KS I: Formulir Pengajuan Skripsi
KS 1: FORMULIR PENGAJUAN SKRIPSI PENCIPTAAN/PENGKAJIAN
Dengan hormat,
Bersama dengan ini saya melakukan mengajukan skripsi penciptaan/pengkajian dengan perincian data diri sebagai berikut : (NIM dan nama harus lengkap sesuai yang tertera di data UMN.)
NAMA Tiara Safhira Ridanti
NIM 00000016254
PRODI Film
ANGKATAN 2016
EMAIL [email protected]
ALAMAT PHG, Cluster Sapphire Jl Kintamani Golf VIII no. 51 NO. TELP / HP 081236495270
DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK
Yohanes Merci Widiastomo, S. Sn., M. M.
Saya telah mengikuti dan memahami pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian dan saya akan menerima konsekuensi apabila adanya kelalaian yang saya lakukan meskipun telah dijelaskan pada pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian. Apabila masa kadaluarsa pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian ini habis, saya akan melakukan pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian di tahun berikutnya. Pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian dilaksanakan pada perincian berikut: (Masa kadaluarsa pembekalan skripsi penciptaan/pengkajian yaitu satu tahun setelah tanggal tertera.)
HARI Kamis
TANGGAL 14 November 2019
TEMPAT Lecture Theater Gedung D
Dengan ini saya sudah memenuhi prasyarat skripsi penciptaan/pengkajian yakni sudah menyelesaikan 120 SKS dan tidak ada nilai D/E dalam transkrip nilai.
Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
Hormat saya,
(Tiara Safhira Ridanti)
KS II: Formulir Perjanjian
KS 2: FORMULIR PERJANJIAN
Dengan hormat,
Bersama dengan ini saya pribadi / kami sekelompok melakukan pengajuan
individu / kelompok skripsi penciptaan/pengkajian (NIM dan nama harus lengkap sesuai yang tertera di data UMN.)
INDIVIDU / KELOMPOK Individu NAMA PRODUKSI
JENIS ANIMASI / FILM Feature Length Script
NIM NAMA TOPIK PEMBAHASAN
00000016254 Tiara Safhira Ridanti Story Development
Beberapa perihal yang kami terima dalam perkuliahan ini yaitu:
1. Menyatakan bahwa saya/ kami tidak akan mengubah topik pembahasan skripsi penciptaan/pengkajian kecuali atas persetujuan dosen
pembimbing.
2. Menyatakan bahwa saya/ kami tidak akan melakukan plagiat skripsi maupun karya.
3. Menyatakan bahwa kami sepakat untuk tidak pecah kelompok dalam situasi apapun.
4. Menyadari bahwa kami sekelompok akan menerima konsekuensi
bersama selama perkuliahan skripsi penciptaan/pengkajian berlangsung.
Apabila pecah kelompok, kami dinyatakan EXTEND dan siap melanjutkan skripsi di semester berikutnya.
Demikian permohonan saya/ kelompok kami. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
Hormat kami,
(Tiara Safhira Ridanti)
(Nama Anggota 2)
(Nama Anggota 3)
(Nama Anggota 4)
(Nama Anggota 5)
(Nama Anggota 6)
(Nama Anggota 7)
KS III: Formulir Bimbingan
KS IV: Hasil Turnitin
LAMPIRAN A: DRAFT SKENARIO “AMONG THE MARES”
1 INT. NOWHERE. - 1 Terlihat sebuah kertas kuno berwarna putih. Sekelilingnya
kosong. Terdapat satu titik cahaya turun dari atas. Titik cahaya berubah menjadi seekor burung merpati putih. Merpati putih terbang mendekati seorang anak perempuan.
Anak perempuan itu memakai jaket putih, mengulurkan
tangannya. Burung merpati putih hinggap di ujung telunjuknya.
Merpati putih terbang menjauh dari jari, berputar
mengelilingi anak perempuan, tubuh burung merpati putih pelahan membesar. Burung merpati putih terbang menukik keatas, kemudian turun, masuk ke dasar, berubah menjadi percikan cahaya merah jambu.
Seekor burung merpati berwarna abu-abu tua besar keluar dari posisi yang sama. Percikan cahaya berubah menjadi biru.
Merpati abu-abu terbang ke arah kanan, menjauh dari anak perempuan. Anak perempuan mengejarnya. Tangannya nyaris menyentuh merpati abu-abu.
Merpati abu-abu bertransisi menjadi puluhan gagak hitam terbang berantakan. Jaket anak perempuan luntur menjadi
kuning. Sebuah bayangan hitam membesar. Anak perempuan mundur selangkah, dua langkah, balik badan, berlari berlawan arah, menjauh dari kegelapan. Kegelapan terus membesar.
Sebuah tangan monster hitam mengulurkan tangan, telapak terbuka, nyaris meraih anak perempuan.
ZOOMING OUT
2 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 2 ZOOMING OUT Tampak sebuah televisi tabung berbentuk persegi menyala,
menayangkan sebuah kartun minimalis. Terlihat seorang anak perempuan berjaket kuning berlari menjauh dari sesosok monster kegelapan.
PAN: DINDING
Suara tv menggema di sekitar ruangan berdinding kayu yang disusun vertikal. Terlihat dinding dihiasi dengan gambar- gambar makhluk imajinatif anak kecil yang dibuat menggunakan crayon.
Gambar-gambar disusun berjejer horizontal, tidak rata.
Terlihat seorang gadis kecil, berambut coklat tua sebahu, berkulit putih, tubuh mungil, memakai terusan berwarna hitam dengan pita putih di sekitar dada, duduk dengan kaki dilipat pada dua sisi tubuhnya, menunduk.
Kertas-kertas berhambur di sisinya, dan sebuah buku berjudul MARES terletak tidak jauh dari hadapannya. Diantara buku
tersebut terlihat tiga foto buram yang tampak seperti dirinya dan sosok seorang AYAH.
3 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 3
Ruang tamu terlihat di penuhi dengan orang-orang, laki-laki dan perempuan, berpakaian HITAM, mondar mandir di sekitar ruang tamu, saling berbicara. Suasana tampak ramai, namun tidak hidup.
4 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 4 TRIS (10) menggambar diatas kertas, dengan krayon di tangan kirinya. Tubuhnya duduk menghadap jendela yang berada diatas rak meja, diantara televisi yang berada di sebelah kiri Tris dan sebuah ranjang di sebelah kanannya. Ruangan terlihat redup, cahaya memantul hanya dari jendela.
Di atas rak meja terlihat sebuah botol dengan berisi beberapa origami yang berbentuk bintang.
Terlihat sepasang kaki berjalan di belakang Tris, ke arah ranjang, kemudian duduk diatasnya. Tris terus menggambar, dan terdengar suara LAKI-LAKI dewasa bertanya pada Tris. Tris mengangkat kepalanya, meletakkan krayon di lantai, mengangkat kertas gambarannya dan menyodorkannya pada sosok laki-laki di sebelah kanannya.
TRIS
Ayah, apa ini bisa menjadi kelanjutannya?
AYAH (38) tersenyum.
AYAH
Nanti bisa kita tentukan bersama, oke?
Ayah mengulurkan tangannya, ingin mengelus kepala Tris.
5 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 5
Terlihat pintu ruang tamu dibuka. Sepasang SUAMI ISTRI berpakaian serba hitam berjalan masuk. Kepala si Istri menoleh kanan dan kiri. Seorang anak perempuan berambut
hitam, dikuncir satu, berpakaian hitam, menyusul si istri di belakang.
Seorang PEREMPUAN, dengan rambut coklat tua digulung ke belakang, kulit putih dan berpakaian dress hitam, dengan wajah sedih, lelah, datang dari arah dapur yang berlawanan
dari pintu utama berjalan mendekati. IBU (35), mengulurkan kedua tangan ke arah si istri, AMY (37) dan memeluknya.
IBU
Amy, terima kasih sudah datang.
AMY
Tentu saja sayang.
Anak perempuan di belakang Amy, RIKA (10), berjalan mendekati Ibu. Ibu menunduk, menatap Rika. Rika tampak khawatir.
RIKA
Tante, dimana Tris?
Ibu tersenyum pahit.
Ibu menghadap kearah tangga tepat di seberang pintu masuk utama. Ibu menoleh kembali ke arah suami istri, kemudian pada Rika.
IBU
Boleh saya permisi sebentar?
Amy mengangguk. Ibu berjalan ke arah tangga, kemudian naik ke atas anak tangga.
6 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. SIANG MENJELANG SORE 6 Ibu berjalan di lorong lantai dua, sebuah pintu tepat di
sebelah kanan tangga sedikit terbuka. Ibu berjalan ke arah pintu, mendorongnya. Sebuah kamar dengan dinding putih, ranjang di pojok sebelah kiri dinding, meja belajar di sebelah kanan berhadapan dengan ranjang, dan jendela diatasnya. Tidak ada siapapun di dalam kamar.
Ibu menutup pelan pintu kamar sampai rapat.
7 INT. RUANG KERJA AYAH. SIANG MENJELANG SORE 7 Ibu turun dari tangga, pandangannya terhenti pada pintu yang dibuka sebelah kiri dari tangga, menunjukkan sebuah ruang kerja kosong yang gelap. Ibu berjalan mendekati pintu, meraih ganggangnya, matanya terpaku pada cap tangan kecil dan besar, disertai sebuah bentuk bintang berwarna biru di sudut kanan meja kerja kayu.
8 INT. DAPUR. SIANG MENJELANG SORE 8
Suara telepon di atas konter dapur berbunyi. Ibu setengah berlari mendekati, melewati beberapa kerumunan orang yang berdiri di depan konter untuk mengambil minuman dan makanan.
Ibu memegang ganggang telepon dan mengangkatnya. Terdengar suara seorang wanita di ujung telepon.
WANITA (O.S)
Halo, sayang. Maaf aku tidak dapat datang hari ini, sungguh. Aku turut berduka atas apa yang terjadi.
