• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisas

6 Pajak Sarang Burung Walet

Target 50.000.000,- 50.000.000,- 5.000.000,- Realisasi 12.329.600,- . 4.050.000,- 1.800.000,- Tingkat Patisipasi 29,62% 10,87 %. 8,70 %. Pelayanan Pajak Daerah 100% 100% 100% 7 BPHTB Target 12.000.000.000,- 20.000.000.000,- 22.000.000.000,- Realisasi 15.882.653.786 22.571.838.729,- 23.602.127.518,- Tingkat Patisipasi 100% 100% 100% Pelayanan Pajak Daerah 100% 100% 100% 8 PBB Target 11.066.542.127 12.500.000.000,- 18.000.000.000,- Realisasi 14.181.343.154 14.235.706.213,- 18.367.612.515,- Tingkat Patisipasi 39,65% 49,46 %. 97,34 %. Pelayanan Pajak Daerah 100% 100% 100%

10 Pajak Reklame Target 1.700.000.000,- 1.900.000.000,- 1.900.000.000,- Pengalihan Pengelolaan (Per-1 Sept. 2014) dari Dinas Pertamanan Realisasi 1.863.968.899,- 2.503.552.597,- 1.375.745.077,- Tingkat Patisipasi 100% 100% 72,41% Pelayanan Pajak Daerah 100% 100% 100%

Indikator penting keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kedinasan guna pencapaian visi melalui misi yang telah ditetapkan adalah tersedianya sumber daya aparatur yang kompeten dan profesional. Salah satu cerminan terwujudnya peningkatan kinerja aparatur dapat dilihat dari budaya kerja yang dikembangkan dalam suatu institusi. Budaya kerja merupakan nilai-nilai yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap

-xxxiv -

cara aparatur dalam bekerja, baik dalam sikap maupun perilaku, sebagai upaya menciptakan iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan produktivitas yang tinggi.

Dalam Pengukuran Kinerja Aparatur yang kompeten dan profesional, selain Pengembangan Sumber Daya Aparatur melalui Media Edukasi maupun Promosi Jenjang Karier, ada 3 (tiga) dimensi kinerja yang dijadikan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut :

1. Tingkat kedisiplinan Pegawai sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan organisasi,

yang dijabarkan dalam penilaian terhadap ketidakhadiran, keterlambatan, dan lama waktu kerja.

2. Tingkat kemampuan Pegawai sebagai suatu bentuk pemenuhan Kebutuhan organisasi

untuk memperoleh hasil penyelesaian tugas yang terandalkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas kinerja yang harus dicapai oleh seorang Pegawai.

3. Perilaku-perilaku inovatif dan spontan di luar persyaratan-persyaratan tugas formal

untuk meningkatkan efektivitas organisasi, antara lain dalam bentuk kerja sama, tindakan protektif, gagasan-gagasan yang konstruktif dan kreatif, pelatihan diri, serta sikap-sikap lain yang menguntungkan organisasi.

Dinas Pendapatan Kota Mataram sebagai salah satu institusi yang diberikan amanah dalam bidang pendapatan daerah mencoba menanamkan budaya kerja yang diharapkan dapat menjadi bagian dalam pembentukan karakter aparatur sehingga hal ini mampu menjembatani terwujudnya visi yang diharapkan, yakni menjadi pengelola PAD yang profesional. Adapun nilai-nilai yang diharapkan mampu sebagai motivator aparatur dalam memberikan kinerja yang optimal ini antara lain :

1. Integritas

Setiap aparatur Dispenda Kota Mataram dituntut untuk memiliki integritas dalam kinerja pelayanannya. Secara eksplisit integritas ini tercermin dari sikap maupun perilaku yang :

 Jujur dan ikhlas.

 Disiplin, konsisten, dan bertanggung jawab.

 Teguh dan tegas.

Profesional dapat ditunjukkan dengan sikap atau perilaku aparatur yang senantiasa meningkatkan kompetensi diri serta memberikan hasil terbaik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya.

