• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI

MEDAN

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PT. ANGKASA PURA II

POLONIA (PERSERO) MEDAN

DRAFT SKRIPSI

Oleh :

DODY TANDIONO

060521152

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah stres berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan?, dan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah Stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah jajaran manajerial setingkat low, middle dan top management di PT. Angkasa Pura – II Polonia (Persero) Medan, yaitu sebanyak 58 orang yang tersebar di 4 (empat) bagian : Yan Ops LLU, Yan Ops Ban, Lek Listrik dan Adm & Komersial. Sampel dalam penelitian ini diambil secara sensus, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi, yaitu 58 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi dokumentasi, observasi dan kuesioner. Terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan layak untuk dianalisis, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji validitas, reliabilitas dan asumsi klasik. Data yang memenuhi prasyarat dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini didasarkan atas hasil uji F dan Uji t. Kekuatan variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis koefisien determinan.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Secara simultan stress kerja yang terdiri tuntutan tugas (X1), tuntutan peran (X2), tuntutan antar pribadi (X3),

struktur organisasi (X4), kepemimpinan organisasi (X5) dan tahap perkembangan

perusahaan (X6) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Angkasa Pura II

Polonia (Persero) Medan. Secara parsial stres kerja yang terdiri dari tuntutan tugas (X1), tuntutan peran (X2), struktur organisasi (X4), kepemimpinan organisasi (X5)

dan tahap perkembangan perusahaan (X6) berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja karyawan PT. Angkasa Pura Polonia (Persero) Medan, sedangkan tuntutan antar pribadi (X3) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kata Kunci : Stres kerja : Tuntutan tugas, Tuntutan peran, Tuntutan antar pribadi,

Struktur organisasi, Kepemimpinan organisasi, Tahap perkembangan perusahaan dan Kinerja pegawai.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT, oleh karena

ridho dan limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul : Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Angkasa

Pura II Polonia (Persero) Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat dan terima kasih yang

tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. M.Si, selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang menjadi Suri

Tauladan bagi penulis dan banyak membantu penulis selama menyelesaikan

tugas akhir ini.

3. Dra. Yulinda Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan serta bimbingan dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Nisrul Irawati MBA, selaku Dosen Penguji I yang telah memberi banyak

masukan dan bimbingan bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Dra Friska Sipayung Msi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberi banyak

masukan dan bimbingan bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Dra. Ulfah Msi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan dukungan dan

masukan kepada penulis dalam menjalankan studi di perkuliahan maupun

penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan Pengawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara, terutama di Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, bantuan bagi penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

8. Jajaran manajerial, staf dan karyawan PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero)

(4)

9. Teristimewa untuk Ayahanda Andy Tan dan Ibunda tersayang Aminah yang

telah memberikan dukungan, doa dan harapan sehingga penulis berhasil

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Rekan – rekan mahasiswa/i. di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

khususnya di Departemen Manajemen.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu

penulis menerima semua saran dan kritik dari semua pihak. Dengan kerendahan hati,

saya berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Akhir kata penulis

berserah diri kepada Allah SWT, semoga senantiasa melimpahkan petunjuk dan

rahmat-Nya kepada kita semua serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak

pihak.

Medan, Juli 2009 Penulis,

Dody Tandiono NIM. 060521152

(5)

DAFTAR ISI

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 7

3. Skala Pengukuran ... 9

11. Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit)... 15

(6)

C. Job Description ... 53

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 58

A. Distribusi Frekue nsi Kuisioner Penelitian ... 58

B. Statistik Demograpi Responden Penelitian ... 59

C. Analisis Data ... 60

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 60

2. Uji Asumsi Klasik ... 62

3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

4. Uji Kesesuaian ((Test Of Goodness Of Fit) ... 69

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Perkembangan Muatan Penumpang Keberangkatan dari

Bandara Polonia II Medan Tahun 2002-2007... 1

Tabel 1.2. Definisi Operasional Variabel ... 9

Tabel 1.3. Instrumen Skala Likert ... 10

Tabel 1.4. Distribusi Populasi ... 10

Tabel 4.1. Distribusi Frekue nsi Kuesioner Penelitian ... 58

Tabel 4.2. Dsitribusi Frekuensi Demograpi Responden Penelitian .. 59

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 61

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 62

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

Tabel 4.6. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 64

Tabel 4.7. Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 69

Tabel 4.8. Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 70

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Diagram Kerangka Konseptual ... 5 Gambar 2.1. Model Stres dalam pekerjaan ... 31 Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan ... 52 Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas... 62 Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 63

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Permohonan Bantuan Pengisian Kuesioner Penelitian ... 77

Lampiran 2. Tabulasi Data ... 81

Lampiran 3. Rekapitulasi Tabulasi Data ... 85

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas ... 86

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas ... 90

(10)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ANGKASA PURA II POLONIA (PERSERO) MEDAN

Adalah benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya, judul di atas belum pernah dimuat atau dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang dipergunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, ….. September 2009 Yang membuat pernyataan,

