• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury Tomat yang Disimpan Pada Suhu Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury Tomat yang Disimpan Pada Suhu Rendah"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGURANGAN GEJALA CHILLINGINJURY TOMAT YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

Oleh

OLLY SANNY HUTABARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis kajian pengurangan gejala chilling injury tomat yang disimpan pada suhu rendah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruang tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008-01-22

(3)

ABSTRACT

OLLY SANNY HUTABARAT. Study On the Alleviation of Chilling Injury

Symptoms of Tomato fruits Stored under Low Temperature. Supervised by SUTRISNO and Y. ARIS PURWANTO.

Tomato fruits (Lycopersicon esculentum Mill.) are sensitive to low temperature and develop chilling injury. Based on that reason, understanding the physiological properties of tomato fruits stored under low temperature is important to find better storage method. The objective of this research was to examine the effect of low temperature, heat shock treatment and aloe vera coating on the changes of quality of tomato fruits stored under low temperature at period of time. Heat shock treatment was carried out at 420C during 20, 40 and 60 minutes. After heat shock treatment and aloe vera coating, tomato fruits were stored under 50, 100C and ambient temperature. During storage, the changes of parameter of qualities i.e. ion leakage, pH, soluble solid content, firmness, weight loss, respiration rate as well as visible appearance were evaluated. The results showed that the heat shock treatment and aloe vera coating reduced the chilling injury symptoms.

(4)

RINGKASAN

OLLY SANNY HUTABARAT. Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury

Tomat Yang Disimpan Pada Suhu Rendah. Dibimbing oleh SUTRISNO dan Y. ARIS PURWANTO.

Penanganan pasca panen produk hortikultura sangat berpengaruh terhadap mutu produk. Untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura, metode penyimpanan dingin merupakan metode penyimpanan yang banyak dilakukan. Penyimpanan dingin dimaksudkan untuk menurunkan suhu produk sehingga akan memperlambat laju respirasi sebelum dilakukan penanganan pasca panen lanjutan. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat menyebabkan chilling injury, sehingga

mempengaruhi mutu produk. Beberapa metode telah dikembangkan untuk

mengurangi chilling injury selama penyimpanan dingin, seperti heat shock treatment (HST) dan Aloe vera coating. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji perubahan mutu tomat yang disimpan pada suhu dingin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter mutu tomat yang disimpan pada suhu rendah setelah perlakuan heat shock dan Aloe vera coating.

Heat shock treatment dilakukan pada suhu 420C selama 20, 40, 60 menit dan

edible coating Aloe vera dengan menentukan indeks chilling injury yang meliputi, perubahan ion leakage, pH, susut bobot, total padatan terlarut, kekerasan, kecepatan laju respirasi yang terjadi selama penyimpanan dan perubahan warna pada suhu kontrol dan suhu dingin, baik dengan perlakuan panas (heat shock), Aloe vera coating maupun kontrol.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tomat yang disimpan pada suhu dingin mengalami penurunan mutu lebih lambat dibanding pada suhu ruang, sedangkan tomat yang diberi perlakuan heat shock dan Aloe vera cenderung lebih kecil penurunan mutunya dibanding dengan tomat tanpa perlakuan. Perlakuan heat shock dan Aloe vera coating dapat meningkatkan dan menurunkan laju respirasi. Respirasi pada penyimpanan suhu ruang lebih tinggi daripada suhu 5, 10 0C untuk

semua perlakuan. Tomat yang disimpan pada suhu 50C menunjukkan gejala

(5)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

KAJIAN PENGURANGAN GEJALA CHILLING INJURY TOMAT YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

OLLY SANNY HUTABARAT

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury Tomat yang Disimpan Pada Suhu Rendah

Nama : Olly Sanny Hutabarat

NRP : F151050091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc Anggota

Ketua Program Studi

Keteknikan Pertanian

Diketahui Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir.Armansyah H. Tambunan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga atas segala berkat

dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juli 2007 ini

ialah penyimpanan, dengan judul Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury

Tomat yang disimpan Pada Suhu Rendah.

Dalam menempuh studi S2 sampai menjadi Magister Science IPB, penulis

mengucapkan terimakasih kepada orang yang memberi teladan, inspirasi, motivasi,

semangat, doa dan kasih sayang yang tulus. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr selaku pembimbing I yang begitu sabar, penuh

perhatian dalam membimbing, memberi nasehat, semangat untuk cepat

menyelesaikan studi. Ketelitian dan kesabaran beliau dalam pemeriksaan

penulisan format yang benar memotivasi penulis menjadi seorang penulis

yang baik, sabar dan teliti.

2. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc selaku pembimbing II yang dengan cerdas, teliti,

semangat,menyumbangkan ide, pikiran, masukan, dan penuh perhatian selama

penyusunan tesis ini. Perfeksionisme dan ide-ide beliau mendorong penulis

untuk terus belajar dan mengembangkan potensi.

3. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.gr selaku penguji luar komisi yang memberi

banyak masukan dan dorongan untuk pemahaman lebih dalam tentang sifat

kimiawi membran, juga atas kemurahan hati meminjamkan angkutan untuk

pengangkutan tomat dari Sukabumi.

4. Pimpinan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan Fateta, Ketua

Program Studi, seluruh staf, pegawai, pengajar, laboran Departemen Teknik

Pertanian atas jasa yang diberikan dengan tulus.

5. Keluarga tercinta ; mama, kakak, abang, ponakan atas doa, dukungan spiritual

dan materi serta kasih sayang yang tidak terlupakan selama penulis studi.

6. Bang Pelita ST M.div, Mas Andreas, ST, M.div, Mas Effendy Wijaya, PhD atas

kepercayaan, dukungan dana, doa, semangat, perhatian, kasih sayang, inspirasi

(9)

7. Bapak Priyatna di Goalpara, Sukabumi atas penyediaan tomat-tomat segar

untuk diteliti penulis.

8 Keluarga besar PERKANTAS Bogor atas dukungan doa, kasih sayang yang

tulus, perhatian dan kebersamaan selama penulis studi di Bogor.

9. Teman–teman terkasih dan seperjuangan Ina, Nelly, Tience atas doa, kasih

sayang, perhatian, nasehat, kebersamaan, canda tawa yang dilalui bersama

selama studi di Bogor. Terima kasih untuk kak Suryati, atas doa, nasehat dan

perhatian yang tulus selama penulis tinggal di Bogor.

10. Teman – teman seperjuangan dalam menimba ilmu di TEP Pascasarjana 2005

atas diskusi, semangat dan kebesamaan selama studi di IPB juga teman –

teman TPP.

11.Terkasih Nuel atas kasih sayang, doa, perhatian, kesabaran, motivasi,

semangat untuk cepat menyelesaikan studi dan kebersamaan yang dilewati

bersama.

12. Teman–teman satu kost di Kantika, mbak Aci atas kebersamaan, perhatian dan

suka duka yang dilewati bersama.

13. Semua pihak yang mendukung sehingga penelitian ini dapat terlaksana yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung (Sumatera Utara) pada tanggal 13 Mei 1979

dari bapak J.F. Hutabarat dan ibu R. Nainggolan. Penulis merupakan putri

keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sriwijaya, lulus pada tahun 2004. Satu tahun kemudian

penulis lulus seleksi masuk sekolah pascasarjana IPB dengan program studi

Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti program S2, penulis aktif mengikuti seminar nasional

antara lain sebagai peserta Lokakarya Nasional Sistem Pemasaran Hasil Pertanian

dan Perikanan melalui Terminal Agribisnis pada bulan Juni 2006, peserta seminar

nasional Mekanisasi Pertanian, Bioenergi dan Mekanisasi Pertanian untuk

(11)

KAJIAN PENGURANGAN GEJALA CHILLINGINJURY TOMAT YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

Oleh

OLLY SANNY HUTABARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis kajian pengurangan gejala chilling injury tomat yang disimpan pada suhu rendah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruang tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008-01-22

(13)

ABSTRACT

OLLY SANNY HUTABARAT. Study On the Alleviation of Chilling Injury

Symptoms of Tomato fruits Stored under Low Temperature. Supervised by SUTRISNO and Y. ARIS PURWANTO.

