Pak Dana menginjak gas, mobil polisi berjalan menjauh.
102 INT. DUNIA MONSTER. - 102
Tris dan ayah duduk di tengah-tengah lantai ruang kerja ayah.
Kertas berisi ilustrasi berhamburan di sekitar. Tris terlihat bahagia. Origami bintang di saku jaket Tris menyala. Tris merogoh sakunya, mengeluarkan satu origami bintang. Origami bintang itu melayang di udara.
Ruang kerja ayah perlahan berubah menjadi kamar Tris di lantai dua. Tris duduk di tengah ranjang, dan ayah duduk di sudut ranjang.
AYAH
Sudah malam, dan saatnya tidur. Ingin dibacakan sebuah cerita?
Tris tersenyum lebar, kemudian mengangguk. Ayah mengulurkan tangan, telapak terbuka, ke arah Tris. Tris merogoh sakunya, mengeluarkan sisa origami bintang, menyerahkannya pada ayah.
Ayah dengan perlahan melayangkan setiap origami di udara.
Cahaya dari origami menampilkan sebuah visual, seperti fragmen memori.
Fragmen-fragmen itu berjejer horizontal, mengelilingi kamar Tris, dengan visual beragam. Fragmen paling kanan menampilkan ayah dan Tris sedang bermain hide and clap. Fragmen di
sebelah kirinya menampilkan ayah dan Tris memasang cap tangan di meja kerja. Fragmen sebelah kirinya lagi menampilkan ayah dan Tris memanjat pohon di taman.
Mata Tris berbinar. Ayah tersenyum.
AYAH
Sebuah cerita yang indah, bukan?
TRIS Iya, ayah.
AYAH
Tetapi, ada satu lagi.
Ayah memegang satu origami bintang di tangan kanan yang tidak bercahaya. Tris memperhatikan origami bintang itu, merasa bingung. Origani bintang yang tidak menyala perlahan melayang di udara. Kamar tidur Tris perlahan berubah menjadi jalan di perumahan. Tris terkejut.
TRIS Ayah?
Sebuah cahaya headlights mobil mendekat ke arah Tris. Tris terkejut. Pergerakan mobil berhenti. Tris merasa ketakutan.
AYAH (O.S.) Bagaimana?
Tris menoleh ke belakang, mencari asal suara ayah. Ayah berdiri dengan pantulan cahaya headlights mobil di mata, tersenyum.
AYAH
Cerita yang indah kan?
Tris berteriak. Visual jalan perumahan, mobil, dan sosok ayah kemudian retak.
TRIS Tidak!
Seluruh visual memori jalan perumahan pecah seperti kaca.
Tris meringkuk, menangis, kedua tangan menutupi kedua
telinga. Dunia sekitarnya berubah menjadi warna putih bersih, kosong.
TRIS
Tidak, tidak begini... Ayah...
Tris kemudian menjatuhkan dirinya di dasar lantai untuk duduk. Terdengar suara statis dari saku jaketnya. Tris membuka mata, merogoh saku jaket, dan mengeluarkan alat perekam kecil. Tris bergegas menekan tombol rewind.
AYAH (O.S.) (Rekaman)
Nah, sekian untuk hari ini. Ayo tidur!
TRIS (O.S.) (Rekaman)
Ah, ayah. Ayolah cerita lagi.
AYAH (O.S.)
Haha, tidak boleh. Kamu harus sekolah besok.
TRIS (O.S.) (Rekaman)
Huh, baiklah.
AYAH (O.S.) (Rekaman)
Selamat malam, little star.
Tris meneteskan air mata.
IBU (O.S.) (Rekaman)
Bagaimana hari kalian berdua.
Tris membuka matanya, terkejut.
AYAH (O.S.) (Rekaman)
Luar biasa. Terima kasih atas idenya.
Tris senang sekali bisa membuat projek buku itu.
IBU (O.S.) (Rekaman)
Sudah kukubilang kan, minat Tris pada ilustrasi itu seperti dirimu.
AYAH (O.S.) (Rekaman)
Kamu selalu membantuku dalam mencari ide untuk membuat Tris senang. Hide and clap? Aku baru tahu kalau itu permainanmu semasa kecil.
IBU (O.S.) (Rekaman)
Apa boleh buat, aku tidak bisa
menemani Tris seharian karena bekerja di rumah sakit. Tapi, ini semua demi Tris juga.
AYAH (O.S.) (Rekaman)
Hei, tenanglah. Apa yang kamu lakukan, akan selalu membuat Tris bahagia.
IBU (O.S.) (Rekaman)
Terima kasih. Dan terima kasih sudah membahagiakan Tris dan mengisi
bagianku.