Dody Tandiono 060521152

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah stres berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan?, dan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah Stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah jajaran manajerial setingkat low, middle dan top management di PT. Angkasa Pura – II Polonia (Persero) Medan, yaitu sebanyak 58 orang yang tersebar di 4 (empat) bagian : Yan Ops LLU, Yan Ops Ban, Lek Listrik dan Adm & Komersial. Sampel dalam penelitian ini diambil secara sensus, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi, yaitu 58 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi dokumentasi, observasi dan kuesioner. Terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan layak untuk dianalisis, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji validitas, reliabilitas dan asumsi klasik. Data yang memenuhi prasyarat dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini didasarkan atas hasil uji F dan Uji t. Kekuatan variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis koefisien determinan.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Secara simultan stress kerja yang terdiri tuntutan tugas (X1), tuntutan peran (X2), tuntutan antar pribadi (X3),

struktur organisasi (X4), kepemimpinan organisasi (X5) dan tahap perkembangan

perusahaan (X6) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Angkasa Pura II

Polonia (Persero) Medan. Secara parsial stres kerja yang terdiri dari tuntutan tugas (X1), tuntutan peran (X2), struktur organisasi (X4), kepemimpinan organisasi (X5)

dan tahap perkembangan perusahaan (X6) berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja karyawan PT. Angkasa Pura Polonia (Persero) Medan, sedangkan tuntutan antar pribadi (X3) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kata Kunci : Stres kerja : Tuntutan tugas, Tuntutan peran, Tuntutan antar pribadi,

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, membawa

perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan – perubahan itu membawa akibat

yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan

kinerja mereka sendiri dan masyarakat luas. Agar eksistensi tetap terjaga, maka

setiap individu pasti mengalami stres, terutama bagi individu yang kurang dapat

menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.

Stres kerja dapat berpengaruh merugikan maupun menguntungkan bagi

perusahaan. Stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat

kinerja yang tidak optimum. Bagi seorang manajer tekanan-tekanan yang diberikan

kepada seorang karyawan harus dikaitkan dengan stres yang ditimbulkan oleh

tekanan-tekanan tersebut. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan

frustrasi dan dapat menurunkan prestasinya, sebaliknya stres yang terlalu rendah

menyebabkan karyawan tidak bermotivasi untuk berprestasi. Pada taraf tertentu stres

kerja dapat memacu karyawan menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Fenomena yang berkembang sehubungan dengan stres kerja karyawan pada

PT. Angkasa Pura II Bandara Polinia Medan terlihat dari perkembangan muatan

penumpang yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1.1. Perkembangan Muatan Penumpang Keberangkatan dari Bandara Polonia II Medan Tahun 2002-2007

Tahun Penumpang Penerbangan Domestic (dalam ribuan)

Penumpang Penerbangan mancanegara (dalam ribuan)

2002 400,1 170,9

(13)

2004 825,0 210,9

2005 956,9 251,7

2006 1.062,3 248,3

2007 1.176,2 253,2

Sumber : PT. Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan (Diolah)

Hasil wawancara tertutup yang dilakukan terhadap 30 karyawan di PT.

Angkasa Pura II Medan, bahwa penyebab timbulnya stres kerja karyawan di PT.

Angkasa Pura II Medan, antara lain dikarenakan tuntutan tugas yang tidak diikuti

dengan sarana yang memadai, tuntutan antar pribadi yang tidak kooperatif, struktur

organisasi yang diskriminatif, terjadinya kesenjangan antara pimpinan dengan

karyawan dan pengembangan organisasi yang tidak terencana dengan baik.

Menurut Gibson, et. al. (1997 : 422-423) menyebutkan beberapa hal yang

mempengaruhi kinerja sumber daya manusia, diantaranya : (1) Variabel individual,

yang terdiri dari : (a) Kemampuan dan ketrampilan, yang meliputi mental dan fisik;

(b) Latar belakang, yang meliputi keluarga, tingkat sosial, penggajian dan (c)

Demografis, yang meliputi umur, asal-usul, jenis kelamin. (2) Variabel

organisasional, yang terdiri dari: (a) Sumberdaya; (b) Kepemimpinan; (c) Imbalan,

(d) Struktur, (e) Desain pekerjaan. (3) Variabel psikologis, yang terdiri dari : (a)

Persepsi; (b) Sikap; (c) Stres; (d) belajar; dan (e) Motivasi.

Robbins (2006:796) menyebutkan ada 3 faktor yang berpotensi menimbulkan

stress di lingkungan kerja, salah satu diantaranya adalah faktor organisasi yang

meliputi 6 aspek, yaitu : (1) tuntutan tugas, (2) tuntutan sarana, (3) tuntutan antar

pribadi, (4) struktur organisasi, (5) kepemimpinan organisasi dan (6) tahap

perkembangan organisasi.

Fenomena di atas merupakan ide utama yang mendasari dilakukannya

penelitian tentang stres kerja yang diakibatkan oleh konflik kerja, beban kerja dan

(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan dimuka, maka dirumuskan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : ”Apakah stres

berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero)

Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan Maier (2006: 189)

sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas

lagt Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role

achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (Maier, 2006:

191). Dari batasan tersebut As'ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang

dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

As’ad (2001 : 94) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan

pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu

dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama.

Menurut Gibson, et al (1997 : 422-423), ada tiga perangkat variabel yang

mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja karyawan, yaitu:

a. Variabel individual, terdiri dari: 1) Kemampuan dan ketrampilan yang

meliputi: mental dan fisik; 2) Latar belakang yang meliputi : keluarga,

tingkat sosial, penggajian dan 3) demografis yang meliputi umur, asal-usul,

jenis kelamin.

