• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi, di masa sekarang memang

Dalam dokumen PNCASILA OK (Halaman 153-157)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN BANGSA

C. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bangsa 1 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan

9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi, di masa sekarang memang

merupakan kebutuhan tersendiri. Bagi kelompok manusia yang menginginkan kemajuan mutlak harus memiliki dua hal tersebut. Kepemilikan iptek untuk memudahkan kehidupan manusia dan mengangkat derajat manusia, oleh karena itu kepemilikan tersebut harus diiringi dengan cara menggunakan yang tepat. Realitas yang didapatkan, kepemilikan terhadap iptek sering disalahgunakan, sehingga justru mendehumanisasikan manusia itu sendiri. Hal ini justru sering dilakukan oleh para ilmuwan dan teknokrat. Padahal apapun hasil dari iptek mestinya dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan.

Dalam kondisi seperti di atas maka diperlukanlah suatu platform yang mampu dijadikan sebagai ruhnya dagi perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa Indonesia, dalam seluruh dimensi hidupnya, termasuk di bidang iptek, tergantung pada kuat tidaknya memegang ruh bangsanya, yaitu Pancasila. Pada persoalan di atas, Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu, sebagai berikut ;

a. Martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek tidak boleh diperalat untuk kepentingan iptek, riset.

b. Prinsip “tidak merugikan”, harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.

c. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan hidupnya.

d. Harus dihindari adanya monopoli iptek.

e. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan, yaitu bahwa iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami “sunnatullah”, dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.

Sejalan dengan itu, jika dipandang dari wacana filsafat ilmu, maka iptek yang diletakkan di atas Pancasila sebagai paradigmanya yang perlu difahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis ( Koento Wibisono, 1:9 ).

Aspek Ontologis, yaitu bahwa hakikat iptek merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran serta kenyataan. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipandang secara utuh sebagai masyarakat, proses, dan produk.

Aspek Epistemologi, yaitu nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai “metode berfikir”, dalam arti sebagai dasar dan arah dalam mengembangkan ilmu, serta sebagai parameter kebenarannya.

Aksiologi, dengan menggunakan epistomologi tersebut kemanfaatan dan efek pengembangan iptek secara negatif tidak bertentangan dengan ideal Pancasila, dan secara posistif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

Sebagaimana dinyatakan oleh Teuku Jacob (2000) bahwa perkembangan IPTEK dewasa ini dan dimasa yang akan datang sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak serta menggapai angkasa luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya. Akibat yang baik adalah mengamankan, menyejahterakan dan menyelamatkan manusia, menambah atau mengurangi jumlah manusia, memperluas cakrawalanya, mengeser umur matinya, serta mengatasi halangan-halangan temporo-spasial. Akibatnya yang buruk adalah mendesak manusia secara temporospasial, mengusangkan kelompok yang kurang mujur, merusak lingkungan kerak bumi dan atmosfer, bahkan membinasakan dirinya, secara individual maupun massal.

Selanjutnya T. Jacob (2000) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.

 Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab sangat penting dalam pengembngan IPTEK. Menyejahterakan manusia haruslah dengan cara-cara yang berperikemanusiaan. Disain, eksperi- men, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan manusia individual maupun umat manusia,yang sekarang maupun yang akan datang. Dalam etika ada prinsip dasar jangan merugikan orang lain dan jangan membisu kalau mengetahui ada hal-hal yang merugikan kemanusiaan. Jangan kita terjerumus mengembangkan IPTEK tanpa jiwa atau tanpa perikemanusiaan.

 Sila Persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK tentang dan untuk seluruh tanah air dan bangsa. Segi segi yang khas Indonesia harus mendapatr prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk kepenting- an seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan bangsa lain. Sila Kerakyatan meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan IPTEK, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing-masing- masing-masing.

 Sila Keadila Sosial memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,

perolehan hasil dan pemikulan risiko, dengan memaximasi kelompok-kelompok minimum.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Besar. 1996. “Perkembangan Ideologi-Ideologi Dunia dan Ketahanan Nasional”, dalam Ichlasul Amal & Armaidy Armawi (ed). Sumbangan Ilmu Sosial terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ahmad Syafi‟i Ma‟arif . 2001. “Agama dan Ketulusan”, dalam Nur Achmad (ed), Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Ali Syari‟ati .1992. Humanisme, Antara Islam dan Mazhab Barat. Bandung : Penerbit Mizan.

Budiono Kusumohamidjojo 2000. Kebinekaan Masyarakat Indonesia : Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Burhanudin Daya. 2004. Agama Dialogis. Yogyakarta : LKIS. .

Driyarkara . 1980. Driyarkara Tentang Pendidikan, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

--- . 2006. Karya Lengkap Driyarkara. A. Sudiardja, dkk (ed). Yoyakarta : Penerbit Kompas, Gramedia & Kanisius.

Eka Darmaputera .1992. Pancasila : Identitas dan Modernitas : Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Gardner, John F.. 1973. “Education is Always Religious”. in Stoff, Sheldon Ptaschevitch Stoff. & Herbert Schwartzerg. The

Human Encounter. New York : Harper & Row, Publishers Ignas Kleden . 1988. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan,

Jakarta : LP3ES.

I Wayan Koyan. 1997. Pendidikan Moral. Jakarta : Ditjen Dikti

Magnis-Suseno, Franz. 1999. Etika Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

---.2006. Berebut Jiwa Bangsa. Jakarta : Penerbit Buku kompas.

Ki Hadjar Dewantoro .1967. Karya Ki Hadjar Dewantoro, Bagian IIA : Kebudayaan. Yogyakarta : Majelis Luhur Persatuan Taman - Siswa.

Masykuri Abdillah .2001.”Pluralisme dan Toleransi”, dalam Nur Achmad (ed), Pluralitas Agama : Kerukunan dan Keragaman, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Moh. Busyro Muqoddas, Salman Luthan & Muh. Miftahudin (ed). 1992. Politik Pembangunan Hukum Nasional, Yogyakarta : Penerbit UII Press.

Dalam dokumen PNCASILA OK (Halaman 153-157)