• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA BERAGAM GENOTIPE GEN KALPASTATIN (CAST) DOMBA EKOR TIPIS (DET)

Abstrak

Nilai karkas domba sangat dipengaruhi oleh total produksi daging, distribusi daging pada karkas, serta kualitasnya. Gen kalpastatin (CAST) diketahui memiliki hubungan dengan sifat kualitas karkas dan daging pada ternak. Penelitian ini bertujuan utuk mengidentifikasi hubungan antara keragaman genetik gen CAST dengan karakteristik karkas dan daging pada Domba Ekor Tipis (DET). Sebanyak 33 ekor domba yang mewakili tiga genotipe CAST (CAST-11, CAST-12 dan CAST-22) diidentifikasi kualitas karkas dan dagingnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sifat keempukan daging, pH, daya ikat air serta susut masak di antara ketiga genotipe, demikian pula dengan bobot karkas dan persentase karkasnya. Proporsi potongan shoulder CAST-11 lebih tinggi dibanding genotipe lainnya, namun proporsi daging CAST-22 pada potongan shoulder, rack dan loin nyata lebih tinggi (P<0.05) dibanding CAST-11 namun tidak berbeda dengan CAST-12. Persentase lemak karkas CAST-11 lebih tinggi dibanding ketiga genotipe lainnya. CAST-22 memiliki persentase perdagingan yang lebih tinggi dibanding CAST-11.

Abstract

The quality sheep carcass mostly determined by the total lean meat production, meat distribution on the carcass and the quality of meat. Calpastatin gene (CAST) known has an association with carcass and meat quality traits. The objectives of this research were to identify the association of CAST polymorphisms and carcass, as well as meat characteriscs in Thin Tail Sheep (TTS). In total 33 heads of sheep represent three genotypes of CAST (CAST-11, CAST-12 and CAST-22) were identified for carcass and meat characterisation. There was no association between CAST polymorphisms with meat tenderness, pH, water holding capacity and cooking loss, neither with carcass weight and dressing percentage. The shoulder proportion of CAST-11 genotype was larger when compared to those of CAST-12 or CAST-22 genotypes, but the lean meat proportion of CAST-22 in shoulder, rack and loin was higher (P<0.05) when compared to the CAST-11 but not differed with CAST-12. The fat percentage of CAST-11 genotype was the highest among the genotypes. The CAST-22 genotype has higher lean meat percentage compared to the CAST-11.

Pendahuluan

Nilai karkas domba sangat dipengaruhi oleh total produksi daging tanpa lemak (lean meat), distribusi dan proporsi daging pada karkas, kualitas daging serta proporsi potongan kualitas utama (Johnson et al. 2005; Rodrigues et al. 2006). Di samping faktor lingkungan, faktor genetik seperti jenis kelamin, spesies, bangsa, strain atau genotipe dapat mempengaruhi kualitas karkas dan daging (Okeudo et al. 2005). Kualitas karkas dan daging domba lokal masih bervariasi sehingga dibutuhkan upaya perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas, kualitas karkas dan daging domba lokal guna mensubstitusi sebagian kebutuhan daging nasional. Seiring berkembangnya metode estimasi produksi dan penilaian kualitas daging, maka perlu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik karkas dan daging domba.

Keragaman genetik gen kalpastatin (CAST) diketahui berhubungan dengan kualitas karkas dan daging, khususnya sifat keempukan pada beberapa ternak (Schenkel et al. 2006; Casas et al. 2006; Curi et al. 2009). Pada domba, polimorfisme gen CAST dilaporkan mempunyai hubungan dengan berat lahir (Byun et al. 2008). Penampilan ternak khususnya bobot badan pada saat dipotong sangat terkait dengan karakteristik kualitas karkas dan daging pada domba seperti telah dilaporkan oleh beberapa penelitian terdahulu (Díaz et al. 2003; Peña et al. 2005; Santos et al. 2007b).

