• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selama penyimpanan selain terjadi perubahan fisik juga terjadi perubahan kimia. Perubahan kimia tersebut terutama pada rasa manis buah yang ditunjukkan melalui padatan terlarut. Sebagian besar total padatan terlarut berupa gula yang terdapat pada buah. Gambar 17 dan 18 di bawah ini menunjukkan perubahan kandungan total padatan terlarut dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 Aloe vera coating dan kontrol pada suhu 5 dan 100C selama penyimpanan. Dari Gambar menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan terdapat kenaikan kandungan gula yang kemudian disusul dengan penurunan. Hal ini merupakan sifat khas buah dalam keadaan klimakterik. Peningkatan total padatan terlarut dengan kandungan utama gula sederhana mungkin disebabkan oleh laju resprasi yang meningkat, sehingga terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat. Hal ini menyebabkan kandungan pati tomat menurun dan gula sederhana (sukrosa, gula dan fruktosa) terbentuk. Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981), pada saat respirasi terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, yang menyebabkan kandungan pati turun dan gula sederhana terbentuk. Hidrolisis zat pati menghasilkan konsentrasi glukosa dan fruktosa yang sama dengan sedikit sukrosa.

Dengan penyimpanan lebih lama kandungan ketiga macam gula tersebut berkurang. 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 4.20 4.40 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Waktu (hari) T P T ( 0 B ri x ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 17. Perubahan total padatan terlarut (TPT) dengan heat shock,Aloe vera coating dan kontrol pada suhu 5 0C selama penyimpanan.

2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 4.20 4.40 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Waktu (hari) T PT ( 0 B ri x ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 18. Perubahan total padatan terlarut (TPT) dengan heat shock,Aloe vera coating dan kontrol pada suhu 10 0C selama penyimpanan.

Perubahan total padatan terlarut dengan perlakuan heat shock 20 menit pada suhu 50C, 100C selama penyimpanan relatif kecil. Perlakuan heat shock

mampu mempertahankan kandungan kimia di dalam sel. Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena dengan sedikitnya persentase perubahan ion leakage

mengindikasikan bahwa dinding sel mampu mempertahankan kandungan kimia di dalam sel dan menjaga fospolipid tetap dalam jumlah besar. Saltveit (2003) melaporkan perlakuan heat shock dengan suhu 450selama 30 menit memulihkan transport membran yang rusak diakibatkan meningkatnya ion Ca2+ sehingga ion

calsium (Ca 2+) di dalam maupun sel di luar sel sama sehingga interaksi aktin- miosin dan distribusi materi di dalam sel normal kembali.

Total padatan terlarut dengan edible coating Aloe vera pada suhu 50C, 100C pada awal penyimpanan relatif meningkat dan menurun sedikit demi sedikit

sampai akhir penyimpanan. Moroni (1982) dalam Suriati (2000) menyatakan

semakin lama kandungan gula gel lidah buaya semakin berkurang dan akan berubah menjadi polisakarida yang kurang aktif. Polisakarida akan terhidrolisa menghasilkan gula-gula yang lebih sederhana. Hal ini disebabkan komposisi karbohidrat Aloevera yang dominan adalah selulosa, hemiselulosa, pentosan dan zat-zat pektin yang membentuk dinding sel. Menurut Qian He (2005) monosakarida dalam gel lidah buaya merupakan d-glukosa, d-manosa, arabinosa, galaktosa dan silosa. Peningkatan gula disebabkan pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana. Gula sederhana ini pada dasarnya adalah aldosa dan ketosa.

