• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA PANDANGAN TENTANG KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN 1 Christian wolff

Dalam dokumen Bahan filsafat (Halaman 51-57)

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

D. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN 1 Christian wolff

a. Ilmu pengetahuan empiris 1) Kosmologi empiris 2) Psikologi empiris b. Matematika

2) Campuran (mekanik, dll) c. Filsafat

1) Spekulatif /metafisika a) Umum (ontologi)

b) Khusus (psikologi, kosmologi, theologi) 2) Praktis

a) Intelek (logika)

b) Kehendak (ekonomi, etika, politik) c) Pekerjaan fisik (teknologi)

2. Auguste comte

Urutan penggolongan menurut Auguste Comte adalah sebagai berikut: a. Ilmu Pengetahuan (yang positif)

1) Logika (matematika murni)

2) Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, kimia, biologi, sosiologi) b. Filsafat

1) Metafisika

2) Filsafat ilmu pengetahuan 3. Jurgen Habermas

a. Ilmu empiris analitis

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki satu sistem referensi yang sama, yang menentukan arti proposisi-proposisi empiris, peraturan untuk membangun suatu teori dan peraturan tentang pengyujian empiris yang akan dikenakan pada teori yang bersangkutan (nomologis)

2. Ilmu empiris analisis menghasilkan teori-teori yang muncul kemudian dengan bantuan metode deduksi, dan memungkinkannya diturunkannya hipotesa-hipotesa yang lebih banyak kandungan empirisnya

3. Hipotesa-hipotesa ini merupakan proposisi tentang korelasi antar variabel (kovarians) dalam suatu objek yang diamati, yang kemudian dapat pula menghasilkan ramalan (prognose tertentu)

4. Arti tiap prognose terdapat dalam manfaat teknisnya, sebagaimana yang ditentukan oleh aturan-aturan tentang aplikasi suatu teori

5. Kenyataan yang hendak disingkapkan oleh teori-teori empiris analitis adalah kenyataan yang dipengaruhi oleh kepentingan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan tehnis manusia dengan bantuan suatu model (feed back monitoring) suatu tes empiris akan menstranfer balik konfirmasi atau falsifikasi kepada hipotesa.

Pada akhirnya ilmu empiris analisis ini aka menghasilkan informasi-informasi yang akan memperbesar penguasaan tehnis pada manusia.

b. Ilmu ilmu historis hermeneutis

1. Jalan untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti

2. Ujian terhadap salah benarnya pemahaman tersebut dilakukan melalui interpretasi.

Interpretasi yang benar akan meningkatkan intersubjektivitas, sedang interpretasi yang salah akan mendatangkan sanksi contoh senyum basa- basi yang di interpretasikan jatuh cinta 3. Pemahaman hermeneutis selalu merupakan pemahaman berdasarkan pra pengertian. Pemahaman situasi orang lain hanya mungkin tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu, pemahaman berarti menciptakan komunikasi antara kedua situasi tersebut

4. Komunikasi tersebut akan menjadi semakin intensip apabila situasi yang hendak dipahami oleh pihak yang akan memahaminya di aplikasikan kepada dirinya sendiri

intersubjektivitas dalam komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengukuan umum tntang kewajiban yang harus di taati.

Ilmu-ilmu historis hermeneutis akan menghasilkan interpretasi-interpretasi yang

memungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama. c. Sosial kritis

1. Menghasilkan pengetahuan nomologis (law of nature) yang diturunkan dari suatu sistem referensi yang sama

2. Meneliti apakan teori-teori yang ada (khususnya theories of action) benar-benar

menangkap korelasi tetap yang sungguh ada dalam social action, bukan hanya menunjukkan suatu korelasi semu yang paksakan secara idiologis

3. Tujuan yang hendak dicapai adalah mengguncang kembali lapisan kesadaran yang sudah malas (non reflektive) yang menjadi kondisi yang sangat cocok bagi munculnya hubungan- hubungan yang bersifat ketergantungan

4. Tujuan tersebut dicapai melalui self reflection

Ilmu sisial kriris akan menghasilkan analisis yang membebaskan kesadaran manusia dari kungkungan kepercayaan yang didikte oleh ketergantungan kepada kekuasaan ataupun pada struktural.

Ketiga kelompok ini mempunyai hubungan yang erat yang bersifat timbal balik.

Pertama, ilmu empiris analisis mencegah kelompok historis hermeneutis dari subjektivisme yang ditandai oleh interpetasi sewenang-wenang , sebaliknya ilmu historis hermeneutis mencegah kelompok empiris analitis supaya tidak terjebak kedalam determinisme buta Kedua, ilmu sosial kritis mencegah kelompok ilmu empiris analitis dari pengelabuhan kesadaran hukum ilmiyah dan objectivisme, dan memberi perspektif kepada ilmu historis hermeneutis bahwa dunia kesadaran subjective dan dunia sosial adalah dua dunia yang berbeda, sebaliknya ilmu empiris analitis mencegah ilmu sosial kritis dari penciptaan mitos karena sosial analitis yang terlampau politis.

BAB III

KESIMPULAN

1. Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap

2. Sejarah perkembangan ilmu itu sendiri merupakan suatu tahapan yang terjadi secara periodik, dan setiap periodik menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan

3. Sejarah perkembangan ilmu dalam kebudayaan umat manusia ditengarai tidaklah terpusat di satu tempat tertentu, penemua-penemuan empirik yang kelak melahirkan temuan-temuan ilmiyah justru menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India dan Yunani, baru ke daratan Eropa.