Gen CAST pada penelitian sebelumnya diketahui memiliki keragaman genetik yang cukup tinggi pada domba lokal (Sumantri et al. 2008), sehingga dibutuhkan informasi secara lebih mendalam mengenai hubungan keragaman genetik tersebut dengan karakteristik karkas dan daging. Informasi tentang kualitas karkas adalah faktor penting dalam menentukan kualitas daging. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara keragaman genetik gen CAST dengan karakteristik karkas dan daging Domba Ekor Tipis (DET). Informasi penting tentang karakteristik karkas dan daging yang terkait dengan keragaman genetik gen CAST diharapkan dapat dimanfaatkan untuk tujuan seleksi guna meningkatkan mutu genetik dan pemanfaatan sumber daya genetik domba lokal secara berkelanjutan di masa yang akan datang.

Bahan dan Metode

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai April 2011. Pemeliharaan ternak dilakukan di kandang percobaan ternak domba (Kandang B Fapet IPB). Penelitian laboratorium dilaksanakan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan IPB untuk analisis sifat fisik daging dan kualitas karkas domba.

Materi Penelitian

Materi penelitian pada tahap ini adalah Domba Ekor Tipis (DET) dari UP3J Jonggol sebanyak 33 ekor yang dipelihara secara intensif selama kurang lebih 6 bulan. Pakan yang diberikan dua kali sehari (rumput lapangan dan konsentrat), dan air minum diberikan secara bebas (ad libitum). Domba dikelompokkan berdasarkan genotipenya dengan menggunakan metode PCR- SSCP pada tahap sebelumnya. Domba yang telah diketahui genotipenya kemudian dipotong mewakili masing-masing genotipe untuk identifikasi sifat fisik daging dan kualitas karkasnya. Di antara 33 ekor domba yang digunakan, dipilih sebanyak 21 ekor yang mewakili masing-masing genotipe untuk diidentifikasi komposisi dan distribusi otot karkasnya.

Prosedur Pemotongan Ternak dan Pengukuran Sifat Karkas

Ternak yang akan dipotong, terlebih dahulu dipuasakan selama 17 jam dengan tujuan agar ternak menjadi tenang dan mengurangi jumlah digesta dalam saluran pencernaan. Selama dipuasakan ternak tetap diberikan akses kepada air minum secara bebas. Bobot akhir (bobot puasa) dicatat sebelum dipotong. Ternak kemudian dipotong pada persendian tulang atlas memotong vena jungularis,

oesophagus dan trachea. Darah yang keluar ditampung dan ditimbang kemudian ternak digantung pada tendo achiles. Karkas dipisahkan antara bagian kepala yang dipotong pada persendian occipitoatlantis, bagian kaki depan dipotong pada persendian carpo-metacarpal dan bagian kaki belakang dipotong pada persendian

Seluruh komponen non karkas (kepala, kulit, jantung, hati, paru, trakea, limpa, serta saluran pencernaan) dikeluarkan dan ditimbang. Karkas hangat kemudian dicatat. Karkas hangat termasuk ginjal, lemak ginjal dan lemak pelvis (Colomer-Rocher et al. 1987). Saluran pencernaan (rumen, retikulorumen serta usus) dibersihkan dan ditimbang untuk mengukur bobot badan kosong. Bobot badan kosong (empty body weight) ditentukan setelah pemotongan dengan mengurangi bobot badan hidup sebelum dipotong dengan isi saluran pencernaan. Persentase karkas kemudian dihitung berdasarkan bobot badan kosong.

Karkas dilayukan pada suhu 4oC selama 24 jam. Keesokan harinya, bobot karkas dingin dicatat, kemudian karkas dibelah pada ruas tulang belakang mulai dari ujung sakral sampai ujung leher menjadi dua bagian yang sama yaitu kiri dan kanan. Karkas bagian kanan dipisahkan antara lemak ginjal dan lemak pelvis dan dibagi menjadi tujuh potongan komersial yaitu paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), leher (neck), bahu (shoulder), perut dada termasuk lengan (breast- foreshank), dan lipatan paha (flank) (Barone et al. 2007).

Batas-batas dari masing-masing potongan karkas adalah sebagai berikut :

1. Paha (leg), dimulai dari persendian lumbar vertebrae ke-7 dan sacrum vertebrae ke-1 vertikal ke bawah dengan posisi pada paha ditarik lurus ke belakang, termasuk ke dalamnya sacrum vertebrae ke-1, tibia, femur dan

pubis.