Rekaman berhenti, terdengar suara statis. Tris terdiam, berusaha menyadari keadaan. Terlihat sesuatu bercahaya di saku Tris. Tris menoleh, merogoh saku, mengeluarkan satu origami bintang terakhir. Kertas origami bintang terlihat berbeda. Tris perlahan membuka lipatannya. Terlihat foto Tris, ayah dan ibu dalam kertas.
Tris membulatkan mata, menyadari.
TRIS (Bergumam)
Di semua kenanganku dengan ayah...
selalu ada ibu. Di semua masa
bahagiaku, ada ayah... dan ada ibu.
Tris melipat foto, kemudian memasukkannya dalam saku bersama dengan alat rekaman. Tris mendongak, menoleh kanan dan kiri, mencari.
TRIS
Tuan monster, apa kamu bisa
mendengarkanku? Kalau kamu bisa, tolong bantu aku. Aku ingin pulanng.
Aku... ingin bertemu ibu.
Tris menoleh ke depan. Terlihat sosok ayah berdiri di hadapan Tris.
AYAH
Kamu ingin meninggalkan ayah?
TRIS
Maaf, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan ibu.
Seluruh warna putih dalam ruangan mendadak berubah menjadi warna abu-abu gelap. Tris tersentak, mundur selangkah dua langkah. Sosok ayah perlahan berubah membesar, wajah
terdistori menjadi rata dan bulat, lensa kacamata bulat berubah menjadi mata putih bersinar. Ayah berubah menjadi sosok monster, yang membesar. Tris merinding, kemudian berjalan mundur. Monster melompat, menyerang ke arah Tris.
103 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. MALAM 103
Mobil polisi direm mendadak, diparkir di depan rumah Tris.
Pak Dana membuka pintu mobil, bergegas lari menuju sisi rumah, ke arah halaman belakang. Rumah kayu bermain Tris menyala dari dalam. Pak Dana berlari ke arah rumah kayu.
104 INT. DUNIA MONSTER. - 104
Tris berlari lurus, menghindari monster. Monster mengejar di belakang, mengulurkan tangan untuk meraih Tris. Tris
melompat, menghindari tangan monster.
MONSTER
Kau tak akan kubiarkan keluar!
Monster mengayunkan tangan, mengarah pada Tris. Tubuh Tris dibanting ke sisi kiri. Tris terjatuh, dan ketakutan. Monster merangkak mendekati Tris.
PAK DANA (O.S.) Tris!
Tris terkejut, menoleh ke kanan dan kiri mencari arah suara.
TRIS Pak Dana!
PAK DANA (O.S.)
Tutup matamu! Ikuti saja suaraku!
TRIS Apa?
PAK DANA (O.S.)
Percayakan saja padaku, tutup matamu!
Tris menutup matanya, kemudian berlari ke arah suara. Tris terus berlari lurus.
PAK DANA (O.S.) Terus! Ikuti suaraku!
105 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. MALAM 105
PAK DANA (O.S.) Tris, tris!
Tris perlahan membuka matanya. Pak Dana berada di hadapannya, berjongkok, memegangi bahunya. Tris perlahan menoleh ke
belakang. Buku MARES terbuka lebar di belakangnya. Tris menoleh kembali ke arah Pak Dana, mulai menangis.
PAK DANA (CONT'D)
Hei, tidak apa-apa. Kita baik-baik saja sekarang.
MONSTER (O.S.)
Tidak ada yang akan baik-baik saja!
Monster memanjat keluar dari buku MARES, badannya membesar.
Monster mengaum marah, mengulurkan tangan kanan untuk
menyerang Tris dan Pak Dana. Pak Dana memeluk Tris, berguling ke arah kiri menghindari serangan.
Monster melompat, berusaha menerjang. Pak Dana mengangkat Tris dan melompat ke arah sebaliknya. Tris menoleh ke arah lentera api yang menyala di meja belakang monster. Tris melepaskan pelukan Pak Dana, berlari ke arah meja. Tangan kiri monster berusaha meraih Tris. Pak Dana bergegas
menengahi.
Monster mencekik leher Pak Dana.
MONSTER
Seharusnya aku tahu bahwa kau adalah pengganggu. Bajingan!
TRIS (O.S.) Hei!
Monster dan Pak Dana menoleh ke arah Tris.
TRIS
Aku akan mengikuti cara ibu. Maaf, tuan monster.
Tris memegang lentera api, kemudian menjatuhkannya di atas buku MARES. Monster terkejut, melepaskan Pak Dana dari tangannya. Pak Dana jatuh ke lantai.
MONSTER Tidak!