IBU
Tidak apa-apa, terima kasih.
Ibu mematikan sambungan telepon, dan menoleh ke arah pintu keluar seberang konter dapur, menuju teras dan halaman belakang yang setengah terbuka.
9 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 9 Tris duduk menghadap ranjang, mendongak menatap sosok laki-
laki berambut hitam dan berkacamata, wajahnya ramah dan laki- laki itu tersenyum. Terdengar suara derit pintu. Pantulan cahaya dari arah berlawanan perlahan muncul, pintu depan rumah kayu dibuka.
Seorang PEREMPUAN TUA, berambut hitam pendek, berkulit sawo matang dan berkacamata, tinggi dan kurus, memakai cardigan panjang dan syal berwarna hitam, berdiri di balik pintu,
mengintip ke dalam. BU LISA (51) melihat Tris duduk menghadap ranjang yang KOSONG.
10 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 10
Sebuah bingkai foto besar dengan ukuran 8"x10" di pajang tengah-tengah ruang tamu, dengan bunga-bunga anyelir dan krisan menghiasi sekitar bingkai. Terlihat wajah ayah di dalam bingkai foto.
11 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 11 Bu Lisa membuka pintu lebih lebar, berjalan masuk ke dalam.
Tris menoleh ke arah Bu Lisa, Bu Lisa berjongkok menghadap Tris.
BU LISA
Halo, Tris. Sedang apa dirimu, sayang?
Tris menunjukkan gambar yang sama pada Bu Lisa. Terlihat di kertas coretan berbetuk tiga stickman yang tampak seperti seorang ayah, ibu dan anak perempuan.
Bu Lisa terdiam, menatap Tris, kemudian mengedarkan pandangan ke lantai di sekitar Tris. Pandangannya terhenti pada buku berjudul MARES.
BU LISA
Apakah kalian membuatnya bersama?
Tris menoleh ke arah buku MARES.
TRIS
Iya, belum selesai. Maksudku, kami sudah membuat monsternya.
BU LISA
Lalu, apakah ada pahlawan?
TRIS
Kami berniat memikirkannya setelah ini.
Bu Lisa mengulurkan tangan. Tris terlihat bingung.
BU LISA
Mungkin kau bisa mendiskusikannya
bersama ibumu juga. Ayo, kita masuk ke dalam rumah.
TRIS
Ah, iya. Tentu saja. KAMI akan segera menyusul masuk.
Bu Lisa membulatkan mata, dan terlihat sedih.
ZOOM IN: GANTUNGAN LONCENG
Sebuah gantungan lonceng terhembus angin sedikit, mengeluarkan suara berdentungan pelan.
12 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. SORE 12
Ibu berpelukan dengan seorang tamu, perempuan. Ibu melepaskan pelukan, tamu perempuan menjauh. Tris berdiri di sebelah
kanan Ibu, sekitar satu meter dari pintu masuk rumah.
Terlihat Rika berdiri didepan pintu mobil yang terbuka, tangan kirinya di gandeng oleh ibunya. Rika menoleh ke belakang, kearah Tris, melambaikan tangan.
Tris melambaikan tangan. Pandangan Tris dihalangi, Bu Lisa menunduk, mengulurkan tangan dan mengelus pipi Tris.
BU LISA
Dia akan selalu ada dihatimu. Tak perlu fisik atau objek, dia selalu mencintaimu. Dan kuharap kau dapat mencintainya juga, tanpa meninggalkan apa yang masih ada.
Bu Lisa berdiri, menoleh ke arah ibu, menganggukkan kepala, dan berjalan menjauh. Tris menoleh ke belakang, menatap pintu rumah yang terbuka, di lorong yang tampak gelap, terlihat sosok ayah berdiri.
13 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. MALAM 13
Tris duduk di atas ranjang, tangannya melipat kertas origami.
Tris menghela nafas, menatap ke sebelah kirinya. Ayah duduk menghadap ke arah Tris, tersenyum.
AYAH Ada apa?
TRIS
Aku tetap tidak bisa membuatnya.
AYAH Bintang?
TRIS
Iya. Ayah membuatnya hampir setiap hari, tentu saja jago. Ayah belum selesai mengajariku.
AYAH
Kalau kamu yakin, nanti bisa kok.
Terdengar suara ketokan dari arah pintu. Tris menoleh. Ibu berdiri di depan pintu masuk, dengan kardus di tangan
kirinya, menatap Tris yang duduk sendirian.
IBU
Ayo masuk kerumah? Sudah saatnya tidur.
Tris menunduk, kembali mengutak-atik origami di tangannya.
IBU
Ini memang sudah waktunya kamu istirahat, sayang.
TRIS Baiklah.
Tris meletakkan kertas origami yang dilipat berantakan, kemudian turun dari ranjang, berjalan ke arah pintu keluar.
IBU
Ibu akan membereskan beberapa barangmu dulu untuk dibawa ke kamar, oke?
Setelah ini mungkin tidak aman terlalu sering dalam sini.
Tris tersenyum kaku, berjalan melewati ibu. Ibu berjalan masuk ke dalam ruangan.
Ibu berlutut menghadap ke arah jendela, dengan kardus
dihadapannya. Ibu menyusun beberapa barang dari rumah kayu untuk dibawa masuk. Pandangan ibu terhenti pada buku MARES, dan foto-foto yang berserakan di sekitarnya. Ibu meraih salah satu foto, yang menunjukkan Tris sedang tiarap di lantai
menggambar diatas buku bersama ayah yang duduk bersila di sampingnya.
Foto lain menunjukkan Tris dan ayah sedang menyusun buku, di tempat yang sama, yaitu rumah kayu. Ibu mengedarkan pandangan ke sekitar lantai, gambar-gambar Tris yang berhamburan,
dimana banyak bintang, dan stickman berjumlah tiga orang.
Ibu menatap buku MARES, disudut kiri buku terdapat tulisan oleh Tris dan ayah. Ibu meraih buku itu dan meletakkannya dalam kardus.
14 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 14
Tris berdiri diatas kursi meja belajar, menyusun barang di rak pojok sebelah kanan kamar, sebelah meja belajar dan jendela. Ibu jongkok, meletakkan kardus ke dalam lemari, sebelah kanan pintu masuk kamar.
IBU
Ibu rasa ibu akan izin dari rumah sakit besok. Apa ada yang ingin kamu lakukan?
TRIS
Tidak juga. Dan ibu tidak perlu izin untuk diriku.
IBU Kenapa?
TRIS
Aku tidak apa-apa. Aku tidak sendirian, juga.
Ibu menoleh ke arah Tris, terdiam. Ibu kembali menyusun isi kardus di lemari. Wajah ibu terlihat senang.
IBU
Tris, lihat apa yang ibu bawa ke sini.
Ibu mengangkat sebuah buku di tangan kanannya. Ibu menoleh ke arah Tris.
Tris, menoleh ke arah ibu, wajahnya tidak nyaman. Tris turun dari kursi, berjalan ke arah ranjang, naik keatasnya. Ibu
berjalan ke arah ranjang, duduk di sebelah kanan Tris, ujung kasur.
IBU
Mari kita baca bersama, ya?
Tris diam saja, kemudian Ibu membuka halaman pertama buku MARES.
15 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. MALAM 15
ZOOM IN: GANTUNGAN LONCENG
Gantungan lonceng terhembus angin, berputar perlahan,
kemudian berputar sedikit lebih agresif, mulai mengeluarkan suara berdentungan.
16 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 16
Terlihat halaman pertama menunjukkan sosok anak perempuan berdiri di tempat kosong berwarna putih, tanpa apa-apa. Ibu dan Tris terpaku pada gambar. Ibu membuka halaman kedua.
Terlihat sosok gelap memenuhi halaman. Terdengar suara bisikan sekilas pada telinga Tris.
MONSTER (O.S) (berbisik)
Hentikan. Hentikan. Hentikan. TUTUP BUKUNYA!
Tangan Tris secara tidak sadar tersentak, mengenai buku yang dipegang ibu, membuatnya terlepas dari tangan ibu dan jatuh ke lantai.
Ibu terbelalak, menoleh ke arah Tris. Wajah ibu tegang. Tris, menunduk, wajahnya kebingungan, namun berubah menjadi marah.
Tris mengambil buku di lantai, memeluknya di dada.
TRIS
Kenapa ibu melakukan itu?
IBU Apa?
TRIS
Ayah bahkan belum membacakannya untukku. Buku ini belum selesai, bu.
IBU
Oh, Tris... Ibu hanya- TRIS (CONT'D) (nada ditinggikan)
Buku ini karyaku dan ayah! Dan buku ini belum selesai, tidak ada alasan untuk ibu membacakannya sekarang
buatku! Bahkan tidak ada alasan untuk ibu membacakannya sama sekali.
IBU Tris...
TRIS (CONT'D)
Ayah yang seharusnya membacakannya.
Ibu menatap Tris sedih, kemudian menghela nafas, berdiri, berjalan ke arah meja belajar di seberang ranjang. Ibu menyalakan lampu tidur yang berbentuk bulan.
Tris masuk ke dalam selimutnya, menarik selimut sampai ke dagu. Ibu berjalan ke arah pintu keluar, berbalik setengah badan ke kanan, meraih pintu dan menoleh ke arah Tris.
IBU
Selamat tidur, little-
TRIS
Selamat tidur, ibu.
Ibu menatap kebawah, kemudian menutup pintu.
17 INT. DAPUR. MALAM 17
Ibu duduk di meja konter dapur, memegangi keningnya, matanya berkaca-kaca. Dihadapannya ada mesin penjawab telepon. Ibu mendongak dan menyalakan mesin penjawab telepon, mendengarkan pesan suara.
18 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 18
Tris masuk dalam selimutnya, ranjang yang menempel di sebelah kiri dinding. Ruangan remang, hanya diberikan cahaya melalui lampu tidur. Tris meletakkan kepala diatas bantal dan tangan di bawah kepalanya. Terdengar suara seseorang duduk di pojok kasur.
