumber daya utama dalam mewujudkan kesejahteraan umum adalah melalui pengelolaan dan pendayagunaan tanah. Mengingat tanah dalam wilayah NKRI merupakan salah satu sumber daya alam utama yang selain memiliki nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia, juga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang semakin meningkat dan beragam, baik di tingkat nasional maupun dalam hubungannya dengan dunia internasional,1 oleh karenanya tanah harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu diperlukan pengaturan tentang tanah dalam peraturan perundang-undangan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan tersebut. Hak asasi mengenai tanah telah diakui dan dilindungi oleh negara dalam konstitusi. Kebijakan pertanahan di Indonesia bersumber pada Konstitusi Negara, yaitu Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan kepada negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan mempergunakannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Amanat Konstitusi tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencapai

1Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Universitas Trisaksti, 2007, hal. 3.

BAB

keadilan sosial.2 Amanat Konstitusi tersebut ditindaklanjuti dengan diundangkannya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA merupakan UU yang bersifat populis yang ketentuan dalam pasal-pasalnya merupakan perwujudan dari sila-sila dalam Pancasila, namun terjadi pergeseran kebijakan pertanahan ke arah yang cenderung prokapitalis.3

Permasalahan di bidang pertanahan yaitu: (1) masih adanya potensi sengketa dan konflik pertanahan yang tinggi akibat aturan hukum yang mengatur pengelolaan pertanahan belum sepenuhnya memberikan jaminan kepastian hukum; (2) lemahnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah menyebabkan hak-hak masyarakat atas tanah menjadi kurang terlindungi, tidak terkecuali bagi masyarakat petani di perdesaan; (3) akses petani terhadap tanah semakin mengecil dari tahun ke tahun; dan (4) terjadinya fragmentasi tanah pertanian, yang menyebabkan penguasaan petani terhadap tanah pertanian terus mengecil hingga berada jauh di bawah skala ekonomi yang layak.

Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Ketransmigrasian, pada Pasal 23 ayat (1) ditegaskan bahwa

“Pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggaraan

transmigrasi” dan di ayat (2) dijelaskan pula bahwa alokasi penyediaan tanah bagi transmigrasi sangat penting didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk memberikan kepastian bagi penyediaan lapangan kerja dan ruang usaha serta permukiman.

Dalam perkembangannya, banyak dijumpai permasalahan pertanahan di bidang keteransmigrasian, diantaranya (1) permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan investor, (2)

2Alinea Ke-IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi

permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk, (3) permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan

pemenuhan hak transmigrasi, dan (4) permasalahan

penyelenggaraan transmigrasi dengan kawasan hutan.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga Maret 2012, mencatat terdapat 71 kasus masalah pertanahan dalam penyelenggaraan transmigrasi di 22 provinsi di seluruh Indonesia. Kasus pertanahan transmigrasi paling banyak disebabkan masalah pemenuhan hak para transmigran. Setidaknya 34 dari 71 kasus transmigrasi terkait hal tersebut. Sisanya sekitar 17 kasus menyangkut tuntutan penduduk yang tak terpenuhi serta 20 kasus lain terkait tumpang tindih kepentingan dengan investor.

A. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Investor Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 4 lokasi di kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan investor.

No. Kab./Lokasi Tahun Patan Jml KK Pola Masalah

Kekurangan Lahan

(HA ) Upaya Tindak

Lanjut LP LU I LU II

1.

2.

3.

Penajam Paser Utara - Labangka, Babulu. Tana Tidung - Sesayap SP.3 Nunukan - Simanggaris SP.2 - Sebuku 1991/ 1992 2006/ 2007 2004 2006 200 150 200 200 TU TU TU TU Tumpang tindih LU I, II dengan HGU PT Sukses Tani Nusa Subur. Tumpang tindih HPL dengan HPHTI PT. Adindo Hutani Lestari Tumpang tindih dengan HGU PT. Pohon Mas Tumpang tindih dengan lokasi HGU PT. KHL dan Koperasi Tani Mukti. - - - - 75 100 - - 100 150 100 400 Dalam Proses penyelesaian oleh BPN Prov. Kaltim. Dalam proses Pengadilan.

Perlu tata batas ulang.

Perlu tata batas ulang.

B. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Tuntutan Penduduk

Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 2 lokasi di 2 kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk.