Tris berlari ke arah Pak Dana. Pak Dana bergegas berdiri, menggendong Tris, dan berlari ke arah pintu keluar. Monster meronta terbakar perlahan. Monster menoleh ke arah Tris. Tris memperhatikan wajah monster, terlihat sedih. Pandangan Tris beralih pada dada monster, yang berlubang, tapi membentuk sebuah bintang. Monster mengulurkan tangannya. Tris menutup matanya.
106 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. MALAM 106
Pak Dana keluar dari rumah kayu dengan menggendong Tris,
berlari menjauh. Rumah kayu terlihat ikut terbakar. Terdengar samar-samar suara auman monster menghilang di udara. Tris perlahan membuka matanya. Pantulan cahaya biru merah menyala, menyinari halaman belakang rumah.
Terlihat ibu berlari dari arah sisi rumah, mendekat.
IBU Tris!
Pak Dana menoleh ke arah suara ibu, kemudian perlahan menurunkan Tris.
TRIS Ibu!
Tris berlari ke arah ibu, melompat dan memeluk ibu.
IBU
Astaga, Tris, anak ibu. Apa yang terjadi?
Tris melepaskan pelukan, memandang mata ibu. Mata Tris berkaca-kaca.
TRIS
Aku lelah, bu. Aku merindukan ayah.
Aku merindukan kegiatanku bersama ayah. Banyak hal yang belum sempat kulakukan bersama ayah. Tapi, aku juga merindukan ibu. Ibu hanya berusaha untukku, dan maafkan aku tidak melihatnya. Ibu, aku hanya ingin pulang.
Ibu memandang Tris, terharu, kemudian memeluk Tris dengan erat.
IBU
Kamu sudah di rumah, nak.
POLISI 1
Pak, anda akan kami tahan karena sudah mencuri mobil polisi dan merusak
properti milik orang lain.
PAK DANA
Lho, lho, tunggu sebentar!
Tris melepaskan pelukan ibu, berlari menengahi polisi dan Pak Dana.
TRIS
Pak polisi, tunggu! Beliau barusan menyelamatkan saya. Saya terkurung di rumah kayu itu. Kalau beliau tidak bergegas menyelamatkan saya, mungkin
sudah-Polisi menatap Tris kebingungan.
POLISI 1
Nona, apa benar tadi nona terkurung di sini, atau nona hilang di hutan?
TRIS Keduanya, pak.
Polisi dan ibu menatap Tris, bingung dan terkejut. Pak Dana tersenyum, menahan tawa. Polisi memutar bola matanya, dan berjalan menjauh.
POLISI 1 (Di HT)
Kirimkan ambulans dan pemadam ke lokasi berikut.
Pak Dana berjongkok di hadapan Tris.
PAK DANA
Saya minta maaf soal rumah kayumu. Dan buku ayahmu.
TRIS
Itu hanya sebuah rumah dan sebuah buku kok. Semuanya hanya pengalaman di
tengah mimpi buruk.
Pak Dana tersenyum. Samar-samar terdengar suara ambulans dan pemadam mendekat.
107 INT. RUANG TAMU. PAGI 107
Tris turun dari tangga, dengan ransel di punggung, mengenakan seragam sekolah, berjalan ke arah ruang tamu.
IBU (O.S.) Tris, sudah siap?
TRIS Sudah bu.
Tris menatap ke arah televisi yang menyala. Ibu muncul dari arah dapur, membawa kunci mobil di tangan kanan.
IBU
Apakah kamu senang hari ini? Ini hari pertamamu kembali sekolah.
TRIS
Iya dong. Dan bu, apa benar Pak Dana diterima ngajar di sekolah?
IBU
Ibu dengar juga begitu. Kalau begitu, ayo kita pergi supaya kamu bisa
memastikannya.
Ibu membuka pintu utama, berjalan keluar.
IBU
Oh iya, Tris matikan televisi ya.
Tris menunduk, meraih remot televisi di atas meja. Tris
terdiam, menatap televisi, kemudian meletakkan remot lagi di atas meja. Tris tersenyum, kemudian berlari ke arah pintu keluar.
TRIS Sampai jumpa.
Tris perlahan menutup pintu.
PAN: TELEVISI
Terlihat televisi dibiarkan menyala, menampilkan acara kartun. Terlihat seorang anak perempuan duduk di tengah-tengah ruangan berwarna-warni. Seekor kupu-kupu terbang ke arah anak perempuan, hinggap di kepalanya. Kupu-kupu
membesar, mengangkat anak perempuan terbang bersama ke langit.
Televisi dimatikan. Terlihat pantulan sosok ayah tersenyum di layar telvisi.