E. Kekerasan

Perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik pada buah-buahan. Pada suhu 50C nilai kekerasan tomat terendah dan tertinggi adalah 1.54 dan 7.96 N sedangkan pada suhu 100C 2.12 dan 7.67. Pada suhu ruang nilai kekerasan terendah dan tertinggi masing-masing 3.2 dan 5.49 N. Nilai kekerasan tomat tertinggi terdapat pada perlakuan heat shock 40 menit pada suhu 50 C. Pada perlakuan heat shock 60 menit nilai kekerasan tertinggi dan terendah pada suhu simpan 100C adalah 9.62 dan 1.66 N. Nilai kekerasan tomat tertinggi terdapat pada perlakuan Aloe vera coating menit pada suhu 5 dan 100C. Peningkatan susut bobot menyebabkan menurunnya kekerasan buah. Pada penelitian ini Aloe vera coating efektif mengurangi peningkatan susut bobot. Nilai kekerasan buah tomat selama penyimpanan tertinggi terdapat pada Aloe vera coating. Hasil penelitian Valverde et al. (2005) membuktikan bahwa gel Aloe vera berperan baik menahan laju perubahan fisiologis akibat pematangan pada buah anggur selama penyimpanan. Aloe vera coating bersifat higroskopis sehingga mampu menjaga kelembaban dinding sel buah, memperbaiki penampilan, berperan sebagai barrier

Pernyataan ini didukung oleh (Dweck dan Reynolds 1999) melaporkan gel

Aloe vera merupakan senyawa polimer berantai panjang yang berperan untuk mendapatkan kekerasan, mengandung banyak komponen fungsional yang mampu menghambat kerusakan pasca panen, antimikroba, meningkatkan proliferasi sel- sel yang terluka serta mampu menjaga kelembaban kerena mengandung glukomanan dan bahan-bahan yang bersifat hidrofilik seperti gula, asam amino khususnya glutamat dan arginin dan asam organik lainnya yang secara sinergis dapat mempertahankan kelembaban.dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-komponen larut air. Nilai kekerasan buah tomat dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 menit, pada suhu simpan 50C, 100C dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20 di bawah ini.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Waktu (hari) K e k e ra s a n (N e w to n ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 19. Perubahan kekerasan dengan perlakuan heat shock, Aloe vera

coating dan kontrol pada suhu 5 0C selama penyimpanan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Waktu (hari) K e k e ra s a n (N e w to n ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe kontrol

Gambar 20. Perubahan kekerasan dengan heat shock, Aloe vera coating dan kontrol pada suhu 10 0C selama penyimpanan.

F. Respirasi

Laju produksi CO2dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 menit dan Aloe

vera coating pada suhu ruang lebih tinggi dibandingkan pada suhu simpan 5, 100C. Hal ini disebabkan pada penyimpanan dingin proses respirasi dihambat

sehingga produksi CO2 dan konsumsi O2 rendah. Menurut Muchtadi dan

Sugiyono (1989), suhu yang rendah akan menghambat proses respirasi, aktifitas mikroorganisme dan enzim. Dikatakan pula bahwa makin tinggi suhu maka respirasi makin cepat, hal ini berlaku sampai suhu optimum, apabila melewati suhu optimum kecepatan respirasi menurun. Penyimpanan pada suhu rendah

menghambat tingginya produksi CO2 dan konsumsi O2. CO2 yang keluar

merupakan molekul organik yang teroksidasi, terjadi dalam mitokondria menguraikan turunan piruvat sebagai hasil glikolisis. Dimana glikolisis mengawali perombakan dengan pemecahan glukosa. Hal serupa dilaporkan Burg (2004), menyatakan pemecahan glukosa menjadi dua molekul senyawa menghasilkan turunan piruvat dan penguraian piruvat menghasilakan CO2. Laju produksi CO2 dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 menit dan Aloe vera

coating pada suhu 50C, 100C dan suhu ruang dapat dilihat pada Lampiran 2. Pantastico (1986) melaporkan respirasi dapat meningkat atau menurun tergantung pada kerentanan buah terhadap suhu dingin. Pada Gambar 21, 22 di bawah ini dapat dilihat bahwa laju respirasi perlakuan heat shock 20, 40 menit dan kontrol pada suhu simpan 50C mengalami puncak klimakterik berturut-turut

