• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KONVERSI AGAMA TERHADAP KASUS GRIGUYUS AGUNG DARI ISLAM KE KATOLIK

C. Pandangan Masyarakat Terhadap Griguyus Agung

Pandangan masyarakat terhadap adanya konversi agama yang dialami oleh Griguyus Agung di Desa Juwet Kecamatan Porong Sidoarjo. Sampai saat ini warga Desa Juwet tidak ada yang mengetahui bahwa Griguyus Agung mengalami konversi agama.Yang mengetahui Griguyus pindah agama hanyalah orang tua dan saudaranya.

Manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan. Masyarakat merupakan wadah bagi para setiap individu dan hubungan sosial terjadi bermacam-macam antara hubungan dan kerja samanya, manusia diciptakan dan dikaruniai sifat rukun dengan sesama manusia.

Pandangan masyarakat terhadap kasus konversi agama lebih menonjol sebagai sistem sosial yang diartikan oleh penganutnya yang dipercayai dan digunakan untuk menggapai keselamatan baik individu maupun untuk masyarakat sekitar. Menurut masyarakat sekitar yang diungkapkan oleh Halim Istighsaroh

115

mengatakan bahwa “itu merupakan menurut keyakinan diri sendiri dan itu sudah menjadi hak mereka untuk pindah agama kita juga tidak bisa melarangnya”.116

Ada hal lain yang diungkapkan oleh Nur Alifah yang mengatakan bahwa

“fenomena yang seperti itu merupakan perbuatan yang kafir”. Berbeda dengan pendapat yang lain, akan tetapi kita juga tidak bisa memaksa kehendak orang lain kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.117

Masyarakat Desa Juwet kecamatan porong sampai saat ini damai-damai saja tidak ada yang mengucilkan ataupun memusuhinya sekalipun. Rata-rata masyarakat Desa Juwet Kecamatan Porong ini melihatnya hanya biasa-biasa saja kalaupun pindah agama atau tidak itu terserah mereka. Seperti yang diutarakan

oleh Suparno “ ya itu memang terserah mereka”.118

Dari pendapat anak dari Griguyus Agung sendiri mengatakan bahwa

“kalau memang ayah saya dulunya pernah melakukan pindah agama itu haknya

sendiri karena setiap orang memiliki hak sendiri-sendiri baik itu pindah agama

ataupun berpendapat”.119

Jadi, anaknya sendiri juga mengakui bahwa adanya kebebasan beragama kita tidak bisa memaksakan kehendak orang lain.

Tetapi menurut Griguyus Agung berbeda dengan masyarakat lainnya menurutnya

sampai saat ini masyarakat terlihat Tabu kadang-kadang orang yang melihat kasus pindah agama itu berdosa masih ada rasa takut apabila

dikucilkan atau dimusuhi” bagi Griguyus Agung itu sebuah tantangan.

Griguyus agung mengatakan bahwa “kalau kamu menyampaikan

kebenaran dan ada terbesit rasa dengki iri dalam hatimu maka dosa orang

116

Halim Istighsaroh, Wawancara, Porong, 18 Juni 2017. 117

Nur Alifah, Wawancara, Porong, 18 Juni 2017. 118

Suparno, Wawancara, Porong, 18 Juni 2017.

119

yang kamu bilang akan dilimpahkan kepada saya yang menyampaikan kebaikan tadi.120

Jadi, orang yang mau menyampaikan jangan ada rasa iri dengki dalam hatimu manusia cenderung jatuh kedalam dosa dari pada dalam pertobatan mengakui salah itu susah.121

Sebagai Firman-Nya:

إ

ةنسح ۡمكۡسسۡ ت

ة ّس ۡمكۡبصت إ ۡمهۡ ست

ْ ربۡصت إ ا ب ْوحرۡفي

ّۡش ۡمهدّۡك ۡمكرضي ال ْوقّت

إ اً

هّلٱ

طّحم وّ ۡعي ا ب

٠٢١

Artinya :

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapijika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudhorotan

kepadamu.Sesunggahnya Allah mengetahui segala apa yang dikerjakan”.122

Pada surat Al-Imran ayat 120 menjelaskan bahwa, Allah telah memberikan jalan keselamatan kepada kaum mukmin orang-orang yang jahat dan tipu muslihat orang-orang yang zalim, yaitu dengan bersabar dan bertawakal kepada Allah Swt maha meliputi musuh-musuh mereka.

Melihat pendapat para warga dengan adanya kasus konversi agama yang terjadi di Desa Juwet Kecamatan Porong ini menyangkut tentang kebebasan beragama dalam menentukan pilahan keyakinan atau mengubah apa yang telah terjadi menjadi keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat

120

Griguyus Agung, Wawancara, 11 Juni 2017. 121

Griguyus Agung, Wawancara. 122

memaksakan akidah dan keyakinannya kepada orang lain atau mengubah akidahnya atas nama apa pun dan dalam keadaan apa pun. Jadi, Griguyus Agung ini termasuk orang yang introfeth (tertutup) dimana dia tidak menceritakan pengalamannya terhadap orang lain bahkan saudaranya sendiri tidak ada yang mengethaui bahwa sampai sekarang ini Griguyus Agung sudah pindah agama.

66

BAB V

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Berdasar kandeskripsi dan analisis skripsi yang berjudul “Konversi Agama Dari Islam keKatolik” dapat diambil kesimpulan bahwa:

Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara tiba-tiba, segala bentuk kehidupan batinnya yang awalnya mempunyai pola hidup sendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya.