Suara pesan telepon menggema ke seluruh rumah.
PESAN SUARA (O.S.)
Aku benar-benar terkejut mendengar berita kecelakaannya. Kurasa memang tidak ada yang tahu umur manusia. Oh, sayang. Tidak bisa kubayangkan dirimu dan Tris kehilangan sosok yang sangat berharga.
19 EXT. JALANAN PERUMAHAN. MALAM (FLASHBACK) 19 Tris berlari ke tengah jalan, mengikuti kertas origami yang
terbang. Kertas origami jatuh ke jalan. Tris menunduk. Sebuah cahaya lampu mobil mendekat.
20 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM (PRESENT) 20 Ayah yang duduk di pojok kasur Tris, Tris menoleh ke arah
ayah.
PESAN SUARA (O.S.) Dia adalah ayah yang baik. Aku
mendoakan ketenangan bagi dirinya...
dan kalian berdua.
21 EXT. JALANAN PERUMAHAN. MALAM (FLASHBACK) 21 Terlihat ibu terkejut, berlari ke arah Tris.
AYAH (O.S.) Tris!
Tris menoleh ke belakang.
22 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM (PRESENT) 22 Tris mengulurkan tangan, menghadapkan telapak tangan pada
ayah. Ayah mengulurkan tangan, membuat pola lingkaran di telapak tangan Tris dengan telunjuk.
AYAH
Selamat tidur, little star.
Tris menutup matanya.
23 EXT. JALANAN PERUMAHAN. MALAM (FLASHBACK) 23 Terlihat cahaya biru dan merah memantul di wajah Tris. Tris
duduk di trotoar jalan perumahan. Ibu menangis, berbicara pada polisi. Seorang polisi perempuan datang mendekati Tris, kemudian berjongkok di hadapan Tris.
24 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM (PRESENT) 24 ZOOM IN: BUKU
Tris masih memeluk buku di dadanya, dan terlihat percikan cahaya berwarna biru pada buku MARES.
25 EXT. JALANAN PERUMAHAN. MALAM (FLASHBACK) 25 Tris menatap polisi perempuan yang terlihat sedih di
hadapannya.
POLISI PEREMPUAN
Semua akan baik-baik saja. Kamu harus kuat.
26 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM (PRESENT) 26 PESAN SUARA (O.S.)
Sekali lagi, aku turut berduka cita.
27 INT. RUANG TAMU. SIANG 27
Televisi menyala, menayangkan program televisi misteri, terlihat dua host laki-laki berjalan di sekitar hutan yang cukup gelap, dan di seberang mereka, terlihat melalui kamera, sebuah pondok kayu berbentuk segitiga. Tayangan kamera
diperbesar ke arah pondok.
Tris duduk di sofa yang membelakangi jendela, berseberangan dengan televisi, sebuah meja bundar di antaranya. Sebelah kanan Tris terdapat roti lapis berisi selai cokelat. Tris membenarkan posisi duduk, terpaku dengan tayangan di
televisi.
Adegan di televisi memperlihatkan pintu pondok dibuka oleh salah satu host. Dalam pondok gelap, shot kamera diperbesar, mendekat. Tris memasang wajah tegang. Tiba-tiba, listrik mati. Tris mendesah kesal. Tris membalikkan badan, mengintip melalui tirai jendela. Memastikan apa rumah lain juga mati.
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari lantai dua. Tris segera menoleh ke arah suara. Tris perlahan turun dari sofa, berjalan ke arah kanan dari ruang tamu, menuju tangga. Tris, setengah takut dan penasaran, berjalan menaiki tangga.
28 INT. LORONG LANTAI DUA. SIANG 28
Lorong lantai dua terlihat lebih gelap, jendela masih
dibiarkan tertutup. Tris berjalan ke arah timur dari tangga.
Terlihat pintu kamarnya terbuka sedikit. Tris perlahan
mendorong pintu, mengintip ke dalam kamar. Tris mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
29 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. SIANG 29
Terdapat buku MARES tergeletak di tengah-tengah ruangan
antara ranjang dan meja belajar. Tris memasang wajah bingung.
Tris berjalan mendekati buku. Tris berjongkok, mengambil buku. Tris menatap sampul depan buku. Sosok anak kecil dan sebuah bayangan. Tiba-tiba listrik kembali menyala.
30 INT. LORONG LANTAI DUA. SIANG 30
Tris keluar dari kamar, buku MARES ditangannya. Terdengar suara deritan pintu yang dibuka. Suara terdengar berasal dari belakang rumah. Tris setengah berlari membuka jendela di
seberang tangga, dan mengintip ke bawah. Terlihat rumah kayu bermainnya, dan pintunya yang setengah terbuka.
Tris berbalik badan, berlari menuruni tangga.
31 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG 31
Terdengar suara deritan pintu, bayangan pintu dibuka, dan bayangan Tris berdiri memantul di lantai kayu. Tris berjalan memasuki rumah kayunya, membuka pintu lebar-lebar, membiarkan cahaya masuk, namun tidak mengenai sudut ruangan.
Tris menunduk, menatap ke arah lantai. Terdapat kertas origami berbentuk bintang di lantai, berjarak sekitar tiga puluh sentimeter dari kaki Tris. Tris membungkuk, mengambil origami tersebut.
Terdengar suara di sudut ruangan.
TRIS Ayah?
Terlihat siluet ayah dari sudut ruangan, dengan sebuah
pantulan lensa, berjalan mendekati Tris. Siluet dikelilingi bayangan hitam, berubah menjadi lebih tinggi, punggung
melebar dan terdistorsi, mengeluarkan sebuah tanduk, terlihat sepasang mata bulat putih bersinar. Sosok terlihat semakin jelas, wujud monster kurus dan tinggi berwarna hitam berjalan mendekati Tris.
Tris menarik nafas, bersiap teriak.
Monster menunduk. Wajah monster memiliki jahitan di depan wajah, tekstur kulit tampak solid seperti kristal, namun samar-samar transparan.
Tris membulatkan mata. Paniknya memuncak. Tris berteriak, lari keluar ruangan.
32 EXT. JALANAN SEKITAR PERUMAHAN. SIANG 32
Tris berlari keluar dari rumah kayu, menjauh dari halaman.
Tris berlari, sesaat menoleh ke belakang, tiba-tiba Tris
menabrak seseorang di depannya. Tris jatuh ke jalan,
bersamaan dengan buku MARES dan origami bintang yang masih dibawanya.
Seorang LAKI-LAKI, berambut hitam, bertubuh tinggi, kulit kuning langsat, jatuh terduduk di hadapan Tris. PAK DANA (38), memegangi pinggangnya.
PAK DANA
Aduh, dik. Apa kamu tidak apa-apa?
Tris mendongak.
TRIS
Maaf, maafkan saya. Saya tidak melihat ke depan tadi.
PAK DANA
Kenapa kamu berlari seperti itu?
Tris terlihat ragu, kemudian menggelengkan kepala dengan cepat.
TRIS
Bukan apa-apa, pak.
PAK DANA
Yah, kalau begitu, mari kubantu berdiri. Tidak aman di tengah jalan begini.
TRIS Eh, iya--
Tris beralih untuk membereskan buku dan origami yang jatuh.
Tris terdiam melihat lipatan origami bintangnya berantakan.
PAK DANA
Wah, maaf. Gara-gara nabrak bapak origaminya jadi berantakan.
Pak Dana meraih kertas origami dari jalan.
PAK DANA (CONT'D) Bapak lipat ulang ya.
Pak Dana membuka seluruh lipatan kertas origami, kemudian melipatnya kembali dengan cepat. Pak Dana tersenyum, perlahan menyerahkan origami berbentuk bintang utuh ke arah Tris. Tris mengambilnya, menatap origami tersebut, kemudian menoleh ke arah rumah kayu di halaman belakang rumahnya.
TRIS
Pak, terima kasih banyak. Saya permisi.
33 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG 33 Tris membuka sedikit pintu rumah kayu, kepalanya mengintip ke dalam.
TRIS ...halo?
Tris menatap sudut gelap. Mata bulat putih bersinar memancar dari sudut. Kepala monster perlahan keluar dari sudut ruangan yang gelap, kemudian perlahan monster berdiri, tubuhnya
tegap. Tris merinding, siap menutup pintu lagi.
MONSTER
Tunggu. Aku tidak akan menyakitimu.
Tris membuka lagi pintu depan, badannya setengah masuk ke dalam ruangan.
TRIS Apa?
MONSTER
Aku tidak berniat menyakitimu.
TRIS
Kamu... monster, uh, dari, uh, buku ayah.
Tris berjalan masuk ke dalam ruangan.
MONSTER Buku kalian berdua.
TRIS Be, benar. Itu.
MONSTER
Aku bukan monster yang sama. Aku versi yang berbeda.
TRIS Maksudnya?
MONSTER
Aku sesuatu yang belum selesai.
Tris terdiam. Terlihat sebuah percikan cahaya terbentuk mengarah ke botol berisi origami bintang diatas meja. Tris terkejut, menatap ke arah monster. Monster mengangguk.
Monster bergeser mendekati Tris.
34 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 34
Pintu utama dibuka, ibu masuk, dan menutup pintu. Badan dan
rambut ibu sedikit basah. Ibu segera mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Seperti mencari-cari.
IBU Tris?
Mendongak ke atas, ke arah lantai dua, memanggilnya lagi.
Hening.
35 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 35 Tris melipat tangan depan dada. Monster menunduk di hadapan
Tris.
TRIS
Apa dirimu dikirim oleh ayah?
MONSTER
Tergantung bagaimana dirimu melihatnya.
TRIS
Aku tidak melihat ayah seharian ini, namun kau muncul!
MONSTER Iya, kau memanggilku.
TRIS
Aku memanggil ayah, bukan kamu.
Monster menatap Tris. Tris membulatkan mata.
