• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Trans Kaltim.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Trans Kaltim.pdf"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Program transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, pada masa pendudukan Belanda. Desa Gedong Tataan di Lampung merupakan basis pertama kolonisasi petani Jawa di daerah luar pulau Jawa, sedangkan di Kalimantan Timur program transmigrasi dimulai tahun 1954 yang ditandai dengan peristiwa pengiriman 760 KK atau 3.049 jiwa dari Pulau Jawa menuju unit permukiman lokasi Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda dan sejumlah 748 KK atau 3.053 jiwa ke lokasi Petung Kabupaten Penajam Paser Utara.

Saat ini program transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah. Metodenya tidak lagi bersifat sentralistik dan top down dari Pusat, melainkan berdasarkan Kerjasama Antar Daerah (KSAD) antara daerah pengirim transmigran dengan daerah tujuan transmigrasi. Penduduk setempat semakin diberi kesempatan besar untuk menjadi transmigran penduduk setempat (TPS), proporsinya hingga mencapai 50:50 dengan transmigran Penduduk Asal (TPA).

Buku ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan informasi terhadap kegiatan transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan atau Program yang telah dilaksanakan selama kurun waktu 84 tahun.

Kami menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik dan saran sangat diperlukan untuk menyempurnakannya. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat.

Samarinda, Juli 2013 Kepala Bidang Transmigrasi

Ir. PUTUT PRANOMO, M.Si

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii

BAB1 PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI SEJAK PRA

PELITASAMPAITAHUNANGGARAN1999/2000

A. Pembangunan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi ... 1 B. Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Umum di

Kawasan Transmigrasi ... 2 C. Perkembangan Usaha Ekonomi ... 3 D. Peluang dan Potensi Usaha Ekonomi ... 4 BAB 2 PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI DI ERA OTONOMI

A. Paradigma Baru Pembangunan Transmigrasi ... 5 B. Program Transmigrasi Pada Era Otonomi Daerah

... 5 C. Pelaksanaan Program Ketransmigrasian ... 10 BAB 3 KERJASAMA ANTARA DAERAH (KSAD)

A. Kerangka Konseptual Kerjasama Antar Daerah (KSAD) ... 13 B. Kendala dan Potensi dalam Kerjasama Antar

Daerah (KSAD) ... 15 BAB 4 KOTA TERPADU MANDIRI (KTM) ... 18 BAB 5 PROSPEK PENGEMBANGAN TRANSMIGRASI DI

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

A. Potensi Lahan ... 23 B. Rice Estate/Food Estate ... 25 C. Investor ... 30

(4)

BAB 6 PERMASALAHAN PERTANAHAN DALAM

PEMBANGUNAN TRANSMIGRASI DI PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

A. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Investor ... 34 B. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi

Dengan Tuntutan Penduduk ... 35 C. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi

Dalam Pemenuhan Hak Transmigrasi ... 36 D. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi

Dengan Kawasan Hutan ... 38 BAB 7 PENUTUP ... 41

(5)

P

ENYELENGGARAAN

T

RANSMIGRASI

S

EJAK

P

RA

P

ELITA

S

AMPAI

T

AHUN

1999/2000

A. Pembangunan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi Program transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur dimulai tahun 1954 yang ditandai dengan peristiwa pengiriman 760 KK atau 3.049 jiwa dari Pulau Jawa menuju unit permukiman lokasi Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda dan sejumlah 748 KK atau 3.053 jiwa ke lokasi Petung Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pada tahun 1957 dilanjutkan pengiriman transmigran sebanyak 283 KK atau 866 jiwa transmigran ke lokasi Samboja dan 738 KK atau 2.916 jiwa ke lokasi Pulau Atas Kabupaten Kutai. Kemudian pada tahun 1959 telah diberangkatkan sejumlah 353 KK atau 1.516 jiwa ke lokasi Waru Kabupaten Pasir dan selanjutnya pada masa orde baru Provinsi Kalimantan Timur menjadi salah satu daerah tujuan transmigrasi. Dalam jangka waktu 46 tahun penyelenggaraan transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur, sejak Pra Pelita sampai Pelita VI (tahun 1999/2000) telah dibangun 235 desa dengan total 72.727 KK atau 293.240 jiwa.

Penempatan transmigran di Provinsi Kalimantan Timur umumnya berorientasi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Adanya daya tarik ini para transmigran dari daerah asal di pulau Jawa tertarik untuk mengikuti Program Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM). Program Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Provinsi Kalimantan Timur, dilaksanakan dalam rangka penataan penduduk desa dan pemenuhan penduduk serta jumlah penempatan Transmigrasi Swakarsa Mandiri. Sampai tahun 2000 telah ditempatkan 10.290 KK TSM.

BAB

(6)

Dalam penyelenggaraan transmigrasi mulai tahun anggaran 1995/1996 sampai dengan tahun anggaran 1998/1999, telah juga dilaksanakan penempatan para perambah hutan melalui Proyek Peningkatan Program Pemukiman Perambah Hutan melalui Dana Reboisasi (P4HDR). Dari target sejumlah 1.510 KK telah terealisasi 100 % pada akhir tahun anggaran 1998/1999. Dengan demikian, transmigran yang telah ditempatkan di Provinsi Kalimantan Timur sampai pada tahun anggaran 1999/2000 sebanyak 72.637 KK atau 292.880 jiwa. Adapun jumlah Unit Permukiman Transmigrasi yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah adalah sebanyak 166 UPT dengan 59.140 KK atau 245.117 jiwa. Sebaran UPT yang telah diserahkan yaitu 9 UPT di Kabupaten Samarinda, 20 UPT di Kabupaten Balikpapan, 42 UPT di Kabupaten Pasir, 81 UPT di Kabupaten Kutai, 11 UPT di Kabupaten Bulungan dan 12 UPT di Kabupaten Berau.

B. Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Umum di Kawasan Transmigrasi.

Hasil penyelenggaraan program transmigrasi yang telah berlangsung 46 tahun tersebut cukup memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah, yaitu dengan terbukanya keterisolasian daerah-daerah terpencil. Dengan dibangunnya 235 UPT (202 UPT baru dan 33 lokasi transbangdep) telah membuka keterisolasian daerah-daerah pedalaman dan sekaligus memanfaatkan sumberdaya lahan dengan membangun prasarana permukiman berupa jalan penghubung/poros sepanjang 543,84 Km, jalan desa sepanjang 906,40 Km, gorong-gorong kayu sepanjang 13.052 meter dan jembatan kayu sepanjang 7.251,20 meter. Selain itu juga telah terbangun fasilitas sosial berupa Masjid sebanyak 304 unit, Gereja sebanyak 13 unit, Puskesmas Pembantu/Balai Pengobatan sebanyak 164 unit dan Gedung Sekolah Dasar sebanyak 164 unit.

(7)

C. Perkembangan Usaha Ekonomi

Di bidang usaha ekonomi, pembangunan transmigrasi juga menciptakan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di suatu daerah melalui pembangunan dan pengembangan pemukiman transmigrasi skala sedang dan skala besar. Pola kegiatan usaha yang dikembangkan di Pemukiman Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur sejak Pra Pelita sampai Pelita III seluruhnya Pola Tanaman Pangan kecuali lokasi transmigrasi di kodya Balikpapan sebanyak 100 KK (380 jiwa) dikembangkan pola nelayan, mulai Pelita IV mulai diversifikasi pola usaha yaitu dengan diterapkannya pola Pir-sus di Kabupaten Kutai untuk 1.162 KK (4.600 jiwa) dan pola Pir-Trans di pemukiman transmigrasi yang terletak di Kabupaten Pasir untuk sejumlah 4.047 KK (17.021 jiwa). Mulai Pelita V kegiatan usaha transmigrasi lebih bervariasi yaitu dengan dikembangkannya pola HTI Trans di Kabupaten Pasir dengan jumlah 600 KK (11.068 jiwa) dan pola Transbangdep yang tersebar di seluruh kabupaten dengan jumlah 2.186 KK (8.106 jiwa).