No. Kabupaten/Lokasi Patan, KK Tahun Pola

Lahan yang dituntut

( HA ) Masalah

LP LU I LU II

1. Kutai Kartanegara

1. UPT Maluhu 1970/1972, 400 TU - 66,246 m

2 - Tuntutan Ahli Waris (Alm) HAS, Putusan Pengadilan Negeri Tenggarong No. 26/PTS.Pdt.C/1983 PN-TGR Tgl. 18 Mei 1983.

2. Penajam Paser Utara

2. Gunung Makmur Lahan diserobot oleh Desa Usaha II Rantau Belimbing

Upaya dan tindak lanjut terhadap permasalahan di atas;

1. Terhadap permasalahan di UPT Mahulu, Kab. Kutai Kartanegara akan diselesaikan oleh Pemkab Kukar, Pemprov Kaltim, Kemenakertrans.

Hasil pertemuan antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Pengadilan Negeri Tenggarong dan Ahli Waris disepakati:

- Dana Ganti Rugi Lahan untuk UPT Maluhu Kec.

Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara sebesar Rp. 9.000.000.000,- yang terdiri dari Rp. 5.000.000.000,-

dari Dana APBN Kemenakertrans, Rp. 2.000.000.000,- APBD Prov. Kaltim (diajukan dalam APBD-P 2013) dan APBD Kab. Kukar sebesar Rp. 2.000.000.000,-;

- Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat sepakat untuk bersama-sama mengajukan perubahan eksekusi kepada pihak Pengadilan Negeri Tenggarong,

- Untuk mengatasi pelaksanaan Ganti Rugi lahan, alternatif

yang disepakati adalah melaksanakan atau

menyampaikan dana yang ada di APBN terlebih dahulu, sebesar Rp. 5.000.000.000,- yang dialokasikan dari Pusat, sehingga Pusat sudah tidak mempunyai tanggungan lagi. 2. Terhadap permasalahan di UPT Gunung Mamkmur, Kab. PPU

Perlu dilakukan investarisasi dan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi.

Kegiatan tersebut akan dilakukan bersama antara Disnakertrans Prov. Kaltim dan Dit. Penyediaan Tanah Transmigrasi Ditjen serta berkoordinasi dengan Kanwil BPN Prov. Kaltim dan Kantor BPN Kabupaten Paser.

C. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Pemenuhan Hak Transmigrasi

Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 2 lokasi di 2 kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk

No. Kabupaten/ Lokasi Tahun Patan Jml KK Pola Masalah

Kekurangan Lahan

( HA ) Penyebab Upaya & Tindak Lanjut LP LU I LU II 1. 2. 3. Kutai Kartanegara - Sebulu IV - Rapak Lambur Tana Tidung Sambungan

Penajam Paser Utara - Bebulu Darat - Labangka 1994/ 1995 2004 2007 1999 1992 200 100 99 200 200 TSM TU- TPLB TU TSM Trans bangdep Tumpang tindih lahan UPT Sebulu III dan Sebulu IV. Kekurangan LU I

Tuntutan warga trans atas lahan seluas 3 HA/KK. Kekurang LU I, warga hanya memperoleh LP ukuran 25M X 50M Nama 100 warga trans salah nama dlm penerbitan sertifikat. - - - - - - 50 - 200 100 198 - 297 - - Lahan diokupasi penduduk lokal Kebijakan Bupati warga trans mendapat jatah lahan seluas 3 Ha/KK Dokumen tidak lengkap Sudah dilakukan identifikasi lokasi bermasalah. Akan dicarikan lahan pengganti*). Redisain tata ruang lokasi trans dgn Dana APBD 2012 dan akan membagi kekurangan LU II pada Tahun 2013**). Perlu pencermatan lapangan tentang perolehan lahan untuk TSM tsb. Perlu koordinasi dengan BPN Kab. PPU.

Catatan :

*) Surat Kepala Dinas Nakertrans Kab. Kutai Kartanegara No: 475.1/297/1.7.1/2010 tanggal 15 Juli 2010 perihal Laporan penyelesaian lahan Upt Rapak Lambur:

a. Penyelesaian klaim masyarakat atas LU warga transmigran UPT Rapak Lambur , diupayakan penyelesaian melalui jalur hukum b. Pihak legislatif Kab. Kutai Kartanegara akan memfasilitasi

Penyerahan lahan secara langsung dari Bupati kepada transmigran, yang direncanakan awal bulan Agustus 2010

c. Warga yang mengklaim lahan dan berkeinginan ikut program penataan penduduk akan ditindaklanjuti pada tahun 2011