pada hari ke-4 dan ke-5 penyimpanan, sedangkan pada perlakuan Aloe vera

coating puncak klimakterik terjadi pada hari ke-6. Pada penyimpanan suhu 100C,

puncak klimakterik perlakuan heat shock 40 menit terjadi pada hari ke-2

penyimpanan, sedangkan puncak klimakterik perlakuan heat shock 20 menit, kontrol dan heat shock 60 menit masing-masing terjadi pada hari ke-3 dan ke -4 penyimpanan sedangkan puncak klimakterik perlakuan Aloe vera coating terjadi

pada hari ke-6 penyimpanan. Pada kondisi penyimpanan suhu 5 dan 100C

perlakuan Aloe vera coating dapat menunda atau menekan kenaikan klimakterik buah tomat. Pernyataan ini didukung oleh Valverde et al. (2005) yang menyatakan bahwa Aloe vera coating dapat berperan baik menahan laju respirasi selama

penyimpanan disebabakan gel Aloe vera bersifat higroskopis dan bersifat permeabel terhadap transfer gas dan air.

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (hari) L a ju re s p ir a s i C O2 (m l/ k g /j a m ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 21. Produksi CO2dengan heat shock,Aloe veracoating dan kontrol pada suhu 5 0C selama penyimpanan.

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (hari) L a ju re s p ir a s i C O2 (m l/ k g /j a m ) HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 22. Produksi CO2dengan heat shock,Aloe veracoating dan kontrol pada suhu 100C selama penyimpanan.

Pada Gambar juga dilihat bahwa perlakuan heat shock tidak menurunkan laju respirasi, karena dengan heat shock laju produksi CO2dan konsumsi O2lebih tinggi. Pernyataan ini didukung oleh Weast (1981) menyatakan jika pemanasan berlangsung, membran di sekeliling kloroplas menjadi lebih permeabel dan asam- asam dari tanaman akan dibebaskan, karena klorofil terlepas dari kompleknya dengan protein. Troller dan Christian dalam Suriati (2000) menambahkan oksidasi asam lemak tidak jenuh pada fospolipid dapat berlangsung dengan mudah sebagai akibat dari perlakuan panas. Laju produksi CO2 pada suhu simpan 50C lebih

rendah daripada suhu simpan 100C. Hal ini disebabkan pada penyimpanan dingin proses respirasi dihambat sehingga Produksi CO2 dan konsumsi O2rendah.

G. Warna

Sistem notasi warna dinyatakan dengan sisitem Hunter, yang dicirikan dengan 3 parameter yaitu L*, a* dan b*. Nilai L* menyatakan kecerahan (cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik, putih abu-abu dan hitam) yang mempunyai nilai dari 0 (hitam) dan 100 (putih).

Nilai L* semakin menurun atau meningkat berarti kecerahan warna buah semakin gelap atau semakin terang selama penyimpanan. Nilai L* pada perlakuan HST 20, 40, 60 menit dan Aloe vera pada suhu 50dan 100C C relatif naik sampai akhir penyimpanan berarti kecerahan warna buah semakin terang. Sedangkan nilai L* pada perlakuan HST 20, 40, 60 menit dan Aloe vera pada suhu ruang relatif turun di akhir penyimpanan berarti kecerahan warna buah semakin gelap. Nilai L* pada perlakuan HST 20, 40, 60 menit dan Aloe vera pada suhu 50, 100C dan suhu ruang berkisar antara 58.82 – 63.05.

Nilai a* menyatakan warna kromatik campuran merah hijau dengan nilai +a dari 0 sampai100 untuk warna merah dan –a dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Nilai b* menyatakan warna kromatik campuran kuning biru dengan nilai +b dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b dari 0 sampai -70 untuk warna biru (Soekarto 1985).