Kemudian pada Pelita VI dikembangkan lagi pola kegiatan usaha baru yaitu pola peternakan di Kabupaten Pasir untuk 260 KK (1.064 jiwa). Dengan dikembangkannya pemukiman transmigrasi di Provinsi, terdapat sejumlah UPT yang berkembang menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah dan Ekonomi. UPT transmigrasi yang menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah dan Ekonomi, antara lain :

• Eks UPT Muara Wahau, Eks UPT Pantun dan Eks UPT Kaubun di Kabupaten Kutai Timur.

• Eks UPT Rimba Ayu, Eks UPT Sebulu, Eks UPT Semboja, Eks UPT Anggana, Eks UPT Tanjung Santan dan Eks UPT Bukit Baru di Kabupaten Kutai Kertanegara.

• Eks UPT Talisayan di Kabupaten Berau. • Eks UPT Jelerai Lor di Kabupaten Bulungan. • Eks UPT Nunukan di Kabupaten Nunukan. • Eks UPT Sebakung di Kabupaten Pasir.

(8)

Dengan ditetapkannya Eks UPT Sendawar sebagai ibukota Kabupaten Kutai Barat secara otomatis pemukiman-pemukiman transmigrasi yang menjadi pusat pemerintahan tersebut juga berfungsi sebagai pusat perdagangan lokal serta pemasaran bagi desa di sekitarnya.

D. Peluang dan Potensi Usaha Ekonomi

Pembangunan Transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur berpeluang mendukung upaya swasembada pangan melalui penambahan luas areal pertanian pangan dari 15.731 KK transmigran seluas 140.690 Ha berupa Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha II, pada umumnya ditanami komoditas padi, jagung, kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran. Rata-rata produksi padi 1 – 2 ton/Ha. Secara keseluruhan, produksi dari lokasi transmigrasi adalah padi sebanyak 90.860,66 ton sekali panen dan jagung 44.926,13 ton sekali panen. Selain itu juga berpeluang bagi upaya peningkatan ekspor non migas dengan pembukaan lahan untuk penambahan luas areal perkebunan untuk Pir-Bun / Trans dengan jumlah 10.748 KK dengan luas total 20.114 Ha berupa lahan plasma dengan komoditi kelapa sawit. Dengan demikian, peluang ini mampu menciptakan lapangan kerja khususnya di sektor pertanian dan perkebunan.

(9)

P

ENYELENGGARAAN

T

RANSMIGRASI

D

I

E

RA

O

TONOMI

D

AERAH

A. Paradigma Baru Pembangunan Transmigrasi

Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, sangat mempengaruhi dalam proses penyelenggaraan transmigrasi termasuk di Kabupaten Mimika. Dengan paradigma barunya dalam penyelenggaraan transmigrasi Pemerintah Pusat berfungsi sebagai steering sedangkan Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Mimika mempunyai fungsi operasional sebagai rowing. Program pembangunan transmigrasi diposisikan sebagai bagian dari pembangunan daerah. Perencanaan dimulai dari bawah (bottom up planning) dengan mengadopsi aspirasi yang berkembang yang muncul dari masyarakat.

B. Program Transmigrasi Pada Era Otonomi Daerah

Seiring dengan perubahan paradigma dalam penyeleng-garaan transmigrasi, di Provinsi Kalimantan Timur juga terjadi perubahan orientasi dalam program transmigrasi. Lokasi transmigrasi bukan lagi terkesan ekslusif namun lebih menyandarkan pada aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat. Transmigrasi diposisikan sebagai bagian dari pembangunan daerah. Program pembangunan transmigrasi lebih diarahkan pada pembangunan permukiman yang

BAB

(10)

mengintegrasikan antara pendatang/Transmigran Penduduk Asal (TPA) dan penduduk daerah sekitar/Transmigran Penduduk Setempat (TPS). Pembangunan transmigrasi di masa mendatang diperlukan penanganan yang sungguh-sungguh sesuai kebutuhan daerah dan aspirasi masyarakat setempat sehingga pembangunan transmigrasi dapat dirasakan masyarakat sebagai bagian yang turut membangun wilayah dan desanya serta terhadap penduduk pendatang menjadi bagian pembangunan daerah.

Penempatan transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur tidak lagi menggunakan pola 80 % TPA : 20 % TPS, namun menggunakan pola 50 : 50 atau 60 – 70 % TPS dan 30 – 40 % TPS. Sampai dengan tahun 2002 sebanyak 9 UPT masih dibina dengan jumlah transmigran sebanyak 1.600 KK, yang tersebar di 5 (lima) Kabupaten sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut : NO KAB./LOK. POLA THN JML KK 1. Kab. Pasir - Petiku/Sebakung V - Binangon SP. 1 - S. Kendilo - Muaro Kuaro TPLB TPLK HTI TPLK 1998 2002 1996 2001 150 KK 100 KK 300 KK 100 KK 2. Kab. K. Kartanegara - Jonggon C SP.1 TPLK 2002 300 KK 3. Kab. Bulungan - Jelerai Selor SP. 6 TPLK 2002 100 KK

4. Kab. Kutai Timur

- Tepian Langsat SP2

- Tepian Langsat SP3 TPLK TPLK 2000 2002 250 KK 200 KK

5. Kab. Nunukan

(11)

Pada tahun 2003 Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memprogramkan Permukiman Transmigrasi Baru (PTB) sebanyak 1.650 KK yang tersebar di 5 (lima) Kabupaten, yaitu Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Bulungan, Kab. Kutai Timur dan Kab. Nunukan.

NO KAB./LOK. POLA THN JML KK

1. Kab. Kutai Kartanegara

- Jonggon D TPLK 2003 250 KK

2. Kab. Kutai Timur

- Tepian Langsat SP. 3 - Tepian Langsat SP. 4 TPLK TPLK 2003 200 KK 100 KK 3. Kab. Bulungan - Jelarai Selor SP. 6 - Tanjung Buka SP.1 - Salim Batu SP.7 TPLK TPLB TPLB 2003 200 KK 100 KK 100 KK 4. Kab. Pasir - Suliliran SP. 1 TPLB 2003 100 KK 5. Kab. Nunukan - Sebuku SP. 3 - Siemanggaris SP. 1 TPLK TPLK 2003 2003 300 KK 320 KK

Sedang pada tahun 2004, program transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur untuk Permukiman Transmigrasi Baru (PTB) adalah sebanyak 1.000 KK, yaitu di lokasi :

NO KAB./LOK. POLA THN JML KK

1. Kab. Berau

- Sukan Tengah SP. 3 TPLB 2004 250 KK

2. Kab. Kutai Kartanegara

- Jonggon D TPLK 2004 100 KK 3. Kab. Bulungan - Tanjung Buka SP. 2 TPLB 2004 150 KK 4. Kab. Pasir - Suliliran SP. 1 TPLB 2004 100 KK 5. Kab. Nunukan - Sebuku SP. 4 - Siemanggaris SP. 2 TPLK TPLK 2004 2004 300 KK 100 KK

(12)

Alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan pada tahun anggaran 2004 digunakan untuk penyiapan lahan sarana transmigrasi, pembangunan jalan, gorong-gorong, jembatan, fasilitas umum dan sarana air bersih.

Selanjutnya pada tahun 2005, program transmigrasi untuk Permukiman Transmigrasi Baru (PTB) sebanyak 930 KK, yaitu di lokasi :

NO KAB./LOK. POLA THN JML KK

1. Kab. Berau

- Sukan Tengah SP. 4 TPLB 2005 150 KK

2. Kab. Kutai Timur

- Tepian Langsat SP. 8 TPLK 2005 200 KK 3. Kab. Bulungan - Tanjung Buka SP. 1 - Tanjung Buka SP. 2 - Salim Batu SP. 7 TPLB TPLB TPLK 2005 2005 2005 150 KK 230 KK 50 KK 4. Kab. Pasir - Suliliran SP. 2 TPLK 2005 150 KK

Sementara itu jumlah UPT yang masih dibina sampai dengan tahun 2005 ini adalah sebanyak 3.690 KK / 16 UPT pada 6 Kabupaten. Alokasi program transmigrasi di Provinsi Kalimantan Timur dari dana APBN berupa Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 29.966.246.000,- , yang kegiatannya meliputi : 1) Kegiatan Penyiapan dan Pematangan Lahan Sarana

Transmigrasi seluas 757 Ha.