3. Perbaikan Tiada Henti

Dalam hal ini sikap maupun perilaku yang dikedepankan adalah upaya-upaya untuk :

 Senantiasa melakukan penyempurnaan.

 Kreatif dan inovatif.

Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan setiap aparatur Dinas Pendapatan Kota Mataram memiliki motivasi yang tinggi untuk memberikan kinerja pelayanan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999, telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Paradigma baru tersebut berupa tuntutan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik. Tujuan desentralisasi salah satunya adalah peningkatan pelayanan publik dengan meletakkan kewenangan pengelolaan sebagian urusan pemerintahan dan keuangan kepada pemerintah kabupaten dan kota.

Kewenangan pengelolaan keuangan daerah berimplikasi tuntutan kepada pemerintah daerah untuk membuat laporan keuangan dan transparansi informasi anggaran kepada publik, sehingga keberhasilan keuangan daerah dengan demikian perlu diukur dengan menggunakan beberapa indikator tertentu.Dinas Pendapatan kota Mataram dalam hal ini, dengan keberhasilan yang dicapaiselama periode tahun 2010-2014, beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur keuangan daerah dalam mengetahui efektifitas dan efisiensi serta Pertumbuhan PAD, digunakan parameter sebagai berikut :

1. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio Efektifitas menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan PAD yang dikelola yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Adapun Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dihitung sebagai berikut :

Rasio Efektifitas PAD = Realisasi Penerimaan PAD

Target Penerimaan PAD X 100 %

-xxxvi -

Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun Target Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektifitas

2010 42,022,479,900.00 44,492,332,828.32 105.88 %

2011 60,514,511,410.00 82,300,211,074.00 136,00%

2012 78,661,707,800.00 95,919,779,218.29 121.94 %

2013 124,957,834,100.00 139,877,149,931.54 111.94 %

2014 160,415,308,854.00 208,167.308.448,82 129,76%

Pada Tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah Kota Mataram dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2010 – 2014) mengalami kenaikan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada tahun 2010-2011 sebesar 30,12% (105,88% – 136,00%) dan Tahun 2013-2014 sebesar 17,82% (111,94% - 129,76%). Sedangkan mengalami penurunan 2 (dua) kali yaitu pada Tahun (2011-2012) sebesar 14,06% (136,00% - 121,94%) dan Tahun 2012 -2013) sebesar 10,00% (121,94% -111,94%). Jadi dapat dikatakan bahwa selama lima tahun terakhir rasio efektifitas menggambarkan kodisi yang semakin membaik.

2. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli daerah (PAD)

Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu diperbandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai.Rasio Efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.Kinerja Pemerintah daerah dikatakan Efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1(satu) atau dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio efisiensi, kemampuan daerah akan semakin baik. Adapun Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram dapat dihitung sebagai berikut.

Rasio Efisiensi PAD = Biaya Pemungutan Sumber PADRealisasi Penerimaan PAD

X 100 %

Tabel 3.4

Tahun Realisasi Penerimaan PAD Biaya Pemungutan Sumber PAD Rasio Efektifitas 2010 44,492,332,828.32 5,633,260,930.00 12,66 % 2011 82,300,211,074.00 3,517,303,486.00 4,27% 2012 95,919,779,218.29 4,707,065,439.00 4,91 % 2013 139,877,149,931.54 4,611,573,720.00 3,30 % 2014 208,167.308.448,82 5,562,445,862.00 2,67%

Pada Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2010 – 2014) mengalami penurunan sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada tahun 2010-2011 sebesar 8,39% (12,66% – 4,27%) dan Tahun 2012-2013 sebesar 1,61% (4,91% - 3,30%) serta Tahun 2013-2014 sebesar 0,63% (3,30% - 2,67%). Sedangkan mengalami kenaikan pada Tahun (2011-2012) sebesar 0,64% (4,27% - 4,91%). Jadi dapat dikatakan selama lima tahun terakhir tingkat efisiensi menggambarkan kodisi yang semakin baik.

3. Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio Pertumbuhan (Grouth Ratio) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah derah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periodeke periode berikutnya.Dengan mengetahui Pertumbuhan PAD maka dapat dilakukan Evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian.Semakin tinggi persentase pertumbuhan pendapatan asli daerah, maka semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode. Adapun Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram dapat dihitung sebagai berikut.

Rasio Pertumbuhan PAD = PAD t 1 – PAD t0

PAD t0 X 100 %

Tabel 3.5

Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun PAD t0 PAD t1 Pertumbuhan Rasio

- xxxvii i -

2011 - 2012 82,300,211,074.00 95,919,779,218.29 16,55%

2012 - 2013 95,919,779,218.29 139,877,149,931.54 45,83 %

2013 - 2014 139,877,149,931.54 208,167.308.448,82 8,82 %

Pada Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa rasio pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Mataram dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2010 – 2014) mengalami penurunan sebanyak 1 (satu) kali, yaitu dari tahun 2009-2010 sebesar (84,98% ), turun68,43% pada Tahun 2010-2011 sebesar (16,55%). Sedangkan kenaikan terjadi dari Tahun (2010-2011) sebesar (16,55%), naik 29,28% pada Tahun 2011-2012 sebesar (45,83%) dan dari Tahun 2011-2012 sebesar (45,83%) naik 2,99% pada Tahun 2012- 2013 sebesar (48,82%). Jadi dapat dikatakan selama lima tahun terakhir tingkat Pertumbuhan PAD menggambarkan kodisi yang semakin baik.

4. Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Elastisitas Pendapatan Asli daerah (PAD) digunakan untuk mengukur derajad kepekaan PAD terhadap adanya perubahan perekonomian.Adapun Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram untuk Tahun 2014 dapat dihitung sebagai berikut.

PAD Elastisity = Pertumbuhan Penerimaan PAD

Pertumbuhan PDRB X 100 %

= 8,82

8,05

X 100 %

= 1,10%

Dari hasil analisa ratio di atas dengan mengacu pada potensi maupun capaian PAD, maka pada tahun 2014dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat ratio efektifitas pengelolaan PADsebesar 129,76%yang diimbangi dengan tingkatratio efisiensi PADsebesar 2,67%,dan ratio pertumbuhan PAD sebesar 48,82%,mengambarkanKemampuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi lebih efektif serta tingkat kemadirian dalam pengumpulan sumber-sumber penerimaan mengalami peningkatan.Tingkat kemandirian dalam pengumpulan sumber-

sumber penerimaan yang mengalami peningkatan dengan kenaikan persentase di atas 10% dapat dilihat pada tabel 3.6 Persentase Realisasi Penerimaan PAD terhadap APBD di bawah ini.

Tabel 3.6

Persentase Realisasi Penerimaan PAD terhadap APBD

No. Tahun PAD (Rp.) APBD (Rp.) %

1. 2010 44.492.332.828,32 556.508.276.413,02 7,99

2. 2011 82.300.211.074,00 679.040.672.702,71 12,12

3. 2012 95.919.779.218,29 755.237.369.807,29 12,70

4. 2013 134.411.455.232,93 827.804.744.077,13 16,24

5. 2014 208,031,706,154.45 1.082.547.260.586,68 19,22

Sumber Data : Laporan Realisasi APBD, 2010-2014; diolah.

.

Berdasarkan Analisis Program dan Kegiatan yang dilaksanakan dalam kurun waktu periode 2010-2014, Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah menjadi salah satu program utama yang diakomodir dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sedangkan Capaian Indikator Kinerja sebagaimana ditetapkan dalam dokumen RPJMD, Renstra dan Renja SKPD dapat digambarkan pada tabel 3.7 dibawah ini.

-xl -

Tabel 3.7

Dokumen terkait