**) KLARIFIKASI

Legalitas Lahan, telah dicadangkan areal seluas 1.000 Ha dengan SK Bupati Bulungan No. 512 Tahun 2005 tanggal 6 Oktober 2005. Kemudian diperbarui dengan SK Bupati Tana Tidung No. 591/193/K-VII/2011 tanggal 12 Juli 2011 dengan luas 2.000 Ha

RTSP dilaksanakan oleh Pemkab Bulungan tahun 2006 dengan daya tampung 300 KK

Pembangunan pemukiman transmigrasi di Desa Sambungan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tahun 2007 sebanyak 70KK dan pada tahun 2010 sebanyak 100 KK, dengan menggunakan

Penempatan 2007 = 70 KK, TPS 29 KK dan TPA 41 KK ( Jabar 25 KK dan Jateng 16 KK).

Penempatan 2010 = 100 KK , TPS 51 KK dan TPA 49 KK (DKI Jakarta 25 KK dan Jabar 24 KK).

LP dan LU I tidak ada perubahan tata ruang. L802

LU I yang dibuka hanya sampai tahap Tebas, Tebang, Potong (TTP) sehingga masih terdapat katyu yang berdiameter besar berserakan.

Jalan untuk mencapoai LU I sepanjang 1,5 Km tidak ada TINDAK LANJUT

1. Pemantapan aspek legalitas lahan dari SK Bupati Tana Tidung menjadi SK Gubernur Kaltim, sekaligus pemantapan aspek 2C dan 4L, 2. Berdasarkan lahan yang sudah 2C, akan dilakukan redesign yang semula 2 Ha (300 KK daya tampung) menjadi alokasi lahan 3 Ha per KK (alokasi lahan LP 0,25 Ha , LU I 0,75 Hha, dan LU II 2 Ha) sehingga daya tampung menjadi 200 KK

3. Hasil redesign dapat menampung atau menyelesaikan masalah lahan untuk 170 KK yang ada di lokasi, dan hasil redesign tersebut harus dikonsultasikan dan dipresentasikan dengan Dit. PTPKT Ditjen

4. Pembagian lahan dapat dilakukan setelah selesai redesign RTSP, pembukaan lahan, sarana dan prasarana pemukiman, serta penanaman tanaman keras di LU I yang semuanya dibiayai oleh APBD. Sedangkan LU II akan dikerjasamakan dengan perusahaan perkebunan yang ada di Kec. Sesayap Hilir (MoU dengan perusahaan yang akan dilaksanakan dan diproses oleh Pemkab Tana Tidung).

D. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Kawasan Hutan

Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya pada Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan menentukan bahwa ”Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.”; bertentangan dengan prinsip kepastian hukum yang adil sebagaimana dilindungi dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 karena mengakibatkan warga transmigrasi berpotensi dipidana dengan Undang-Undang Kehutanan karena seluruh atau sebagian wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan hutan, sedangkan pada awal perencanaan lokasi transmigrasi tersebut berada di luar kawasan hutan dan telah dinyatakan clear and clean (2C).

Kewenangan yang diberikan oleh UU ini kepada Kementerian Kehutanan yang terlampau luas termasuk berwenang menetapkan status dan fungsi hutan juga patut untuk dipertanyakan khusus dalam penetapan status hutan yang berkaitan dengan penguasaan tanah tidak ada satu pun ketentuan yang menyebutkan perlunya koordinasi antara Kementerian Kehutanan dengan BPN. Hal ini berpotensi menimbulkan perebutan kewenangan dalam pengaturan mengenai lahan hutan antar instansi pernerintah serta tumpang tindih pengaturan dalam wilayah yang sama.

Di Kalimantan Timur, sampai dengan Mei 2013 dinayatakan terdapat 13 lokasi di 6 Kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan kawasan hutan.