(15)

b. Variabel organisasional, terdiri dari: 1) Sumberdaya; 2) Kepemimpinan; 3)

Imbalan; 3) Struktur dan 4) Desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, terdiri dari: 1) Persepsi; 2) Sikap; 3) Kepribadian; 4)

Belajar; Stres dan 5) Motivasi.

Menurut Robbins (2006 : 796-797) terdapat 3 faktor yang berpotensi

menimbulkan stres di lingkungkan kerja, antara lain : (1) faktor lingkungan, yang

terdiri dari : (a) ketidakpastian ekonomi; (b) ketidakpastian politk dan (c)

ketidakpastian teknologi. (2) Faktor organisasi, yang terdiri dari : (a) tunutan tugas;

(b) tuntutan sarana; (c) tuntutan antar pribadi; (d) struktur organisasi; (e)

kepemimpinan organisasi; dan (f) tahap pengembangan. (3) Faktor individu, yang

terdiri dari : (a) masalah keluarga; (b) masalah ekonomi dan (c) kepribadian.

Ilyas (1999:67-68) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan

stres, yaitu: (1) Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan,

kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang

rendah; (2) Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak

nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya

semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat

stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditempat kerja

atau di jalan; (3) Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan,

kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman dan (4) Pengaruh fisiologis, yaitu

menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah

diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

Margiati (1999:78-79) menyebutkan orang yang mengalami stres kerja

ditandai dengan : (a) bekerja melewati batas kemampuan, (b) kelerlambatan masuk

(16)

kesalahan yang sembrono, (f) kelaiaian menyelesaikan pekerjaan dan (g) lupa akan

janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri.

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang

penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.

Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan

kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan

kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan

mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks,

emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu

terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dapat digambarkan hubungan

variabel dalam penelitian ini seperti terlihat pada diagram berikut ini.

Gambar 1.1. Diagram Kerangka Konseptual

Sumber : Robbins (2006: 796-797) Gibson, et al (dalam Srimulyo, 1999 : 114-115) (Diolah).

D. Hipitesis

Tuntutan Tugas (X1)

Tuntutan Peran (X2)

Tuntutan Antar Pribadi (X3)

Kinerja Pegawai (Y) Struktur Organisasi (X4)

Kepemimpinan Organisasi (X5)

Tahap Pengembangan (X6)

(17)

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan permasalahan

yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Bertitik tolak dari rumusan

permasalahan dalam penelitian ini, maka diajukan hipotesis : ”Stres kerja

berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero)

Medan”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Angkasa Pura II Polonia

(Persero) Medan.

2. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainnya tujuan penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi PT. Angka Pura II Polonia (Persero) Medan

Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan didalam menyikapi

fenomena stres kerja dan kinerja karyawan. PT. Angka Pura II Polonia

(Persero) Medan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan didalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

mengembangkan wawasan tentang manajemen sumber daya manusia,

khususnya tentang pengaruh stres kerja yang diakibatkan oleh konflik, beban

dan pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja sumber daya manusia.

c. Bagi Peneliti lainnya

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti lanjutan didalam

(18)
(19)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Stres kerja dan kinerja individu memiliki dimensi yang cukup luas. Oleh karena

keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka dilakukan

pembatasan operasional dalam penelitian ini. Batasan operasional dimaksud

dalam penelitian ini, antara lain stres kerja yang dioperasionalisasikan dalam

penelitian ini dibatasi pada faktor organisasi, yaitu: (a) tunutan tugas; (b) tuntutan

sarana; (c) tuntutan antar pribadi; (d) struktur organisasi; (e) kepemimpinan

organisasi; dan (f) tahap pengembangan. Kinerja pegawai yang

dioperasionalisasikan dalam penelitian ini dibatasi hanya mencakup : (a)

kemampuan; (b) efektivitas dan efisiensi.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan 6 (enam) variabel

bebas dan 1 (satu) variabel terikat. Definisi operasional masing – masing variabel

dikembangkan dari teori Robbins (2006 :797-797) masing – masing diuraikan

sebagai berikut :

a. Tuntutan tugas (X1

Tuntuntan tugas dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor yang terkait

dengan pekerjaan seseorang yang mencakup : desain pekerjaan individu,

kondisi kerja dan tata letak kerja kondisi fisik. )

b. Tuntutan Peran (X2

Tuntutan peran dimaksud dalam penelitian ini berhubungan dengan tekanan

yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang

dimainkan dalam organisasi, seperti diantaranya konflik peran, kelebehihan

(20)

c. Tuntutan antar pribadi (X3

Tuntutan antar pribadi dimaksud dalam penelitian ini adalah tekanan yang

diciptakan karyawan lain, seperti : kurangnya dukungan sosial dari rekan –

rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk. )

d. Struktur organisasi (X4

Sturkur organisasi dimaksud dalam penelitian ini mencakup tingkat

diferensiasi organisasi, tingkat aturan dan peraturan, serta mekanisme

pengambilan keputusan. )

e. Kepemimpinan organisasi (X5

Kepemimpinan organisasi dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya

manajerial eksekutif senior organisasi didalam menjalankan fungsi

kepemimpinan.