Tomato fruits (Lycopersicon esculentum Mill.) are sensitive to low temperature and develop chilling injury. Based on that reason, understanding the physiological properties of tomato fruits stored under low temperature is important to find better storage method. The objective of this research was to examine the effect of low temperature, heat shock treatment and aloe vera coating on the changes of quality of tomato fruits stored under low temperature at period of time. Heat shock treatment was carried out at 420C during 20, 40 and 60 minutes. After heat shock treatment and aloe vera coating, tomato fruits were stored under 50, 100C and ambient temperature. During storage, the changes of parameter of qualities i.e. ion leakage, pH, soluble solid content, firmness, weight loss, respiration rate as well as visible appearance were evaluated. The results showed that the heat shock treatment and aloe vera coating reduced the chilling injury symptoms.

(14)

RINGKASAN

OLLY SANNY HUTABARAT. Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury

Tomat Yang Disimpan Pada Suhu Rendah. Dibimbing oleh SUTRISNO dan Y. ARIS PURWANTO.

Penanganan pasca panen produk hortikultura sangat berpengaruh terhadap mutu produk. Untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura, metode penyimpanan dingin merupakan metode penyimpanan yang banyak dilakukan. Penyimpanan dingin dimaksudkan untuk menurunkan suhu produk sehingga akan memperlambat laju respirasi sebelum dilakukan penanganan pasca panen lanjutan. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat menyebabkan chilling injury, sehingga

mempengaruhi mutu produk. Beberapa metode telah dikembangkan untuk

mengurangi chilling injury selama penyimpanan dingin, seperti heat shock treatment (HST) dan Aloe vera coating. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji perubahan mutu tomat yang disimpan pada suhu dingin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter mutu tomat yang disimpan pada suhu rendah setelah perlakuan heat shock dan Aloe vera coating.

Heat shock treatment dilakukan pada suhu 420C selama 20, 40, 60 menit dan

edible coating Aloe vera dengan menentukan indeks chilling injury yang meliputi, perubahan ion leakage, pH, susut bobot, total padatan terlarut, kekerasan, kecepatan laju respirasi yang terjadi selama penyimpanan dan perubahan warna pada suhu kontrol dan suhu dingin, baik dengan perlakuan panas (heat shock), Aloe vera coating maupun kontrol.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tomat yang disimpan pada suhu dingin mengalami penurunan mutu lebih lambat dibanding pada suhu ruang, sedangkan tomat yang diberi perlakuan heat shock dan Aloe vera cenderung lebih kecil penurunan mutunya dibanding dengan tomat tanpa perlakuan. Perlakuan heat shock dan Aloe vera coating dapat meningkatkan dan menurunkan laju respirasi. Respirasi pada penyimpanan suhu ruang lebih tinggi daripada suhu 5, 10 0C untuk

semua perlakuan. Tomat yang disimpan pada suhu 50C menunjukkan gejala

(15)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(16)

KAJIAN PENGURANGAN GEJALA CHILLING INJURY TOMAT YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

OLLY SANNY HUTABARAT

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Tesis : Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury Tomat yang Disimpan Pada Suhu Rendah

Nama : Olly Sanny Hutabarat

NRP : F151050091

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc Anggota

Ketua Program Studi

Keteknikan Pertanian

Diketahui Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir.Armansyah H. Tambunan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga atas segala berkat

dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juli 2007 ini

ialah penyimpanan, dengan judul Kajian Pengurangan Gejala Chilling Injury

Tomat yang disimpan Pada Suhu Rendah.

Dalam menempuh studi S2 sampai menjadi Magister Science IPB, penulis

mengucapkan terimakasih kepada orang yang memberi teladan, inspirasi, motivasi,

semangat, doa dan kasih sayang yang tulus. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr selaku pembimbing I yang begitu sabar, penuh

perhatian dalam membimbing, memberi nasehat, semangat untuk cepat

menyelesaikan studi. Ketelitian dan kesabaran beliau dalam pemeriksaan

penulisan format yang benar memotivasi penulis menjadi seorang penulis

yang baik, sabar dan teliti.

2. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc selaku pembimbing II yang dengan cerdas, teliti,

semangat,menyumbangkan ide, pikiran, masukan, dan penuh perhatian selama

penyusunan tesis ini. Perfeksionisme dan ide-ide beliau mendorong penulis

untuk terus belajar dan mengembangkan potensi.

3. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.gr selaku penguji luar komisi yang memberi

banyak masukan dan dorongan untuk pemahaman lebih dalam tentang sifat

kimiawi membran, juga atas kemurahan hati meminjamkan angkutan untuk

pengangkutan tomat dari Sukabumi.

4. Pimpinan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan Fateta, Ketua

Program Studi, seluruh staf, pegawai, pengajar, laboran Departemen Teknik

Pertanian atas jasa yang diberikan dengan tulus.

5. Keluarga tercinta ; mama, kakak, abang, ponakan atas doa, dukungan spiritual

dan materi serta kasih sayang yang tidak terlupakan selama penulis studi.

6. Bang Pelita ST M.div, Mas Andreas, ST, M.div, Mas Effendy Wijaya, PhD atas

kepercayaan, dukungan dana, doa, semangat, perhatian, kasih sayang, inspirasi

(19)

7. Bapak Priyatna di Goalpara, Sukabumi atas penyediaan tomat-tomat segar

untuk diteliti penulis.

8 Keluarga besar PERKANTAS Bogor atas dukungan doa, kasih sayang yang

tulus, perhatian dan kebersamaan selama penulis studi di Bogor.

9. Teman–teman terkasih dan seperjuangan Ina, Nelly, Tience atas doa, kasih

sayang, perhatian, nasehat, kebersamaan, canda tawa yang dilalui bersama

selama studi di Bogor. Terima kasih untuk kak Suryati, atas doa, nasehat dan

perhatian yang tulus selama penulis tinggal di Bogor.

10. Teman – teman seperjuangan dalam menimba ilmu di TEP Pascasarjana 2005

atas diskusi, semangat dan kebesamaan selama studi di IPB juga teman –

teman TPP.

11.Terkasih Nuel atas kasih sayang, doa, perhatian, kesabaran, motivasi,

semangat untuk cepat menyelesaikan studi dan kebersamaan yang dilewati

bersama.

12. Teman–teman satu kost di Kantika, mbak Aci atas kebersamaan, perhatian dan

suka duka yang dilewati bersama.

13. Semua pihak yang mendukung sehingga penelitian ini dapat terlaksana yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung (Sumatera Utara) pada tanggal 13 Mei 1979

dari bapak J.F. Hutabarat dan ibu R. Nainggolan. Penulis merupakan putri

keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sriwijaya, lulus pada tahun 2004. Satu tahun kemudian

penulis lulus seleksi masuk sekolah pascasarjana IPB dengan program studi

Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti program S2, penulis aktif mengikuti seminar nasional

antara lain sebagai peserta Lokakarya Nasional Sistem Pemasaran Hasil Pertanian

dan Perikanan melalui Terminal Agribisnis pada bulan Juni 2006, peserta seminar

nasional Mekanisasi Pertanian, Bioenergi dan Mekanisasi Pertanian untuk

(21)

DAFTAR ISI

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Hipotesis ... 2

D. Ruang Lingkup penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Botani Tomat... 4

B. Panen ... 5

C. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Tomat... 6

D. Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi ... 7

E. Penyimpanan Dingin dan Permeabilitas ... 9

F. Chilling Injury...12

G. Ion leakage ...12

H. Perubahan Fisik dan Kimia Pascapanen Tomat ...14

I. Metode heat shock treatment dan Aloe vera coating...17

III.METODELOGI PENELITIAN...20

A. Waktu dan Tempat ...20

B. Bahan dan Alat ...20

C. Prosedur Penelitian...20

D. Pengamatan ...23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...27

A. Perubahan Ion leakage ...27

B. Perubahan pH ...32

C. Susut bobot ...35

(22)

E. Kekerasan ...39

F. Respirasi...41

G. Warna ...43

V. KESIMPULAN DAN SARAN...47 A. Kesimpulan ...47

B. Saran ...47

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pola respirasi klimakterik dan non klimakterik. ... 7