36 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. SIANG MENJELANG SORE 36 Ibu membawa payung di tangan sebelah kanan, hujan semakin
deras, ibu berjalan cepat dari rumah menuju rumah kayu bermain Tris. Wajahnya terlihat tidak tenang.
37 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 37 Pintu depan rumah kayu dibuka, terlihat Tris berdiri di
tengah-tengah ruangan, kedua tangan di belakang. Wajahnya sedikit panik, seperti menyembunyikan sesuatu. Ibu menghela nafas, mengusap-usap rambutnya yang setengah basah.
IBU
Tris, dimana bu Sarah?
Tris menggeleng.
IBU
Tolong masuk ke dalam rumah.
Ibu balik badan, berjalan menjauh dari pintu. Tris melirik ke arah langit-langit di sudut ruangan. Monster perlahan keluar dari kegelapan.
38 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 38
Suara ibu, nyaring dan sedikit kesal terdengar hampir ke seluruh rumah. Ibu memegang ponsel di tangan kirinya dan tangan kanannya diletakkan di pinggang. Ibu berjalan mondar- mandir di sekitar ruang tamu. Tris duduk di sofa yang
berhadapan dengan televisi.
IBU
(berbicara di telepon)
Kau harusnya mengabariku kalau tidak bisa datang!
Tris kembali menonton tayangan investigasi misteri. Ibu menoleh kearah televisi, menurunkan ponsel, menutupi speakernya dengan tangan kanan.
IBU
Tris, bisa kau ganti siaran televisi dengan yang... lebih tidak
menyeramkan?
TRIS
Aku biasa menontonnya bersama ayah.
Ibu berkedip beberapa kali, wajahnya tampak tidak nyaman. Ibu kembali meletakkan telepon di telinganya, dan berjalan kearah dapur, meninggalkan Tris. Suara ibu semakin jauh, Tris tetap fokus dengan tontonannya.
Tiba-tiba terdengar suara TEPUKAN TANGAN dua kali. Tris membulatkan mata, menoleh ke arah suara, yaitu lantai dua.
Tris perlahan turun dari sofa.
IBU (O.S) Tris!
TRIS Iya?
IBU (O.S)
Ibu akan memesan makanan untuk makan malam, kamu ingin apa?
TRIS Uh...
Tris menatap ke arah tangga.
TRIS Bebas, bu.
39 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 39 Pandangan Tris terhenti pada buku MARES yang berada di atas
meja belajar, dan ia merasa penasaran. Tris meraih buku itu, membuka halaman pertama dari bukunya.
Menunjukkan sosok anak perempuan berdiri di tempat kosong berwarna putih, tanpa apa-apa. Tris hendak membuka halaman kedua, dari sudut serong kertas, samar-samar terdapat
bayangan hitam tidak jauh dari gambar anak perempuan. Tris memperhatikan bayangan itu, dan terus menggerakkan kertas agar bayangan terlihat jelas.
Bayangan di buku perlahan berubah seperti sosok laki-laki yang mirip dengan ayah. Tris tersentak. Tris terdiam. Tris perlahan menutup bukunya, dan memeluk buku tersebut di depan dada.
Suasana hening. Terdengar suara tepukan tangan dua kali. Tris menoleh ke arah pintu masuk kamarnya. Suasana kembali hening, Tris, memegang buku MARES, berjalan pelan-pelan menuju pintu keluar.
40 INT. LORONG LANTAI DUA. MALAM 40
Lorong lantai dua gelap gulita. Pintu kamar Tris terbuka, memancarkan cahaya dan menerangi sedikit lorong. Tris
berjalan keluar dari kamar, menengok ke pegangan tangga di hadapan kamar dan mengintip ke bawah. Hening. Sangat hening.
Tiba-tiba suara tepukan terdengar lagi. Terdapat percikan cahaya di buku MARES. Tris menatap buku, kemudian teringat sesuatu.
41 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. MALAM 41
Tris membuka pintu rumah kayu. Ruangan rumah kayu gelap, kemudian perlahan terpancar cahaya samar di tengah-tengah ruangan, dikelilingi kabut abu-abu. Monster duduk di tengah- tengah lantai ruangan, membelakangi Tris dan menunduk. Tris berjalan mendekati monster. Monster menoleh ke arah Tris.
Tris terkejut. Di tangan monster terdapat sebuah alat rekaman kecil.
TRIS Itu...?
Monster menyerahkan alat rekaman pada Tris. Tris mengambilnya menggunakan tangan kanan.
MONSTER Nyalakan.
Tris membalik alat rekaman, terdapat lecet dan beberapa bagian yang nyaris patah. Tris mengerutkan dahi.
TRIS
Alat ini ada bersamanya saat itu.
Pasti sudah rusak.
Monster mengambil buku MARES dari tangan kiri Tris, membuka bukunya ke halaman kosong yang belum selesai. Monster menatap Tris.
MONSTER Nyalakan.
Tris menekan tombol merah di atas alat perekam. Terdengar suara statis, kemudian suara seorang laki-laki berbicara.
Suara ayah menggema di ruangan. Terlihat sebuah titik hitam di atas halaman buku MARES. Titik itu bergerak membentuk sebuah illustrasi.
AYAH (O.S) (rekaman)
Jadi, pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan kecil, hiduplah seorang gadis-
Tris membulatkan mata. Ilustrasi di atas halaman buku
membentuk seorang anak kecil perempuan dan seorang laki-laki dewasa, kemudian illustrasi meredup, berubah menjadi
illustrasi sebuah kerajaan dan seorang gadis.
Tris menekan tombol next pada alat perekam.
AYAH (O.S) (rekaman)
Hari ini Senin, dan aku bersama putriku, Tris, akan membuat sebuah projek bersama.
TRIS (O.S) (rekaman)
Ayah, ayah merekamnya?
AYAH (O.S) (rekaman)
Tentu saja!
Ilustrasi kerajaan meredup, kemudian terbentuk sebuah
illustrasi anak perempuan dan ayahnya, menyerupai Tris dan ayah, sedang duduk di sebuah ruangan yang tampak seperti ruang kerja ayah.
AYAH (O.S) (rekaman)
Oh, iya! Tunggu. Ayah akan membuat origami.
TRIS (O.S) (rekaman)
Origami? Pasti bintang.
AYAH (O.S) (rekaman)
Tentu saja! Kenapa dirimu tahu. Yah, yang jelas, ayah akan membuat origami bintang satu setiap kalinya kita
melanjutkan progress projek ini.
TRIS (O.S) (rekaman)
Kenapa?
AYAH (O.S) (rekaman)
Uh, yah, sebagai penanda, bahwa kita sudah berjuang bersama dan... sebuah harapan projeknya selesai.
TRIS (O.S) (rekaman)
Ayah kan illustrator. Projek-projek ayah yang hebat kan banyak dan selesai dengan baik.
AYAH (O.S) (rekaman)
Tapi, ini projek pertama ayah
denganmu, dan paling hebat nantinya.
Illustrasi di atas buku MARES berhenti bersamaan dengan suara di rekaman, menunjukkan illustrasi sosok ayah sedang
menunjukkan sebuah bintang pada Tris. Mata Tris berkaca-kaca.
Terlihat sebuah cahaya menyala di botol berisi kertas origami bintang yang terletak di atas meja di samping ranjang.
Tris menatap monster, dan monster menutup buku MARES.
TRIS
Origami bintang ayah...
MONSTER
Kenangan. Tersimpan selalu.
Monster berjalan ke arah meja, meraih botol, dan berbalik menghadap Tris. Monster menunjukkan isi botol pada Tris.
Salah satu dari origami bintang bercahaya. Tris meneteskan air mata.
MONSTER
Aku ada disini demi ini.
TRIS
Menyelesaikan yang belum selesai?
MONSTER
Tidak. Aku mempertahankan.
Tris menatap monster, terlihat bingung. Tris mengusap air mata menggunakan lengan baju, mendongak.
TRIS
Aku akan menunjukkan ini pada ibu. Ibu pasti senang. Ibu akan mengerti kalau ayah mengirim dirimu untukku!
MONSTER
Tidak. Dia akan menolakku.
TRIS
Apa maksudmu? Ibu pasti menyukaimu.
MONSTER
(nada ditinggikan) Ibumu akan menolakku!
Tris tersentak, merasa sedikit takut. Tris melangkah mundur perlahan, kemudian balik badan, dan berlari keluar dari rumah kayu.
42 EXT. JALANAN SEKITAR PERUMAHAN. PAGI 42
Suasana area perumahan cukup cerah, tidak terik. Pak Dana terlihat berlari menyusuri jalanan sekitar perumahan, memakai celana training biru dan kaos putih polos yang cukup longgar, berlari melewati rumah demi rumah.
Pandangannya terhenti pada sosok ibu dan anak perempuan yang sedang berdebat di halaman belakang rumah, rumah yang
berseberangan dengan rumahnya. Pandangan Pak Dana fokus pada wajah Tris, kemudian ibu. Pak Dana terus berlari, melewati adegan tersebut.
Pak Dana berhenti secara perlahan. Menarik nafas pelan-pelan.
PAK DANA (bergumam) Tunggu... Ibu tadi?
43 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. PAGI 43
Ibu berdiri dengan kedua tangan dilipat depan dada, wajah bingung setengah kesal. Tris berdiri di hadapan ibu.
IBU Apa maksudmu?
TRIS
Ayah mengirim sesuatu, bu! Untuk menemaniku. Ayah pasti sibuk diluar sana, sehingga merasa bersalah dan mengirimiku seseorang, atau...
sesuatu.
IBU Tris...
TRIS (CONT'D)
Dia takut ibu tidak akan menyukainya.
Tapi kalau ibu mau menerimanya, dia akan-
IBU (CONT'D)
Tris! Tidak ada siapa-siapa atau
apapun di dalam sana. Dan kenapa kamu masih kembali ke sana malam-malam?