)

f. Tahap perkembangan organisasi (X5

Tahap perkembangan organisasi dimaksud dalam penelitian ini adalah siklus

kehidupan organisasi mulai organisasi didirikan, tumbuh, menjadi dewasa

dan akhirnya merosot

)

g. Kinerja Pegawai

Kinerja Pegawai dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai Pegawai PT. Angkasa Pura II Polonia

(Persero) Medan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Untuk lebih jelasnya, definisi operasional variabel penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2.

(21)

Tabel 1.2.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator /Alat Ukur Skala

Tuntutan tugas (X1

Faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang

)

1. Desain pekerjaan individu 2. Kondisi kerja

3. Tata letak kerja kondisi fisik

Liker t

Tuntutan Peran (X2

Tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi

)

1. Konflik peran 2. Kelebehihan peran 3. Ambiguitas peran

Liker

1. Dukungan sosial rekan sekejar 2. Hubungan antar pribadi rekan

sekerja

Liker t

Struktur organisasi (X4

Penataan tugas dan fungsi masing – masing bagian dalam struktur organisasi

)

1. Tingkat diferensiasi organisasi 2. Aturan dan peraturan

3. Mekanisme pengambilan

keputusan.

Liker t

Kepemimpinan organisasi (X5

Gaya manajerial eksekutif senior organisasi didalam menjalankan fungsi kepemimpinan.

)

1. Tekanan yang tidak realistis

2. Pegawasan yang ekstra ketat Liker t dewasa dan akhirnya merosot )

1. Besarnya kegairahan dan

ketidakpastian

2. Tuntuntan pengurangan,

pemberhentian dan serangkaian ketidakpastian yang berbeda.

Liker t

Kinerja (Y)

Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesungguhan, kesehatan, hasil kerja, pegetahuan

lain, daya guna dan hasil guna serta waktu kerja.

Liker t

Sumber : Robbins (2006: 796-797) Gibson, et al, (1997 : 422-423) (Diolah).

3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert sebagai alat mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian

atau gejala sosial (Sugiyono, 2005 : 86). Dengan menggunakan skala likert, maka

variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang

dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Dalam melakukan penelitian terhadap

variabel – variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor,

(22)

Tabel. 1.3.

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Angkasa PuraII Polonia (Persero) Medan yang

terletak di Jalan Perhubungan Udara No. 12 Medan. Penelitian ini direncanakan

akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan, terhitung sejak bulan Maret hingga Juni

2009.

5. Populasi dan Sampel

Penelitian ini meneliti tentang kinerja karyawan di PT. Angkasa Pura – II

Polonia (Persero) Medan. Agar hasil penilaian kinerja karyawan lebih objektif, maka

populasi dalam penelitian ini adalah jajaran manajerial setingkat low, middle dan top

management di PT. Angkasa Pura – II Polonia (Persero) Medan, yaitu sebanyak 58

orang yang tersebar di 4 (empat) bagian : Yan Ops LLU, Yan Ops Ban, Lek Listrik

dan Adm & Komersial.

Tabel 1.4.

Sumber : PT. Angkasa Pura II Polonia (Persero) Medan

Sugiyono (2006: 76) menyebutkan untuk jumlah populasi ≤100, sebaiknya

(23)

penelitian, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah

populasi, yaitu 58 orang.

6. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang terdiri

dari :

a. Sejarah dan perkembangan perusahaan

b. Struktur organisasi dan uraian tugas

c. Data karyawan perusahaan

d. Persepsi karyawan terhadap stres kerja yang diakibatkan oleh konflik kerja,

beban kerja, pengaruh kepemimpinan dan kinerja karyawan di PT. Angkasa

Pura II Polonia (Persero) Medan.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari manajemen dan karyawan PT.

Angkasa Pura Polonia II (Persero) Medan.

7. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik,

diantaranya :

a. Studi dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan cara meninjau, membaca

dan mempelajari dokumen – dokumen yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti.

b. Pengamatan/Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung pada objek yang diteliti atau dapat dirumuskan sebagai proses

pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau kejadian

sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang

(24)

c. Angket/Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden penelitian. Setiap

jawaban pertanyaan diberikan skor sesuai dengan masing – masing skala

pengukuran

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu

yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan

uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden digunakan uji validitas

dan reliabilitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini

dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item pertanyaan/pernyataan

kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengikur validitas

butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari

Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan

masing – masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan totalnya,

selanjutnya membandingkan r tbale dengan r hitung.

Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan

melalui besarnya koefisien korelasi, yaitu :

o Jika r hitung positif dan r hitung > r table, maka skor butir

pertanyaan/pernyataan kuesioner valid.

o Jika r hitung negative dan r hitung <r table, maka skor butir

pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid. (Ghozali, 2005).

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil

(25)

yang berbeda. Ghozali (2005) menyatakan teknik yang digunakan untuk

mengukur realibitas pengamatan adalah Alpha dari Cohcran Chi Square

dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya, dengan

ketentuan jika :

o Jika alpha > 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel.

o Jika alpha < 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.

9. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan uji prasyarat harus dilakukan untuk mendeteksi

biasnya suatu model analisis dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang dilakuka n

dalam penelitian ini, antara lain :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu

variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik

dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran

normal. Normalitas data dapat dlihat dengan Nilai Skewness (kecondongan)

berada diantara -2 dan 2 (Wahyono, 2006 : 74) atau sebaran Plot pada Graph

P-P Plot berbentuk linier dan tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot.

b. Uji Heterokedastiitas

Ghozali (2005) mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dilakukan uji

Glejser dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute

residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas. Deteksi ada atau

tidaknya heterosdekastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau

tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada

grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan

(26)

c. Uji Multiklonearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar

variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi

adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya

multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance

Inflation Faktor (VIF) >0.1 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2005).

10. Metode Analisis Data

Metode analasis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif dan metode analisis statistik.

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang

telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis kemudian

diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang

masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Metode Analisis Statistik

1) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi liner berganda dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan. Adapun

modal persamaan yang digunakan adalah

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

Dimana :

Y = Kinerja Karyawan

β0 - β6 = Koefisien regresi; X1 = Tuntutan tugas X2 = Tuntuntan peran X3 = Tuntutan antar pribadi X4 = Struktur organisasi X5 = Kepemimpinan organisasi X6 = Tahap pengembangan organisasi

e = error

(27)

11. Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit)

a) Uji Simultan (Uji F)

Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 %

(α=0,05).

Urutan uji F :

(1) Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6

H

= 0

a : Paling sedikit ada satu βi

(2) Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :

≠ 0 i = 1,2,3,4,5,6.

dimana : R2 = koefesien determinasi n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan

Ftabel

(3) Kriteria Pengujian :

dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan

degree of freedom = n-k-1.

dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak

Fhitung ≤ Ftabel = H0

b) Uji Parsial (Uji t)

diterima

Uji-t statistik dimaksudkan untuk menguji pengaruh secara parsial antara

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel

(28)

(1) Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

H0 : βi = 0 i = 1,2,3,4,5,6.

Ha : βi

(2) Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus :

≠0 i = 1,2,3,4,5,6.

dimana :

bi = koefesien regresi masing-masing variabel Sbi = standar error masing-masing variabel

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian

dibandingkan dengan ttabel

(3) Kriteria pengujian :

pada tingkat keyakinan 95%.

t hitung > t tabel = H0 ditolak

t hitung ≤ t tabel = H0

2) Analisis Koefisien Determinan

diterima

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang

dipakai. Koefisien determinasi (adjusted R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari

variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel-variabel tidak bebas atau angka yang

menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebasnya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<adjusted

R2

i i hit

sb b

t =

<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut

dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas

dengan variabel tidak bebasnya.

(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Handoyo, (1998) yang melakukan penelitian dengan judul “Model McGrath

Sebagai Hubungan Penjelasan Antara Stres Pekerjaan dan Performance.” Dalam

Penelitiannya Handoyo (1998) merumuskan masalah : “Bagaimana Hubungan antara

Stres Pekerjaan dengan Performance?” dan mengajukan hipotesis : “Terdapat

hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja.” Untuk membuktikan

hipotesisnya, Handoyo (1998) melakukan pengamatan terhadap 142 karyawan/i.

yang bekerja diberbagai industri manufaktur di Kota Surabaya. Dengan

menggunakan Model McGrath melalui 6 alat ukur setres kerja ((1) Konflik kerja; (2)

Beban kerja; (3) Waktu kerja; (4) Karakteristik tugas; (5) Dukungan kelompok; dan

(6) Pengaruh kepemimpinan), Handoyo (1998) berhasil membuktikan bahwa stres

kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap menurunya kinerja karyawan/i.

Novitasari (2006) melakukan penelitian dengan judul pengaruh Stres Kerja

terhadap Kinerja Karyawan PT. HM Sampoerna. Dalam penelitiannya Novitasari

menggunakanan variabel motivasi kerja sebagai variabel intervening. Penelitian

dilakukan terhadap 36 populasi di PT. HM. Sampoerna dan ditemukan : (1) Stres

kerja (konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan

kelompok dan pengaruh kepemimpinan) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. HM. Sampoerna (2) Stres kerja (konflik kerja, beban

kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh

kepemimpinan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja PT.

HM. Sampoerna. (3) Stres kerja (konflik kerja, beban kerja, waktu kerja,

(30)

karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan) dan motivasi

kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HM.

Sampoerna. (4) Stres kerja (konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik

tugas, dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HM. Sampoerna. (5) Stres kerja (konflik

kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan

pengaruh kepemimpinan) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi

kerja PT. HM. Sampoerna. (6) Motivasi kerja karyawan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. HM. Sampoerna.

B. Landasan Teoritis

1. Pengertian Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

organisasi (Mathis & Jackson, 2002).

Maier (2006 : 189) memberikan batasan kinerja atau prestasi kerja sebagai

kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi

Lawler and Poter (1998 : 331) menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role

achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Dari batasan

tersebut As'ad (2001 : 94) menyimpulkan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang

karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode

tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau

kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama.

(31)

As'ad (2001 : 95), tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam

menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya orang yang

level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya

orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau

berperformance rendah.