2. Pinggang (loin), dimulai dari persendian thoracic vertebrae ke-12 dan ke- 13 sampai persendian lumbar vertebrae ke batas pemotongan paha, termasuk ke dalamnya lumbar vertebrae ke-13 yang dipotong menurut garis sejajar chine bone sampai batas pemotongan flank.

3. Rusuk (rack), dimulai dari persendian thoracic vertebrae ke-5 dan ke-6 sampai batas persendia thoracic vertebrae ke-12 dan ke-13, termasuk kedalamnya costae ke-6 sampai ke-12 yang dipotong menurut garis sejajar

chine bone sampai batas pemotongan dada.

4. Leher (Neck), dimulai pada persendian cervic vertebrae ke-1 sampai batas persendian cervic vertebrae ke-7 yang dipotong sejajar diantara persendian

5. Bahu (shoulder), dimulai dari persendian cervical vertebrae ke-5 dan ke-6 sampai batas pemotongan rusuk termasuk kedalamnya scapula, sepertiga bagian humerus sebelah atas, cervical vertebrae ke-6 dan ke-7 dan costae pertama sampai batas pemotongan dada dan shank

6. Dada dan Lengan (breast-foreshank), dimulai dari batas costae ke-12 dan ke-13 yang dipotong menurut garis sejajar chine bone dan pemotongan

costae berdasarkan garis lurus yang ditarik dari ujung costae ke-13 termasuk kedalamnya sternum dan costae pertama sampai ke-12, termasuk di dalamnya bagian lengan (foreshank) yang dimulai dari pemotongan sepertiga panjang humerus dari atas, termasuk didalamnya dua pertiga bagian humerus, ulna dan radius.

7. Lipat paha (flank), adalah daerah yang terletak antara batas pemotongan karkas dada dengan pemotongan yang dilakukan berdasarkan garis lurus yang ditarik dari ujung costae ke-13 ke titik sudut lipatan paha.

Setelah didapatkan potongan komersial, masing-masing potongan tersebut dipisahkan antara daging, tulang dan lemak (lemak subkutan dan intermuskular). Kemudian masing-masing bagian dari daging, tulang dan lemak tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot dan persentase masing-masing bagian. Pembuluh darah utama, tendon, ligamen dan jaringan penghubung dikelompokkan sebagai scrap muscle.

Gambar 7 Potongan komersial karkas domba (Dimodifikasi dari Aberle et al. 2001)

Identifikasi Komposisi Otot Karkas

Karkas bagian kiri diurai otot per otot dengan mengikuti petunjuk Butterfield dan May (1966). Individu otot dikelompokkan menjadi 9 kelompok otot baku (standard muscle group). Kelompok utama (expensive muscle group) adalah kelompok otot 1 + 3 + 5 (Lohse et al. 1971; Butterfield 1988; Herman 2002).

Gambar 8 Sembilan kelompok otot baku (standard muscle group) pada domba (Lohse et al. 1971; Butterfield 1988)

Keterangan

1. Kelompok Otot 1 = Otot proksimal paha 2. Kelompok Otot 2 = Otot distal paha

3. Kelompok Otot 3 = Otot sekitar tulang belakang 4. Kelompok Otot 4 = Otot dinding abdomen 5. Kelompok Otot 5 = Otot proksimal kaki depan 6. Kelompok Otot 6 = Otot distal kaki depan

7. Kelompok Otot 7 = Otot penghubung kaki depan dengan dada 8. Kelompok Otot 8 = Otot penghubung kaki depan dengan leher 9. Kelompok Otot 9 = Otot leher dan dada lainnya

Nama jenis otot-otot yang termasuk dalam kelompok otot standar secara lengkap disajikan pada lampiran 4, 5 dan 6.

