• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pahat kol Gb 22 detail bentuk pahat kol

Dalam dokumen smk11 KriyaKayu Enget (Halaman 95-100)

Unit III : Jenis, Fungsi Pahat dan Alat Bubut Tujuan Khusus

Gb 21. Pahat kol Gb 22 detail bentuk pahat kol

e. Pahat Coret

ƒPahat coret dalam 1 set pahat ukir berjumlah 1 – 3 bilah

ƒUkuran lebar dimulai dari yang paling kecil 3 mm sampaii dengan 1,5 cm.

ƒFungsi pahat coret untuk membuat pahatan/ukiran isian/hiasan daun atau bunga, dan texture untuk karya seni.

Gb 23. Pahat pengot

f. Cara merawat dan Menajamkan/mengasah pahat

ƒBatu asah

Dalam kerja ukir pahat harus selalu dirawat/dijaga selalu dalam keadaan siap pakai/tajam. Cara menajamkan pahat biasanya menggunakan batu asahan. Batu asahan dipasaran ada dua jenis, yaitu batu asahan yang diproduksi oleh pabrik dan perusahaan tradisional. Batu asahan yang diproduksi oleh pabrik ini biasanya disebut batu asah minyak, batu asah ini pada waktu dipakai menggunakan minyak pelumas/olie. Sedangkan batu asahan tradisional menggunakan air.

Batu asahan minyak biasanya ada dua permukaan yang berbeda; satu permukaan kasar dan satu permukaan halus. Fungsi permukaan yang kasar biasanya digunakan untuk memperbaiki apabila permukaan mata pahatnya rusak akibat misalnya jatuh dari meja kerja atau rusak karena kesalahan teknis. Sedangkan permukaan yang halus biasanya digunakan untuk menajamkan pahat ukir terutama pahat penyilat/pahat mata lurus.

Batu asah gunung memiliki dua permukaan yang sama yaitu halus saja atau kasar saja. Batu asah ini khusus untuk menajamkan, baik pahat lurus dan lengkung.

ƒ Cara menajamkan pahat ukir Pahat Penguku

Diasah pada sisi sudut batu asah, dimulai dari pahat yang ukuran terkecil, sampai pada mata pahat yang terbesar. Apabila pengasahan tidak sesuai dengan sisi sudut batu asah maka mata pahat kuku ini dapat berubah bentuknya seperti cekung bagian tengah mata pahat.

Gb 26. Cara mengasah pahat penguku Gb 27. Cara mengasah pahat bagian dalam mata pahat penguku bagian luar Pahat Penyilat/Mata lurus

Diasah pada permukaan batu asah yang datar, dimulai dari pahat yang terbesar n sampai pada mata pahat yang terkecil. Jadi urutannya kebalikan dengan cara mengasah pakat penguku.

Gb 28. Cara mengasah pahat penyilat Gb 29. Cara mengasah pahat bagian dalam mata pahat penyilat bagian luar

ƒ Perawatan Pahat Ukir

Selain menjaga pahat ukir selalu dalam kondisi tajam, pahat ukir perlu dirawat antara lain dengan membersihkan setiap bilah pahat dengan kain setiap selesai digunakan, dan untuk menjada bilah pahat terhindar dari karatan setiap bilah pahat dilap dengan kain yang dibasahi degan olie.

3. Keselamatan Kerja

Perlengkapan dan manfaat kesehatan dan keselamatan kerja dalam kerja ukir antara lain terdiri:

ƒPakaian kerja, melindungi dan mengindari kotoran kayu pada masa kerja ukir.

ƒSepatu kerja, pada masa kerja ukir kayu harus memakai sepatu agar terhindar kecelakaan/terkena pahat yang jatuh dari meja kerja.

ƒKaos tangan, diperlukan pada waktu kita sedang mengasah pahat dan merawat pahat agar tangan kita tidak terluka dan kotor.

ƒMasker, diguna pada waktu kita sedang membersihkan ukiran, pengamplasan dan finishing.