4. Periodesasi perkembangan ilmu ada 6, yaitu: a. Periode pra yunani kuno

b. Zaman yunani kuno c. Zaman pertengahan d. Zaman renaissance e. Zaman modern f. Zaman kontemporer

5. Klasifikasi ilmu antar para ahli memiliki definisi yang tidak sama, masing-masing mempunyai rumusan / konsep tentang klasifikasi ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN

Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstential yang artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah yang menjadi penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk masyarakat atau bangsa.

Ilmu pengetahuan pun tidak bisa dilepaskan dari filsafat, sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menarik sekali untuk dikaji, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya fakta yang salah satunya berisi hukum-hukum alam yang diperoleh dari sains juga tidak bisa dianggap memiliki kebenaran kekal. Ada satu hal yang patut dicatat dalam setiap bentangan historisitas bahwa tiap zaman memiliki ciri dan nuansa refleksi yang berbeda, tak terkecuali dalam bentangan sejarah filsafat barat. Lihat saja, misalnya, dalam yunani diletakkan sendi-sendi pertama rasionalitas barat, kemudian zaman patrialistik dan skolastik ditandai oleh usaha yang gigih untuk mencari keselarasan antara iman dan akal, karena iman dihati, dan akal ada di otak. Tidak cukuplah sikap credo quia absurdum “aku percaya justru karena tidak masuk akal”. Dalam zaman modern direfleksikan berbagai hal tentang rasio, manusia dan dunia. Jejak pergumulan itu terdapat dalam aliran-aliran filsafat dewasa ini.

Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih

terbelakang, punya rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah maju.

Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).

Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ketahuan atau pengetahuan.

Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para Dewa. Karenanya para Dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Adanya perkembangan jaman, maka dalam beberapa hal pola pikir tergantung pada Dewa berubah menjadi pola pikir berdasarkan rasio.

Ditinjau secara sejarah, proses kemenangan akal manusia dari kekuatan mistis dimulai sejak dari zaman Yunani Kuno. Setelah periode ini perkembangan ilmu berkembang semakin pesat. Bahkan pada masa sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat dalam dinamika yang semakin cepat lagi karena penemuan yang satu sering menyebabkan penemuan-penemuan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak terpusat pada satu tempat atau wilayah tertentu saja. Selain di Eropa , Dunia Timur juga terbukti memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Banyak penemuan yang terjadi di Dunia Timur yang baru dikembangkan belakangan di Dunia Barat. Oleh karena itu untuk memahami sejarah perkembangan ilmu, perlu dilakukan periodesasi. Periodisasi perkembangan ilmu yang disusun di sini dimulai dari perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakat di wilayah Babilonia, Mesir, Cina dan India. Hal ini sangat penting karena pemikiran dan kebudayaan yang berkembang di wilayah-wilayah tersebut

pada masa itu juga merupakan rangkaian panjang sejarah peradaban umat manusia, yang dengan kemampuan akal pikirannya selau berusaha melangkah maju.

BAB II PEMBAHASAN A. Filsafat

Filsafat merupakan satu istilah yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang kemudian dalam bahasa Arab disebut falsafah, di sini kemungkinan terjadi pengadopsian bahasa yang sedikit berbeda dalam cara membacanya. Filsafat merupakan istilah yang digunakan oleh orang Indonesia. Jika kita perhatikan satu kata ini tidak jauh berbeda dalam penyebutannya dalam berbagai bahasa, sebagaimana yang telah diketahui. Kemudian perlu kita ketahui apa sebenarnya arti filsafat tersebut.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang terbentuk dari dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan sophia yang berarti kearifan, hikmah, kebijaksaan, keputusan atau pengetahuan yang benar, secara dasar arti filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Dari pengertian di atas menghendaki bahwa filsafat merupakan suatu kegiatan yang menuntut untuk melakukan sesuatu dengan kualitas terbaik. Ini merupakan kerja pikiran, sehingga sering sekali berfilsafat diartikan sebagai berpikir mendalam atau radikal untuk menemukan realitas kebenaran sejati dari sesuatu. Sulit ditemukan arti filsafat secara hakiki, namum setidaknya berfilsafat itu merupakan berfikir sistematis dan penuh kehati-hatian untuk membuktikan kebenaran atau hakikat suatu yang dipikirkan.

Menurut Mukhtar filsafat adalah telaah kefilsafatan yang mengandalkan penalaran atau logika dengan mengedepankan berpikir secara radic dan spekulatif. Filsafat tidak melakukan pengujian secara empiris seperti halnya ilmu pengetahuan, tetapi telaah filsafat kebenarannya persis seperti halnya ilmu pengetahuan karena dia memiliki kriteria dan karakter berfikir tertentu.[1]

Kebenaran yang dihasilkan filsafat berbeda dengan yang dihasilkan ilmu pengetahuan. Ini dikarenakan kajian filsafat lebih bersifat unviersal sedangkan ilmu pengetahuan bersifat parsial dan terpisah-pisah sesuai dengan kajiannya masing-masing dalam disiplin ilmu tertentu dengan ketentuan sistematis, logis, dan empiris.

Jika kita renungi, seolah-olah kajian yang kita pelajari adalah tentang hasil pemikiran-pemikiran para filosof sepanjang masa. Tujuan yang diinginkan adalah bagaimana mengatasi permasalahan-permasalahan hidup manusia di dunia ini, karena dalam kehidupan manusia selalu melekat berbagai problematika baik secara individu maupun kelompok. Dari sinilah mulai munculnya aliran-aliran filsafat, dan hal ini juga terjadi dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan karena bersumber dari filsafat.

Dalam dokumen Bahan filsafat (Halaman 51-57)