2 Pergerakan air melalui membran ... 13

3 Perbandingan tingkat kematangan tomat berdasarkan warna ... 15

4 Diagram alir pebuatan gel Aloe vera... 21 5 Prosedur penelitian... 22

6 Adobe Image Ready untuk R, G, B... 26

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Gambar perubahan ion leakage suhu 5, 100C dan ruang ... 52 2 Gambar susut bobot dan respirasi suhu 5, 100C dan ruang ... 55

3 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 50C hari-1... 56 4 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 100C hari-1... 57 5 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu ruanghari-1 ... 58 6 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 50C hari-9... 59 7 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 100C hari-9... 60 8 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu ruanghari-9 ... 61 9 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 50C hari-20... 62 10 Data hasil perhitungan perubahan ion leakage suhu 100C hari-20... 63 11 Data hasil pengukuran pH pada suhu 5 0C ... 64

12 Data hasil pengukuran pH pada suhu 10 0C ... 65

13 Data hasil pengukuran pH pada suhu ruang... 66

14 Perubahan susut bobot pada suhu 5 0C... 67

15 Perubahan susut bobot pada suhu 10 0C... 68

16 Perubahan susut bobot pada suhu ruang ... 69

17 Perubahan total padatan terlarut pada suhu 5 0C ... 70

18 Perubahan total padatan terlarut pada suhu 10 0C ... 71

19 Perubahan susut bobot pada suhu ruang ... 72

20 Data hasil perhitungan kekerasan pada suhu 5 0C... 73

21 Data hasil perhitungan kekerasan pada suhu 10 0C... 74

22 Data hasil perhitungan kekerasan pada suhu ruang ... 75

23 Produksi CO 2pada suhu 5 0C ... 76

24 Produksi CO 2pada suhu 10 0C dan ruang ... 77

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan pasca panen produk hortikultura sangat berpengaruh terhadap

mutu produk. Mutu produk dapat dipertahankan sebaik mungkin dengan

penanganan lanjutan yang tepat. Pada prinsipnya suhu tinggi bersifat merusak

mutu simpan sayur-sayuran dan buah-buahan, akan tetapi kenaikan suhu ini tidak

dapat dihindarkan terutama apabila panen dilakukan pada hari yang panas. Laju

respirasi dan kegiatan lainnya akan meningkat dengan semakin tinggi suhu

sehingga akan mempercepat turunnya mutu produk pasca panen. Pada suhu

diantara 0 – 350C kecepatan respirasi pada sayur-sayuran dan buah-buahan akan

meningkat dua sampai tiga kali lebih besar untuk kenaikan suhu 100C (Pantastico

1986).

Penurunan mutu produk segar seperti buah-buahan dan sayuran

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kesalahan penanganan pada saat panen,

pengaruh temperatur, aktifitas enzim yang mengatur metabolisme produk. Setiap

kenaikan temperatur sebesar 100C akan meningkatkan aktifitas enzim dua sampai

empat kali. Semakin tinggi aktifitas enzim, semakin cepat terjadi penurunan mutu

produk. Pendinginan merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk

menghambat penurunan mutu produk (Pantastico 1986).

Tomat tergolong sayuran buah (fruit-type vegetable) yang bersifat mudah rusak (perishable). Perubahan sepanjang proses pemasakan atau penuaan dapat meningkatkan kerentanan komoditas terhadap kerusakan mekanis maupun

serangan penyakit. Selama proses tersebut berlangsung susut dapat terjadi baik

saat pra maupun pasca panen sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah

bagian yang dapat dimakan dan menurunkan mutu buah serta tidak layak

konsumsi (Larasati 2003). Mutu tomat pada saat panen dapat dinilai

berdasarkan : sifat fisik (bentuk/kebulatan, warna, kekerasan, kelicinan kulit,

ketebalan daging buah, tekstur, adanya kerusakan, bebas hama dan penyakit), dan

sifat kimia (vitamin C/asam askorbat, total padatan terlarut, kadar asam, kadar air

dan komposisi nilai gizi). Masalah penurunan mutu buah tomat selama

(27)

penyimpanan dingin. Tetapi penggunaan bahan kimia dapat menyebabkan

keracunan jika terakumulsi terus menerus dalam tubuh.

Penyimpanan dingin dimaksudkan untuk menurunkan suhu produk

sehingga akan memperlambat laju respirasi sebelum dilakukan penanganan pasca

panen lanjutan. Penyimpanan dengan suhu yang terlalu rendah dapat

menyebabkan chilling injury, sehingga mutu turun.

Menurut Saltveit (2004) heat shock treatment pada pasca panen buah

tomat dapat mengurangi gejala chilling injury yang ditunjukkan dengan

menurunnya ion leakage. Sedangkan pelapisan / Aloe vera coating juga dapat mengurangi chilling injury.

Penggunaan heat shock treatment dan Aloe vera coating pada tomat jangan sampai merubah mutu tomat. Oleh karena itu perlu diketahui mutu buah

tomat setelah heat shock treatment dan Aloe vera coating selama penyimpanan dingin.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji perubahan mutu tomat

(Lycopersicon esculantum Mill.) yang disimpan pada suhu dingin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter mutu tomat yang

disimpan pada suhu rendah setelah perlakuan heat shock treatment suhu 420C selama 20, 40 60 menit dan Aloe veracoating.

C. Hipotesis

Perlakuan panas dengan heat shock treatment dan Aloe vera coating pada tomat sebelum penyimpanan dingin diduga dapat mengurangi chilling injury.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup batasan kegiatan yang dilakukan dan

mengacu pada tujuan penelitian yakni mengkaji perubahan mutu tomat dengan

(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

industri pangan, eksportir, petani dan masyarakat, bahwa heat shock treatment dan

Aloe vera coating yang dilanjutkan dengan penyimpanan dingin dapat mempertahankan mutu tomat segar sehingga dapat meningkatkan daya saing

produk sayuran Indonesia di pasar global. Dengan penelitian ini diharapkan

teknologi proses penanganan pasca panen sayuran dapat diaplikasikan pada skala

usaha kecil menengah serta memberikan inovasi bagi engineer untuk

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tomat

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk genus Lycopersicon, famili Solanaceae, ordo Tubiflurae dan kelas Dycotiledonae. Tomat merupakan

salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi besar dikembangkan secara

komersial karena dapat memberikan sumbangan pada pendapatan nasional.

Tomat mempunyai komposisi gizi yang cukup lengkap terutama kandungan

vitamin A dan vitamin C serta lycopennya yang dapat mencegah kanker

(Wiryanta 2002). Kebutuhan pasar akan buah tomat terus meningkat, dengan

semakin banyaknya orang mengkonsumsi tomat untuk memenuhi kecukupan

gizinya.

Tomat termasuk sayuran buah mudah rusak dan kerusakannya dapat

disebabkan oleh beberapa faktor fisik, kimiawi dan hayati. Kehilangan produksi

tomat di negara berkembang mencapai 50%, yang terjadi sejak panen, penanganan

kurang baik, keterlambatan hasil sampai di konsumen, cara bongkar/muat yang

kasar dan penggunaan kemasan yang tidak memadai serta keadaan yang tidak

menguntungkan selama pengangkutan (Muchtadi dan Sugiyono 1989).

Pantastico (1986), membedakan komponen kualitas buah antara tomat

konsumsi segar dan tipe olahan. Beberapa karakter kualitas tipe konsumsi segar

adalah : kekerasan buah, keseragaman bentuk, warna, ukuran dan bebas dari

kerusakan fisik seperti pecah buah, sedangkan untuk tipe olahan yang perlu

diperhatikan adalah warna, pH, total keasaman, total padatan terlarut dan

viskositas.

Zat-zat kimia yang terkandung dalam buah tomat pada saat panen dapat

dinilai berdasarkan :

1. Sifat fisik, yaitu bentuk/kebulatan, warna, kekerasan, kelicinan kulit, ketebalan

daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas serangan hama dan

penyakit.

(30)

B.Panen

Pemanenan tomat dilakukan saat tanaman berumur 75 hari setelah

penanaman bibit atau setelah benih tersebut berumur 3 bulan. Waktu pemanenan

yang paling tepat dilakukan saat cuaca terang dengan cara mematahkan tangkai

buah sambil memegang ujung buah dengan telapak tangan. Apabila ditujukan

untuk pengolahan, tomat yang digunakan harus dalam keadaan segar, yang

diperoleh dari hasil pemanenan tomat yang sudah masak dan sudah berwarna

merah saat masih di pohon. Apabila ditujukan untuk pemasaran jarak jauh

sebaiknya tomat dipanen saat buah masih dalam keadaan hijau, yakni kurang lebih

berkisar 3-7 hari sebelum warna tomat menjadi merah. Sedangkan untuk tujuan

pemasaran dekat, dapat dipanen saat tomat berwarna kekuning-kuningan

(Pantastico 1986).