2) Kegiatan Pembangunan Jalan Poros/Penghubung sepanjang 13,2 Km.

3) Kegiatan Pembangunan Jalan Desa sepanjang 16,15 Km. 4) Kegiatan Pembangunan Jembatan sepanjang 178 meter. 5) Kegiatan Pembangunan RTJK sejumlah 630 unit.

6) Kegiatan Penyediaan Fasilitas Umum sejumlah 16 unit. 7) Kegiatan Penyediaan Sarana Air Bersih sejumlah 100 buah

(13)

Program penyelenggaraan Pembangunan Transmigrasi Baru (PTB) Tahun 2012 sebesar 700 KK dengan rincian sebagai berikut :

NO KABUPATEN JUMLAH KK

1. Kabupaten Bulungan - Tanjung Buka SP. 5

- Tanjung Buka SP. 8 200 KK (TPA = 100 KK, TPS = 100 KK) 150 KK (TPA = 50 KK, TPS = 100 KK)

2. Kabupaten Nunukan

- Seimanggaris SP. 5 150 KK (TPA = 75 KK, TPS = 75 KK)

Program pengembangan kawasan transmigrasi melalui program Pembangunan Transmigrasi Baru (PTB) Tahun 2013 (sampai dengan Bulan Mei 2013) sebanyak 100 KK dengan rincian : NO KABUPATEN JUMLAH KK 1. Kabupaten Nunukan - Siemanggaris SP. 5 - Siemanggaris SP. 6 a 100 KK (TPA = 50 KK, TPS = 50 KK) 2. Kabupaten Bulungan - Tanjung Buka SP. 5 - Tanjung Buka SP. 5a - Tanjung Buka SP. 9 100 KK (TPA = 100 KK)b c d Catatan :

a Target Luncuran sebanyak 15 KK

b Target Luncuran 200 KK, sudah ditempatkan sebanyak 100 KK c. Target Murni sebanyak 150 KK (TPA = 75 KK, TPS = 75 KK) d Target Murni sebanyak 150 KK (TPA = 75 KK, TPS = 75 KK)

(14)

C. Pelaksanaan Program Ketransmigrasian

Jumlah Transmigran yang Telah ditempatkan Menurut Daerah Asal Sejak Pra Pelita s/d Tahun 2011

No. DAERAH ASAL Transmigran

KK Jiwa 1 DKI Jakarta 1.281 4.334 2 LAMPUNG 100 436 3 BANTEN 99 404 4 JAWA BARAT 12.470 48.158 5 JAWA TENGAH 15.638 61.438 6 D.I. YOGYAKARTA 2.110 7.122 7 JAWA TIMUR 20.719 79.612 8 NTB 4.641 18.698 9 NTT 2.991 13.510 10 BALI 916 3.547 11 AKAD 109 429 12 Penduduk Setempat 18.345 81.464 Jumlah 79.419 319.152

Jumlah Transmigran yang telah ditempatkan menurut

Kabupaten/Kota Sejak Pra Pelita s/d Tahun 2012

No. DAERAH ASAL Transmigran

KK Jiwa

1 Kab. Pasir 14.545 60.422

2 Kab. Penajam Paser Utara 8.285 34.467

3 Kab. Kutai Kartanegara 15.536 63.171

4 Kab. Kutai Timur 13.948 54.359

5 Kab. Kutai Barat 4.431 17.255

6 Kab. Berau 8.116 31.431

7 Kab. Bulungan 6.583 25.701

8 Kab. Malinau 100 383

9 Kab. Nunukan 2.226 6.891

10 Kab. Tana Tidung 619 2.364

11 Kota Samarinda 4.179 17.347

12 Kota Balikpapan 751 3.283

13 AKAD 109 429

14 Penduduk Setempat 18.345 81.464

(15)

PROGRAM KIMTRANS BINA (PTA)TAHUN 2012

No Lokasi Tampung Daya Penempatan Tahun

Jumlah Penempatan KK JIWA I Kabupaten Bulungan 1. Tanjung Buka SP 2 2. Tanjung Buka SP 5 3. Tanjung Buka SP 7 4. Tanjung Buka SP 8 300 400 300 330 2007 2012 2008/2009 2010 300 400 250 300 1223 - 992 703 Jumlah 1330 1250 2918

II Kabupaten Kutai Timur 5. Tepian Langsat SP 3 6. Tepian Langsat SP 7 7. Tepian Langsat SP 8 8. Meratak 340 258 250 250 2006/’07/’09 2007/2008 2007 2009/2010 300 205 200 184 1141 818 755 736 Jumlah 1098 889 3450

III Kabupaten Nunukan 9. Seimanggaris SP 5

10. Seimanggaris SP 4a 250 500 2012 2007 150 150 560

Jumlah 750 300 560

IV Kabupaten Tana Tidung 11. Tanah Merah SP 1 12. Sesayap SP 3 13. Desa Sambungan 300 250 300 2006 2006/2007 2007/2010 300 150 170 1146 586 654 Jumlah 850 620 2386 V Kabupaten Berau 14. Sukan Tengah SP4 300 2007 175 800 Jumlah 300 175 800 Jumlah seluruhnya 4328 3234 10114

PROGRAM KIMTRANS BINA (PTA)TAHUN 2013

No Kabupaten Tampung Daya Penempatan Tahun

Jumlah Penempatan KK JIWA I Bulungan 1. Tanjung Buka SP 7 2. Tanjung Buka SP 8 3. Tanjung Buka SP 5 4. Tanjung Buka SP 5a 5. Tanjung Buka SP 9 300 330 400 270 250 2009/2010 2011/2012 2012 250 300 400 150 150 992 703 735 - - Jumlah 1.550 1.250 2.918 II Kutai Timur 6. Tepian Langsat SP 3 7. Tepian Langsat SP 7 8. Meratak 340 258 250 2006/’07/’09 2007/2008 2010/2011 300 205 184 1.141 818 736

(16)

III Nunukan 9. Seimanggaris SP 5 10. Seimanggaris SP 6 250 196 2012 - 100 80 - - Jumlah 250 180 - IV Tana Tidung 11. Desa Sambungan 200 2007/2010 170 654 Jumlah 200 170 654 Jumlah seluruhnya 2.848 2.289 10114

PROGRAM PENGAKHIRAN STATUS UPTTAHUN 2012

No Kabupaten Tampung Daya Penempatan Tahun

Jumlah Penempatan KK JIWA I Berau 1. Sukan Tengah SP 4 300 2006 175 800 Jumlah 300 175 800 II Bulungan 2. Tanjung Buka SP 2 340 2006 300 1223 Jumlah 340 300 1223

III Kutai Timur

3. Tepian Langsat SP 8 250 2006 200 755 Jumlah 250 200 755 IV Nunukan 4. Sebuku/Nunukan SP4 500 2006 150 560 Jumlah 500 150 560 Jumlah Seluruhnya 1.390 825 3.338

(17)

K

ERJASAMA

A

NTARA

D

AERAH

(KSAD)

B

IDANG

T

RANSMIGRASI

A. Kerangka Konseptual Kerjasama Antara Daerah (KSAD)

Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah yang efektif dilaksanakan sejak tahun 2001, meningkatkan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan alternatif pemecahan-pemecahan inovatif dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Pemerintah Daerah dituntut untukmemberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan publik dasar serta bagaimana meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan.

Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan Otonomi Daerah diartikulasikan oleh daerah untuk hanya terfokus pada usaha menata dan mempercepat pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri bahwa maju mundurnya satu daerah juga bergantung pada daerah-daerah lain, khususnya daerah yang berdekatan.

Untuk mengoptimalkan potensinya, kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif inovasi/konsep yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling menguntungkan terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah) mendorong kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat mengubah potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling menguntungkan.

BAB

(18)

Kerjasama Antar Daerah (KSAD) hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh karena itu, inisiasi Kerjasama Antar Daerah (KSAD)baru dapat berjalan dengan efektif apabila telah ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.