57 58 59 60 61 62 63 64 0 5 10 15 20

Lama penyimpanan (hari)

L ig h tn e s s HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 23. Grafik lightness (kecerahan) pada perlakuan heat shock 20 , 40, 60 menit , Aloe vera dan kontrol pada suhu 5 0C selama penyimpanan.

57 58 59 60 61 62 63 64 0 5 10 15 20

Lama penyimpanan (hari)

L ig h te n e s s HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 24. Grafik lightness (kecerahan) pada perlakuan heat shock 20 , 40, 60 menit , Aloe vera dan kontrol pada suhu 100C selama penyimpanan.

44 46 48 50 52 54 56 58 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 a b HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 25. Grafik warna a, b pada perlakuan heat shock 20 , 40, 60 menit , Aloe vera dan kontrol pada suhu 5 0C selama penyimpanan.

44 46 48 50 52 54 56 58 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 a b HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 26. Grafik warna a, b pada perlakuan heat shock 20 , 40, 60 menit , Aloe vera dan kontrol pada suhu 10 0C selama penyimpanan.

Nilai a* tertinggi pada suhu simpan 50C terjadi pada hari ke-16 penyimpanan tanpa perlakuan sebesar 28.99 dan terendah – 34.52 pada hari ke-1

penyimpanan dengan perlakuan Aloe vera, sedangkan nilai b* terendah dan

tertinggi masing-masing 45.70 dan 56.09 dengan perlakuan heat shock 60 menit dan heat shock 20 menit. Nilai a* tertinggi pada suhu simpan 100C sebesar 31.66 pada hari ke-9 penyimpanan dengan perlakuan edible coating aloe vera, terendah -29.54 dengan perlakuan heat shock 60 menit pada hari ke-1 penyimpanan. Nilai b* tertinggi 53.58 tanpa perlakuan, terendah terjadi pada hari ke-16 penyimpanan sebesar 47.54 dengan perlakuan heat shock 20 menit. Secara keseluruhan pada awal penyimpanan nilai a* naik dimana artinya perubahan warna buah menuju warna merah, sedangkan nilai b* mulai dari awal penyimpanan sampai akhir penyimpanan cenderung turun, sehingga warnanya lebih ke arah merah gelap pada akhir penyimpanan. Hal ini diduga disebabkan karena warna pigmen antosianin lebih dominant dari pigmen karoten yang terdapat dalam buah dan sangat dipengaruhi oleh pH, konsentrasi dan suhu penyimpanan. Pada konsentrasi antosianin yang tinggi akan memberikan warna merah, sedangkan pada konsentrasi yang rendah akan memberikan warna biru. Bila penyimpanan dilakukan pada suhu rendah antosianin relatif stabil, semakin tinggi suhunya maka perubahan warnanya akan semakin cepat.

Pada suhu ruang penurunan nilai L*, a* dan b* lebih cepat. Tingkat kecerahan warna semakin menurun selama penyimpanan, nilai a* meningkat pada akhir penyimpanan karena suhu yang tinggi pigmen antosianin tidak stabil sehingga mempercepat perubahan warna ke arah merah, sedangkan nilai b* menurun selama penyimpanan yang berarti menuju ke arah biru atau gelap pada akhir penyimpanan. Terjadinya peningkatan nilai warna pada buah tomat selama penyimpanan dilaporkan oleh Rusmono (1989), Breemer (1996) dan Larasati (2003). Warna yang ada pada buah-buahan dan sayuran disebabkan oleh pigmen yang dikandungnya dan pigmen tersebut umumnya dibagi menjadi empat kelompok yaitu klorofil, anthosianin, flavonoid dan karotenoid (karoten, xantofil dan likopen).