No. Kabupaten/Lokasi Status Lahan Luas (Ha) Tahun Penempatan Realisasi Identifikasi Masalah Upaya Penanganan (KK ) 1 2 3 4 5 6 7 8 I II III Kabupaten Paser. 1. Binangun SP. 1 2. Muara Kuaro Kabupaten Kutai Kartanegara 3. Jonggon D. 4.Rantau Hempang Kabupaten Tana Tidung 5. Sesayap SP. 3 6. Tanah Merah 7. Sambungan HPT HP HP HP HP HP HP 743 2002 2001 2006 1997/1998 2006 2003 2011 100 100 250 100 150 300 170

- Baplan menolak karena sebagian arealnya tumpang tindih dengan HPT - Lokasi berada di dalam

kawasan HPT

- Berada dalam kawasan HP

- Teridentifikasi oleh Baplan sejak Pebruari 2005 masuk kawasan KBK

- Masuk dalam kawasan KBK

- Areal tumpang tindih dengan Lahan Usaha PT. Adindo Hutani Lestari

- Lokasi termasuk APL/KBNK (Peta Kawasan Hutan dan Perairan Kaltim), tetapi berada dalam IUPHHK-HA PT. Inhutani I

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Sudah tersedia areal pengganti seluas 230 Ha Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK Dengan Putusan MA No. 14 tahun 2009 transmigrasi berhak atas areal tersebut, tapi PT. AHL mengajukan PK Perlu koordinasi lebih intensif dengan PT. Inhutani I ( Instansi terkait ) Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. IV 8. Menjelutung Kabupaten Bulungan 9. Salim Batu SP.7 10. Tanjung Buka SP. 2 HPT HP HP 2012 2009 2005 55 200 300 - Pembangunan Kimtrans di areal usaha PT. Sarana Mandiri Utama

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK - Sebagian arealnya masuk

dalam kawasan KBK

Perlu pelepasan areal oleh PT. Sarana Mandiri Uta ma dan perubahan Kawasan KBK men jadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK.

V VI Kabupaten Kutai Timur 11. Tepian Langsat SP. 8 Kab. Penajam Paser Utara 12. Sepaku 13. Semoi HP HL HL 2005 1993/1994 1982/1983 200 300 384

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK

- Arealnya dinyatakan masuk dalam kawasan Tahura Bukit Suharto.

- Arealnya dinyatakan masuk dalam kawasan Tahura Bukit Suharto. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu dilakukan pencermatan lapangan karena luasan Tahura Bukit Suharto bertambah. Perlu dilakukan pencermatan lapangan karena luasan Tahura Bukit Suharto bertambah.

PENUTUP

Transmigrasi adalah kegiatan yang berdimensi ganda. Di satu pihak, transmigrasi ditujukan untuk mengurangi kepadatan penduduk di daerah-daerah tertentu untuk memberi keleluasaan bagi usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi di daerah bersangkutan. Di lain pihak, transmigrasi dimaksudkan pula untuk membantu dan merangsang peningkatan pembangunan di daerah-daerah yang relatif masih terbelakang. Selain itu transmigrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Titik pusat penyelenggaraan transmigarasi adalah manusia.

Program pelaksanaan transmigrasi memungkinkan untuk melaksanakan pemerataan pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial kepada golongan penduduk yang selama ini tidak terjamah oleh fasilitas-fasilitas sosial tersebut. Transmigrasi juga berfungsi untuk mempercepat perubahan pengelompokan dan penggolongan manusia dan membentuk jalinan hubungan sosial dan interaksi sosial yang baru. Dengan cara demikian diharapkan akan diperoleh keserasian dalam laju pembangunan antar daerah

Secara umum dapat dikatakan bahwa program transimgrasi membantu pemerintah dalam pengembangan daerah. Daerah yang dibangun dalam transmigrasi adalah daerah asal dan daerah tujuan. Di daerah asal dapat dilaksanakan program pembangunan yaitu pelaksanaan landreform secara konsekuen, pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, pelestarian alam dan lingkungan hidup, perubahan pola usaha tani, pencegahan korban-korban bencana alam, pengurangan kepadatan penduduk, dan pengurangan urbanisasi. Sedangkan di daerah tujuan dapat dilaksanakan program

BAB

penambahan tenaga pembangunan, perubahan dana-dana dan sarana pembangunan, transfer teknologi, pelaksanaan landreform secara konsekuen, pembudidayaan potensi alam, dan pembaharuan pola hidup.

Dalam rangka perbaikan dan percepatan pencapaian tujuan dari program transmigrasi maka perencanaan transmigrasi lebih dipadukan dengan sektor pembangunan lainnya yaitu kehutanan, tata guna tanah, pembangunan daerah, pekerjaan umum, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, koperasi, dan lain-lain. Perencanaan yang lebih terpadu dimaksudkan untuk lebih menjamin tercapainya peningkatan taraf hidup transmigran dan masyarakat sekitarnya.

Dalam dokumen Buku Trans Kaltim.pdf (Halaman 36-46)

Dokumen terkait