Mutu yang baik akan diperoleh jika pemanenan dilakukan pada tingkat

kematangan buah yang tepat. Panen buah tomat yang belum matang akan

menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan yang salah. Menurut Pantastico

(1986), untuk menentukan waktu panen dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Secara visual, dengan melihat warna kulit dan ukuran buah, adanya sisi

tangkai putik, mengeringnya tepi daun tua, dan mengeringnya tubuh

tanaman.

b. Secara fisik, dilihat dari mudah tidaknya buah terlepas dari tangkai dan

berat jenisnya.

c. Secara analisis kimia, kandungan zat padat, zat asam, perbandingan zat

padat dengan asam dan kandungan zat pati.

d. Secara perhitungan, jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya

dengan tanggal berbunga .

e. Secara fisiologi, dengan melihat respirasi.

Dalam pemanenan, agar mutu tomat dapat dipertahankan, maka

pemanenan dan penanganan perlu diperhatikan dengan hati-hati. Pemanenan yang

kurang baik dan penanganan yang kasar di kebun dapat mempengaruhi mutu

pemasaran secara langsung. Perlakuan ini akan menyebabkan memar dan

luka-luka yang nantinya akan tampak sebagai bercak-bercak berwarna pirang dan

(31)

kualitas. Buah tomat yang dipanen sebelum waktunya akan memiliki kematangan

yang tidak memuaskan meskipun mungkin dapat disimpan lama. Tingkat

perkembangan ini mempunyai pengaruh terhadap laju respirasi dan lamanya umur

simpan.

C. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Tomat

Tomat termasuk salah satu jenis sayuran buah yang banyak digemari dan

sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia, karena disamping memiliki rasa

enak dan segar juga mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Kandungan gizi

tomat secara lengkap disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kandungan dan komposisi buah tomat tiap 100 gram bahan

Kandungan Gizi Macam Tomat

Sumber ; - Direktorat Gizi Depkes R.I (1981)

(32)

Berdasarkan Standar Nasional Industri yang ditetapkan oleh Departemen

Perdagangan melalui Badan Pengembangan Ekspor Nasional, tomat untuk tujuan

ekspor diklasifikasikan atas dua kelompok mutu seperti pada tabel di atas.

Sedangkan klasifikasi yang sering digunakan untuk pasar lokal ada tiga kelas,

yaitu grade A dengan berat buah di atas 150 gram, grade B dengan berat buah

antara 100-150 dan grade C dengan berat buah di bawah 100 gram.

Dalam penggunaannya selain sebagai sayuran, beberapa jenis tomat

tertentu dapat disajikan sebagai buah meja ataupun menjadi juice dan saus.

D. Pengaruh Suhu Terhadap Laju Respirasi

Selama penyimpanan, produk hortikultura mengalami bentuk kehidupan

heterotropik dengan memanfaatkan cadangan makanan yang masih tersisa.

Hubungan yang masih berjalan antara produk hortikultura dengan lingkungannya

adalah pertukaran gas, yaitu menggunakan O2dalam atmosfer untuk menghasilkan

CO2, air dan zat-zat organik lainnya seperti ethylene dan zat pembentuk aroma.

Tomat adalah buah yang memiliki pola respirasi klimakterik, yaitu pola

respirasi yang ditandai dengan terjadinya peningkatan laju respirasi dan produksi

etilen secara cepat bersamaan dengan pemasakan. Respirasi adalah suatu proses

metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa

yang lebih komplek, yaitu pati, gula dan asam organik, menghasilkan energi yang

dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa (Winarno dan Wirakartakusumah

1981). Respirasi merupakan sarana penyedia energi yang sangat vital dibutuhkan

untuk mempertahankan struktur sel dan jalannya proses-proses kimia. Selama

produk melakukan respirasi, maka produk akan mengalami pematangan dan

kemudian diikuti dengan cepat oleh proses pembusukan. Reaksi proses respirasi

yang terjadi dalam sel buah dan sayuran adalah sebagai berikut :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H 2O + 674 kcal (energi)

Buah dan sayuran bila dibiarkan pada suhu lingkungan yang tinggi setelah

dipanen akan memperpendek umur simpan. Hal ini disebabkan karena pada

umumnya semakin tinggi suhu maka laju respirasi produk akan semakin tinggi.

Pada awal proses pemasakan, respirasi akan meningkat sampai puncak

(33)

pembusukan. Puncak respirasi klimakterik tomat terjadi pada tingkat merah

jambu tua (Pantastico 1986) Pada buah tomat, puncak produksi etilen terjadi

sebelum mengalami puncak respirasi klimakterik (Singh 2001).

Gambar 1. Pola respirasi klimakterik dan non klimakterik

Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk menduga daya simpan

produk hortikultura setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran

laju jalannya metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk

mengenai potensi daya simpan produk hortikultura. Bahan yang memiliki laju

respirasi yang tinggi biasanya memiliki daya simpan pendek. Hal ini juga

merupakan petunjuk laju kemunduran mutu produk hortikultura. Laju respirasi

sangat berhubungan dengan suhu penyimpanan produk maka laju respirasi akan

semakin menurun hingga mencapai titik tertentu. Hal ini dihubungkan dengan

metabolisme yang terjadi di dalam produk hortikultura dan banyaknya oksigen

yang dapat digunakan untuk melakukan proses-proses biokimia.

Konsep kuesion respirasi (RQ) digunakan untuk mengevaluasi sifat

(34)

berguna untuk mengetahui substrat yang digunakan dalam proses respirasi.

Perubahan RQ selama penyimpanan menunjukkan adanya perubahan pada jenis

substrat yang digunakan.

Menurut Wills et al. (1989), apabila substratnya glukosa, maka RQ = 1, RQ>1, apabila substrat yang digunakan mengandung oksigen, yaitu asam-asam

organik. Respirasi senyawa ini memerlukan O2lebih sedikit untuk menghasilkan

jumlah CO2 yang sama. RQ<1, apabila : (1) Substratnya mempunyai

perbandingan O2 terhadap karbon lebih kecil daripada heksosa, (2) Oksidasinya

belum tuntas, misalnya terhenti pada pembentukan asam suksinat atau zat antara

lainnya, dan (3) CO2 yang diproduksi digunakan dalam proses sintesa, misalnya

pembentukan asam oksaloasetat dan asam malat dari piruvat dan CO2.

E. Penyimpanan Dingin dan Permeabilitas

Penyimpanan dingin tomat segar dapat memperpanjang daya gunanya dan

dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya, mempertahankan mutu,

menghindari banyaknya produk ke pasar sehingga meningkatkan keuntungan

produsen. Beberapa faktor lingkungan yang perlu diperhatikan dalam

penyimpanan produk antara lain adalah suhu, kelembaban dan komposisi udara.

Suhu penyimpanan yang lebih rendah dari suhu optimal produk akan

menyebabkan chilling injury, sebaliknya di atas suhu optimal akan mengurangi umur simpan produk (Ryall dan Lipton 1982).

Menurut Ryall dan Lipton (1982) penyimpanan dingin adalah sebagai

proses pengawetan bahan dengan cara pendinginan pada suhu di atas suhu

bekunya. Secara umum pendinginan dilakukan pada suhu 2.2-15.50C tergantung

kepada masing-masing bahan yang disimpannya. Pendinginan menuntut adanya

pengontrolan terhadap kondisi lingkungan antara lain suhu yang rendah,

komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara. Sumber kerusakan seperti

aktifitas fisiologis, aktifitas mikroba, transpirasi dan evaporasi, semuanya

mempunyai faktor pembatas suhu dan kelembaban. Penggunaan suhu rendah dan

kelembaban relatif tinggi, dapat menghambat semua reaksi diatas sampai batas

(35)

Suhu yang direkomendasikan pada penyimpanan dingin tomat matang

adalah 7-10 0C (Bartz 1993). Chace dan Pantastico (1986), meyatakan bahwa

penyimpanan tomat matang pada suhu 7-100C dengan kelembaban 85-90% dapat

mempertahankan mutu buah tomat matang pink selama 10-14 hari. Tindall

(1983), menyatakan bahwa penyimpanan pada suhu 10 0C dapat mempertahankan

mutu buah tomat matang yang masih keras (firm ripe fruit) selama 35 hari. Suhu minimum penyimpanan tomat bervariasi dan menurun sejalan dengan pematangan

bahan (Bartz 1993). Fields (1997), menyatakan bahwa suhu terendah yang aman

bagi tomat matang tanpa mengalami kerusakan karena pendinginan adalah 100C.