Selama penyimpanan warna buah tomat berubah dari warna hijau menjadi kuning sampai merah. Buah tomat yang dipanen masak hijau dan semakin lama

waktu penyimpanan warn berangsur-angsur menuju ke warna kuning kemudian merah dan nilainya dimulai dari nilai – menuju +. Pernyataan ini didukung oleh (Winarno dan Wirakartakusumah 1981) menyatakan perubahan warna tomat dimulai dengan hilangnya warna hijau, dimana kandungan klorofil buah yang sedang masak dan lambat laun berkurang. Dengan dimulainya proses pematangan, pigmen kuning xantofil diproduksi. Kemudian pada tahap kematangan berikutnya pigmen merah (likopen) akan terakumulasi. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu rendah dapat memperlambat proses perombakan klorofil dan sekaligus memperlambat pula proses pembentukan likopen. Hal ini didukung pendapat Winarno dan Wirakartakusumah (1981) yang menyatakan bahwa suhu mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan pigmen. Pada pembentukan likopen, bila suhu naik maka perubahannya akan cepat. Rendahnya nilai warna pada perlakuan suhu penyimpanan 50C disebabkan oleh suhu yang terlalu rendah sehingga degradasi klorofil dihambat dan penyimpanan pada suhu ruang (28-300C) nilai warnanya tidak bisa menjadi jingga karena sintesa likopen terhambat pada suhu tinggi. Pada penelitian ini perlakuan heat shock treatment tidak berpegaruh nyata terhadap perubahan warna dibanding dengan yang tidak diberi perlakuan/kontrol.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Tomat yang disimpan pada suhu dingin mengalami penurunan mutu lebih lambat dibanding pada suhu ruang, sedangkan tomat yang diberi perlakuan

heat shock dan Aloe vera coating lebih kecil penurunan mutunya dibanding dengan tomat tanpa perlakuan.

2. Tomat yang diberi perlakuan heat shock pada suhu simpan 50C menunjukkan gejala kerusakan dingin (chilling injury) yang terjadi pada hari pertama dengan meningkatnya ion leakage. Tomat dengan perlakuan heat shock 20 menit pada suhu 5 dan 100C dapat memperkecil kenaikan persentase ion leakage dibanding perlakuan lain dan kontrol.

3. Aloe vera coating efektif mengurangi peningkatan susut bobot dan menjaga kekerasan buah tomat, tetapi tidak berpengaruh terhadap pengurangan chilling injury karena sifat Aloe vera coating hanya ke bagian permukaan buah dan tidak terjadi ke bagian dalam buah. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan heat shock 60 menit .

4. Aloe vera coating pada suhu simpan 5 dan 100C dapat menunda dan menekan puncak klimakterik tomat sampai hari ke-6, sedangkan perlakuan heat shock

20, 40, 60 menit dan kontrol mengalami puncak klimakterik pada hari ke2, 3 dan ke-4 penyimpanan.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk melihat pengaruh suhu perlakuan panas (heat shock) yang lebih bervariasi dan lama perlakuan heat shock terhadap perubahan mutu.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut perlakuan heat shock 20 menit yang

dilanjutkan dengan Aloe vera coating untuk mendapatkan mutu tomat yang lebih baik selama penyimpanan pada suhu rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Athis AW. 1995. Physical Chemistry. Ed ke-5. Addison Wesley. New York.

Barkey SS. 1998. Aplikasi edible film khitosan dari kulit udang windu pada penyimpanan buah tomat. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bartz JA. 1993. Postharvest Diseases and Disorders of Tomato Fruit. Di dalam: JB. Jones, JP. Jones, RE. Stall, dan TA. Zitter (eds) Compendium of Tomato Disease, 2nd edition. APS Oress, Minnesota USA.

Bourne MC. 1981. Physical and Structure of Hortikultural Crop. Di dalam: Peleg, M, Bagley. EB. (ed) physical Properties of Food. AVI Pub. Co. Inc. Westport, Connecticut.

Burg PS 2004. Postharvest Physiology and Hypobaric Storage of Fresh Produce.

CABI Publishing, London.

