• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tokoh-tokoh Ilmuwan dan karya-karyanya

Dalam dokumen Bahan filsafat (Halaman 76-81)

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

H. Tokoh-tokoh Ilmuwan dan karya-karyanya

Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan Ilmu. Dalam buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001), disebutkan beberapa tokoh ilmuwan muslim yang berpengaruh bagi sejarah perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:[33]

1) al-Fārābi (870 M - 950 M).[34] Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.

2) al-Khawārizmī (780 M - 850 M). Hasil pemikirannya berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanya, al-Jabar. Selain itu karyanya adalah al-Kitab al-mukhtasar f hisab al-jabr wa’l-muqabala (Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan), Kitab surat al-ard (Pemandangan Bumi). Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman.

3) al-Kindi (801 M - 873 M),[35] bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.

4) al-Ghazali (1058 M - 1111 M) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya-karyanya berupa kitab Al-Munqidh min adh-Dhalal, Al-Iqtishad f al- I’tiqad, Al-Risalah al-Qudsiyyah, Kitab al-Arba’in f Ushul ad-Din, Mizan al-Amal, Ad-Durrah al- Fakhirah f Kasyf Ulum al-Akhirah, Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) merupakan karyanya yang terkenal, Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan), Misykah al-Anwar (The Niche of Lights), Maqasid al-Falasifah, Tahafut al-Falasifah (buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence), Al-Mushtasfa min ‘Ilm al-Ushul, Mi’yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge), al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance), dan Mihakk al-Nazar f al- Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic).

5) Ibnu Sina (980 M -1037 M). Ia dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat. Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Karyanya adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Al- Qanun f At Tibb.

6) Al-Razi (865 M - 925 M) yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia.Di dalam penelitiannya pada waktu itu Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan laboratorium Kimia yang pertama di dunia. orang pertama membuat jahitan pada perut dengan benang dibuat dari serat, dan

orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan campak. Buku karya Al-Razi paling termasyhur berjudul Al-Hawi Fi Ilm Al-Tadawi yang terdiri dari 30 jilid dan dirangkum ke dalam 12 bagian dan Al-Mansuri, berisi tentang pembedahan seluruh tubuh manusia.[36]

Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanafi (699M - 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam Syafi’i (767 M - 820 M) dan Imam Hanbali (780 M - 855 M) yang besar dengan kitab masing-masing. Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi (1179 M - 1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang menggabungkan dokumen- dokumen penelitian yang dibuat 200 tahun sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel astronomi Hakimite. Umar al-Khayyãm, yang dikenal dengan karya kalender Jalali-nya yang sempurna dan dipakai di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai pendiri kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi,geodesi dan antropologi.

Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu mereka. Dari Cina ada salah satu contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M - 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan magnet-jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, perbaikan desain astronomi Gnomon , armillary bola, penglihatan tabung, dan clepsydra , dan menggambarkan penggunaan drydocks untuk memperbaiki perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun teori pembentukan tanah, atau geomorfologi. Ada juga Su Song (1020 M - 1101 M) juga seorang astronom yang menciptakan langit bintang atlas peta, menulis sebuah risalah farmasi dengan subyek terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan telah mendirikan besar astronomiclocktower di Kaifeng pada tahun 1088.

I. Perkembangan Iptek di Timur

Jika kita bandingkan realitas peradaban umat Islam saat ini dengan umat Islam di masa Khilafah Abbasiyah, terlihat perbedaan yang mencolok. Di zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan yang dipegang Barat saat ini. Sedangkan umat Islam saat ini hanya menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang dikembangkan masyarakat Barat. Melihat keterpurukan umat saat ini dan kemajuan umat Islam masa lampau muncul ide membangun kembali “runtuhnya” peradaban Islam yang dikemas dalam bentuk “jihad membangun peradaban”, bukan jihad dengan teror dan kekerasan. Apa yang dimaksud dengan jihad membangun peradaban? Berikut ini perbincangan Tim Reportase Center for Moderate Muslim

(CMM) dengan M. Hilaly Basya, Direktur Eksekutif Center for Moderate Muslim (CMM) beberapa pekan lalu:[37]

Makna peradaban bisa kita pahami dari gambaran peradaban-peradaban yang sudah ada dalam sejarah. Misalnya peradaban Islam dan Barat. Peradaban biasanya selalu dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, jihad membangun peradaban berarti upaya bersungguh-sungguh membangun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesungguhnya makna peradaban lebih luas lagi dari apa yang tadi saya katakan. Seperti persoalan kemanusiaan, kebudayaan, moralitas, dan seterusnya. Apakah peradaban didefinisikan hanya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi? Dalam batas-batas tertentu peradaban selalu dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu pengetahuan dan teknologi akan memengaruhi aspek-aspek lain dari peradaban.[38]

Apa signifikansi jihad membangun peradaban ini? Peradaban Barat yang maju saat ini memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia secara umum. Artinya, seluruh kehidupan manusia tertolong, katakanlah mendapatkan kemudahan akibat peradaban Barat yang maju. Pentingnya membangun peradaban dalam rangka memudahkan kehidupan manusia itu sendiri. Misalnya dalam transportasi. Transportasi saat ini lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan zaman dulu.