2. Penilaian/Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh

seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang

obyektif bukanlah tugas yang sederhana, Penilaian harus dihindarkan adanya "like

dan lislike" dari penilai, agar obyektifitas penilaian dapat terjaga. Kegiatan penilaian

ini anting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan

personalia ian memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja

mereka.

Menurut Suprihanto (2004 : 111-112) ada enam metode penilaian kinerja

karyawan:

1) Rating Scale, evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang

membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang dianggap

penting bagi pelaksanaan kerja.

2) Checklist, yang dimaksudkan dengan metode ini adalah untuk mengurangi

beban penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimal atau kata-kata yang

menggambarkan kinerja karyawan. Penilai biasanya atasan langsung.

Pemberian bobot sehingga dapat di skor. Metode ini bisa memberikan suatu

gambaran prestasi kerja secara akurat, bila daftar penilaian berisi item-item

yang memadai.

(32)

atau jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini

disebut peristiwa kitis. Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan

balik kepada karyawan, dan mengurangi kesalahan kesan terakhir.

4) Metode peninjauan lapangan (field review method), seseorang ahli

departemen lapangan dan membantu para penyelia dalam penilaian mereka.

Spesialis personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung

tentang kinerja karyawan. Kemudian ahli itu mempersiapkan evaluasi atas

dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada penyelia untuk di review,

perubahan, persetujuan dan perubahan dengan karyawan yang dinilai.

Spesialis personalia bisa mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian

apapun yang digunakan perusahaan.

5) Tes dan observasi prestasi kerja, bila jumlah pekerja terbatas, penilaian

prestasi kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan ketrampilan. Tes

mungkin tertulis atau peragaan ketrampilan. Agar berguna tes harus reliable

dan valid.

6) Method ranking, penilai membandingkan satu dengan karyawan lain siapa

yang paling baik dan menempatkan setiap karyawan dalam urutan terbaik

sampai terjelek. Kelemahan metode ini adalah kesulitan untuk menentukan

faktor-faktor pembanding, subyek kesalahan kesan terakhir dan halo effect,

kebaikannya menyangkut kemudahan administrasi dan penjelasannya.

Grading, metode penilaian ini memisah-misahkan atau menyortir para

karyawan dalam berbagai klasifikasi yang berbeda, biasanya suatu proposi

tertentu harus diletakkan pada setiap kategori. Point location, merupakan

bentuk lain dari grading penilai dibenarkan sejumlah nilai total dialokasikan

di antara para karyawan dalam kelompok. Para karyawan diberi nilai lebih

(33)

rnetode ini, penilai dapat mengevaluasi perbedaan relatif di antara para

karyawan, meskipun kelemahan-kelemahan efek halo (halo effect) dan bisa

kesan terakhir masih ada.

Mengenai manfaat penilaian kinerja, Surpihanto (2004 : 118-119)

mengemukakan:

1) Perbaikan prestasi kerja atau kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja mernungkinkan karyawan, manajer dan

departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk

meningkatkan prestasi.

2) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

Evaluasi prestasi keja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya.

3) Keputusan-keputusan penempatan.

Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau kinerja

masa lalu atau antisipasinya.

4) Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan.

Prestasi kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya latihan.

Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi

yang harus dikembangkan.

5) Perencanaan dan pengembangan karir.

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang

jalur karir tertentu yang harus diteliti.

6) Mendeteksi penyimpangan proses staffing.

Prestasi kerja yang baik atau buruk adaiah mencerminkan kekuatan atau

(34)

7) Melihat ketidakakuratan informasional.

Prestasi kerja yanng jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam

informasi analisis jabatan, rencana sumberdaya manusia, atau

komponen-komponen lain system informasi manajemcn personalia. Menggantungkan

pada informasi yang tidakakurat dapat rnenyebabkan keputusan-kcpulusan

personalia tidak tepat.

8) Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain

pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan

tersebut.

9) Menjamin kesempatan kerja yang adil.

Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

10)Melihat tantangan-tantangan ekternal.

Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah pribadi

lainnya.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara

satu karyawan dengan karyawan, lainnya yang berada di bawah pengawasannya.

Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas

mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua

faktor (As'ad, 2001 : 102), yaitu : faktor individu dan situasi kerja.

Menurut Gibson, et al (1997 : 422-423) menyebutkan ada tiga perangkat

variansi yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

1). Variabel individua l, terdiri dari:

(35)

a. Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik

b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian

c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin.

2) Variabel organisasional, terdiri dari:

a. Sumberdaya

b. Kepemimpinan

c. Imbalan

d. Struktur

e. Desain pekerjaan.

3) Variabel psikologis, terdiri dari:

a. Persepsi

b. Sikap

c. Kepribadian

d. Belajar

e. Motivasi.

Menurut Tika (2006 : 147-148) menyebutkan ada dua variabel yang dapat

mempengaruhi kinerja, yaitu:

1) Variabel individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan

motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor

individual lainnya.

2) Variabel situasional:

a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdin dari; mctode kcrja, kondisi dan desain

perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik

(36)

b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi,

sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan

lingkungan sosial.

Rivai (2005 : 210 – 211) mengemukakan pendapatnya, bahwa kinerja

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1) Faktor Kemampuan

a. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat

b. Ketrampilan : kecakapan dan kepribadian.