Perubahan mutu akan tetap berjalan dengan laju yang lebih lambat sesuai dengan

bertambahnya waktu pendinginan. Tingkat kerusakan hasil tanaman yang

disebabkan oleh suhu pendinginan tergantung pada waktu dan lama proses

pendinginan. Kelembaban lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses

fisiologi selama penyimpanan dimana kelembaban relatif udara yang jenuh

menyebabkan pengembunan air pada permukaan buah yang akan mengundang

pertumbuhan mikroba dan kelembaban relatif yang rendah mengakibatkan

pengeriputan kulit (Pantastico 1986).

Membran plasma merupakan batas yang memisahkan sel hidup dari

sekelilingnya yang mati. Membran plasma mengontrol lalulintas ke dalam dan ke

luar sel yang dikelilinginya. Membran melindungi sel dari lingkungan dan juga

memungkinkan adanya kompartemen-kompartemen di dalam sel untuk aktivitas

metabolik. Pada permukaan luar membran sel terletak banyak sisi pengenalan

atau reseptor yang berbeda-beda, yang dapat mengenali sel lain, mengikat hormon

tertentu, dan merasakan berbagai isyarat lain dari lingkungan luar. Membran

plasma memiliki permeabel selektif. Lipid dan protein merupakan bahan

penyusun utama membran. Terdapat beberapa kelas lipid membran, salah satunya

mempunyai satu atau lebih gugus kepala dengan polaritas tinggi, selain ekor

hidrokarbonnya sehingga sering disebut lipid polar. Lipid membran yang paling

banyak adalah fospolipid. Fospolipid mengandung fosfor dalam bentuk gugus

asam fosfat. Fospolipid utama yang ditemukan pada membran adalah

fosfogliserida, yang mengandung dua molekul asam lemak yang berikatan ester

(36)

mengandung dua ekor nonpolar, merupakan asam lemak berantai panjang.

Fosfogliserida mempunyai dua jenis gugus yang berbeda, yaitu gugus hidrofilik

pada kepala yang bersifat polar dan ekor hidrofobik yang bersifat nonpolar

(Lehninger 1993).

Spingolipid, kelas kedua terbesar dari lipid membran, mempunyai kepala

yang bersifat polar dan dua ekor nonpolar, tetapi senyawa ini tidak mengandung

gliserol. Spingolipid tersusun atas sato molekul alkohol amino berantai panjang

spingosin, atau satu diantara senyawa turunannya, dan suatu alkohol polar pada

bagian kepala (Lehninger 1993).

Kemampuan fospolipid untuk membentuk membran disebabkan oleh

struktur molekulernya. Fospolipid merupakan suatu molekul ampifatik, yang

berarti molekul ini memiliki daerah hidrofilik maupun daerah hidrofobik. Pada

suhu kritis, fospolipid mengendap dalam suatu susunan yang rapat dan

membrannya membeku sehingga saat dikeluarkan dari ruang pendingin membran

pecah dan menyebabkan ion leakage. Suhu beku membran tergantung pada

komposisi lipidnya. Membran tetap berwujud fluida pada suhu yang lebih rendah

jika mengandung banyak fospolipid dengan ekor hidrokarbon jenuh (Mitchell

2000).

Suatu lalulintas ion kecil bergerak melintasi membran dalam dua arah.

Gula, asam amino, dan nutrien lain memasuki sel, dan produk limbah

metabolisme meninggalkan sel. Sel mengatur konsentrasi ion anorganiknya

dengan cara membolak-balik arahnya dari satu arah ke arah lainnya melintasi

membran. Inti hidrofobik membran menghalangi transpor ion dan molekul polar,

yang bersifat hidrofilik. Molekul hidrofilik, seperti hidrokarbon, karbon dioksida,

dan oksigen dapat larut dalam membran dan melintasinya dengan mudah.

Molekul sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan dapat lewat melalui

membran dengan cepat. Bilayer lipid tidak sangat permeabel terhadap molekul

polar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan gula lain. Bilayer lipid

ini juga relatif tidak permeabel terhadap semua ion, sekalipun kecil. Atom atau

molekul bermuatan dan lapisan airnya sulit menembus lapisan hidrofobik

(37)

F. Chilling injury

Bahan yang didinginkan pada suhu lebih rendah dari suhu optimum

tertentu akan mengalami kerusakan, yang dikenal dengan kerusakan dingin

(chilling injury). Gejala kerusakan dingin terlhat dalam bentuk kegagalan pematangan, pematangan tidak normal, pelunakan prematur, kulit terkelupas, dan

peningkatan pembusukan yang disebabkan oleh luka, serta kehilangan flavor yang

khas. Menurut Pantastico (1986) gejala kerusakan akibat pendinginan pada tomat

adalah gagal membentuk warna merah, rentan terhadap pembusukan Alternaria,

kantung-kantung kecil berwarna putih pada kulit buah tomat yang hijau biasanya

ada pada bagian dekat tangkai. Dikatakan pula bahwa suhu chilling injury pada

tomat dimulai pada suhu 7.20C. Sedang Muchtadi dan Sugiyono (1989)

mengemukakan pada suhu rendah (0-100C) buah-buahan dapat mengalami

kerusakan karena tidak dapat melakukan proses metabolisme secara normal.

Kerusakan dingin tersebut seperti adanya lekukan, cacat, bercak-bercak

kecoklatan pada permukaan buah, penyimpangan warna dibagian dalam atau

gagal matang setelah dikeluarkan dari ruang pendingin. Dikatakan juga

mekanisme terjadinya kerusakan dingin antara lain adalah (a) terjadinya respirasi

abnormal, (b) perubahan lemak dan asam dalam dinding sel, (c) perubahan

permeabilitas membran sel, (d) perubahan dalam reaksi kinetika dan

termodinamika, (e) ketimpangan distribusi senyawa kimia dalam jaringan dan (f)

terjadinya penimbunan metabolit beracun.

G. Ion leakage

Gejala terjadinya kerusakan dingin dapat diamati dari kenaikan kecepatan

respirasi dan produksi etilen, terjadinya proses pematangan yang tidak normal dan

lambat serta kenaikan jumlah ion yang dikeluarkan dari membran sel (ion leakage). (Saltveit 1989).

Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul, dan

dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan

ion. Pada makhluk hidup dalam tubuhnya mengandung larutan elektrolit seperti

KCl, NaCl, MgSO4 yang terdisosiasi menjadi ion-ion bila larut dalam air (Saeni

(38)

bukan berarti selalu berbanding lurus dengan besar konduktivitas membran karena

membran mempunyai karakter yang khas (Athis 1995), diantaranya dapat

mempertahankan beda potensial antara lingkungan di kedua sisinya.

Konduktivitas listrik atau daya konduksi yang spesifik (electrical conductivity) adalah suatu ukuran dari suatu kemampuan material untuk mengalirkan arus

listrik dengan satuan millisiemens/meter (mS/m) (Wikipedia 2007)

Kenaikan persentasi ion leakage menunjukkan besarnya membran sel yang pecah. Sitoplasma meliputi sebagian dari protoplas, secara fisik merupakan zat

kental yang tembus cahaya. Merupakan struktur yang sangat kompleks dengan

komponen utamanya adalah air (85 – 95 %), mengisi ruangan antara membran sel

dan inti sel. Dipisahkan dari dinding sel oleh membran yang disebut plasmalema,

dan dari vakuola oleh membran yang disebut tonoplas. Vakuola menempati lebih

dari 90 % sel-sel dewasa. Vakuola adalah ruangan dalam sel berisi cairan, dibatasi

oleh membran (tonoplas). Cairan tersebut berisi berbagai bahan organik dan

anorganik, misalnya gula, protein, asam organik, fosfatida, tanin, pigmen

flavonoid dan kalsium oksalat. Beberapa zat dalam vakuola dapat berbentuk

padatan (tinin butir protein), bahkan berbentuk kristal. Vakuola berfungsi dalam

mengatur air dan kandungan solute dalam sel, misalnya pada pengaturan osmosis

(Nobel 1991).