Sudah ibu katakan tidurlah dalam
rumah. Kau bahkan tidak mengunci pintu dapur. Ibu-
Terdengar suara bel rumah berbunyi, memotong omongan ibu. Ibu menghela nafas, menatap Tris.
IBU
Kita bahas nanti setelah sarapan.
Tris mengangguk pelan. Ibu balik badan, menuju rumah.
TRIS Uh, bu?
Ibu berbalik badan, menoleh ke arah Tris.
TRIS
Boleh aku membantu menyiapkan meja?
44 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. PAGI 44
Ibu membuka pintu depan, terlihat Pak Dana berdiri di depan teras, setengah kehabisan nafas, sambil memegang botol besar.
PAK DANA
Selamat pagi, mohon maaf mengganggu.
Ibu memasang wajah bingung.
PAK DANA (CONT'D) Ah, uhm. Nama saya... Dana.
IBU
Oh, anda yang baru pindah beberapa hari lalu?
Wajah Pak Dana tampak terkejut, dan sedikit kecewa.
PAK DANA Iya, benar.
IBU Ada apa ya?
Pak Dana mengedipkan mata, wajahnya bingung, dia membuka mulutnya dan merasa ragu.
PAK DANA
Ah. Itu... Saya... Oh iya! Saya tidak bermaksud apa-apa, selain ingin
mengenalkan diri dan-jujur saya sedikit malu, tetapi apa anda tidak keberatan bila saya meminta sedikit es batu? Kulkas besar saya baru akan
sampai besok pagi.
Ibu mengedipkan mata, kemudian mengangguk.
IBU
Oh? Tentu saja. Silahkan masuk.
45 INT. DAPUR. PAGI 45
Ibu berjalan menuntun Pak Dana ke arah dapur.
IBU
Anda pindah dari mana?
PAK DANA Kota tetangga.
IBU
Pindah ke sini karena? Orang tua?
Pekerjaan?
PAK DANA
Pekerjaan, setidaknya kurang lebih.
IBU Oh...
Ibu melirik Pak Dana sekali. Kemudian mengerutkan dahi.
Pandangan Pak Dana terhenti pada Tris yang berjalan dari arah konter dapur menuju meja makan dengan satu piring kosong di tangannya.
PAK DANA Halo. Selamat pagi.
Tris mendongak.
TRIS
Ah, selamat pagi, pak!
PAK DANA
Senang melihatmu lagi, tanpa menabrakku kali ini.
TRIS
Maaf soal itu. Saya lagi main soalnya.
IBU
Oh, kalian sudah saling kenal?
TRIS
Ya, aku tidak sengaja menabrak bapak ini kemarin siang.
Tris kemudian berjalan meletakkan piring diatas meja makan.
Pak Dana memperhatikan ada TIGA piring dan TIGA gelas diatas meja makan. Pak Dana membulatkan mata.
PAK DANA
Apakah, uh, ada tamu lain?
Ibu membulatkan mata, berbalik badan dan melihat jumlah piring dan gelas di atas meja.
IBU
Maaf, Pak Dana, apa segini esnya cukup?
PAK DANA Eh, iya cukup.
Pak Dana merasa canggung, kemudian menoleh ke arah Tris yang duduk di kursi meja makan, menatap keluar jendela, ke arah rumah kayu di halaman belakang.
46 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. PAGI 46
Pak Dana berdiri di depan teras, menundukkan kepala.
PAK DANA
Terima kasih atas es batunya.
IBU
Ya, tidak masalah.
Pak Dana perlahan membalikkan badan.
IBU (CONT'D)
Oh! Dan-- maaf saya pasti terdengar sangat sombong. Nama saya Jenni.
Panggil saja Jen.
Pak Dana tersenyum.
PAK DANA
Baik, saya permisi, Bu Jen.
Ibu tersenyum dan perlahan menutup pintu saat Pak Dana mulai balik badan. Pintu ditutup, ibu balik badan, bersandar di pintu.
IBU (bergumam)
Kenapa wajah orang tadi sangat familiar ya?
Ibu menggelengkan kepala.
IBU (CONT'D)
Bukan saatnya memikirkan itu.
Ibu menoleh ke arah Tris.
47 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG 47
Ruang dalam rumah kayu Tris terlihat gelap, remang-remang dengan cahaya. Tris duduk di atas ranjang, menggoyangkan kedua kaki yang menggantung.
TRIS
Hei, maaf aku tidak bisa membawamu sarapan bersamaku dan ibu tadi pagi.
Terlihat tangan panjang meraih ke arah lantai. Bayangan hitam perlahan membentuk sosok monster yang turun dari langit-
langit, berjongkok, perlahan berdiri dan membungkuk, mendekati Tris.
MONSTER Untuk apa?
TRIS
Ya, aku ingin minta maaf mengenai semalam. Kupikir ibu akan senang mengetahuimu.
MONSTER
Apa kau senang mengetahuiku?
TRIS
Tidak, awalnya kau menakutkan.
Sekarang sih... senang.
Monster meraih sebuah kertas origami dari atas meja di samping ranjang.
TRIS (CONT'D)
Tapi, apa juga jaminannya kau tidak menakutkan sekarang? Maksudku--
Monster menyodorkan sebuah origami bentuk bintang di telapak tangannya. Tris mengedipkan mata, melirik ke atas meja,
kemudian ke arah monster.
TRIS
Hei, kau baru saja membuatnya?
MONSTER
Iya, dan tampaknya kau belum
menguasainya. Mari, kuajari apa yang belum selesai.
Tris tersenyum lebar.
Pintu masuk rumah kayu dibuka, seorang perempuan sedikit gemuk, berkulit kecoklatan, berambut hitam pendek, BU SARAH (40) berdiri didepannya.
BU SARAH
Nona, kau harus masuk sekarang ke dalam rumah.
TRIS
Kenapa? Tidak bisa kah ibu mengajari saya di sini saja?
BU SARAH
Tolong, ibumu sudah cukup memarahiku kemarin karena tidak bisa datang
menjaga dan mengajarimu. Dan sekarang aku datang, setidaknya aku tidak ingin mengajarimu di rumah kayu ini.
Tris turun dari atas ranjang, berjalan mendekati Bu Sarah.
TRIS Kenapa tidak?
Bu Sarah terdiam, menatap Tris.
BU SARAH
Tris, sayang. Ibu mu tidak akan berani berkata begini, tetapi, kamu harus menjalani hidupmu, nak. Berada di
tempat ini terus menerus tidak akan membantumu.
Tris membulatkan mata, kemudian mengerutkan dahi, cukup tersinggung.
BU SARAH (CONT'D)
Lagipula, tempat ini membuatku takut.
Bu Sarah perlahan membalikkan badannya. Terdengar suara geraman dari arah belakangnya. Bu Sarah menoleh. Tris masih berdiri di tempat yang sama.
BU SARAH
Ayolah, Tris. Berhenti manja dan masuklah ke dalam rumah.
Ruangan dalam rumah kayu perlahan berubah menjadi lebih gelap. Bu Sarah membulatkan mata. Bu Sarah mulai merinding, merasa ketakutan. Perlahan kabut mengelilingi ruang rumah kayu. Dari sudut ruangan, terlihat lebih gelap, muncul tangan, kemudian tubuh yang menyerupai siluet laki-laki.
BU SARAH (berbisik)
Tidak... tidak mungkin.
Siluet berubah membesar, terdapat pantulan mata bulat putih, senyum dan taring, siluet berubah menjadi sosok monster.
Monster melompat, mendarat di hadapan bu Sarah, dan menggeram ke arah Bu Sarah.
48 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH PAK DANA. SIANG MENJELANG SORE 48 Pak Dana berdiri di halaman depan rumah, menyirami beberapa
tanaman dan rumput. Terdengar suara pintu rumah dibanting dan suara perempuan menggerutu. Pak Dana menoleh ke arah suara.
Bu Sarah berjalan cepat menjauh dari rumah Tris, panik dan kesal berbicara di telepon yang dipegang di tangan kanan. Bu Sarah menutup telepon dengan kasar, kemudian berjalan
menyeberangi jalan.
Pak Dana berjalan pelan mendekati Bu Sarah.
PAK DANA Anda tidak apa-apa?
Bu Sarah tersentak melihat Pak Dana, kemudian menghela nafas.
PAK DANA (CONT'D)
Saya tidak berusaha menakuti anda.
BU SARAH
Saya rasa saya akan takut dengan segala hal setelah ini!
49 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 49 Tris menoleh ke arah monster, sedikit bingung.
TRIS
Apa yang kamu lakukan?
MONSTER
Dia ingin kamu melupakan. Apa kamu ingin melupakan?
Tris terdiam, menatap monster dan bimbang.
50 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH PAK DANA. SIANG MENJELANG SORE 50 PAK DANA
Apa ada sesuatu, anda perlu bantuan?
BU SARAH
Kalau ingin menawarkan bantuan, anak tetangga seberang rumah anda tampaknya sangat perlu.
PAK DANA Tris?
BU SARAH
Oh, anda mengenalnya? Baguslah.
Mungkin anda ingin menggantikan saya berbicara pada anak itu karena
sungguh, kematian ayahnya membuat anak itu menakutkan!
Bu Sarah berjalan menjauh, dengan langkah cepat, kuat dan kesal. Pak Dana terdiam, dan terkejut.
51 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. SORE 51
Pak Dana duduk di sebelah kanan Tris, di lantai teras depan rumah Tris.
TRIS
Bapak nggak ingin bertanya kenapa Ibu Sarah lari dari rumah? Atau bu Sarah sudah bilang?
PAK DANA
Tidak juga. Kamu mau cerita?
Terlihat mobil ibu mendekat, kemudian parkir depan rumah. Ibu keluar dari mobil, menutup pintunya, berjalan ke arah teras, wajahnya terlihat kesal dan khawatir. Ibu berdiri di depan Tris, kemudian menoleh ke arah Pak Dana. Pak Dana tersenyum, menoleh ke arah Tris.
Tris memeluk buku MARES di depan dada. Ibu menghela nafas.