Kerjasama bisa meningkat atau lebih efektif dalam keberjalanannya apabila ada external support (misalnya dalam hal pendanaan) dan demand public atau permintaan dan dukungan dari masyarakat. Meskipun dua hal tersebut penting, akan tetapi hal utama yang harus mendasari kerjasama tersebut adalah adanya komitmen dari masing-masing Pemerintahan Daerah yang terkait. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen untuk bekerjasama dalam penanganan isu-isu yang telah disepakati, dan lebih mendahulukan kepentingan bersama dibanding kepentingan masing-masing daerah. Komitmen tersebut perlu dimiliki oleh para

(19)

pejabat, baik pada level teknis, manajerial, maupun pimpinan, sehingga langkah-langkah yang diperlukan, termasuk pemangkasan birokrasi dalam kerjasama dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak.

Hingga tahun 2013, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah melakukan kesepakatan Kerjasama Antara Daerah (KSAD) dengan beberapa provinsi yaitu :

No Propinsi Asal Nomor dan Tanggal Ket.

1. Jawa Timur 119/20258/012/2011 119/12531/BKPW.A/2011 475.1/923/DTKT-Sek/XII/2011

8-12-2011 5 Thn

2. Jawa Barat 475.1/25/BANGSOS

119/7271/BKPW.A/2011 28-6-2011 1 Thn 3. Banten 475.1/MOU.11-HUK/2010 474.6/11664.DTKT/2010 16-12-2010 5 Thn 4. Bali 075/30/KB/B.PUM/2010 474.6/11667/DTKT/2010 16-12-2010 5 Thn 5. NTT BU.595/39/G.NTT/2010 474.6/11666/DTKT/2010 16-12-2010 5 Thn 6. NTB 560/014/KESDA 474.6/11665/DTKT/2010 16-12-2010 5 Thn 7. DI Yogyakarta 25/KSP/XII/2010 474.6/11668/DTKT/2010 16-12-2010 5 Thn 8. Jawa Tengah 474.6/11669/DTKT/2010 16-12-2010 1 Thn 9. Lampung G/539 B/III.05/HK/2011 119/2185/BPPWKA/2012 8-6-2012 5 Thn

B. Kendala dan Potensi dalam Kerjasama Antar Daerah (KSAD) Kerjasama Antar Daerah (KSAD) selama ini tidak lepas dari kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala itu diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah masih belum cukup mempertimbangkan KSAD sebagai salah satu inovasi dalam penyelenggaraan pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah adanya

(20)

persaingan dan ego daerah dimana semangat otonomi masih dipandang sempit dan kedaerahan. Setiap daerah memacu

perkembangan daerahnya sendiri tanpa menimbang

kemampuan dan kebutuhan wilayah lain. Kondisi ini menghambat prakarsa daerah untuk bekerjasama dengan daerah lain. Terlebih lagi, tidak jarang pelayanan publik yang diusahakan melalui Kerjasama Antar Daerah (KSAD) lebih banyak merugi dan disubsidi APBD sehingga kurang menarik dikerjasamakan. Pemerintah Daerah kemudian lebih memilih bekerjasama dengan pihak swasta karena menganggap kerjasama dengan daerah lain justru lebih rumit dan rawan terjadi konflik. Selain itu, belum ada mekanisme insentif untuk daerah-daerah yang bekerja sama dalam peningkatan efektivitas/efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik,

2. Untuk daerah-daerah pemekaran, ada kecenderungan lebih enggan untuk bekerja sama dengan daerah lain, termasuk daerah induk, karena euphoria baru menjadi sebuah daerah otonom,

3. Di pemerintah pusat sendiri, KSAD belum menjadi satu inovasi prioritas untuk di-diseminasikan ke daerah. Selama ini KSAD biasanya terbentuk atas inisiatif daerah sendiri. Masih sangat kurang fasilitasi atau inisiasi dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Peran Pemerintah Pusat sampai saat ini baru dalam bentuk penyusunan PP No. 50 Tahun 2007 mengenai tata cara KAD.

(21)

Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang bisa menjadi potensi dalam pengembangan Kerjasama Antar Daerah (KSAD) ke depan, yaitu diantaranya:

1. Kerjasama Antar Pemerintah Daerah biasanya mendapat bobot prioritas paling rendah dari program-program lain dalam Bidang Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Meski begitu, baik Pemerintah Daerah maupun instansi di tingkat pusat memperkirakan peningkatan KSAD ini, pada masa yang akan datang, dapat menjadi salah satu kunci dalam mengakselerasi pembangunan daerah. Akan tetapi isu KSAD biasanya selalu “kalah” dengan isu lain yang sifatnya lebih pragmatik,

2. KSAD dapat menjadi alternatif dari pemekaran daerah untuk peningkatan pelayanan publik maupun pengembangan ekonomi wilayah.,

3. Sebagian besar daerah cenderung tidak terlalu memperhatikan KSAD biasanya karena daerah tidak tahu atau tidak menyadari potensi yang bisa dikerjasamakan. Pemerintah Provinsi bisa berperan dalam hal mengkaji potensi-potensi kerjasama tersebut. Database “potensi kerjasama” dapat menjadi instrumen yang penting dalam mendorong kerjasama daerah,

4. Penguatan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dapat dilakukan dalam hal inisiasi, penyusunan sistem/ mekanisme insentif, dan diseminasi best practices untuk mendorong peningkatan KSAD,

5. Selama ini sudah banyak model pengembangan ekonomi wilayah yang berbasis pada KSAD. Misalnya KAPET, Kawasan Andalan, Kawasan Sentra Produksi, dan sebagainya. Model-model ini dapat “dihidupkan” kembali atau bahkan dimodifikasi untuk sektor-sektor lain.

(22)

K

OTA

T

ERPADU

M

ANDIRI

(

K

T

M

)

Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan Transmigrasi yang pertumbuhannya dirancang menjadi Pusat Pertumbuhan melalui pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang mempunyai fungsi sebagai:

 Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian

jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis;

 Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul;

 Pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa;

 Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketrans-migrasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi mengatur bahwa transmigrasi dilaksanakan dengan membangun WPT (Wilayah Pengembangan Transmigrasi) dan LPT (Lokasi Permukiman Transmigrasi). WPT adalah untuk menciptakan pusat pertumbuhan yang baru sedangkan LPT adalah untuk menunjang pusat pertumbuhan yang sudah ada.

BAB

(23)

Meskipun lahir sebelum Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, UU 15 tahun 1997 dan PP Nomor 2 tahun

1999 sudah sejalan

dengan semangat otonomi daerah. Telah diatur bahwa WPT diusulkan oleh pemerintah daerah dan harus sesuai dengan tata ruang daerah. Namun dalam implementasinya

konsep WPT belum

banyak dipahami sebagai alternatif cara memper cepat pembangunan dae rah. Pengemasan Konsep WPT dalam bentuk KTM merupakan langkah stra tegis untuk implementasi WPT.

Sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis internal dan eksternal yang dihadapi, transmigrasi mereposisi diri untuk merespon tuntutan yang berkembang. Dengan hadirnya manajemen baru, digulirkan visi transmigrasi dengan paradigma baru untuk:

1. Mendukung ketahanan pangan dan penyediaan papan; 2. Mendukung ketahanan nasional;

3. Mendorong strategi pemerataan investasi serta pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah;

4. Penanggulangan pengangguran secara berkesinambungan dalam jangka panjang;

(24)

Sejalan dengan tujuan di atas dan dalam rangka percepatan pertumbuhan wilayah di Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kalimantan Timur telah mencanangkan pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di beberapa lokasi yakni :

No Lokasi Kemajuan

SK Penetapan Realisasi Kegiatan

1. KTM Maloy Kab. Kutai Timur SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: Kep.137/ MEN/VI/2008 tanggal 20 Juni 2008 - Tugu KTM - Gapura KTM - Jalan Poros - Jembatan Jalan Boulevard - Jalan Lingkungan - Rumah Ibadah - Kantor Polisi - Kantor Pengelola - Jalan Boulevard

2. KTM Seimanggaris Kab. Nunukan Keputusan Bupati Nunukan Nomor : 839 Tahun 2009 tanggal 18 Nopember 2009

- Masterplan - Site Plan

- DED Jalan dan Jembatan - DED Rumah Pintar - DED Gedung Kantor

Pengelola - DED Islamic Center - DED SAB

- DED Tugu dan Gapura

3. KTM Sebatik Kab. Nunukan Keputusan Bupati Nunukan Nomor : 840 Tahun 2009 tanggal 18 Nopember 2009

- Masterplan

- DED Tugu, Taman dan Gapura

- DED Kantor Pengelola - DED Dermaga - DED Drainase - DED Jalan

4. KTM Salimbatu Kab. Bulungan - - Masterplan 5. KTM Labanan Kab. Berau - - Masterplan

Dari beberapa lokasi tersebut, KTM Maloy telah dilakukan pembangunannya. Kawasan Kota Terpadu Mandiri Maloy terletak di Kabupaten Kutai Timur, yang mencakup Kecamatan Kaubun, Karangan dan Sangkuriang. Tepatnya di Teluk Sangkuriang yang termasuk dalam wilayah Agropolitan SANGSAKA (Sangkulirang - Sandaran – Kaliorang). Di dalam kawasan ini terdapat desa eks Transmigrasi sebanyak 13 desa yang sudah berkembang.