Breemer R. 1996. Pengaruh penggunaan bahan penghambat respirasi dan suhu serta sistem penyimpanan terhadap mutu tomat segar. [Tesis]. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor

Broto W. 1998. Kajian sifat mutu buah rambutan Binjai pada berbagai umur petik. Bu. Pascapanen Hort (1) 40-47.

Chace W, Er.B Pantastico. 1986. Asas-Asas Pengangkutan dan Operasi

Pengangkutan Komersial. Dalam Er. B. Pantastico (ed). Fisilogi

Pascapanen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika terjemahan. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Chang KD. 2001. Reduction of chilling injury and transcript accumulation of heat shock protein in tomato fruit by Methyl jasmonate and Methyl salicylate. Plant Science. 161(2001) 1153-1159.

Fallik ES, Grinberg S, Alkaka S, Lurie. 1996. The effectiveness of postharvest hot water dipping on the control of grey and black moulds in sweet red Pepper (Capsicum annum). Plant Phatology 45:644-649.

Fatchiudin MA. 1994. Aplikasi pancaran elektron pada sistem penyimpanan buah

tomat segar dalam pengemas plastik AS (Akrilonitril Polistiren). [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Fields ML. 1997. Laboratory Manual in Food Preservation. AVI Publishing Co. Inc. Connecticut.

Glincksman M. 1994. Food Hydrocolloids. Di dalam: H. Halid: Mempelajari Pengaruh Penambahan Isolat Protein Kedelai Terhadap Beberapa Sifat

Fisik Edible Coatings dari Kappa-Karangenan. [Skripsi] Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hobson GE, JN Davies. 1971. The Tomato. Di dalam: Hulme AC(eds) The

Biochemsitry of Fruit and Product. Vol II. Academic Press. London.

Jang, Eric B, 2001. Effect of heat shock and quarantine cold treatment with a warm temperature spike on survival of mediterranean fruit fly eggs and fruit quality in Hawaii-Grown ‘ Sharwil’ avocado. Postharvest Biology and Technology 21 (2001) 311-320.

Karp G. 2000. Cell Biology . Ed ke-2. University of Florida.

Krochta JM, Baldwin EA, M Nisperos-Cariedo. 1994. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publishing Co. Inc. Lancaster. Basel.

Larasati D. 2003. Kajian penerapan hot water treatment terhadap mutu buah tomat (Lycopersium esculantum M.) selama penyimpanan dingin. [Tesis]. Program Studi Teknologi Pascapanen. IPB, Bogor.

Lehninger. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Thenawijaya, M,

penerjemah;Jakarta:Erlangga.

Lurie S. 2004. Heat treatment of “Obrolanco” citrus fruit to control insect infestation. Postharvest Biology and Technology 34 (2004) 321-329.

Meadows P. 1990. Aloe as humectant in new skin preparation. Cosmetic and Toiletries.

Mitchell CR 2000. Biologi 5nd edition terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Mohsenin NN. 1984. Electromagnetic Radiation Properties of Foods and

AgriculturalProducts. 2nd edition. The Pennsylvania State University, New York.

Muchtadi TR, Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. IPB, Bogor.

Naruke T, Oshita S, Kuroki S, Seo Y. And Kayagoe. 2003. Relaxation time and other properties of cucumber in relation to chilling injury. Acta Hort., 599, 265-271.

Nobel PS. 1991 Physicochemical and Enviromental Plant Physiology. University of Calofornia, Los Angeles, California.

Omelia J. 1993. All About Aloe: Curative claims lead to scientific Studies DCI. 28 -30, 114.

Pantastico Er.B, AK Matto, T. Murata dan K. Ogata. 1986. Kerusakan-Kerusakan Karena Pendinginan. Di dalam:Er. B. Pantastico (ed). Fisilogi Pascapanen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika danSubtropikaterjemahan. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Purwanto YA. 2005. Penentuan indeks kerusakan dingin berdasarkan perubahan Ion leakage dan pH pada produk pertanian. Fateta. IPB, Bogor.