IBU
Tris, masuk ke dalam rumah. Dan ibu bilang rumah, bukan yang di halaman belakang.
Tris memandang Ibu sinis, berdiri, melirik Pak Dana sesaat, kemudian berjalan ke arah pintu masuk rumah.
IBU
Terima kasih, sudah-- PAK DANA
Tidak apa-apa. Saya pikir
membiarkannya sendirian sedikit bahaya.
IBU
...atau mungkin anakku yang
membahayakan? Tidak. Oh, ya Tuhan. Apa yang kukatakan?
Ibu mengusap-usap dahi. Pak Dana terdiam, bimbang ingin mengatakan sesuatu. Ibu menoleh ke arah Pak Dana.
IBU
Pak, apa kita pernah bertemu? Saya merasa wajah anda sangat familiar.
Pak Dana membulatkan mata, mulutnya ternganga sedikit, bingung.
PAK DANA
Kota tetangga, kira-kira 5 atau 6 tahun lalu?
52 EXT. JALANAN UMUM. SORE (FLASHBACK) 52
Ibu dan ayah berdiri di hadapan seorang petugas keamanan, wajah ibu tampak panik dan ayah tampak khawatir. Ayah menoleh kanan kiri, kemudian terkejut. Terlihat Tris muncul dari
kerumuman digendong oleh seorang laki-laki, kemudian ayah menyadari adalah Pak Dana.
Ibu terkejut dan langsung memeluk Tris. Ayah menoleh ke arah Pak Dana dan tersenyum.
53 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. SORE (PRESENT DAY) 53 IBU
Astaga! Bagaimana saya bisa lupa. Anda teman lama suami saya, bukan? Anda juga yang menyelamatkan Tris waktu kesasar!
PAK DANA
Tidak apa-apa, itu sudah lama.
IBU
Padahal Henri juga dulu sering membicarakan anda setelah itu.
Pak Dana sedikit terkejut.
PAK DANA
Maaf saya tidak datang.
IBU
Bukan saya yang harus menerima permintaan maaf itu.
Pak Dana tersenyum, berjalan menjauh dari teras rumah. Ibu mengangguk, berjalan masuk ke arah pintu.
PAK DANA
Oh iya, saya belum bilang apa pekerjaan saya.
Ibu menoleh ke arah Pak Dana, mengangkat kedua alis.
PAK DANA Saya seorang guru.
54 INT. RUANG TAMU. MALAM 54
Ibu berdiri dengan satu tangan di pinggang dan satu tangan di belakang kepala. Tris berdiri di depan ibu, memeluk buku
MARES di depan dada.
IBU
Tris, kita akan berdebat masalah ini semalaman.
TRIS
Kalau ibu mau mendengarkanku, ibu tidak perlu berdebat denganku!
IBU
(nada ditinggikan)
Tentang apa, Tris? Monster kiriman ayah? Kamu hanya menakuti bu Sarah
dengan bukumu, dan imajinasimu ikut mempengaruhi dirimu! Jangan
mempersulit keadaan yang sudah ada!
TRIS
Yang mempersulit itu ibu! Kenapa ibu sangat keras kepala!
IBU
Ibu yang keras kepala?!
TRIS
Iya! Monster itu hanya ingin menjaga ku seperti ayah! Kenapa ibu tidak mau mengerti!
IBU
Tris! ini sudah berhari-hari sejak-- ...
Ibu mengambil nafas.
IBU
(menurunkan nada)
Tris, ibu juga sedih. Ibu juga sama berdukanya denganmu. Ibu juga ingin mengerti, tapi kamu harus membantu ibu...
TRIS
Ibu nggak pernah mau mengerti! Ibu nggak pernah mau mendengarkan! Ibu tidak seperti ayah! Monster itu benar!
Ibu tidak mau menerima! Kalau aku harus berduka, itu adalah karena aku ditinggal bersama ibu!
Ibu terkejut. Rasa kecewa, sakit hati dan marah bercampur dalam diri ibu. Mata ibu berkaca-kaca. Ibu memasang wajah marah, berjalan ke arah Tris, dan merebut buku MARES dari tangan Tris.
IBU
Jadi menurutmu monster itu membuatmu berpikir begitu? Sudah cukup, Tris.
55 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. MALAM 55
Sebuah tong sampah besi di ujung halaman, dekat dengan setapak jalan, dengan api yang setengah menyala, membakar sampah di dalamnya. Ibu berjalan ke arah tong sampah. Tris menyusul di belakang.
TRIS Ibu! Hentikan!
Ibu berjalan lebih cepat, kemudian melemparkan buku MARES ke dalam tong sampah dengan api menyala.
Tris terbelalak, matanya berkaca-kaca. Tris berlari ke arah rumah kayu, membuka pintunya. Tris menoleh kanan dan kiri, melihat ke seluruh ruangan. Kosong. Tris menoleh ke arah ibu.
TRIS Aku benci ibu!
Tris berlari masuk ke rumah, menangis.
Ibu terdiam, membulatkan mata. Ibu merasa tersadar, kemudian menoleh ke arah tong sampah. Ibu membalik isi tong sampah, mengeluarkan seluruh isinya, menginjak-injak sisa api yang masih berkobar. Ibu berjongkok, mengambil buku MARES yang sudah setengah terbakar.
IBU (bergumam)
Ya Tuhan... apa yang sudah kulakukan?
56 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 56
Tris membenamkan kepala di atas bantal, menangis. Terdengar suara derit dari bawah ranjang. Tris membuka mata. Menoleh ke bawah ranjang. Kosong. Tris mengangkat kepalanya. Sosok
monster berdiri di pojok ruangan. Matanya berubah dari putih menjadi pantulan yang bercahaya.
TRIS Tuan monster...
Pantulan cahaya di mata monster menjadi lebih terang, menyilaukan mata Tris. Tris menutup matanya.
57 INT. DUNIA MONSTER. - 57
Tris membuka mata, pantulan cahaya monster berubah menjadi pantulan cahaya mobil yang bergerak semakin dekat headlights dengan Tris.
AYAH (O.S) Tris!
Tris menoleh ke belakang. Ayah melompat ke arah Tris, pantulan cahaya yang sama dengan mata monster headlights terbentuk jelas di kacamata ayah. Waktu berhenti bergerak.
Ayah berdiam kaku dalam posisi melompat, mobil berhenti bergerak. Wajah ayah perlahan berubah menjadi monster.
MONSTER
Apa kau akan melupakan mengorbanannya?
Ibumu hanya berdiri di sana.
Cahaya kembali menyilaukan mata Tris.
58 INT. KAMAR TRIS LANTAI DUA. MALAM 58
Tris duduk di atas kasurnya, berteriak dan menagis.
Pintu kamar Tris dibuka, ibu masuk dengan buku MARES yang separuh rusak di tangan.
IBU
Tris! Hey, hey. Sayang, ini ibu.
Maafkan ibu.
Tris menatap buku MARES, mengambilnya dari tangan ibu, memeluknya, menolak melihat wajah ibu. Ibu menatap Tris sedih. Ibu perlahan berdiri dari ranjang, berjalan ke arah pintu.
IBU
Selamat malam, little star...
TRIS
Hentikan! Hentikan! Berhenti
memanggilku seperti itu! Aku ingin ayahku! Aku ingin...
Ibu meneteskan air mata, kemudian menutup pintu.
TRIS (CONT'D)
...aku ingin mempertahankan yang belum selesai.
Tangan monster perlahan muncul dari kegelapan, memeluk Tris.
59 INT. RUMAH SAKIT. SIANG 59
Lorong rumah sakit berdinding toska dan putih terlihat ramai dengan beberapa perawat mondar mandir, pasien yang didorong menggunakan kursi roda, dan pengunjung membawa bunga dan buah. Ibu keluar dari salah satu ruang rawat inap dengan pintu terbuka, membawa catatan di tangan kanannya.
Ibu mendekati meja resepsionis, meletakkan catatan, dan
bersandar di dinding sebelah kirinya, menghela nafas. Bu Lisa datang mendekati ibu, meletakkan catatan lain di meja
resepsionis, kemudian berbalik menghadap ibu.
BU LISA Apa kabarmu, Jen?
IBU
Saya melakukan kesalahan, bu.
Ibu Lisa menatap ibu bingung.
IBU (CONT'D)
Saya hanya ingin Tris berhenti
menderita, tetapi... saya... Dia tidak akan memaafkan saya.
BU LISA
...Dengar, memaksanya melupakan akan membuatnya semakin parah. Biarkan dia melewati nya pelan-pelan, bertahap.
Tapi, dia juga perlu seseorang
disampingnya untuk menuntunnya, bahwa dunianya tidak hanya satu.
IBU
Apa yang bisa saya lakukan? Tris benar- benar marah pada saya.
BU LISA
Kurasa Tris hanya perlu perspektif baru dari orang baru.
Ibu menatap Bu Lisa, berpikir.
60 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG 60
Tris memegangi buku MARES yang setengah rusak di tangannya, matanya berkaca-kaca, tangan kanan Tris meraba illustrasi yang nyaris tidak terlihat lagi.
TRIS Maafkan aku, ayah.
Monster mendekati Tris, menyerahkan alat rekaman. Tris mendongak, bingung.
TRIS
Bagaimana... Bukunya sudah...?
MONSTER Kamu akan lihat.
Tris menekan tombol pada alat rekaman, terdengar suara statis.
TRIS (O.S) (rekaman)
Ayo bikin cerita monster!
AYAH (O.S) (rekaman)
Eh? Monster? Tidak ingin cerita
kelinci, kancil, atau... apa ini, kamu gambar apa ini?
TRIS (O.S) (rekaman)
Ayah, fokus. Lupakan itu. Aku ingin bikin cerita monster.
Sebuah titik hitam muncul diatas halaman buku MARES,
membentuk garis melewati kertas yang terbakar, keluar dari buku, dan membentuk illustrasi di udara, sekitar ruangan
kamar, terbentuk illustrasi Tris dan ayah. Sekeliling ruangan rumah kayu dikelilingi gradasi warna abu-abu.