Tekstur buah-buahan dan sayuran bergantung pada ketegangan, ukuran,

bentuk, dan keterikatan sel-sel. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada

dinding sel, dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif dalam

vakuola, permeabilitas protoplasma, dan elastisitas dinding sel. Dalam osmosis

zat-zat bergerak dari daerah dengan energi kinetik tinggi ke daerah dengan energi

lebih rendah. Cairan sel mempunyai jenjang energi lebih rendah karena zat-zat

yang terlarut di dalamnya, sebagai akibatnya air berdifusi ke dalam sel. Difusi

terus menerus meningkatkan jenjang energi sel, dan berakibat naiknya tekanan,

(39)

Gambar 2. Pergerakan air melalui membran

Bila jenjang energi di luar sel lebih rendah, akan terjadi difusi zat-zat ke

luar sel, yang mengakibatkan plasmolisis atau kematian sel. Perubahan bentuk

fisik membran pada suhu rendah diduga merupakan penyebab terjadinya ion

leakage dari jaringan tanaman yang sensitif terhadap suhu dingin (Nobel 1991).

H. Perubahan Fisik dan Kimia Pascapanen Tomat

Buah-buahan dan sayur-sayuran setelah dipanen akan tetap

melangsungkan proses metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya

perubahan fisik dan kimia dalam produk tersebut. Winarno dan

Wirakartakusumah (1981), mengemukakan bahwa selama proses pematangan,

buah mengalami beberapa perubahan nyata secara fisik maupun kimia yang

umumnya terdiri dari perubahan warna, tekstur, bau, tekanan turgor sel, dinding

sel, zat pati, protein, senyawa turunan fenol dan asam-asam organik.

1. Kekerasan Buah

Perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik pada buah-buahan.

Kekerasan sayuran dan buah-buahan dipengaruhi oleh turgor dari sel yang masih

hidup yang selalu berubah dalam proses perkembangan dan pematangan. Hal ini

(40)

berpengaruh terhadap kekerasan yang biasanya buah menjadi lunak setelah masak

(Winarno dan Wirakartakusumah 1981). Pada umumnya secara kimiawi, dinding

sel pada buah tersusun dari senyawa-senyawa seperti selulosa, pektin,

hemiselulosa dan lignin yang akan mengalami perubahan selama proses

pematangan. Dinding sel dan lapisan lamella tengah dengan bobot ± 1-3 % dari

berat, membentuk suatu struktur padat dengan campuran yang kebanyakan air

(Bourne 1981).

Semakin lama buah disimpan akan semakin lunak, karena propektin yang

tidak larut diubah menjadi pektin yang larut dalam asam pektat (Winarno dan

Wirakartakusumah 1981). Propektin adalah bentuk zat pektan yang tidak larut

dalam air, dimana pecahnya propektin menjadi zat dengan berat molekul rendah

mengakibatkan lemahnya dinding sel dan turunnya daya kohesi yang mengikat sel

satu dengan yang lainnya (Pantastico 1986). Hancurnya polimer karbohidrat

penyusun dinding sel, khususnya pektin dan hemiselulosa, akan melemahkan

dinding sel dan ikatan kohesi jaringan, sehingga tekstur buah menjadi lebih lunak

(Wills et al. 1981)

2. Perubahan Warna

Selama pematangan atau penyimpanan zat warna buah tomat akan

berubah. Pantastico (1986), menyatakan bahwa untuk kebanyakan buah tanda

kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau karena kandungan klorofil

buah yang sedang masak lambat laun berkurang.

Pigmen yang membentuk warna buah tomat terdiri dari karoten, likopen,

xantofil dan klorofil. Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981), pigmen

utama pada buah tomat adalah karoten dan likopen.

Warna hijau tomat disebabkan adanya klorofil yang berperan dalam proses

fotosintesis selama pematangan. Dengan dimulainya proses pematangan buah,

pigmen kuning (O-caroten dan xantofil) diproduksi sedangkan kandungan klorofil

berkurang. Kemudian pigmen likopen yang berwarna merah akan terakumulasi

dengan cepat.

Warna hijau pada buah tomat yang belum matang merupakan warna dari

(41)

1971). Ketika memasuki tahap pematangan, tomat akan memproduksi lebih

banyak pigmen karoten dan xantofil sehingga warnanya lebih terlihat jingga

seiring dengan semakin menurunnya kandungan klorofil. Warna buah akan

semakin merah seiring dengan semakin matangnya buah tomat tersebut, hal ini

terjadi karena produksi komponen likopen yang juga semakin meningkat (Hobson

dan Davies 1971). Pengelompokan warna buah tomat berdasarkan tingkat

kematangannya dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Perbandingan tingkat kematangan tomat berdasarkan warna

3. Perubahan karbohidrat menjadi gula

Karbohidrat yang terkandung dalam buah tomat akan terhidrolisis menjadi

glukosa, fruktosa, dan sukrosa selama proses pematangan buah, namun setelah itu

kandungan gulanya akan menurun karena telah melewati batas kematangannya

(Hobson dan Davies 1971).

4. Perubahan kandungan asam-asam organik

Asam-asam organik yang terkandung dalam buah tomat akan semakin

berkurang seiring dengan proses pematangan tomat, hal ini dikarenakan sel buah

tomat yang sudah berkurang kemampuannya untuk memproduksi asam-asam

tersebut. Selain itu, asam-asam organik ini juga akan berkurang selama

penyimpanan (Barkey 1998).

Green Breakers Turning Pink Light Red Red

Fase

hijau

Fase

masak

hijau

Fase pecah

warna

(42)

5. Total Padatan Terlarut

Buah dan sayuran menyimpan karbohidrat untuk persediaan bahan dan

energi yang digunakan untuk melaksanakan aktifitas sisa hidupnya, sehingga

dalam proses pematangan, kandungan gula dan karbohidrat selalu berubah

(Winarno dan Wirakartakusumah 1981).

I. Metode heat shock treatment dan Aloe vera coating

Kerusakan akibat pendinginan merupakan persoalan besar dalam

penanganan pasca panen produk hortikultura, karena menyebabkan banyak

komoditi tidak mungkin disimpan pada suhu yang sebenarnya dapat

memperpanjang umur simpan. Secara umum umur simpan diartikan sebagai

rentang waktu antara produk mulai dikemas atau diproduksi hingga saat mulai

digunakan dengan mutu produk masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Suhu

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan mutu produk pangan.

Penyimpanan dengan suhu rendah dapat menyebabkan chilling injury, sehingga mempengaruhi mutu produk. Umur pasca panen maksimal hanya dapat dicapai

dengan menggunakan komoditas bermutu tinggi (Chace dan Pantastico 1986).

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengurangi chilling injury selama penyimpanan, antara lain heat shock treatment dan Aloe vera coating.

1. Heat shock treatment

Kenaikan persentasi ion leakage menunjukkan besarnya membran sel yang pecah sehingga saat dikeluarkan dari ruang pendingin menyebabkan kenaikan ion leakage yang tinggi. Namun hal ini dapat diatasi dengan heat shock treatment. Hasil penelitian Saltveit (2002) heat shock treatment pada suhu 45 0C selama 1 jam sebelum penyimpanan dingin dapat menurunkan ion leakage. Chilling injury

pada tomat mature green dapat dicegah dengan heat shock pada suhu 420C selama 36 jam atau 48 jam sebelum disimpan pada suhu 20C selama 2 minggu

(Sharir atl al. 2005). Dari hasil penelitian Ding (2001) heat shock treatment

(43)

masing-masing pada suhu 50C selama empat minggu dengan index chilling injury

masing-masing 1.31 ± 0.14, 1.28 ± 0.25, 1.42 ± 0.34. Sedangkan tanpa heat shock index chilling injury sebesar 3.55 ± 0.95. Hasil penelitian Jang (2001) heat shock treatment pada suhu 38 0C selama 10 – 12 jam sebelum disimpan pada suhu 4.20C penyimpanan dingin dapat mencegah chillinginjury pada buah apokat dan memperpanjang umur simpan sampai 28 hari.

