BAB II TUJUAN PUSTAKA
II.2. Kajian Pustaka
II.2.7. Pacaran
II.2.7.1 Definisi Pacaran
Didalam komunikasi antarpribadi, hubungan dapat diartikan sebagai sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi antara mereka. Hubungan antarpribadi dapat didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama. Hubungan yang baik adalah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bahi mereka yang terlibat interaksi tersebut (Budyatna dan Ganiem, 2011: 36).
Hubungan pribadi atau personal relationship ialah di mana orang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi dan perasaan-perasaan yang tidak diketahui oleh orang lain dan umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang dan pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan. Didalam hubungan yang akrab sekalipun, masih terdapat batas-batas mengenai jumlah pengungkapan diri yang sesuai. Meskipun mengkomunikasikan informasi pribadi mengenai diri dan melakukan pengamatan pribadi mengenai orang lain adalah perlu bagi keakraban supaya berkembang, pada kejadian mengenai keterbukaan tanpa syarat dapat terjadi gangguan hubungan sebagai kebalikan dari hubungan baik.
Seperti Mills & Clark (Budyatna dan Ganiem, 2011: 158), menjelaskan: “berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbal balik yang kuat di mana pengungkapan diri telah
diajarkan sebagai inti dari hubungan yang erat”.
Teman akrab atau intimates adalah orang-orang yang berbagi hubungan yang menyangkut kedekatan, kepedulian, dan kepercayaan yang dicirikan oleh pengungkapan diri dan tanggung jawab secara timbal balik. Baik hubungan platonik maupun romantik dapat menjadi teman akrab. Hubungan platonik atau
platonic relationship adalah hubungan di mana para mitra tidak tertarik secara
seksual atau tidak memilih untuk bertindak atas dasar ketertarikan seksual. Sebaliknya, hubungan romantik ialah hubungan di mana para mitra bertindak atas dasar ketertarikan seksual terhadap satu sama lain. Salah satu bentuk dari hubungan romantik ini sendiri adalah pacaran.
Menurut DeGenova & Rice pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowmanpacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belummenikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikanpengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan diAmerika.Benokraitis menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimanaseseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuanuntuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup
Menurut Saxton pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antardua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah danberlainan jenis). Kyns menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara duaorang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimanahubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hatimasing-masing. Menurut Reiss pacaran adalahhubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman (Sukmadiarti, Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan Yang Menikah Dengan Pacaran Dan Tanpa
Pacaran(Ta’aruf),
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah serangkainan aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti
adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.
II.2.7.2 Komponen – Komponen Pacaran
Menurut Karsner, ada empat komponen penting dalam menjalinhubungan pacaran. Kehadiran komponen-komponen tesebut dalam hubunganakan mempengaruhi kualitas dan kelanggengan hubungan pacaran yang
dijalani(25-Aug-2010)
Adapun komponen-komponen pacaran tersebut, antara lain: 1) Saling Percaya (Trust each other)
Kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah suatu hubunganakan berlanjut atau akan dihentikan. Kepercayaan ini meliputi pemikiranpemikirankognitif individu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannya.
2) Komunikasi (Communicate your self)
Komunikasi merupakan dasar dari terbinanya suatu hubungan yang baik. Feldmanmenyatakan bahwakomunikasi merupakan situasi dimana seseorang bertukar informasi tentangdirinya terhadap orang lain.
3) Keintiman (Keep the romance alive)
Keintiman merupakan perasaan dekat terhadap pasangan. Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik saja.Adanya kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan terhadap pasanganjuga merupakan bagian dari keintiman. Dalam pacaran jarak jauh juga tetapmemiliki keintiman, yakni dengan adanya kedekatan emosional melalui katakatamesra dan perhatian yang diberikan melalui sms (short
messagingservice), surat atau email (electronic mail).
4) Meningkatkan komitmen (Increase Commitment)
Komitmen lebih merupakan tahapandimana seseorang menjadi terikat dengan sesuatu atau seseorang dan terusbersamanya hingga hubungannya
berakhir. Individu yang sedang pacaran,tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau wanita lain selamaia masih terikat hubungan pacaran dengan seseorang. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Trust Pada Individu Yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh.
II.2.7.3 Tipe – Tipe Pacaran
Berdasarkan jarak, Hampton membagi pacaran (romantic relationship) menjadi dua tipe yaitu:
1) Pacaran jarak dekat (Proximal Relationship)
Proximal Relationship dikenal dengan pacaran jarak dekat dimana
pasangantidak dipisahkan oleh jarak fisik yang berarti oleh karena itu kedekatan fisikdimungkinkan. Persepsi hubungan jarak jauh atau dekattergantung dengan persepsi subjek, namun ada beberapa literatur yang membuat standar jarak dekat sepertikurang dari 96 km atau 320 km.
2) Pacaran Jarak Jauh (Long-Distance Relationship)
Long-Distance Relationship adalah pacaran yang sering disebut pacaran
jarakjauh dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkanadanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu.Beberapa penelitian menggunakan batas jarak jauh sekitar 96 km sampai 320 km, namun adapula beberapa penelitian yang menggunakan batas jarak jauh tergantung daripersepsi subjek akan hubungan jarak jauh yang dialaminya.
Penelitian lainnya menggunakan definisi berdasarkan persepsi partisipan terhadap hubungan tersebut. Definisi yang berbeda-beda ini menandakan bahwa banyak faktor yang berperan dalam menentukan apakah suatu hubungan termasuk hubungan jarak jauh atau bukan dan ada lebih dari satu jenis hubungan jarak jauh. Penelitian lainnya menetapkan jarak minimum untuk pacaran jarak jauh yang berkisar dari 160 km hingga 673,6 km, Helgeson menyatakan bahwa pacaran jarak jauh harus di luar area tertentu, sedangkan Stephen mendefinisikan pacaran jarak jauh sebagai hubungan dimana pasangan berada dinegara lainnya. Holt & Stone menggunakan faktor waktu dan jarakuntuk mengkategorisasikan pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh. Berdasarkan informasi demografis dari
partisipan penelitian yang menjalanipacaran jarak jauh, didapat tiga kategori waktu berpisah (0, kurang dari 6 bulan,lebih dari 6 bulan), tiga kategori waktu pertemuan (sekali seminggu, seminggu hingga sebulan, kurang dari satu bulan), dan tiga kategori jarak (0-1,6 km, 3,2-470,4 km, lebih dari 400 km). Dari hasil penelitian Holt & Stone ini, ditemukan bahwa pacaran jarak jauh dapat dikategorisasikan berdasarkan ketiga faktor tersebut.
Kaufmann (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab individumenjalani pacaran jarak jauh diantaranya:
1) Pendidikan.
Salah satu faktor penyebab pacaran jarak jauh adalah ketika individu berusahauntuk mengejar dan mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehinggahubungan mereka dengan pasangan harus dipisahkan oleh jarak. Stafford, Daly, & Reskemenyatakan bahwa sepertiga darihubungan pacaran di dalam universitas yang dijalani oleh mahasiswa merupakan pacaran jarak jauh.
2) Pekerjaan.
Pacaran jarak jauh juga berhubungan dengan kecenderungan sosial pada saatini. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja keluar negeridan juga denganadanya kondisi mobilitas kerja pada saat ini sehingga dalam usaha pencapaiankarir mereka, hubungan percintaan yang terjadi harus dipisahkan oleh jarak.