(25)

Kawasan Maloy mempunyai potensi untuk pengembangan lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering dan lahan tambak. Lahan sawah adalah pengembangan dari bendungan sungai Kambun atau sistim pompanisasi. Kesesuaian lahan untuk sawah sangat sesuai. Selain itu untuk tanaman palawija dan buah-buahan terutama nenas dan kacang-kacangan sangat sesuai. Di kawasan ini juga tersedia 3.500 Ha lahan untuk tambah yaitu untuk tambak udang galah dan bandeng yang berukualitas eksport, termasuk kegiatan pembuatan bibit udang galah dan bandeng.

Pada saati ini di Kawasan Maloy sedang dibangun pelabuhan yang berstandar internasional yang dikenal dengan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy artinya kawasan ini akan menjadi bongkar muat dan lintas barang skala besar antar pulau dinusantara ini. Oleh karena kawasan ini ditarget cepat berkembang, maka salah satu indikatornya adalah jaringan transportasi, oleh sebab itu dikawasan ini berpotensi membangun

(26)

P

ROSPEK

P

ENGEMBANGAN

T

RANSMIGRASI

D

I

P

ROVINSI

K

ALIMANTAN

T

IMUR

Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang tertuang pada Rencana Tata Ruang yang tertuang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Terpadu Pengembangan Prasarana dan Sarana serta Rencana Tata Ruang Provinsi dapat disimpulkan bahwa peran sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan) untuk Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Timur masih sangat besar. Masih luasnya lahan yang belum dikembangkan sementara terbatasnya ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki di Provinsi Kalimantan Timur sangat terbatas, maka untuk mengoptimalkan pengembangan sektor pertanian di Provinsi tersebut terutama dalam melakukan program ekstensifikasi perlunya tambahan tenaga kerja dari luar daerah.

Berdasarkan hal tersebut, peluang pengembangan kawasan transmigrasi untuk memanfaatkan potensi alam yang ada tampaknya

masih besar. Untuk mendukung pembangunan daerah,

pengembangan kawasan transmigrasi dapat memanfaatkan kawasan budidaya non kehutanan, terutama yang diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian. Luas kawasan budidaya pertanian non kehutanan seluruhnya mencakup 5.324.400 Ha yang tersebar di :

₋ Kabupaten Kutai seluas 902.580 Ha. ₋ Kabupaten Kutai Barat seluas 932.266 Ha. ₋ Kabupaten Kutai Timur seluas 957.780 Ha. ₋ Kabupaten Bulungan seluas 426.307 Ha. ₋ Kabupaten Pasir seluas 609.015 Ha. ₋ Kabupaten Berau seluas 572.423 Ha. ₋ Kota Samarinda seluas 78.000 Ha. ₋ Kota Balikpapan seluas 35.469 Ha.

BAB

(27)

₋ KotaBontang seluas 10.429 Ha. ₋ Kota Tarakan seluas 20.305 Ha.

₋ Kabupaten Malinau seluas 291.070 Ha. ₋ Kabupaten Nunukan seluas 483.844 Ha. A. Potensi Lahan

1. Luas Wilayah

Luas Wilayah Provinsi Kalimantan Timur (Profil Daerah Prov. Kaltim 2009) dengan Luas Seluruhnya 20.865.774 Ha yang terdiri dari :

 Luas Daratan : 19.844.117 Ha.  Luas Laut : 1.021.657 Ha. 2. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Tahun 2009 meliputi :

a. Lahan Kehutanan : 17.718.423 Ha

 Hutang Lindung : 2.751.702 Ha

 Hutang Suaka Alam dan Wisata : 61.850 Ha

 Hutan Produksi Tetap : 5.121.688 Ha

 Hutang Produksi Terbatas : 4.612.965 Ha

 Hutang Konservasi : 5.170.218 Ha

b. Lahan Persawahan : 202.370 Ha

 Sawah Tadah Hujan (Non Irigasi) : 126.294 Ha

 Sawah Irigasi : 50.209 Ha

 Sawah Pasang surut : 16.679 Ha

 Sawah Lainnya : 9.188 Ha

c. Lahan Kering : 2.358.866 Ha

 Ladang (Tegalan) : 865.957 Ha

 Rawa : 495.412 Ha

(28)

d. Lahan Permukiman/Perkampungan : 3.724.663 Ha

 Padang Rumput Alam : 61.535 Ha

 Tanah Tandus (Tidak diusahakan) : 2.215.393 Ha

 Tanah Terlantar : 1.447.735 Ha

3. Potensi Lahan Pertanian

Potensi Lahan Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2010 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kaltim)

₋ Sawah : 201.769 Ha

₋ Bukan Sawah : 2.687.709 Ha

₋ Sawah tanam 2 kali setahun : 24.340 Ha ₋ Sawah tanam 1 kali setahun : 58.456 Ha ₋ Sawah yg tidak tanam padi : 26.784 Ha

₋ Sawah yg dimanfaatkan sekitar : 109.580 Ha (54%) ₋ Sawah yang tidak diusahakan : 92.189 Ha (46%) ₋ Bukan Sawah yg dimanfaatkan : 1.426.463 Ha (53%) ₋ Bukan Sawah yg tidak diusahakan : 1.261.246 Ha (53%) ₋ Pengembangan Lahan Sawah :

₋ Tahun 2006 s/d 2010 : 5.934,5 Ha

₋ Tahun 2011 : 2.550 Ha

₋ Rencana Tahun 2012 : 5.750 Ha

(29)

B. Rice Estate/Food Estate 1. Rice Estate

Pengembangan Rice Estate di Provinsi Kalimantan Timur seluas 200.000 Ha, dengan luas indiaksi lahan potensial, Hasil Verifikasi dengan Kabupaten sebagai berikut :

No KABUPATEN Luas Indikasi Pemerintah Provinsi Terhadap Potensi Luasan Lahan (Ha) Hasil Klarifikasi Kabupaten Tgl.18 Januari 2012 /Validasi Tim Percepatan (Ha) 1 BERAU 11.901,42 62.751 2 BULUNGAN 73.976,77 50.000 3 KUTAI BARAT 56.942,42 70.000 4 KUTAI KARTANEGARA 76.826,99 36.347 5 KUTAI TIMUR 39.545,58 62.630 6 MALINAU 1.306,60 1.933 7 NUNUKAN 12.434,19 46.700

8 PENAJAM PASER UTARA 9.474,48 1.400

9 PASER 15.159,44 5.500

10 TANA TIDUNG 4.916,93 6.200

(30)

2. Food Estate

a. Kawasan Transmigrasi

Daya tampung dan realisasi penempatan kawasan transmigrasi pada 5 (lima) SKP di Kabupaten Bulungan :

1). SKP Salimbatu : 14.000 Ha. Penempatan Tahun :  1982-1985, SP.1 realisasi = 400 KK  1982-1986, SP.2 relaisasi = 500 KK  1985-1986, SP.3 realisasi = 350 KK  1985-1989, SP.4 realisasi = 200 KK  1985-1989, SP.5 realisasi = 500 KK  1991-1992, SP.6 realisasi = 340 KK  2003-2005, SP.7 realisasi = 200 KK Total Penempatan = 2.490 KK

(31)

2). SKP Jelerai Selor : 10.000 Ha. Penempatan Tahun :  1991-1992, Sp.1 realisasi = 250 KK  1992-1993, SP.2 realisasi = 325 KK  1993-1994, SP.3 realisasi = 240 KK  1996-1997, SP.4 realisasi = 230 KK  1997-1998, SP.5 realisasi = 350 KK  2002-2004, SP.6 realisasi = 300 KK Total Penempatan = 1.695 KK

3). SKP Tanjung Buka : 10.000 Ha.