Keberhasilan penerapan pendinginan dalam menghambat proses kerusakan

buah atau sayuran segar tergantung pada beberapa hal yaitu suhu lapang

komoditas, suhu pendinginan, kalor hasil respirasi, dan sirkulasi udara (Ryall dan

Lipton 1983).

2. Aloe vera coating

Aplikasi edible coating dengan menggunakan bahan dasar polisakarida banyak digunakan terutama pada buah dan sayuran karena memiliki kemampuan

bertindak sebagai membran permeabel yang selektif terhadap pertukaran gas CO2

dan O2 sehingga dapat memperpanjang umur simpan karena respirasi buah dan

sayuran tersebut menjadi berkurang (Krochta et al. 1994). Penggunaan

polisakarida ini biasanya dikombinasikan dengan beberapa bahan kimia lainnya

yang memiliki fungsi pendukung dalam memperpanjang umur simpan. Misalnya

penambahan asam askorbat dapat mengurangi aktivitas polifenol oksidase karena

asam askorbat mencegah proses polimerisasi sehingga proses pencoklatan dapat

dicegah. Penambahan potassium sorbat akan berperan sebagai antimikroba, atau

penambahan kalsium klorida untuk memperbaiki tekstur.

Polisakarida larut air merupakan senyawa polimer berantai panjang yang

dilarutkan kedalam air untuk mendapatkan viskositas larutan yang cukup kental

(Glincksman 1984). Komponen-komponen inilah yang akan berperan untuk

mendapatkan kekerasan, kerenyahan, kepadatan, kualitas ketebalan, viskositas,

adhesivitas, kemampuan pembentukan gel, serta mouthfeel yang baik. Selain itu, senyawa ini sangat ekonomis bila digunakan untuk industri karena mudah didapat

(44)

yang rendah kalori dan bersifat nongreasy dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan buah dan sayuran dengan cara mencegah dehidrasi, oksidasi, serta

terjadinya browning pada permukaan, mengontrol komposisi gas CO2 dan O2 dalam atmosfer internal sehingga mampu mengurangi laju respirasi (Krochta et al. 1994).

Gel Aloe vera berpotensi untuk diaplikasikan dalam teknologi edible coating, karena gel terdiri dari polisakarida yang mengandung banyak komponen fungsional yang mampu menghambat kerusakan pasca panen produk pangan segar,

seperti acemannan yang memiliki aktivitas antiviral, antidiabetes, antikanker, dan antimikroba, serta meningkatkan proliferasi sel-sel yang terluka. Selain itu, gel

Aloe vera juga mampu menjaga kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-komponen larut air (Dweck dan Reynolds 1999).

Gel Aloe vera memiliki struktur yang alami sebagai gel sehingga mudah untuk diaplikasikan sebagai edible film serta murah, tetapi kendalanya adalah reologi gel

Aloe vera yang mudah menjadi encer sehingga harus ditambahkan filler dari bahan alami lain untuk mempertahankan konsistensi gelnya.

Penggunaan gel Aloe vera telah diaplikasikan di industri pangan sebagai ingridien pangan fungsional, dan salah satunya dengan menjadikan gel Aloe vera

sebagai bahan untuk membentuk edible coating alami. Hasil penelitian Valverde

et al. (2005) membuktikan bahwa gel Aloe vera sebagai edible coating dapat berperan baik dalam menahan laju respirasi dan beberapa perubahan fisiologis

akibat proses pematangan pada buah anggur selama penyimpanan.

Berdasarkan penelitian mereka, edible coating lidah buaya bersifat higroskopis sehingga mampu menjaga kelembaban dinding sel buah. Coating dari gel ini juga bersifat permeabel terhadap transfer gas dan air, serta dapat mencegah

chilling injury. Gel lidah buaya ini juga terbukti dapat mereduksi aktivitas enzim

pada dinding sel buah anggur sehingga mengurangi reaksi browning dan

pelunakan tekstur. Selain itu, senyawa antimikroba yang terkandung dalam gel

lidah buaya ternyata mampu mencegah proliferasi mikroba pada buah anggur

tersebut. Umur simpan buah anggur tersebut akan bertambah ± 4 hari jika

disimpan pada suhu 20° C, sedangkan jika disimpan pada suhu 1° C maka umur

(45)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium AP4, Labortorium Teknik

Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Laboratorium Energi dan

Elektrifikasi Pertanian (EEP), Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian

Bogor. Penelitian ini dimulai bulan April sampai Juli 2007.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang diperoleh dari petani Goalpara Sukabumi. Alat yang digunakan terdiri dari Electricity Conductivity meter (D-24 Horiba) untuk

mengukur ion leakage, pH meter, Refraktometer digital type PR-201 merk

ATAGO untuk mengkur total padatan terlarut, Rheometer model CR-300 merk

Sun-KAGAKU untuk mengukur kekerasan, Kamera digital merk Kodak untuk

mengukur perubahan warna, thermo recorder untuk mengontrol suhu selama

perlakuan heat shock treatment, lemari pendingin untuk penyimpanan,

polyethylene, neraca dan beberapa peralatan lainnya.

C. Prosedur Penelitian

Sehari setelah dipanen, tomat dikirim ke Laboratorium pada keadaan suhu

normal pada pagi hari dengan lama perjalanan kurang lebih 4 jam, selanjutnya

tomat diberi perlakuan edible coating Aloe Vera dan heat shock. Perlakuan heat shock selama 20, 40 dan 60 menit pada suhu 420C. Setelah perlakuan, sampel disimpan pada suhu 50C, 100C, dan suhu ruang. Pengamatan dilakukan pada suhu

ruang dengan selang waktu pengukuran mula-mula 20, 40, 60 menit selama 5jam .

Setelah 5 jam, dengan menggunakan blender, sampel dihancurkan selama 2 menit

supaya semua ion terlarut ke dalam aquabidest dan nilai konduktivitas listrik

(46)

Gambar 4. Diagram alir pembuatan gel Aloe vera

Daun Aloe vera

Sortasi dan pencucian dengan air mengalir

Perendaman dalam larutan klorin 200 ppm selama 30

menit

Pembilasan dengan air matang

Pemanasan atau Penambahan disertai Pemansan

Gel Aloe vera

Trimming dan Filleting

Pembilasan dengan air matang untuk menghilangkan yellow sap (lendir berwarna kuning)

Penghancuran dengan crusher

Optimasi i

(47)

Gambar 5. Prosedur penelitian Penyimpanan n

50C 100C ruang

Buah Tomat

Sortasi

Kontrol

HeatShock

42 0 Aloe Vera

Pengamatan :

1. Ion leakage 2. pH

3. Susut bobot

4. Total padatan terlarut 5. Kekerasan

(48)

D. Pengamatan

1. Pengukuran Ion Leakage

Pengukuran ion leakage dilakukan setiap hari pada 1 sampel pada masing-masing kondisi suhu penyimpanan. Ion leakage diukur berdasrkan perubahan nilai konduktivitas listrik larutan dengan menggunakan Electricity Conductivity

meter (D-24 HORIBA) dengan satuan Siemens/meter. Pertama-tama daging buah

tomat dikuliti kemudian dipotong kecil dengan ukuran 1cm x 1cm x 1cm. Sampel

direndam ke dalam aquabides (40 ml) yang nilai konduktivitas listrik awalnya

diketahui. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang selama 300 menit dengan

selang waktu 20 menit. Setelah 5 jam, dengan menggunakan blender, sampel dihancurkan selama 2 menit supaya semua ion terlarut ke dalam aquabides dan

nilai konduktivitas listrik total-nya diukur. Data dari ion leakage dinyatakan dalam persen dari total konduktivitas listrik dalam larutan. Sesuai penelitian

Purwanto (2005) persamaan yang digunakan untuk mengukur perubahan ion

leakage adalah sebagai berikut :

Perubahan ion leakage = (x/y * 100 %)...(1) Keterangan :

x : nilai konduktivitas listrik menit ke-n; n= 20, 40, 60,...,300

y : nilai konduktivitas listrik akhir setelah diblender

2. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan sisa sampel yang

digunakan untuk pengukuran ion leakage, sampel selanjutnya diparut dan diperas, larutan hasil perasan kemudian diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter

(D-24 HORIBA).

