• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

3. Pada Masa Pembangunan

a. Tahun 1968, pada tahun ini terjadi perubahan Departemen, yakni Departemen Perhubungan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dipecah menjadi 2 (dua)

1. Departemen Perhubungan

2. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik

Sebagai akibat dari pemisahan tersebut, maka Direktorat dan Penerbangan Sipil dirubah menjadi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang menjadi unsur dari Departemen Perhubungan. Pelabuhan udaha Polonia Medan selanjutnya berada di bawah naungan Departemen Perhubungan Kantor Wilayah-I Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

b. Tahun 1957, berdasarkan keputusan bersama antara Departemen Perhubungan, Departemen Hankam dan Departemen Keuangan melalui SKB No. Kep/30/IX/75, No. KM.393/S/Phb-75 dan kep. 927.j/MK/IV/8/75 tanggal 21 Agustus 1975. Maka pengelolaan Pelabuhan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil.

c. Tahun 1977, pembangunan Gedung Gudang Cargo seluas 1.500M2 untuk mendukung kegiatan Export-Import serta pembangunan gedung operasi seluas 780 M2

d. Tahun 1980, berdasarkan KM. 50/OT/Phb-78 tanggal 8 Maret 1978, Pelabuhan Udara Polonia Medan dibagi menjadi dua instansi, yakni:

.

1) Pelabuhan Udara Polonia

Mengelola kegiatan yang bersifat komersial, terutama kegiatan pelayanan jasa penumpang dan cargo serta kegiatan lalu lintas pesawat udara selama berada di darat.

2) Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN) Medan.

Mengelola kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan lalu lintas udara. Pada tahun ini juga oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam hal ini proyek pengembangan fasilitas pelabuhan udara dan keselamatan penerbangan.

Pelabuhan Udara Polonia Medan mendapat proyek perpanjangan landasan dengan sistem “Cakar Ayam” sepanjang 445 Meter.

Dengan demikian panjang landasan Bandar Udara Polonia Medan menjadi 2900 M. Dengan landasan yang sedemikian itu, maka Pelabuhan Udara Polonia Medan dapat menampung pesawat berbadan lebar setingkat dengan DC-10 atau B-474. Pada tahun ini juga dibangun fasilitas gedung pemancar seluas 437,50 M untuk mendukung kegiatan keselamatan penerbangan.

e. Tahun 1981, pembangunan Gedung Terminal Dalam Negeri (Domestik) seluas 7.526 M2

f. Tahun 1982, Pengelolaan pelabuhan udara Polonia dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu:

dan diresmikan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia pada saat itu, yakni Bapak Rusmin Nurjadin.

1) Daerah Kekuasaan (Pangkalan udara dikuasai oleh TNI-AU). 2) Daerah Pengelolaan

Pelabuhan udara dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Dengan batas penguasaan dan pengelolaan adalah Landasan Pacu/Runway. Pada tahun ini juga dibangun fasilitas Gedung Terminal Keberangkatan untuk Internasional seluas 3.000M2

g. Tahun 1985, pada tanggal 3 Februari 1985, berdasarkan PP.No. 30 tahun 1984 pelabuhan udara Polonia Medan diserahkan pengelolaannya dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Kantor Wilayah-I Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada Perusahaan Umum (Perum) Angkasa Pura, untuk dijadikan tambahan penyertaan modal Negara serta pengembalian sebahagiaan kekayaan Perum Angkasa Pura kepada Negara. Dengan demikian secara resmi Pelabuhan Udara Polonia Medan masuk

h. Tahun 1986, ketentuan pemerintah mengatakan bahwa sebutan “Pelabuhan Udara” diganti menjadi “BANDAR UDARA” , hal ini adalah berdasarkan kepada PP. No.25 tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986. Pada tahun ini juga terjadi perubahan status dan nama Perum Angkasa Pura menjadi Perum Angkasa Pura I, dengan demikian namanya menjadi Perum Angkasa Pura I Bandar Udara Polonia Medan.

i. Tahun 1987, pada tanggal 19 November 1987, tanggung jawab berhadap pengawasan pengendalian lalu lintas udara di dalam FIR Indonesia di atas bagian Sumatera pada ketinggian tertentu, yang selama ini dilimpahkan kepada Kuala Lumpur, telah diambil alih dan dilaksanakan oleh Dinas ACC (Senopen Medan) didukung oleh FIC Jakarta bahwa pendelegasian yang selama ini diberikan kepada Kuala Lumpur maupun kemudian pengambilalihan kembali oleh Medan adalah dengan tujuan untuk menjamin berlangsungnya arus lalu lintas udara secara aman, lancar, teratur, dan efisien.

j. Tahun 1988, komandan pangkalan udara Medan TNI-AU (Letnan Kolonel Penerbang SJAEFULLAH) beserta jajarannya mengadakan pengukuran tanah di sekitar Bandar Udara Polonia bekerja sama dengan Pemda Tingkat-I Sumatera Utara, dalam hal ini Badan Pertahanan Nasional (Agraria), dalam rangka pensertifikatan tanah sekitar Bandar Udara Polonia Medan. Dalam hal ini dilakukan karena secara “de facto” tanah Bandar Udara Polonia saat ini dalam pemilikan TNI-AU (Lanud Medan), sedangkan secara “de yure” sampai saat ini masih dalam proses pensertifikatan.