 2003-2006, SP.1 realisasi = 465 KK  2005-2006, SP.2 realisasi = 320 KK  2008-2009, SP.7 realisasi = 250 KK  2010, SP.8 realisasi = 150 KK  2012, SP.8 Target = 150 KK  2012, SP.5 Target = 400 KK  PM, SP.5 Daya Tampung = 200 KK  PM, SP.3 Daya Tampung = 260 KK  PM, SP.4 Daya Tampung = 300 KK  PM, SP.6 Daya Tampung = 320 KK  PM, Sepungkur SP.1 = 500 KK

Jumlah Target dan Real = 3.315 KK

4). SKP Selimau : 1.000 Ha.  1992-1993, Sp.1 realisasi = 133 KK  1993-1994, SP.2 realisasi = 146 KK  1995-1996, SP.3 realisasi = 121 KK Total Penempatan = 400 KK 5). SKP Sekatak : 1.000 Ha  1997-1998, Sp.1 realisasi = 144 KK

Jumlah Luas Lahan : 36.000 Ha

(32)

Pengembangan Food Estate kawasan Delta Kayan Kabupaten Bulungan meliputi :

 Potensi Pengembangan Food Estate di Kawasan Delta Kayan Kabupaten Bulungan seluas 50.000 Ha, terdiri dari :

a. Luas lahan ± 6.000 Ha telah dimanfaatkan transmigrasi, dengan realisasi penempatan sampai 2011 sebanyak 1.165 KK dan Rancangan Penempatan Transmigrasi sebanyak 1.894 KK dengan rincian sbb :

1). SKP Tanjung Buka telah ditempatkan transmigrasi sebanyak 1.165 KK meliputi :  Tanjung Buka SP.1 = 465 KK  Tanjung Buka SP.2 = 320 KK  Tanjung Buka SP.7 = 250 KK  Tanjung Buka SP.8 = 150 KK+150 KK (2012)

2). SKP Tanjung Buka yang telah tersedia Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dengan daya tampung sebanyak 1.794 KK meliputi :

 Tanjung Buka SP.3 = 260 KK

 Tanjung Buka SP.4 = 314 KK

 Tanjung Buka SP.5 = 400 KK (2012)

 Tanjung Buka SP.6 = 320 KK

 Sepungkur SP.1 = 500 KK

b. Terdapat sisa potensi lahan Delta Kayan seluas 44.000 Ha (50.000 – 6.000), mempunyai potensi kesempatan kerja sebanyak ± 10.000 Tenaga Kerja dengan rancangan sebagai berikut :

 Lahan 44.000 Ha efektif untuk pengembangan transmigrasi seluas ± 30.800 Ha (70 %).

 Lahan dipergunakan Inti 15.400 Ha (50 %)

 Lahan untuk Transmigrasi 15.400 Ha, maka memiliki daya tampung sebanyak 7.700 KK (2 Ha/KK).

(33)

 Prediksi Program Food Estate dapat menyerap Tenaga Kerja/Transmigrasi sebanyak 10.759 KK meliputi :

 Transmigrasi telah ditempatkan = 1.165 KK  Program yang tersedia RTSP = 1.894 KK

(34)

C. Investor 1. Food Estate

a. PT. AGRO SUMBER KENCANA (MIWON)  Komoditi : Jagung

 Luas : 5.000 Ha

 Lokasi : Tanjung Buka Kab. Bulungan  Realisasi : Demplot 10 Ha

 Program : Menunggu usulan program dari

perusahaan dimaksud. b. PT. SANG HYANG SERI (SHS)

 Komoditi : Padi

 Luas : 5.000 Ha

 Lokasi : Tanjung Buka Kab.Bulungan

 Realisasi : Master Plan, Pendirian Pabrik Benih

 Program : Menunggu usulan program dari

perusahaan dimaksud. c. PT. NUSA AGRO MANDIRI (SOLARIA)

 Komoditi : Kedelai, Jagung dan Ikan Air Tawar

 Luas : 5.000 Ha

 Lokasi : Tanjung Buka Kab. Bulungan  Realisasi : Demplot Kedelai 3 Ha

 Program : Menunggu usulan program dari

(35)

2. Rice Estate

Investor yang mengusulkan investasi untuk pengembangan Rice Estate dan/atau Food Estate sebanyak 16 Perusahaan dengan kebutuhan lahan seluas 525.100 Ha dengan rincian sebagai berikut :

1. TIGA PILAR CORP (Jakarta) = 10.000 Ha

2. PT. HARIM (Korea Selatan) = 11.000 Ha

3. BUMN (PT. SHS) = 40.000 Ha

4. BUMN (PT. PERTANI) = 30.000 Ha

5. BUMN (PT. Pupuk Sriwijaya, PT. PKT, PT. Pupuk Kijang, PT. PetroKimia) = 30.000 Ha 6. PT. BOSAWA GROUP = 15.000 Ha 7. PT. TECHNITEM INDONESIA = 100.200 Ha 8. PT. ANUGERAH = 2.000 Ha 9. PT. HANURATA = 200.000 Ha 10. INTRACA PENTA = 10.000 Ha

11. BANGUN DESA PANGAN = 1.900 Ha (INKOPTA)

12. GREAT GLANT AGRO INDUSTRY = 5.000 Ha (GGAI)

13. BERAU JAGUNG RAYA = 10.000 Ha

14. KADIN KALTIM = 20.000 Ha

15. KAPAL API = 10.000 Ha

16. PT. BINA MENTARI TUNGGAL = 30.000 Ha

(36)

P

ERMASALAHAN

P

ERTANAHAN

T

RANSMIGRASI

Secara konstitusional negara memiliki kewajiban untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana digariskan dalam UUD 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu sumber daya utama dalam mewujudkan kesejahteraan umum adalah melalui pengelolaan dan pendayagunaan tanah. Mengingat tanah dalam wilayah NKRI merupakan salah satu sumber daya alam utama yang selain memiliki nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia, juga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang semakin meningkat dan beragam, baik di tingkat nasional maupun dalam hubungannya dengan dunia internasional,1 oleh karenanya tanah harus dikelola

dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu diperlukan pengaturan tentang tanah dalam peraturan perundang-undangan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan tersebut. Hak asasi mengenai tanah telah diakui dan dilindungi oleh negara dalam konstitusi. Kebijakan pertanahan di Indonesia bersumber pada Konstitusi Negara, yaitu Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan kepada negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan mempergunakannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Amanat Konstitusi tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencapai

1Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Universitas Trisaksti, 2007, hal. 3.

BAB

(37)

keadilan sosial.2 Amanat Konstitusi tersebut ditindaklanjuti dengan

diundangkannya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). UUPA merupakan UU yang bersifat populis yang ketentuan dalam pasal-pasalnya merupakan perwujudan dari sila-sila dalam Pancasila, namun terjadi pergeseran kebijakan pertanahan ke arah yang cenderung prokapitalis.3

Permasalahan di bidang pertanahan yaitu: (1) masih adanya potensi sengketa dan konflik pertanahan yang tinggi akibat aturan hukum yang mengatur pengelolaan pertanahan belum sepenuhnya memberikan jaminan kepastian hukum; (2) lemahnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah menyebabkan hak-hak masyarakat atas tanah menjadi kurang terlindungi, tidak terkecuali bagi masyarakat petani di perdesaan; (3) akses petani terhadap tanah semakin mengecil dari tahun ke tahun; dan (4) terjadinya fragmentasi tanah pertanian, yang menyebabkan penguasaan petani terhadap tanah pertanian terus mengecil hingga berada jauh di bawah skala ekonomi yang layak.

Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Ketransmigrasian, pada Pasal 23 ayat (1) ditegaskan bahwa

“Pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggaraan

transmigrasi” dan di ayat (2) dijelaskan pula bahwa alokasi penyediaan tanah bagi transmigrasi sangat penting didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk memberikan kepastian bagi penyediaan lapangan kerja dan ruang usaha serta permukiman.

Dalam perkembangannya, banyak dijumpai permasalahan pertanahan di bidang keteransmigrasian, diantaranya (1) permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan investor, (2)

2Alinea Ke-IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi

(38)

permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk, (3) permasalahan penyelenggaraan transmigrasi dengan

pemenuhan hak transmigrasi, dan (4) permasalahan

penyelenggaraan transmigrasi dengan kawasan hutan.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga Maret 2012, mencatat terdapat 71 kasus masalah pertanahan dalam penyelenggaraan transmigrasi di 22 provinsi di seluruh Indonesia. Kasus pertanahan transmigrasi paling banyak disebabkan masalah pemenuhan hak para transmigran. Setidaknya 34 dari 71 kasus transmigrasi terkait hal tersebut. Sisanya sekitar 17 kasus menyangkut tuntutan penduduk yang tak terpenuhi serta 20 kasus lain terkait tumpang tindih kepentingan dengan investor.

A. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Investor Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 4 lokasi di kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan investor.

No. Kab./Lokasi Tahun Patan Jml KK Pola Masalah

Kekurangan Lahan

(HA ) Upaya Tindak

Lanjut LP LU I LU II

1.

2.

3.

Penajam Paser Utara - Labangka, Babulu. Tana Tidung - Sesayap SP.3 Nunukan - Simanggaris SP.2 - Sebuku 1991/ 1992 2006/ 2007 2004 2006 200 150 200 200 TU TU TU TU Tumpang tindih LU I, II dengan HGU PT Sukses Tani Nusa Subur. Tumpang tindih HPL dengan HPHTI PT. Adindo Hutani Lestari Tumpang tindih dengan HGU PT. Pohon Mas Tumpang tindih dengan lokasi HGU PT. KHL dan Koperasi Tani Mukti. - - - - 75 100 - - 100 150 100 400 Dalam Proses penyelesaian oleh BPN Prov. Kaltim. Dalam proses Pengadilan.

Perlu tata batas ulang.

Perlu tata batas ulang.

(39)

B. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Tuntutan Penduduk

Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 2 lokasi di 2 kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk.

No. Kabupaten/Lokasi Patan, KK Tahun Pola

Lahan yang dituntut

( HA ) Masalah

LP LU I LU II

1. Kutai Kartanegara

1. UPT Maluhu 1970/1972, 400 TU - 66,246 m

2 - Tuntutan Ahli Waris

(Alm) HAS, Putusan Pengadilan Negeri Tenggarong No. 26/PTS.Pdt.C/1983 PN-TGR Tgl. 18 Mei 1983.

2. Penajam Paser Utara

2. Gunung Makmur Lahan diserobot oleh Desa Usaha II Rantau Belimbing

Upaya dan tindak lanjut terhadap permasalahan di atas;

1. Terhadap permasalahan di UPT Mahulu, Kab. Kutai Kartanegara akan diselesaikan oleh Pemkab Kukar, Pemprov Kaltim, Kemenakertrans.

Hasil pertemuan antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Pengadilan Negeri Tenggarong dan Ahli Waris disepakati:

- Dana Ganti Rugi Lahan untuk UPT Maluhu Kec.

Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara sebesar Rp. 9.000.000.000,- yang terdiri dari Rp. 5.000.000.000,-

dari Dana APBN Kemenakertrans, Rp. 2.000.000.000,- APBD Prov. Kaltim (diajukan dalam APBD-P 2013) dan APBD Kab. Kukar sebesar Rp. 2.000.000.000,-;

- Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat sepakat untuk bersama-sama mengajukan perubahan eksekusi kepada pihak Pengadilan Negeri Tenggarong,

(40)

- Untuk mengatasi pelaksanaan Ganti Rugi lahan, alternatif

yang disepakati adalah melaksanakan atau

menyampaikan dana yang ada di APBN terlebih dahulu, sebesar Rp. 5.000.000.000,- yang dialokasikan dari Pusat, sehingga Pusat sudah tidak mempunyai tanggungan lagi. 2. Terhadap permasalahan di UPT Gunung Mamkmur, Kab. PPU

Perlu dilakukan investarisasi dan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi.

Kegiatan tersebut akan dilakukan bersama antara Disnakertrans Prov. Kaltim dan Dit. Penyediaan Tanah Transmigrasi Ditjen serta berkoordinasi dengan Kanwil BPN Prov. Kaltim dan Kantor BPN Kabupaten Paser.

C. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Pemenuhan Hak Transmigrasi

Di Kalimantan Timur sampai dengan bulan Mei tahun 2013, tercatat 2 lokasi di 2 kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan tuntutan penduduk

No. Kabupaten/ Lokasi Tahun Patan Jml KK Pola Masalah

Kekurangan Lahan

( HA ) Penyebab Upaya & Tindak Lanjut LP LU I LU II 1. 2. 3. Kutai Kartanegara - Sebulu IV - Rapak Lambur Tana Tidung Sambungan

Penajam Paser Utara - Bebulu Darat - Labangka 1994/ 1995 2004 2007 1999 1992 200 100 99 200 200 TSM TU- TPLB TU TSM Trans bangdep Tumpang tindih lahan UPT Sebulu III dan Sebulu IV. Kekurangan LU I

Tuntutan warga trans atas lahan seluas 3 HA/KK. Kekurang LU I, warga hanya memperoleh LP ukuran 25M X 50M Nama 100 warga trans salah nama dlm penerbitan sertifikat. - - - - - - 50 - 200 100 198 - 297 - - Lahan diokupasi penduduk lokal Kebijakan Bupati warga trans mendapat jatah lahan seluas 3 Ha/KK Dokumen tidak lengkap Sudah dilakukan identifikasi lokasi bermasalah. Akan dicarikan lahan pengganti*). Redisain tata ruang lokasi trans dgn Dana APBD 2012 dan akan membagi kekurangan LU II pada Tahun 2013**). Perlu pencermatan lapangan tentang perolehan lahan untuk TSM tsb. Perlu koordinasi dengan BPN Kab. PPU.

(41)

Catatan :

*) Surat Kepala Dinas Nakertrans Kab. Kutai Kartanegara No: 475.1/297/1.7.1/2010 tanggal 15 Juli 2010 perihal Laporan penyelesaian lahan Upt Rapak Lambur:

a. Penyelesaian klaim masyarakat atas LU warga transmigran UPT Rapak Lambur , diupayakan penyelesaian melalui jalur hukum b. Pihak legislatif Kab. Kutai Kartanegara akan memfasilitasi

Penyerahan lahan secara langsung dari Bupati kepada transmigran, yang direncanakan awal bulan Agustus 2010

c. Warga yang mengklaim lahan dan berkeinginan ikut program penataan penduduk akan ditindaklanjuti pada tahun 2011

**) KLARIFIKASI

 Legalitas Lahan, telah dicadangkan areal seluas 1.000 Ha dengan SK Bupati Bulungan No. 512 Tahun 2005 tanggal 6 Oktober 2005. Kemudian diperbarui dengan SK Bupati Tana Tidung No. 591/193/K-VII/2011 tanggal 12 Juli 2011 dengan luas 2.000 Ha

 RTSP dilaksanakan oleh Pemkab Bulungan tahun 2006 dengan daya tampung 300 KK

 Pembangunan pemukiman transmigrasi di Desa Sambungan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tahun 2007 sebanyak 70KK dan pada tahun 2010 sebanyak 100 KK, dengan menggunakan

 Penempatan 2007 = 70 KK, TPS 29 KK dan TPA 41 KK ( Jabar 25 KK dan Jateng 16 KK).