4. Latihan/Praktek Kerja Ukir Kayu

a. Mengenal Ragam hias diterapkan dalam ukiran kayu di Indonesia

Sebelum melaksanakan latihan teknik kerja ukir kayu perlu kiranya kita mengenal ragam hias yang berkembang dan diterapkan pada ukiran kayu di Indonesia antara lain sebagai berikut:

Motif Pejajaran berasal dari ukiran kayu yang terdapat pada makam Sunan Gunung Jati, motif Majapahit berasal dari tiang pendopo Mesjid Demak, motif Bali banyak ditemui di pintu- pintu Pura Bali, motif Mataram diambil dari ornamen wayang purwa kerajaan Demak. Motif Jepara hasil dari ornamen di makam Mantingan Jepara, motif Madura yang terkenal dengan sifatnya yang khas berasal dari keraton keraton Sumenep, motif Pekalongan dikenal memiliki bentuk yang hampir mirip dengan dengan motif Pejajaran dan Mataram. Motif Surakarta bermula dari keraton Surakarta dan motif Yogyakarta juga berasal dari keraton Yogyakarta.

Berikut ini disajikan gambar motif dan uraian dari bagianbagian motif klasik tradisional yang berkembang pada zaman islam di Jawa yang telah yang mencapai puncak kejayaan pada zaman kerajaan-kerajaan besar di Jawa dan sekitarna, antara lain sebagai berikut:

Ragam Hias Pejajaran

Ragam Hias Pejajaran berbentuk ukel dari daun pakis dan bentuknya serba bulat. Bentuk ukel seperti tanda koma, Angkupnya berbentuk bulat juga. Ujung ukel berbentuk patran miring.

Ragam Hias Pejajaran ini dapat kita lihat di Makam Sunan Gungung Jati, pada suatu bangsal dari kayu berukir. Menurut sejarah, semula adalah bangsal Taruma Negara dari Kerajaan Prabu Siliwangi. Makam tersebut terletak di dekat sungai Citarum di daerah Cirebon. Ragam Pejajaran diketemukan oleh Dinas Purbakala.

Pokok dan Dasar Motif Pejajaran:Bagian Pokok: Cembung,semua daun atau bunga besar maupun kecil, dibuat cembung (bulat).

Gb 30. Motif Pejajaran Angkup: Mempunyai beberapa angkup antara lain angkup besar, angkup tanggung, angkup kecil.

Culo: Ialah unsure yang penting untuk mengetahui bahwa itulah motif Pejajaran. Lain dari pada itu tanda culo, berbentuk cembung. Motif Pejajaran besar maupun tanggung dan kecil ada culonya. Endong: Ialah sehelai daun yang selalu digendong oleh daun- daun pokok (daun yang besar) atau suatu trubusan yang selalu tumbuh di belakang daun pokok.

Simbar: Ialah sehelai daun tambahan yang tumbuhnya pada daun besar atau daun pokok yang berdampingan dengan tangkai angkup.

Benangan: Yaitu gagang yang terletak di bagian muka ulir atau daun melingkar menuju ulir atau hiasan yang berwujud seperti benang di bagian sehelai daun. Bentuk ini menambah manis dan cantiknya motif tersebut.

Pecahan: Ialah garis penghias daun; bentuk pecahan ini diselaraskan dengan motif tersebut.

Ragam Hias Majapahit

Ragam Hias Majapahit berbentuk bulatan dan krawingan (cekung) dan terdiri dari ujung ukel dan daun- daun waru maupun pakis. Dalam raga mini patran (daun) diwujudkan krawing (cekung). Bentuk Ragam Hias Majapahit untuk ragam pokok berbentuk seperti tanda Tanya.

Ragam-ragam ini terdapat pada bekas-bekas potongan batu yang hanya sedikit, dan pada potongan kayu yang sudah rusak. Ragam Majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang Pendopo Masjid Demak.

Dalam dokumen smk11 KriyaKayu Enget (Halaman 95-100)

Dokumen terkait