k. Tahun 1989, Berdasarkan PP tahun 1989, maka Sentral Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN) Medan dialihkan menjadi tambahan pernyataan modal Negara ke dalam Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia Medan. Penyerahan SENOPEN diajukan agar dapat meningkatkan pelayanan Universitas Sumatera Utara

keselamatan lalu lintas udara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna lebih baik. Dengan penyerahan SENOPEN Medan kepada Peru, Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia, maka seluruh kegiatan baik dari sisi darat telah dilaksanakan oleh Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia Medan.

l. Tahun 1993, pada tanggal 2 Februari 1993 terjadi pengalihan status dari Perum Angkasa Pura-I menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura-I berdasarkan pada PP nomor 5 tahun 1992. Dengan demikian arah penguasaan Bandar Udara Polonia mewujudkan tercapainya tugas pokok, yaitu memupuk keuntungan melalui penyediaan dan penguasaan jas Bandar Udara dalam rangka memberikan pengembangan perekonomian negara. Pada tahun ini juga diadakan renovasi gedung terminal dalam negeri, diantaranya adalah pemidahan ruangan keberangkatan menjadi ruang kedatangan dan sebaliknya, serta perluasan ruangan Check-in dan Lobby untuk pengantar.

m. Tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. S-33/MK.016/1994 tanggal 22 Januari 1994 PT (Persero) Angkasa Pura-I menyerahkan pengoperasian dan pemilikan Bandar Udara Polonia Medan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura-II, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994.

Penyerahan tersebut meliputi:

1. Penguasaan Bandar Udara Polonia sesuai dengan tugas dan fungsi Bandar Udara dalam lingkungan Perusahaan Perseroan terbatas.

2. Pemilikan seluruh kekayaan PT. (Persero) Angkasa Pura-I yang berupa aktiva tetap dan barang persediaan Bandar Udara Polonia Medan.

3. Pembinaan para karyawan yang ditugaskan pada Bandar Udara Polonia Medan.

4. Semua utang piutang dan pendapatan yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian Banda Udara Polonia Medan, setelah tanggal 31 Desember 1993 menjadi tanggung jawab PT. (Persero) Angkasa Pura-II. enyerahan serah terima tersebut adalah pada tanggal 24 Maret 1994 di Jakarta. Dengan demikian terhitung mulai tanggal 01 Januari 1994, secara resmi Bandar Udara Polonia Medan berada di bawah jajaran PT. (Persero) Angkasa Pura-II. n. Tahun 1995, Pemerintahan Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen

Perhubungan Republik Indonesia, sedang merancang pemindahan Bandar Polonia Medan ke lokasi baru. Daerah dimaksud adalah daerah KUALA NAMU LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA.

Selanjutnya secara bertahap berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No. 533/MK/1994 pada tanggal 22 Januari 1994 PT. (Persero) Angkasa Pura II mendapat tugas tambahan untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan dan dilanjutkan lagi berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No. 278/AU.001/SKJ/1994 tanggal 9 April 1994 dibentuk 4 cabang Bandar Udara diantaranya terletak di Bandung, Pekan Baru, Padang, Banda Aceh. Dan mulai tahun 2000 dalam jajaran yang masuk ke PT. (Persero) Angkasa Pura II berjumlah menjadi 12 Bandar Udara, diantaranya:

1. Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta Tangerang. 2. Bandar Udara Halim Perdana Kesuma, Jakarta.

3. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II\, Palembang. 4. Bandar Udara Supadio, Balikpapan.

5. Bandar Udara Polonia, Medan.

6. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh.

8. Bandar Udara Internasional Minangkabau, Padang. 9. Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung. 10.Bandar Udara Haji Fassabillah, Tanjung Pinang. 11.Bandar Udara Depati Amir, Pangkal Pinang. 12.Bandar Udara Thaha, Jambi.

B. Struktur Organisasi Perusahaan.

Dalam sebuah perusahaan struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dimana struktur organisasi menggambarkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada di dalamnya.

Di dalam Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura-II Bandar Udara Polonia Medan. Struktur organisasi sesuai dengan keputusan direksi PT. (Persero) Angkasa Pura-II yang masih memberlakukan struktur organisasi PT. AP I Nomor KEP.58/OM.00/AP-I/1994, yang diubah lagi menjadi KEP.471/OM.00/1994 tanggal 4 September 1998 tentang pemberlakuan organisasi, peraturan sistem dan prosedur pada Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura-II Cabang Medan yang terdiri dari :

GENERAL MANAGER MANAGER LEK. LISTRIK MANAGER YAN OPS LLU MANAGER YAN OPS BAN MANAGER TUM & PERL MANAGER ADM & KOM AIRPORT DUTY MANAGER Jr. Man YAN ADC/APP TMA Jr. Man PH.YAN ACC Jr. Man BOP RANGTIKA Jr. Man YAN BANDARA Jr. Man PKP - PK Jr. Man PENGAMA NAN Jr. Man TEL & ELBAN Jr. Man T.NAV & RADAR Jr. Man TEK. MEK PERL Jr. Man TEK BANGUNAN Jr. Man T.LAND &TAILIKNG Jr. Man TEK. MEK PERL Jr. Man KOMERSIAL Jr. Man KEUANGAN Jr. Man AKUNTANSI Jr. Man PERLENGK APAN Jr. Man KEPEG & UMUM

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

Sumber: PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

C. Job Description

Dokumen terkait