2) Faktor Motivasi

a. Kondisi social : organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan

b. Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistic

c. Kondisi fisik : lingkungan kerja.

4. Pengertian Stres Kerja

Menurut Handoyo (2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah

tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam

lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga

biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Cooper dan Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stress dapat berupa

tanda-tanda berikut ini:

a. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab,

rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang

tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

b. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,

tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,

(37)

keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan

hilangnya minat terhadap orang lain.

c. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan,

cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel

menjadi meledak-ledak.

Sedangkan gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi: (1) Kepuasan kerja

rendah, (2) Kinerja yang menurun, (3) Semangat dan energi menjadi hilang, (4)

Komunikasi tidak lancar, (5) Pengambilan keputusan jelek, (6) Kreatifitas dan

inovasi kurang, dan (7) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif. Semua yang

disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja dan

interaksi normal individu sebelumnya.

Gibson et al (1997 : 434) mengemukakan bahwa stress kerja

dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres

sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan

pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang

stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan

terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi

antara stimulus lingkungan dengan respon individu.

Robbins (2006 : 795) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam

menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis,

sebagai konsekuensi dari tindakan Lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu

banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan

setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.

(38)

Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan

kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan

kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan

mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks,

emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu

terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan

kesamaan persepsi tentang batasan stres. Lubis (1999:71), mendefinisikan stres

sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana

tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Lubis (1999:71)

memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan

konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara

fisik maupun psikologis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan

dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi

pekerjaan. Adanya bcberapa atribut tertentu dapat mnempengaruhi daya tahan stres

seorang karyawan.

5. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja,

yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Mangkunegara, 2005:75). Faktor

lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan

sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian,

peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana

(39)

pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua tidak secara

langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang

ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber

atau penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut

(Mangkunegara, 2005:77-79):

a. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada

para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.

b. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau

dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Stres akibat

pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga

(khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun

tidak ada undang-undang yang melindungmya (Lubis, 1999:72).

c. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu

yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan

semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan

seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu

dingin. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya

stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding

yang lain (Lubis, 1999:73).

d. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan

ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni

seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya

bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa

sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja

(40)

menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres

(Lubis, 1999:73).

e. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung

mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe

A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya,

tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang

sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung

berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang

non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami

dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu

sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi

lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko

serangan/sakit jantung (Lubis, 1999:73).

f. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman

pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak

sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau

menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan

bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati

pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan

tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Lubis,

1999:73).

Lubis (1999:73) mengatakan stres kerja disebabkan:

a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi

penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak

(41)

sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang

tersedia bagi karyawan.

b. Supervisor yang kurang pandai. Seorang karyawan dalam menjalankan tugas

sehari-harinya biasanya di hawah bimbingan sekaligus mempertanggung

jawabkan kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai

tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi

secara baik dan benar.

c. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan

yang dibebankan kepadanya.

d. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan

hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada

bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai.

e. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu

mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan

serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada

kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya

akan timbul ambiguitas peran.

f. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada para

karyawan atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan

profesi yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi

(altruisme).

g. Frustrasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa

disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi

(42)

h. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal terscbul tidak umum. Situasi ini

bisa timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir

yang di lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun dalam satu grup

namun lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada di

bawah perusahaan pertama.

i. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran

intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi

terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran

intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer

yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing

struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada

karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika

mereka harus memilih salah satu alternative.

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang

menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit

tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja.

Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan

pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh

sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang

bcrdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima

kategori besar (lihat Gambar 2.1) yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran

dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta stniktur dan

iklim organisasi Sunyoto (2001:381 -401):

(43)

*) Sumber : Sunyoto (2001:380).

Gambar 2.1. Model Stres dalam pekerjaan

a. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan

fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja

malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya. Tuntutan fisik : kondisi

fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis diri seorang tenaga

kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres (stressor). Suara bising selain

dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran kita, juga

dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan

ketidakseimbangan psikologis kita. Kondisi demikian memudahkan timbulnya

kecelakaan. Misalnya tidak mendengar suara-suara peringatan sehingga timbul

(44)

Sunyoto (2001:381-383 bependapat bahwa bising yang berlebih (sekitar 80

desibel) yang berulangkali didengar, untuk jangka waktu yang lama, dapat

menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising yang berlebih ialah mengurangi

toleransi dari tenaga kerja lerhadap pembangkit stres yang lain, dan menurunkan

motivasi kerja. Bising oleh para pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang

membahayakan.

Tuntutan tugas : penelitian menunjukkan bahwa shift/kerja malam merupakan

sumber utama dan stres bagi para pekerja pabrik Sunyoto (2001:383-389). Para

pekerja shift malam lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut

daripada para pekerja pagi/siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan

makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut.

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit

stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban verja berlebih/terlalu

sedikit "kuantitatif', yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu

banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu

tertentu, dan beban kerja berlebih/terlalu sedikit "kualitatif, yaitu jika orang merasa

tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan

ketrampilan dan/atau potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih

kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah

jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres.