AYAH (O.S) (rekaman)
Hmmm. Kamu harus berhenti ikut membaca projek ayah. Sekarang kamu jadi
tertarik dengan begitu. Ah ibu akan memarahi ayah.
TRIS (O.S) (rekaman)
Tenang saja. Ayo buat cerita seorang anak perempuan dan monster yang mengganggunya, kemudian datang pahlawan menyelamatkan!
AYAH (O.S) (rekaman)
Hooo, oke. Ayo coba bikin monsternya.
Tapi, tidak ingin coba membuat monsternya baik?
TRIS (O.S) (rekaman)
Monster ada yang baik?
AYAH (O.S) (rekaman)
Kenapa tidak? Semua tergantung imajinasimu.
Monster duduk mendekati Tris, membuka tangannya,
memperlihatkan botol berisi origami bintang ayah yang bercahaya. Tris mengambil botol dari tangan monster.
MONSTER
Selama aku masih ada, maka ini akan selalu ada.
Monster menunjuk ke arah buku MARES. Tris tersenyum, kemudian memeluk monster. Ilustrasi di udara perlahan memudar,
meninggalkan percikan cahaya dan gradasi abu-abu di rumah kayu.
RIKA (O.S)
Tris, apakah kamu ada di dalam?
61 EXT. TAMAN BERMAIN PERUMAHAN. SIANG 61
Taman bermain anak-anak di area perumahan tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil. Terdapat ayunan, jungkat- jungkit, perosotan, meja dan kursi. Letaknya berdekatan dengan kolam bebek yang berada di sebelah barat taman, dan pohon tanpa daun di timur laut, sedikit di tengah taman.
Taman bermain tidak begitu ramai, terdapat sekitar enam anak- anak, empat orang dewasa, dan seorang laki-laki tua
mengumpulkan sampah untuk dibakar tidak jauh dari jungkat- jungkit.
Rika duduk di salah satu ayunan, wajahnya kebingungan.
RIKA Dunia dari buku?
TRIS
Iya! Ya ampun, Rika kamu tidak mendengarkanku.
RIKA
Aku mendengarkanmu, makanya aku bertanya. Dan... monster?
TRIS
Tidak semua monster harus jahat kan.
Aduh, ayo kuperlihatkan saja.
RIKA
Tris, tunggu dulu. Kamu serius?
TRIS
Aku tidak mungkin berbohong ri. Kenapa kamu tampak tidak percaya?
RIKA
Maaf, Tris. Tapi, mama bilang, sejak papanya Tris...
TRIS
Kenapa dengan ayahku? Memangnya kenapa dengan itu?
Tris memasang wajah kesal pada Rika. Rika merasa tidak nyaman.
TRIS (CONT'D)
Kenapa sekarang Rika membahas ayahku seolah Rika kasihan? Padahal kukira
Rika teman, seharusnya Rika mengerti aku.
RIKA
Tris, kamu menakutiku.
TRIS
Ternyata Rika juga sama saja! Rika juga mau nyalahin aku kan karena aku cerita begini!
Muncul bayangan sosok monster dari belakang Tris. Rika
tersentak kaget, badan Rika terdorong ke belakang, terjatuh ke tanah. Tris terkejut. Rika menangis.
AMY Astaga, Rika!
Amy memandang Tris, kesal, dan menarik tangan Tris dengan kasar.
AMY
Apa yang kamu lakukan pada anak tante?! Kamu tidak bisa seenaknya hanya karena ayahmu--
Tiba-tiba Pak Dana muncul, berlari menengahi Tris dan Amy.
PAK DANA
Tunggu, tunggu! Ibu, mohon tenang dulu.
Pak Dana berjalan mendekati Rika, membantu Rika berdiri, dan memegangi kepala Rika.
PAK DANA
Tidak kena kepala, kan?
Rika menahan tangisannya, menggeleng. Pak Dana menoleh ke arah Amy. Amy menatap kesal, menarik Rika menjauh dari taman bermain. Pak Dana menoleh ke arah Tris, Tris memasang wajah menyesal. Pak Dana duduk di salah satu ayunan, mengisyaratkan Tris untuk duduk di ayunan sebelahnya.
TRIS Maafkan aku.
PAK DANA
Kamu salah minta maaf. Dan bapak percaya ada sebab ada akibat. Nanti jelaskan lah ke orang tuanya juga, dan meminta maaf, oke?
TRIS
Aku tidak bermaksud... Rika tidak
mempercayaiku. Sama seperti ibu dan Bu Sarah.
PAK DANA
Tris, kamu adalah anak yang... sedikit berbeda. Membutuhkan waktu untuk
seseorang dapat mengerti, dan mungkin orang yang tepat juga. Jangan berkecil hati, menjadi seseorang dengan pikiran yang luas tidak salah kok.
TRIS
Bagaimana dengan bapak?
PAK DANA
Yah, kalau kamu mau berbagi...
TRIS
Aku bertemu monster dari sebuah buku dan hari ini dia menunjukkan dunia nya keluar dari buku, sedikit, karena
bukunya rusak.
Pak Dana membulatkan mata. Tris menatap Pak Dana tegas, menunggu jawaban.
PAK DANA Uh, buku apa?
TRIS
Aku dan ayah membuat buku bersama, kemudian, ayah tiba-tiba menghilang, dan monster ini datang karena
dititipkan ayah untukku. Dia
menunjukkan dunia antara aku dan ayah melalui bukunya.
PAK DANA
Dunianya... saat ini ada dimana?
TRIS (antusias)
Bapak mau melihatnya? Bapak percaya sama saya?
PAK DANA
Iya, bapak tidak merasa kamu berbohong.
Tris tersenyum lebar.
62 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SORE 62 Pintu depan rumah kayu dibuka, Tris dan Pak Dana masuk
perlahan. Ruangan dalam rumah kayu memiliki gradasi abu-abu, beberapa percikan cahaya mengambang di udara, beberapa garis furnitur tampak samar-samar seperti ilustrasi. Pak Dana
membulatkan matanya, cukup terkejut.
PAK DANA Wow...
TRIS
Hei, keluarlah. Kurasa... beliau ini, menerimamu.
Sudut ruangan tampak terlihat lebih gelap. Bayangan berbentuk sosok ayah perlahan keluar dari sudut ruangan. Pak Dana
merasa terkejut. Bayangan berubah menjadi lebih tinggi, dikelilingi kabut-kabut hitam, terlihat mata bulat bersinar dari kegelapan, monster menunjukkan wajahnya. Pak Dana lebih terkejut.
PAK DANA Wow!
Monster berdiri tegap, seluruh tubuhnya dikelilingi bayangan hitam.
TRIS
Kenalkan, ini Pak Dana.
MONSTER Aku mengenalinya.
Tris menoleh ke arah Pak Dana, bingung. Pak Dana mengedipkan mata, kemudian mengerutkan dahi. Samar-samar terlihat
bayangan wajah ayah pada monster.
PAK DANA Henri...
TRIS
Pak Dana... kenal ayah?
PAK DANA
Dia... teman saya, semasa remaja. Ah, ibumu tidak cerita?
Fokus Pak Dana beralih pada origami bintang yang bercahaya dalam botol kaca yang terletak di atas meja.
63 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. SORE 63
Melalui jendela dapur, terlihat Ibu berjalan memasuki dapur,
meletakkan tasnya diatas meja konter. Terdengar suara Tris dari halaman belakang, ibu menoleh ke arah jendela, melihat Tris dan Pak Dana duduk di depan rumah kayu, sedang melipat kertas origami.
PAK DANA Nah, bisa kan?
TRIS
Wah iya. Ayah dan monster masih belum membuatku melipatnya secepat ini.
PAK DANA
Tentu saja, dulu bapak yang mengajari ayahmu membuatnya.
TRIS
Benarkah? Keren sekali!
Ibu berjalan mendekati Tris dan Pak Dana. Tris berdiri,
berbalik badan dan memasuki rumah kayu. Pak Dana menatap ibu, tersenyum kaku.
PAK DANA
Maafkan saya. Saya sudah lancang sekali berada di sini.
IBU
Pak, saya ingin meminta tolong.
64 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG 64
Sebuah ilustrasi membentuk sosok ayah di udara, bersembunyi di balik konter dapur, ilustrasi Tris menoleh kanan dan kiri, kemudian ayah menepuk tangannya. Tris berlari ke arah
belakang konter dapur.
TRIS (O.S) (Rekaman)
Ayah, kena!
Pak Dana duduk di lantai, tengah-tengah ruangan, mendongak menatap ilustrasi bergerak di udara. Tris duduk di atas ranjang, menulis di sebuah buku catatan.
PAK DANA
Jadi, kamu sering bermain hide and clap dengan Hen--maksudku ayahmu?
TRIS
Iya, sering. Monster juga ikut bermain baru-baru ini.
Pak Dana melirik monster. Monster menoleh ke arah Pak Dana.
Rekaman mengeluarkan sebuah suara statis. Ilustrasi di udara berubah menjadi sebuah taman.
PAK DANA Hmm? Apa ini?
AYAH (O.S) (Rekaman)
Tris, coba lihat ini!
Terdengar suara alat rekaman dimatikan.
TRIS
Pak, kenapa saya harus mengerjakan ini?
PAK DANA
Uh, karena kamu lama tidak sekolah, kebetulan bapak seorang guru, dan...
TRIS Dan?
PAK DANA
Kemarin perjanjiannya dengan bapak apa?
TRIS
"Kalau mau main bareng, belajar dulu"
PAK DANA
Kemarin juga kamu minta tolong apa sama bapak?
TRIS
Memperbaiki buku karena bapak pintar dalam kerajinan tangan?
PAK DANA
Nah, tapi setelah belajar ya.
Tris menatap monster. Monster mendekati Pak Dana. Pak Dana membulatkan mata, memundurkan tubuhnya sedikit.