 Penempatan 2010 = 100 KK , TPS 51 KK dan TPA 49 KK (DKI Jakarta 25 KK dan Jabar 24 KK).

 LP dan LU I tidak ada perubahan tata ruang. L802

 LU I yang dibuka hanya sampai tahap Tebas, Tebang, Potong (TTP) sehingga masih terdapat katyu yang berdiameter besar berserakan.

 Jalan untuk mencapoai LU I sepanjang 1,5 Km tidak ada TINDAK LANJUT

1. Pemantapan aspek legalitas lahan dari SK Bupati Tana Tidung menjadi SK Gubernur Kaltim, sekaligus pemantapan aspek 2C dan 4L, 2. Berdasarkan lahan yang sudah 2C, akan dilakukan redesign yang semula 2 Ha (300 KK daya tampung) menjadi alokasi lahan 3 Ha per KK (alokasi lahan LP 0,25 Ha , LU I 0,75 Hha, dan LU II 2 Ha) sehingga daya tampung menjadi 200 KK

3. Hasil redesign dapat menampung atau menyelesaikan masalah lahan untuk 170 KK yang ada di lokasi, dan hasil redesign tersebut harus dikonsultasikan dan dipresentasikan dengan Dit. PTPKT Ditjen

(42)

4. Pembagian lahan dapat dilakukan setelah selesai redesign RTSP, pembukaan lahan, sarana dan prasarana pemukiman, serta penanaman tanaman keras di LU I yang semuanya dibiayai oleh APBD. Sedangkan LU II akan dikerjasamakan dengan perusahaan perkebunan yang ada di Kec. Sesayap Hilir (MoU dengan perusahaan yang akan dilaksanakan dan diproses oleh Pemkab Tana Tidung).

D. Permasalahan Penyelenggaraan Transmigrasi Dengan Kawasan Hutan

Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya pada Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan menentukan bahwa ”Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.”; bertentangan dengan prinsip kepastian hukum yang adil sebagaimana dilindungi dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 karena mengakibatkan warga transmigrasi berpotensi dipidana dengan Undang-Undang Kehutanan karena seluruh atau sebagian wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan hutan, sedangkan pada awal perencanaan lokasi transmigrasi tersebut berada di luar kawasan hutan dan telah dinyatakan clear and clean (2C).

Kewenangan yang diberikan oleh UU ini kepada Kementerian Kehutanan yang terlampau luas termasuk berwenang menetapkan status dan fungsi hutan juga patut untuk dipertanyakan khusus dalam penetapan status hutan yang berkaitan dengan penguasaan tanah tidak ada satu pun ketentuan yang menyebutkan perlunya koordinasi antara Kementerian Kehutanan dengan BPN. Hal ini berpotensi menimbulkan perebutan kewenangan dalam pengaturan mengenai lahan hutan antar instansi pernerintah serta tumpang tindih pengaturan dalam wilayah yang sama.

(43)

Di Kalimantan Timur, sampai dengan Mei 2013 dinayatakan terdapat 13 lokasi di 6 Kabupaten yang bermasalah dalam penyelenggaraan transmigrasi dengan kawasan hutan.

No. Kabupaten/Lokasi Status Lahan Luas (Ha) Tahun Penempatan Realisasi Identifikasi Masalah Upaya Penanganan (KK ) 1 2 3 4 5 6 7 8 I II III Kabupaten Paser. 1. Binangun SP. 1 2. Muara Kuaro Kabupaten Kutai Kartanegara 3. Jonggon D. 4.Rantau Hempang Kabupaten Tana Tidung 5. Sesayap SP. 3 6. Tanah Merah 7. Sambungan HPT HP HP HP HP HP HP 743 2002 2001 2006 1997/1998 2006 2003 2011 100 100 250 100 150 300 170

- Baplan menolak karena sebagian arealnya tumpang tindih dengan HPT - Lokasi berada di dalam

kawasan HPT

- Berada dalam kawasan HP

- Teridentifikasi oleh Baplan sejak Pebruari 2005 masuk kawasan KBK

- Masuk dalam kawasan KBK

- Areal tumpang tindih dengan Lahan Usaha PT. Adindo Hutani Lestari

- Lokasi termasuk APL/KBNK (Peta Kawasan Hutan dan Perairan Kaltim), tetapi berada dalam IUPHHK-HA PT. Inhutani I

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Sudah tersedia areal pengganti seluas 230 Ha Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK Dengan Putusan MA No. 14 tahun 2009 transmigrasi berhak atas areal tersebut, tapi PT. AHL mengajukan PK Perlu koordinasi lebih intensif dengan PT. Inhutani I ( Instansi terkait ) Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. IV 8. Menjelutung Kabupaten Bulungan 9. Salim Batu SP.7 10. Tanjung Buka SP. 2 HPT HP HP 2012 2009 2005 55 200 300 - Pembangunan Kimtrans di areal usaha PT. Sarana Mandiri Utama

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK - Sebagian arealnya masuk

dalam kawasan KBK

Perlu pelepasan areal oleh PT. Sarana Mandiri Uta ma dan perubahan Kawasan KBK men jadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK.

(44)

V VI Kabupaten Kutai Timur 11. Tepian Langsat SP. 8 Kab. Penajam Paser Utara 12. Sepaku 13. Semoi HP HL HL 2005 1993/1994 1982/1983 200 300 384

- Sebagian arealnya masuk dalam kawasan KBK

- Arealnya dinyatakan masuk dalam kawasan Tahura Bukit Suharto.

- Arealnya dinyatakan masuk dalam kawasan Tahura Bukit Suharto. Perlu perubahan kawasan dari KBK menjadi KBNK. Perlu dilakukan pencermatan lapangan karena luasan Tahura Bukit Suharto bertambah. Perlu dilakukan pencermatan lapangan karena luasan Tahura Bukit Suharto bertambah.

(45)

PENUTUP

Transmigrasi adalah kegiatan yang berdimensi ganda. Di satu pihak, transmigrasi ditujukan untuk mengurangi kepadatan penduduk di daerah-daerah tertentu untuk memberi keleluasaan bagi usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi di daerah bersangkutan. Di lain pihak, transmigrasi dimaksudkan pula untuk membantu dan merangsang peningkatan pembangunan di daerah-daerah yang relatif masih terbelakang. Selain itu transmigrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Titik pusat penyelenggaraan transmigarasi adalah manusia.

Program pelaksanaan transmigrasi memungkinkan untuk melaksanakan pemerataan pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial kepada golongan penduduk yang selama ini tidak terjamah oleh fasilitas-fasilitas sosial tersebut. Transmigrasi juga berfungsi untuk mempercepat perubahan pengelompokan dan penggolongan manusia dan membentuk jalinan hubungan sosial dan interaksi sosial yang baru. Dengan cara demikian diharapkan akan diperoleh keserasian dalam laju pembangunan antar daerah

Secara umum dapat dikatakan bahwa program transimgrasi membantu pemerintah dalam pengembangan daerah. Daerah yang dibangun dalam transmigrasi adalah daerah asal dan daerah tujuan. Di daerah asal dapat dilaksanakan program pembangunan yaitu pelaksanaan landreform secara konsekuen, pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, pelestarian alam dan lingkungan hidup, perubahan pola usaha tani, pencegahan korban-korban bencana alam, pengurangan kepadatan penduduk, dan pengurangan urbanisasi. Sedangkan di daerah tujuan dapat dilaksanakan program

BAB

(46)

penambahan tenaga pembangunan, perubahan dana-dana dan sarana pembangunan, transfer teknologi, pelaksanaan landreform secara konsekuen, pembudidayaan potensi alam, dan pembaharuan pola hidup.

Dalam rangka perbaikan dan percepatan pencapaian tujuan dari program transmigrasi maka perencanaan transmigrasi lebih dipadukan dengan sektor pembangunan lainnya yaitu kehutanan, tata guna tanah, pembangunan daerah, pekerjaan umum, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, koperasi, dan lain-lain. Perencanaan yang lebih terpadu dimaksudkan untuk lebih menjamin tercapainya peningkatan taraf hidup transmigran dan masyarakat sekitarnya.

Referensi

Dokumen terkait