Qian He, 2005. Quality and safety assurance in the processing of Aloe vera gel juice. Food Control 16(2005) 95-104.

Rusmono M. 1989. Simulasi model pendugaan masa simpan tomat segar dalam sistem penyimpanan “modified atmosphere” [Tesis]. Fakultas Pascasarjana, IPB, Bogor.

Ryall AL, WJ Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruitsand Vegetables. Vol. 1. Vegetables and Melons. 2nd ed. 587p AVI pub. Co., Westport, CT.

Saeni MS. 1989. Kimia FisikI. Bahan Pengajaran PAU. IPB Bogor, Bogor.

Saltveit ME. 1989. A kinetic examination of ion leakage from chilled tomato Pericarp Discs. Postharvest Biology and Technology. 31 (2002) 60-72.

_________ 2000. Effect of chilling, heat shock, and vigor on the growth of cucumber (Cucumis sativus)radicles. Phisiology Plantarum 109: 137-142.

________ 2002. The rate or ion leakage lrom chilling-sensitive tissues does not immediately increase upon exposure to chilling temperatures. Postharvest Biology and Technology. 26:295-304.

_________ 2003. Effect of heat shock on the chilling sensitivity of trichomes and Petioles of African Violet (Saintpaulia ionantha). Phisiology Plantarum 121: 35-43.

__________ 2004. Effect of acetaldehyde, arsenite, ethanol, and heat shock on protein synthesis and chilling-sensitive of Cucumber radicles. Phisiology Plantarum 120: 556-562.

__________ 2005. Influence of heat shock on the kinetics of chilling induced ion leakage from tomato pericarps discs. Postharvest Biology and Technology 36 : 87-92.

Sharir NI, Isaacson T, Lurie S and Weiss D. 2005. Dual role for tomato heat shock protein 21: Protecting photosystem II from oxidative stress and promoting color changes during fruit maturation. The plant cell 17:1829- 1838.

Singh RP. 2001. Postharvest Technology Cereal, Pulses, Fruits and Vegetables, University of California Davis, USA. Science Publisher, Inc.

Soekarto ST. 1985. Penilaian organoleptik untuk industri pangan dan hasil pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta).

Tindal HD. 1983. Vegetables in Tropics. Mac-Millan Education Ltd. Hampshire.

Trisnawati, Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Troller JA, JHB Christian. 1978. Water activity and food. Di dalam: Suriati, L.

Studi hambatan oksidasi dan perubahan fase terhadap karakteristik fisikokimia gellidah buaya. Fateta. IPB. Bogor.

Turner D. 2004. Isolation and characterization of structural components of Aloe vera . International Immunopharmacology 4(2004) 1745-1755.

Wang CY. 1994. Combined treatment of heat shock and low temperature

conditioning Reduces chilling injury in Zucchini squash. Postharvest Biology and Technology 4 (1994) 65-73.

Weast RC. 1981. CRC Handbook of Chemistry and Physics. CRC Press., Inc., Boca Raton, Florida.

Wills RB, HJSK LimH, Greenfield. 1986. Composition of Australian food: 31.

tropical and sub-tropical Fruit. Food Tech. In Aust. 38(3):118-123.

Winarno FG, MA Wirakartausumah. 1979. Fisiologi Pasca Panen. PT. Sastra Hudaya, Jakarta.

Wiryanta BTW. 2002. Bertanam Tomat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. WWW. Wikipedia.org/wiki/Electricical_conductivity. 23 Januari 2007.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 waktu (menit) Io n le a k a g e (% ) HST 20 T 5 HST 20 T 10 HST 20 TR 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 w ak tu (m e nit) Io n le a k a g e (% ) HST 20 T5 HST 20T 10 HST 20 TR

Dokumen terkait