3. Susut Bobot

Dinyatakan dalam % dan diperoleh dengan cara menimbang produk awal

dan akhir, kemudian dihitung dengan persamaan berikut :

(49)

4. Total Padatan Terlarut

Penentuan total padatan terlarut diukur dengan menggunakan alat

refraktometer type PR-201 merk ATAGO. Buah tomat dihancurkan dengan

blender, kemudian cairan buah yang telah disaring diteteskan pada prisma refraktometer. Indeks refraksi sebagai total padatan terlarut ditentukan dengan

melihat angka yang tertera pada skala refraktometer dalam 0Brix.

5. Kekerasan

Kekerasan buah tomat diukur dengan menggunakan Rheometer model

CR-300, dengan beban maksimum 2kg, kedalaman penusukan 10 mm dengan

diameter jarum 5mm. Pengukuran dilakukan di 4 tempat yaitu bagian atas, tengah

2 tempat dan bawah buah. Kecepatan penurunan alat penekan 2 cm/60 detik,

angka yang didapat pada saat bahan pecah/hancur dimasukkan ke dalam

persamaan berikut :

E = (F/A)/(dL/L)

Dimana : E = Modulus secant (kg/cm2)

F = Gaya tekan penekan (kg)

A = Luas preparat dihitung sebagai luas lingkaran (1/4 Rd2) (cm2)

dL = Tinggi bahan tertekan saat mulai pecah (dt/60 detik x 2 cm) (cm)

dT = Waktu buah mulai pecah

L = Tinggi bahan (cm)

6. Laju Respirasi

Pengukuran laju respirasi dilakukan dengan menggunakan sistem terbuka

(open system). Bahan disiapkan dan ditimbang dan ditempatkan ke dalam stoples respirasi dengan volume 2.6 liter (permeabilitas udara nol). Sebelumnya tutup

stoples respirasi dilubangi dengan diameter 10 mm sebanyak dua buah dan pada

lubang dimasukkan pipa plastik sepanjang 30 cm. Pada pertemuan pipa plastik

(50)

Selanjutnya pipa plastik ditutup dan segera disimpan pada suhu yang telah

ditetapkan. Perubahan konsentrasi gas CO2dan chamber diukur pada waktu yang

telah ditentukan dengan menggunakan infra red gas analyzer, sedangkan untuk O2.

menggunakan oksigen tester, yang dapat dibaca pada monitor alat tersebut, setelah

pengukuran udara di dalam stoples dinormalkan kembali an selanjutnya disimpan

kembali. Pengukuran dihentikan pada saat produk telah ditolak konsumen.

Konsentrasi gas O2. dan CO2 yang didapat, dimasukkan ke dalam persamaan laju

respirasi yang dikutip dari Singh (2001) sebagai berikut :

R1=

R = Laju respirasi, ml/kg/jam

x = konsentrasi gas, %

t = waktu, jam

V = Volume bebas chamber (ml)

W = berat komoditas, kg

Subskrit 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O2 dan CO2

7. Perubahan Warna

Perubahan warna buah tomat diukur dengan menggunakan kamera digital

dengan mengambil foto tomat setiap perlakuan setiap hari. Hasil foto diolah

dengan Photoshop 7.0 untuk melihat nilai R, G dan kemudian dilakukan kalibrasi

R, G, B dengan nilai 255 yaitu : R = Ra/255, G = Ga/255 dan B = Ba/255. Data

kemudian diolah ke dalam persamaan X, Y Z sebagai berikut :

X = 0.607 R + 0.174 G + 0.201 B ....………..(4)

Y = 0.299 R + 0.587 G + 0.144 ………....(5)

Z = 0.066 G + 1.117 B ………..(6)

(51)

X = X * 100, Y = Y * 100 dan Z = Z * 100. Kemudian nilai L, a, b diperoleh

dengan persamaan :

L = 25 (100 * Y/Yo)1/3 – 16 ……….(7)

a = 500 [(X/Xo)1/3 – (Y/Yo)1/3 ]……… (8)

b = 200 [(Y/Yo)1/3 (Z/Zo)1/3 ………..(9)

dimana Xo = 98.071

Yo = 100

Zo = 118.225

Variabel L menunjukkan kecerahan (warna putih-hitam), a menunjukkan warna

hijau (a negatif) dan merah (a positif) dan b menunjukkan warna biru (b negatif)

dan kuning (b positif) (Mohsenin, 1984).

(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perubahan Ion leakage

Elektrolit merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul

yang disebut ion, dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan

oksidasinya menghasilkan ion. Pada suhu yang lebih rendah dari 100 C akan

menimbulkan kerusakan fisiologis dan terjadi kebocoran-kebocoran elektrolit

dengan cepat (Lewis dan Workman (1964) dalam Pantastico et al. 1986)).

Pada hari ke-1 sampai hari ke-20 penyimpanan pada perlakuan heat shock

20, 40, 60 menit dan Aloe vera coating kenaikan persentase ion leakage pada suhu 50C lebih tinggi daripada suhu 100C. Kenaikan persentase ion leakage

dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 menit dan Aloe vera coating pada suhu 5 dan 100C dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil serupa dilaporkan oleh Salveit (2002) dimana pada suhu rendah di

bawah suhu optimum penyimpanan tomat, terjadi kerusakan membran sel sebagai

akibat kerusakan dingin. Kerusakan membran sel ini terjadi karena lipid dan

protein sebagai penyusun dinding sel mengalami ketegangan plastis akibat

pendinginan. Nobel (1991) menyebutkan bahwa ketegangan disebabkan oleh

tekanan isi sel pada dinding sel dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik

aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan elastisitas dinding sel.

Dalam osmosis zat-zat bergerak dari daerah dengan energi kinetik tinggi

ke daerah dengan energi lebih rendah. Cairan sel mempunyai jenjang energi lebih

rendah karena zat-zat yang terlarut di dalamnya, sebagai akibatnya air berdifusi ke

dalam sel. Difusi terus menerus meningkat ke jenjang energi sel, dan berakibat

naiknya tekanan, yang mendorong sitoplasma ke dinding sel, dan menyebabkan

sel menjadi tegang. Mitchell (2000) melaporkan bahwa sitoplasma sel bermuatan

negatif disebabkan distribusi anion dan kation pada sisi membran yang

berlawanan tidak sama. Potensial membran bertindak sebagai suatu sumber

energi yang mempengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang melewati

membran. Potensial membran mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan

anion ke luar sel disebabkan muatan di dalam sel negatif dibandingkan dengan di

(53)

sehingga pada saat dikeluarkan dari ruang penyimpan dingin, dinding sel pecah

sehingga cairan sel akan keluar menyebabkan kenaikan ion leakage tinggi. Gambar 7, 8 ,9 di bawah ini menunjukkan kenaikan persentase ion leakage

dengan perlakuan heat shock 20, 40, 60 menit, Aloe vera coating dan kontrol pada suhu 50C hari ke-1, 9 dan 20 penyimpanan.

0

HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 7. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 50C pada hari ke-1

0

HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar 8. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 50C pada hari ke-9

0

HST 20 HST 40 HST 60 Aloe Kontrol

Gambar

Tabel 1.  Kandungan dan komposisi buah tomat tiap 100 gram bahan
Gambar 1. Pola respirasi klimakterik dan non klimakterik
Gambar 4. Diagram alir pembuatan gel Aloe vera
Gambar 5. Prosedur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Bapak Wahyu Abdillah, ST sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah memberikan saran dan masukan yang sangat berguna terhadap Tugas

Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 660 responden, untuk tiga kecamatan yang termasuk pada daerah pemilihan (dapil) 2, yaitu Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Tanjung

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “ UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG

Dalam pasar tradisional banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang dagangan yang akan mereka

Keterangan yang diperoleh ini didukung oleh Ditjen PMPTK, (2007:16) bahwa “monitoring dan evaluasi terhadap suatu program harus dilakukan secara tepat

[r]

Saya tidak akan merokok atau mengambil mana – mana jenis dadah atau bahan yang memabukkan yang boleh mendatangkan kemudaratan semasa di dalam tempoh pengajian saya di

Bahwa perilaku PT.Arta Boga Cemerlang sebagai pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maupun etika bisnis