Pengukuran Sifat Fisik Daging

Pengukuran kualitas daging dilakukan pada otot M. biceps femoris. Kualitas daging diukur berdasarkan parameter fisik daging yang meliputi : Pengukuran pH daging dilakukan dengan pH meter dan diukur pada karkas setelah dilayukan selama 24 jam postmortem (pH ultimat). Pengukuran tingkat keempukan daging ditunjukkan oleh besarnya kekuatan (kg/cm2) yang diperlukan untuk memotong core daging yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk alat pemotong daging Warner-Bratzler Shear Force (WBSF) yang bergerak di atas skala dengan kepekaan pengukuran 0,1 kg/cm2. Pengukuran tingkat keempukan dilakukan pada otot M. biceps femoris.

Pengukuran daya mengikat air (DMA) diukur dengan cara mencari jumlah air yang keluar (mgH2O). DMA adalah persentase berat yang hilang dari

5 g sampel daging setelah diberi tekanan 2250 g selama 5 menit. Pengukuran susut masak (cooking loss) diukur dengan cara berat awal daging sampel dikurangi berat setelah dimasak pada waterbath pada suhu 80oC selama 1 jam.

Analisis Statistik

Hubungan keragaman gen CAST dengan sifat fisik daging dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis (non parametrik) sedangkan kualitas karkas dianalisis dengan uji t dengan model persamaan statistik sebagai berikut :

Keterangan :

= rataan sifat karkas dari genotipe 1 dan genotipe 2 n1 dan n2 = jumlah individu genotipe 1 dan 2

Data sifat fisik daging, kualitas karkas serta komposisi otot karkas dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan statistik sebagai berikut :

Keterangan :

Xi koreksi = nilai sifat setelah dikoreksi berdasarkan jenis kelamin dan

umur

standar = rataan sifat populasi standar pengamatan = rataan sifat populasi pengamatan

Xi pengamatan = nilai sifat sebelum dikoreksi berdasarkan jenis kelamin dan umur

Hasil dan Pembahasan

Hubungan Keragaman Gen CAST dengan Kualitas Sifat Fisik Daging

Nilai rataan kualitas sifat fisik daging dari genotipe gen CAST yang berbeda pada domba lokal terdapat pada Tabel 6. Tidak terdapat perbedaan yang nyata baik pada sifat keempukan (tenderness), daya mengikat air (DMA), susut masak (cooking loss) dan pH dari ketiga genotipe gen CAST (CAST-11, CAST- 12 dan CAST-22) pada domba lokal yang diamati.

Tabel 6 Kualitas sifat fisik daging berdasarkan variasi genotipe gen CAST

Karakteristik Sifat Fisik Daging Genotipe CAST-11 (n=7) KK CAST-12 (n=18) KK CAST-22 (n=8) KK ±SD (%) ±SD (%) ±SD (%) Keempukan 3.13a±0.55 17.57 2.88a±0.79 27.43 2.63a±0.74 28.14 (kg/cm2) Susut Masak (%) 47.68a±3.97 8.33 45.17a±4.19 9.28 46.50a±6.27 13.48 DMA 116.82a±16.38 14.02 108.36a±20.62 19.03 107.61a±18.74 17.41 % DMA 38.94a±5.46 14.02 36.12a±6.87 19.02 35.87a±6.24 17.40 pHakhir 5.48a±0.13 2.37 5.56a±0.24 4.32 5.56a±0.25 4.50 a

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel yang diamati (non signifikan) (P>0.05), KK = koefisien keragaman (standar deviasi/rataan x 100% ). *DMA = daya mengikat air

(mgH2O), pHakhir = pH akhir 24 jam pasca pemotongan.

Berdasarkan hasil alat pengukuran keempukan daging, rataan nilai WBSF hasil penelitian di antara ketiga genotipe berada pada kisaran 2.63 – 3.13 kg/cm2. Nilai keempukan dengan alat Warner-Bratzler Shear Force (WBSF) yang melebihi 5.5 kg/cm2 umumnya dianggap tidak empuk (alot) baik oleh panelis yang terlatih maupun konsumen (Shackelford et al. 1991), kisaran nilai keempukan daging yang diperoleh berada di bawah batas 5.5 kg/cm2 sehingga dapat dikategorikan cukup empuk. Meskipun daging yang diperoleh cukup empuk namun tidak terdapat perbedaan keempukan di antara ketiga genotipe gen CAST. Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya oleh Zhou et al. (2008b), yang juga menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan sifat keempukan di antara

variasi alel (CAST-1, 2 dan 3) atau variasi genotipe yang diidentifikasi pada lokus gen CAST pada daging anak domba.

Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya pada ternak sapi yang mengidentifikasi hubungan antara variasi gen CAST dengan keempukan pada daging sapi. Secara khusus korelasi genetik antara aktivitas kalpastatin dengan keempukan daging sapi telah diukur oleh Casas et al. (2006) dengan menggunakan WBSF. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan antara marker gen kalpastatin dengan WBSF dan nilai keempukan sangat nyata (P<0.01). Ternak dengan genotipe CC dan CT menghasilkan daging yang lebih alot dibandingkan dengan genotipe TT. Perbedaan pengaruh gen kalpastatin terhadap sifat keempukan antara daging domba dengan daging sapi kemungkinan disebabkan karena sifat daging domba yang lebih empuk yang disebabkan oleh karena laju proteolisis protein miofibril daging domba yang lebih cepat dibandingkan daging sapi (Koohmaraie et al. 1991), sehingga perbedaan keempukan pada daging domba pengaruhnya lebih kecil.

Rataan nilai pH akhir (24 jam) setelah pemotongan berada pada kisaran 5.48 – 5.56. Tidak terdapat perbedaan yang nyata nilai pH akhir di antara ketiga genotipe, namun nilai ini masih dalam batas normal pH daging. Nilai pH akhir (24 jam) yang normal pada daging berada pada kisaran 5.4 – 5.7 (Warris 2000), sedangkan pH di atas kisaran 5.8 – 6.0 akan menyebabkan daging menjadi keras (Okeudo et al. 2005). Perubahan pH daging akan mempengaruhi kualitas fisik daging, variasi pH akhir dapat disebabkan oleh perbedaan respon ternak pada saat akan dipotong (Hopkins et al. 1998; Dhanda et al. 2003; Santos et al. 2007a). Pada penelitian ini kondisi pemotongan ternak dilakukan secara seragam dan diusahakan seminimal mungkin menderita stress sebelum pemotongan.

Perbedaan genotipe gen CAST tidak berpengaruh nyata terhadap pH daging domba yang diamati. Martinez-Cerezo et al. (2005) juga melaporkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pengukuran pH setelah 24 jam postmortem

di antara domba Rasa Aragonesa, Churra dan Merino Spanyol. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Santos-Silva dan Portugal (2001) pada domba Serra da Estrela dan Merino Branco. Nilai rataan pH 24 jam setelah pemotongan yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan yang dilaporkan oleh beberapa

penelitian terdahulu pada bangsa domba lain seperti domba Bragancana dan Mirandesa (Teixeira et al. 2005), domba Manchego (Diaz et al. 2005) serta domba Talaverana (Velasco et al. 2000).

Daya mengikat air (DMA) adalah proporsi cairan yang keluar dari daging. Rataan nilai DMA yang diperoleh berada pada kisaran 35.87% - 38.94%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan DMA yang dilaporkan pada domba Manchego (18.54% - 19.94%) (Diaz et al. 2005). Daya mengikat air sangat terkait dengan pH akhir daging serta tingkat penurunan pH selama proses rigor mortis (Santos-Silva & Portugal 2001), daya mengikat air akan meningkat bila pH lebih tinggi atau lebih rendah dari pH isoelektrik protein daging (Ockerman 1983). Beberapa penelitian melaporkan pengurangan daya ikat air serta peningkatan susut masak pada daging pada pH akhir yang rendah (Dhanda et al. 2003; Santos et al. 2007a).

Rataan nilai susut masak yang diperoleh berada pada kisaran 45.17% - 47.68%, hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai susut masak (36.4% - 37.6%) yang dilaporkan oleh Johnson et al. (2005). Susut masak merupakan penurunan bobot yang terjadi selama pemasakan, susut masak merupakan indikator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terkandung di dalam dan di antara serabut otot (Soeparno 2005). Luas penampang melintang serabut otot juga dapat mempengaruhi besarnya susut masak daging (Lawrie 2003).