Kita melihat bahwa saat ini peradaban Islam tertinggal dari peradaban Barat. Apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini? Tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di Barat dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kalau dihitung dari sekarang, sekitar 300 atau 400 tahun yang lalu Barat mengembangkan teknologi secara tekun. Dari sini kita pahami bahwa kemajuan Barat yang merupakan proses panjang dari ketekunan dan keuletan masyarakat Barat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau dibandingkan dengan masyarakat atau bangsa-bangsa Islam, kita melihat bahwa tradisi pengembangan ilmu pengetahuan sebenarnya telah ada saat Islam baru tumbuh. Sayangnya tradisi pengembangan ilmu pengetahuan ini terputus di tengah-tengah dan barangkali sekarang baru beranjak untuk bangkit kembali.

Jadi, karena tradisi pengembangan ilmu pengetahuan terputus, maka umat Islam saat ini tertinggal. Banyak faktor yang menyebabkan keterputusan tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam, seperti perpecahan internal dan adanya orientasi yang berbeda di kalangan pemimpin Islam. Akibat keterputusan ini, kita tertinggal dari masyarakat Barat dan kita membutuhkan sekitar 100 tahun untuk berpikir kembali membangun ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam. Apakah ide “jihad membangun peradaban” ini merupakan terobosan baru atau

merupakan penyegaran dari ide yang telah ada sebelumnya? Saya kira jihad membangun peradaban ini merupakan penyegaran. Artinya, konsep ini sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam, tetapi karena umat Islam dipengaruhi oleh budaya dan lingkungannya, maka konsep membangun peradaban ini menjadi layu di tengah perjalanan umat Islam dan karena itu perlu kita segarkan kembali.

Ketertinggalan umat Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bisa kita analogikan dengan kebodohan. Sedangkan kebodohan erat kaitannya dengan kemiskinan, dan dua variabel ini, kemiskinan dan kebodohan, saling mempengaruhi.

BAB III KESIMPULAN

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak terpusat pada satu tempat atau wilayah tertentu saja. Selain di Eropa , Dunia Timur juga terbukti memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Banyak penemuan yang terjadi di Dunia Timur yang baru dikembangkan belakangan di Dunia Barat.

Beberapa disiplin ilmu yang sudah berkembang pada masa klasik Islam adalah: ilmu fikih, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu usul fikih, ilmu tasawuf, yang biasa pula disebut sebagai bidang ilmu naqli, ilmu-ilmu yang bertolak dari nas-nas Al-Qur'an dan hadis. Adapun dalam bidang ilmu 'aqli atau ilmu rasional, yang berkembang antara lain ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu sejarah, ilmu astronomi dan falak, ilmu hitung, dan lain-lain.

Seringkali, siswa belajar bahwa metode ilmiah adalah proses linear yang berjalan seperti ini:

 Tanyakan pertanyaan. Pertanyaan ini didasarkan pada satu atau lebih pengamatan atau data dari percobaan sebelumnya.

 Melakukan penelitian latar belakang.

 Buat hipotesis.

 Melakukan eksperimen atau melakukan pengamatan untuk menguji hipotesis.

 Mengumpulkan data.

 Merumuskan kesimpulan.

Proses ini tidak selalu berjalan dalam garis lurus. Seorang ilmuwan mungkin mengajukan pertanyaan, kemudian melakukan penelitian latar belakang dan menemukan bahwa

pertanyaan yang perlu ditanyakan dengan cara yang berbeda, atau pertanyaan yang berbeda harus buat.

Metode ilmiah yang digunakan saat membuat dan menjalankan percobaan. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk memiliki cara yang sistematis untuk menguji ide atau gagasan dan hasilnya dalam proses penyelidikan ilmiah dapat pelaporan. Komponen kunci dari penggunaan metode ilmiah itu adalah memastikan bahwa percobaan harus dapat ditiru oleh siapapun. Jika itu tidak mungkin, maka hasilnya dianggap tidak sah.

Proses mengeksekusi percobaan menggunakan metode ilmiah juga harus dipastikan bahwa data dicatat dan dapat dibagikan pada yang lain sehingga bias pada pihak ilmuwan yang melakukan percobaan dapat dikurangi. Selain itu, komunikasi hasil memungkinkan untuk rekan-rekan yang lain dapat meninjau pekerjaan untuk memastikan bahwa hasilnya adalah tepat dan akurat.

Dalam dokumen Bahan filsafat (Halaman 76-81)