MONSTER Apa perlu?
PAK DANA Hah?
MONSTER
Tris. Lebih penting ini.
Monster menunjuk ke dunia di samar-samar mempengaruhi warna di ruangan, dengan gradasi abu-abu, percikan cahaya, dan beberapa garis ilustrasi yang mengambang, menggantikan garis nyata dari furnitur.
PAK DANA
Dua-duanya penting. Tris, ayahmu sering memintamu belajar tidak?
TRIS
Eh, iya. Biasanya belajar dulu baru main. Ya sudah, ini sudah selesai kok.
Pak Dana mendekati Tris, mengambil buku dari tangan Tris.
PAK DANA
Wah, pemahamanmu masih bagus ya.
Tris tersenyum bangga, mengangkat telapak tangan di udara ke arah monster. Monster membalas ajakan tos Tris.
PAK DANA (CONT'D)
Kenapa tidak kembali sekolah saja?
Saya yakin teman-temanmu mulai merindukan--
Garis ilustrasi mengengelilingi seluruh ruangan, gradasi warna abu-abu menjadi lebih gelap. Bentuk ruangan
terdistorsi. Monster merangkak mendekati Pak Dana.
MONSTER
Mereka hanyalah kumpulan anak-anak yang tidak mengerti.
Pak Dana tersentak, mundur selangkah dari monster.
PAK DANA
Woah, tenang. Kenapa kau berpikir seperti itu?
MONSTER
Apa kau melupakan terakhir kali yang terjadi dengan Rika?
Gradasi dalam ruangan perlahan berubah menjadi merah. Sebuah garis ilustrasi membentuk wajah Rika dengan ekspresi yang meragukan Tris. Pak Dana melirik Tris. Tris menunduk, mengerutkan dahi.PAK DANA
Baiklah, baiklah. Kamu tenang. Aku hanya menyarankan. Dan, maksudku, Tris, apa kamu tidak merindukan mereka?
MONSTER
Anak-anak yang hidup tanpa masalah seperti mereka tidak pantas
dirindukan. Mereka memiliki segalanya selama Tris kehilangan segalanya.
Pak Dana menghela nafas, kemudian mengangguk. Gradasi warna merah memudar perlahan, kembali menjadi warna abu-abu.
PAK DANA
Jadi, mau perbaiki bukunya?
Tris dan monster tersenyum.
65 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SORE 65
Buku MARES tampak diperbaiki dengan beberapa tambalan kertas yang rapi, bekas gosong nyaris tidak terlihat. Tris
tersenyum. Pak Dana melirik monster.
PAK DANA Apa harus dicoba?
Tris menyalakan alat rekaman.
AYAH (O.S) (Rekaman)
Wah, monster buatanmu keren sekali!
Sebuah percikan cahaya keluar dari buku, samar-samar
terbentuk sebuah bayangan, bayangan semakin berwujud jelas.
Wajah ayah asli ayah sebuah kertas, terlihat senang.
TRIS
Benar-benar wajah ayah. Pak! Lihat!
Ini bukan ilustrasi!
Pak Dana menatap visual ayah dengan kagum, kemudian melirik monster. Monster menoleh ke arah Pak Dana.
MONSTER
Setelah berusaha dipertahankan, kenangan ini akan semakin jelas.
PAK DANA
Hmmmm, yah... Tris, saya kasih pekerjaan rumah ya sebelum saya pulang.
TRIS Aah, tidaaak.
66 EXT. TERAS DEPAN RUMAH. SORE 66 Ibu berdiri menyandar di salah satu pilar pagar depan rumah, Pak Dana bersiap untuk pamit.
IBU
Bagaimana Tris hari ini? Dia tampaknya tidak menolak anda.
PAK DANA
Syukurnya begitu. Tris... sedikit lebihnya mengingatkan saya dengan Henri.
IBU
Dengan begitu kurasa aku mengerti kenapa Tris cepat akrab denganmu.
PAK DANA
Saya akan berusaha semampu saya, tetapi akan lebih baik tidak banyak berharap. Bahkan saya dan Henri pun sempat--...
Pak Dana terdiam, ragu. Ibu tersenyum kaku, kemudian mengangguk.
IBU
Terima kasih untuk hari ini, Pak Dana.
PAK DANA Tidak masalah.
67 INT. RUMAH KAYU BERMAIN TRIS. SIANG MENJELANG SORE 67 Tris dan Pak Dana menumpuk kartu di lantai, membentuk
piramida kartu. Fragmen memori ayah mengambang di udara, menampilkan adegan Tris dan ayah menumpuk kartu. Monster menunduk di belakang Tris. Pak Dana mengulurkan tangan untuk meletakkan kartu terakhir, monster merebut kartu,
menyerahkannya pada Tris. Pak Dana menghela nafas.
CUT TO:
Pak Dana berdiri di sebelah kanan Tris, Tris duduk di atas kursi, depan meja belajar, wajah keduanya fokus pada buku catatan di atas meja.
68 INT. RUANG TAMU. SIANG MENJELANG SORE 68
Tris dan monster duduk bersebelahan di sofa ruang tamu, Pak Dana berjalan mondar-mandir membacakan buku. Tris kemudian meraih buku catatan untuk menulis.
CUT TO:
69 INT. DAPUR. SIANG MENJELANG SORE 69
Tris bersembunyi di balik meja konter dapur, berjongkok. Pak Dana menoleh ke kanan dan kiri, mencari. Tris menepuk
tangannya. Pak Dana membulatkan mata, tersenyum, berjalan ke arah meja konter. Monster muncul perlahan dari belakang, menarik kaki Pak Dana, Pak Dana terjatuh. Tris berdiri, melihat keadaan, kemudian tertawa.
70 EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH. SIANG MENJELANG SORE 70 Tris duduk ditengah-tengah halaman belakang, melipat kertas
origami. Pak Dana duduk dihadapan Tris, pandangannya beralih pada botol origami bercahaya yang diletakkan di sebelah Tris.
Pak Dana mengulurkan tangan untuk meraih botol. Monster
melompat, mendarat di hadapan Pak Dana, tangannya meraih dan menutupi botol, dan menggertak Pak Dana, marah. Pak Dana mengangkat tangannya meminta monster tenang.
CUT TO:
Tris menunjukkan isi buku catatannya, Pak Dana tersenyum, memberikan Tris satu permen lolipop.
71 EXT. TAMAN BERMAIN PERUMAHAN. SORE 71
Tris duduk di salah satu ayunan, sebelah kanan Pak Dana. Tris menatap langit. Langit tampak berwarna jingga, sedikit
campuran ungu dan biru. Tris menghela nafas. Pak Dana menoleh ke arah Tris.
PAK DANA Rasanya tenang, ya?
TRIS Lumayan.
Keduanya terdiam.
TRIS
Pak, terima kasih sudah mau jadi teman saya.
PAK DANA Tentu saja.
TRIS
Saya pikir selama ini yang mau mengerti saya hanya ayah. Ternyata Bapak lumayan mengerti saya juga.
PAK DANA
Bagaimana dengan ibumu?
TRIS
Ibu... Ibu sibuk. Ayah selalu menemani saya di rumah karena ayah bekerja dari rumah. Saya tidak heran kalau ibu
tidak begitu mengerti.
PAK DANA
Hei, jangan begitu. Ibumu juga berjuang untukmu, tahu?
TRIS ...Bapak tahu apa?
PAK DANA
Baiklah, bapak tidak akan sok tahu.
TRIS
Bapak bukannya kenal ayah? Ceritakan dong.
PAK DANA
Hmmm. Yah, bapak dan ayahmu bertemu ketika SMA, kemudian berteman sampai kuliah. Ayahmu, dulu adalah orang yang pemalu tapi sebenarnya dia penuh ide.
Bapak harus mengangkat tangannya di kelas agar dia mau mempresentasikan idenya.
TRIS
Apa sebenarnya Pak Dana seorang ilustrator juga?
PAK DANA
Eh? Tidak. Kami bersama masuk kelas sastra. Tetapi ayahmu kemudian pindah ke jurusan grafis. Dan itulah kenapa ayahmu bisa membuat ilustrasi-
ilustrasi keren itu di rumah kan.
TRIS
Benar juga. Eh, lalu, kenapa saya baru sekarang bertemu bapak?
PAK DANA
Oh... soal itu. Kami sempat tidak saling tegur.
TRIS
Apa kalian berantem?
PAK DANA
Haha, kurang lebih. Tapi setiap teman akan saling salah paham dan beradu argumen sekali atau dua kali.
TRIS
Tapi, kalian sudah berteman lagi kan sekarang? Bapak datang kan ketika-
Tris berhenti bicara. Tris merasa tersentak dan ragu. Tris turun dari ayunan.
TRIS
Pak, saya mau ke toilet belakang sebentar.
Pak Dana mengangguk. Tris menjauh, setengah berlari. Pak Dana menoleh ke sebelah kanan. Monster duduk di ayunan.
PAK DANA
Apa benar... kau adalah Henri?
Monster menoleh ke arah Pak Dana.
PAK DANA
Apa kamu ingin mempertahankan yang seperti ini? Untuk Tris?
Monster tampak terkejut. Tris berjalan mendekat dari belakang.
TRIS
Pak, ayo pulang. Saya rindu ayah.
Ingin segera kembali ke rumah kayu.
Pak Dana melirik monster, kemudian berdiri.
72 INT. RUMAH SAKIT. SORE 72
Ibu berdiri depan loker, menutup pintu loker, memakai jaket dan merapikan bajunya. Bu Lis berjalan mendekati ibu.
BU LISA
Kamu tampak tenang akhir-akhir ini.
IBU
Ah, bu. Tidak juga. Maksud saya, yah, lumayan. Tris mungkin masih tidak sepenuhnya memaafkan saya, setidaknya dia ada temannya sekarang.
BU LISA
Tetangga seberang rumahmu? Teman Henri kan? Dunia ini memang sempit.