Karakteristik Komponen Karkas dan Non Karkas

Data rataan bobot potong, bobot badan kosong, serta persentase karkas berbasis bobot potong dan berbasis bobot badan kosong (empty body weight) terdapat pada Tabel 7. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada rataan bobot potong, bobot badan kosong, persentase karkas berbasis bobot potong dan berbasis bobot badan kosong, serta bobot karkas hangat dan dingin antar genotipe gen CAST.

Perbedaan persentase karkas berbasis bobot kosong yang tidak berbeda nyata antara kelompok perlakuan dengan yang lainnya juga dilaporkan oleh

Santos-Silva et al. (2002). Kisaran persentase karkas berbasis bobot kosong yang diperoleh (54% - 55%) dalam studi ini lebih tinggi dibandingkan beberapa domba di daerah tropis lainnya seperti yang dilaporkan pada domba Omani (48%) oleh Mahgoub et al. (2000), domba Mexican Pelibuey (44%), Gutierrez et al. (2005); domba berambut yang dipelihara secara intensif (52%), Burke et al. (2003) dan Kawas et al. (2007), namun lebih rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan pada domba Ovin Martinik (57%) (Archimede et al. 2008). Namun hampir sama dengan yang dilaporkan oleh Ekiz et al. (2009) pada domba Chios (54.59%). Tabel 7 Rataan bobot potong, bobot kosong, bobot karkas hangat dan dingin,

serta persentase karkas berdasarkan variasi genotipe gen CAST

Karakteristik Genotipe CAST-11 (n=7) KK CAST-12 (n=18) KK CAST-22 (n=8) KK ±SD (%) ±SD (%) ±SD (%) ---(kg)--- Bobot potong (BP) 22.44a+4.73 21.08 22.20a+5.79 26.08 25.73a+6.25 24.29 Bobot badan kosong (BK) 17.62a+4.85 27.53 17.93a+5.24 29.22 20.46a+6.26 30.60 Persentase karkas (BBP) 43.20a+6.55 15.16 44.05a+5.19 11.78 42.54a+2.48 5.83 Persentase karkas (BBK) 55.31a+5.77 10.43 54.72a+4.08 7.46 54.54a+6.27 11.50 Bobot karkas hangat 9.88a+3.41 34.41 9.86a+3.25 32.96 11.02a+3.16 28.68 Bobot karkas dingin 9.67a+3.40 35.16 9.65a+3.23 33.47 10.76a+3.11 28.90 Bobot separuh karkas

- Karkas kanan 4.84a+1.60 33.06 4.83a+1.61 33.33 5.32a+1.44 27.07 - Karkas kiri 4.81a+1.80 37.42 4.80a+1.61 33.54 5.43a+1.64 30.20

a

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel yang diamati (non signifikan) (P>0.05), KK = koefisien keragaman (standar deviasi/rataan x 100% ). BBP = persentase karkas berbasis bobot potong, BBK = persentase karkas berbasis bobot badan kosong.

Rataan bobot komponen non karkas (darah, kepala, kaki, kulit, paru paru trakea, limpa, jantung, hati, lemak omental, ekor serta saluran pencernaan) disajikan pada Tabel 8. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari komponen non karkas di antara genotipe gen CAST yang diamati. Tidak adanya perbedaan bobot komponen non karkas di antara domba berdasarkan genotipe gen CAST yang berbeda kemungkinan disebabkan karena bobot potong domba yang

digunakan relatif tidak jauh berbeda sehingga berada pada status perkembangan yang relatif sama.