Sunyoto (2001:384-389) menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu

kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kuahtatif. Beban berlebih secara

fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan

kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih

kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan

(45)

waktu akhir (dead line) justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan

prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkab limbulnya

banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka

ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif.

Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan

psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi

pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja

rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan,

dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini, secara potensial

membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia

makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk.

Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan

mudah berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya

mcmerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang

dimiliki.

b. Peran Individu dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya

setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai

dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.

Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa

menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan

pembangkit stres yaitu meiiputi: konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).

1) Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami

(46)

a) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara

tanggung jawab yang ia miliki.

b) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan

merupakan bagian dari pekerjaannya.

c) Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya,

atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

d) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

melakukan tugas pekerjaannya.

2) Ketaksaan peran : jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi untuk

dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi

harapan-harapan yang berkaitan dengan peran lertentu. Faktor-faktor yang dapat

menimbulkan ketaksaan melipuli: Ketidakjelasan dari saran-saran

(tujuan-tujuan) kerja.

a) Kesamaran tentang tanggung jawab.

b) Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.

c) Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.

d) Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas kerja.

Menurut Sunyoto, (2001:392), stres yang timbul karena ketidakjelasan

sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiiiki kepercayaan

diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah untuk

bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan kecenderungan untuk

meninggaikan pekerjaan.

c. Pengembangan Karir

Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

1) Peluang untuk menggunakan ketrampilan jabatan sepenuhnya

(47)

3) Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang

menyangkut karir.

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup

ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

1) Job Insecurity : perubahan-perubahan lingkungan menimbulkan masalah baru

yang dapat mempunyai dampak pada perusahaan. Reorganisasi dirasakan

perlu untuk dapat mcnghadapi perubahan lingkungan dengan lebih baik.

Sebagai akibatnya ialah adanya pekerjaan lama yang hilang dan adanya

pekerjaan yang baru. Dapat terjadi bahwa pekerjaan yang baru memerlukan

ketrampilan yang baru. Setiap reorganisasi menimbulkan ketidakpastian

pekerjaan, yang merupakan sumber stres yang potensial.

2) Over dan Under-promotion : setiap organisasi industri mempunyai proses

pertumbuhan masing-masing. Ada yang tumbuhnya cepat dan ada yang

lambat, ada pula yang tidak tumbuh atau setelah tumbuh besar mengalami

penurunan, organisasi menjadi lebih kecil. Pola pertumbuhan organisasi

industri berbeda-beda. Salah satu akibat dari proses pertumbuhan ini ialah

tidak adanya kesinambungan dari mobilitas vertical dari para tenaga kerjanya.

Peluang dan kecepatan promosi tidak sama setiap saat. Dalam pertumbuhan

organisasi yang cepat, banyak kedudukan pimpinan mcmerlukan tenaga,

dalam keadaan sebaliknya, organisasi terpaksa harus mcmperkecil diri, tidak

ada pcluang untuk mendapatkan promosi, malahan akan timbul kecemasan

akan kehilangan pekerjaan. Peluang yang kecil untuk promosi, baik karena

keadaan tidak mengizinkan maupun karena dilupakan, dapat merupakan

pembangkit stres bagi tenaga kerja yang rnerasa sudah waktunya

(48)

stres dari kesenjangan yang dirasakan antara kedudukannya sekarang di

organisasi dengan kedudukan yang diharapkan. Sedangkan stres yang timbul

karena over-promotion memberikan kondisi beban kerja yang berlebihan

serta adanya tuntutan pengetahuan dan ketrampilan yang lidak sesuai dengan

bakatnya.

d) Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam

organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran

yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara

pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bcntuk kepuasan pekerjaan yang rendah,

penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan

kerjanya (Sunyoto, 2001:395).

e) Struktur dan iklim Organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini adalah terpusat pada sejauh

mana tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan serta pada support sosial. Kurangnya

peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan

suasana hati dan perilaku negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta

menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan

mental dan fisik.

f) Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan

seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di

dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang

keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan

Gambar

Gambar 1.1.  Diagram Kerangka Konseptual
Tabel 1.2.  Definisi Operasional Variabel
Tabel. 1.3. Instrumen Skala Likert
Gambar 2.1. Model Stres dalam pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- dalam APT, return sekuritas dipengaruhi berbagai macam faktor yang bisa menjadi sumber risiko (tidak hanya beta saja).. ABRITAGE PRICING

[r]

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Koordinasi Teknis Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

[r]

2010 sekarang Ikatan Alumni (IKA) UNY Anggota 2009 Pengkab PBVSI Kabupaten Sleman Anggota 2001-sekarang Klub bola voli yuso Sleman Pelatih 2009-sekarang Selabora bola voli FIK

Prosedur Penyelesaian Sengketa Asuransi Pada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI). Setiap lembaga apapun dalam

Pengaruh Metode Latihan Penerapan Tujuan Dinamik Terhadap Penguasaan Keterampeilan Teknik Dasar Lob Bertahan Dan Drop Shot Pada Atlet Bulu Tangkis Usia Dini Di Sekolah Bulu Tangkis

sari jeruk nipis dan belimbing wuluh) dengan persentase sebesar 23,6% dan hasil uji organoleptiknya berwarna putih, rasa tidak asam, aroma sedap, tekstur lembut, dan disukai