Tabel 8 Rataan bobot komponen non karkas berdasarkan variasi genotipe gen CAST Karakteristik Genotipe CAST-11 (n=7) KK CAST-12 (n=18) KK CAST-22 (n=8) KK ±SD (%) ±SD (%) ±SD (%) ---(g)--- Darah 947.15a±169.62 17.91 952.46a±258.07 27.10 1038.40a±148.39 14.29 Kepala 2112.54a±682.95 32.33 1950.06a±445.65 22.85 2121.50a±345.92 16.31 Kulit 1606.20a±494.41 30.78 1742.18a±450.55 25.86 1808.94a±436.81 24.15 Kaki 546.05a±71.97 13.18 552.80a±106.14 19.20 592.76a±108.77 18.35 Hati + Empedu 364.26a±61.45 16.87 376.31a±78.13 20.76 389.81a±52.83 13.55 Limpa 47.62a±14.76 31.00 46.15a±12.66 27.43 53.40a±15.39 28.82 Paru + Trakea 228.58a±49.74 21.76 220.03a±39.52 17.96 272.89a±76.02 27.86 Jantung 124.54a±16.45 13.21 112.19a±30.90 27.54 128.24a±22.89 17.85 Lemak Omental 352.54a±308.35 87.47 208.11a±152.48 73.27 248.36a±196.77 79.23 Lemak Ginjal 71.79a±37.97 52.89 72.74a±52.51 71.19 62.55a±34.99 55.94 Ekor 81.52a±36.64 44.95 76.05a±47.32 62.22 76.11a±24.96 32.79 Pencernaan 1726.61a±185.64 10.75 1685.74a±333.37 19.78 1886.76a±341.71 18.11 a

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel yang diamati (non signifikan) (P>0.05), KK = koefisien keragaman (standar deviasi/rataan x 100% )

Karakteristik Potongan Utama Karkas

Potongan utama (primal cut) pada karkas domba yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi adalah potongan shoulder, rack, loin dan leg. Potongan lainnya seperti neck, breast-foreshank serta flank umumnya dianggap memiliki kualitas yang lebih rendah (Rodrigues et al. 2006; Rodriguez et al. 2011).

Rataan bobot komponen potongan karkas utama seperti shoulder, rack,

loin dan leg terdapat pada Tabel 9. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total bobot potongan, bobot komponen daging, lemak dan tulang pada potongan

shoulder, rack, loin maupun leg di antara genotipe gen CAST yang berbeda. Rataan komponen lainnya seperti neck, breast-foreshank serta flank terdapat

pada Tabel 10. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total bobot potongan, bobot komponen daging, lemak dan tulang pada potongan neck, breast-foreshank. Namun khusus pada bagian flank terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) pada bobot lemak subkutannya. Genotipe CAST-11 memiliki bobot lemak subkutan yang lebih tinggi dibanding CAST-12 maupun CAST-22, namun tidak terdapat perbedaan di antara CAST-12 dengan CAST-22. Bagian flank umumnya dianggap kualitas tiga (Rodriguez et al. 2011), karena bagian flank umumnya ditutupi oleh lemak subkutan dan jaringan ikat.

Tabel 9 Rataan bobot komponen potongan utama karkas (shoulder, rack, loin dan

leg) berdasarkan variasi genotipe gen CAST

Karakteristik Genotipe CAST-11 (n=7) KK CAST-12 (n=18) KK CAST-22 (n=8) KK ±SD (%) ±SD (%) ±SD (%) ---(g)--- Shoulder 1013.3a±410.4 40.50 880.0a±355.4 40.39 1017.6a±253.9 24.95 -Daging (lean) 620.83a±254.5 40.99 587.44a±243.1 41.38 693.28a±183.7 26.50 -Lemak subkutan 33.46a±34.1 101.94 19.83a±17.8 89.81 22.15a±28.8 130.38 -Lemak intermuskular 124.89a±87.9 70.42 73.53a±43.3 58.97 89.59a±33.6 37.56 -Tulang 225.2a±81.90 36.38 186.8a±73.06 39.11 208.3a±37.54 18.02 Rack 404.49a±144.63 35.76 424.05a±168.65 39.77 443.16a±149.47 33.73 -Daging (lean) 215.33a±84.12 39.07 245.10a±105.21 42.93 276.23a±93.86 33.98 -Lemak subkutan 34.72a±31.26 90.03 31.32a±22.10 70.56 25.52a±22.64 88.71 -Lemak intermuskular 37.54a±23.90 63.67 25.37a±19.31 76.11 30.46a±27.02 88.71 -Tulang 109.81a±25.71 23.41 114.89a±44.57 38.79 103.03a±31.34 30.42 Loin 434.25a±136.08 31.34 461.77a±167.44 36.26 474.52a±140.74 29.66 -Daging (lean) 276.60a±95.01 1.81 290.37a±103.48 35.64 317.44a±85.41 26.91 -Lemak subkutan 37.86a±40.94 108.14 36.28a±32.11 88.51 38.13a±34.46 90.38 -Lemak intermuskular 29.62a±14.69 49.59 24.10a±14.19 58.88 21.79a±9.16 42.04 -Tulang 106.20a±52.19 49.14 111.69a±36.38 32.57 102.41a±39.66 38.73 Leg 1411.90a±372.87 26.41 1468.58a±425.08 28.94 1678.91a±455.10 27.11 -Daging (lean) 938.28a±244.69 26.08 1005.05a±282.74 28.13 1178.16a±323.95 27.50 -Lemak subkutan 82.06a±68.59 83.59 75.09a±64.86 86.38 86.35a±70.25 81.35 -Lemak intermuskular 72.95a±28.37 38.89 64.86a±35.14 54.18 75.52a±41.21 54.57 -Tulang 300.70a±57.04 18.97 291.40a±85.74 29.42 322.19a±67.92 21.08 a

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel yang diamati (non signifikan) (P>0.05), KK = koefisien keragaman (standar deviasi/rataan x 100% )

Tabel 10 Rataan bobot potongan karkas (neck, breast-foreshank dan flank) berdasarkan variasi genotipe gen CAST

Karakteristik Genotipe CAST-11 (n=7) KK CAST-12 (n=18) KK CAST-22 (n=8) KK ±SD (%) ±SD (%) ±SD (%) ---(g)--- Neck 556.06a±237.55 42.72 584.93a±237.83 40.66 628.65a±145.06 23.07 -Daging (lean) 331.19a±153.88 46.46 387.54a±151.61 39.12 396.57a±103.67 26.14 -Lemak subkutan 33.80a±47.34 140.06 15.77a±15.09 95.69 35.82a±33.69 94.05 -Lemak intermuskular 47.89a±28.49 59.49 60.44a±48.38 80.05 41.11a±40.51 98.54 -Tulang 132.63a±31.85 24.01 113.52a±47.55 41.89 146.51a±39.98 27.29 Breast foreshank 725.34a±208.77 28.78 752.53a±261.88 34.80 771.00a±261.53 33.92 -Daging (lean) 390.52a±124.07 31.77 431.56a±147.89 34.27 450.37a±169.22 37.57 -Lemak subkutan 59.05a±32.72 55.41 51.36a±41.70 81.19 30.48a±12.72 41.73 -Lemak intermuskular 69.93a±36.35 51.98 81.51a±58.15 71.34 77.29a±63.55 82.22 -Tulang 190.30a±44.46 23.36 183.95a±48.92 26.59 199.80a±47.30 23.67 Flank 120.53a±65.05 53.97 102.35a±42.43 41.46 100.84a±39.34 39.01 -Daging (lean) 67.27a±33.90 50.39 69.68a±32.58 46.76 71.61a±29.79 41.60 -Lemak subkutan 29.98a±17.07 56.94 14.01b±13.85 98.86 6.90b±18.91 274.06 -Lemak intermuskular 3.64a±8.01 220.05 4.41a±7.14 161.90 4.33a±7.73 178.52 -Tulang - - - -

Rataan yang diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% (P<0.05), KK = koefisien keragaman (standar deviasi/rataan x 100% )

Shoulder, rack, loin dan leg adalah potongan utama (primal cut) pada karkas yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibanding potongan lainnya. Persentase potongan karkas shoulder, rack, loin, dan leg serta proporsi komponennya terdapat pada Tabel 11. Hanya persentase shoulder pada total karkas yang menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) di antara genotipe gen CAST yang berbeda sedangkan persentase potongan rack, loin, leg, neck, breast- foreshank dan flank tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Genotipe CAST-11 memiliki persentase shoulder yang lebih tinggi (20.50%) dibanding kedua genotipe lainnya. Perbedaan persentase shoulder

tersebut kemungkinan disebabkan oleh peningkatan persentase karkas berbasis bobot kosong pada domba genotipe CAST-11. Hal tersebut sejalan dengan

pernyataan Archimede et al. (2008) bahwa peningkatan bobot atau persentase

Dokumen terkait