1. Kronologi Griguyus Agung pindah agama di sebabkan karena semasa remajanya ia sering mendengarkan nyanyian do’a yang dilantunkan umat Katolik. Pada akhirnya ia merasa ada kenyamanan dan tertarik untuk pindah ke agama Katolik. Karena Griguyus Agung sudah tidak ada kenyamanan lagi di agama sebelumnya. Dan sempat terjadi pro-kontra antara Griguyus Agung dan orang tuanya bahwasanya orang tua dari Griguyus Agung sendiri tidak menyetujui untuk melakukan pindah agama karena menurut orang tuanya itu perbuatan yang tidak baik, hingga pada akhirnya Griguyus melihat Undang-Undang Dasar 1945 pasa 28E ayat 1 yang menyatakan tentang kebebasan beragama. Dari situ Griguyus Agung bersih kukuh untuk pindah agama. William James mengatakan bahwa pengalaman keagamaan bisa terjadi kepada siapa pun dan bisa terjadi dalam keadaan apa pun, Ada perasaan bersalah dalam agama sebelumnya sebagaimana yang dialami oleh Griguyus Agung.

2. Faktor pindah agama yang dialami oleh Griguyus Agung ini adalah pertama, faktor adanya niat dari hati, dimana faktor ini sangat penting keyakinan merupakan sumber utama sebagai suatu keinginan. Dengan adanya niat dari hati yang kuat untuk selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta. Seperti yang dialami oleh Griguyus Agung bahwa semasa remajanya sering mendengarkan nyanyian do’a-do’a misa yang dilakukan oleh umat Katolik. William James mengatakan bahwa ada perasaan dosa dan bersalah pada agama sebelumnya, perjuangan untuk menjauhi perasaan dosa yang menyelimutinya. Faktor kedua, lingkungan faktor ini sangat penting dikehidupan masyarakat. Dilingkungannya banyak orang pintar (dukun) yang mengarahkan ke hal yang negative. Dalam kehidupan masyarakat yang selalu dibatasi oleh norma-norma dan nialai agama yang didukung oleh setiap warganya. William James mengatakan bahwa konversi agama juga menyangkut tentang kejiwaan manusia dan pengaruh lingkungan. Faktor ketiga, bentuk aplikasi, bahwa kehidupan sosialnya berkumpul dengan orang-orang pintar dan pada akhirnya Griguyus Agung tidak mempunyai arah pandang Griguyus Agung merasa kebingungan dengan kehidupan sosialnya yang notabennya orang-orang Katolik. Dengan adanya bentuk aplikasi ini Griguyus Agung telah membentuk keimanannya sendiri hingga sampai menumbuhkan karakter dalam dirinya sendiri.

3. Faktor ketiga, pandangan masyarakat terkait dengan Griguyus Agung adalah samapai saat ini warga Desa Juwet melihat adanya kasus konversi agama sebagai sistem sosial. Samapai saat ini masyarakat Desa Juwet ini melihatnya

biasa-biasa saja tidak ada yang mengucilkan maupun memusuhinya. Akan tetapi Griguyus Agung tidak menceritakan pengalaman keagamaannya terhadap teman atau keluarganya sampai saat ini yang mengetahui Griguyus Agung Sudah pindah agama hanya orang tua dan adiknya sendiri. Jadi, sifat yang dimiliki oleh Griguyus Agung ini adalah sifat introfeth (tertutup) ia tidak menceritakan pengalaman-pengalaman yang dialaminya kepada teman-temannya maupun keluarga yang lainnya, karena menurut Griguyus Agung masalah yang seperti ini tidak perlu di umbar-umbarkan.

Faktor internal menurut William James mengatakan bahwa tipe ini memiliki kerentanan perasaan yang lebih dan dapat menyebabkan konversi agama terdapat empat bagian yaitu: dari segi psikologi, pembawaan, emosi dan kemauan. Sedangkan dari segi faktor eksternal, ada tiga faktor yang mempengaruhi untuk melakukan konversi agama yaitu: keluarga, perubahan status dan dari segi ekonomi.

B. SARAN-SARAN

Setiap orang perlu menjaga keimanan, keyakinan atau kepercayaan yang dianutya.

1. Hendaknya orang yang melakukan konversi agama, dengan agama barunya lebih dimantapkan lagi agar tidak terjadi konversi agama keduakalinya. 2. Hendaknya masyarakat Islam menyadari bahwa betapa pentingnya iman

dalam menjalankan agamanya, karena dengan adanya keyakinan yang kuat akan tercipta kebahagiaan.

3. Semua masyarakat harus selalu menjaga kerukunan dalam lingkungan sekitarnya maupun dalam keluarganya, agar tercipta kehidupan beragama seimbang. Meskipun masih banyak orang yang melakukan konversi agama jangan terlalu mengucilkan atau memusuhinya karena itu sudah menjadi haknya sendiri. Dan diharapkan untuk tidak melanggar aturan norma-norma agama dan bersikap adil terhadap pemeluk agama lain.

4. Kepada ustadz atau tokoh agama yang ada di lingkungan Desa Juwet Kecamatan Porong dalam rangka mengajarkan agama untuk lebih ditingkatkan lagi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan masyarakatnya.

5. Kepada teman-teman ataupun keluarga Griguyus Agung juga diharapkan untuk tidak terlalu membenci terhadap Griguyus, karena dia juga berhak untuk memilih jalan yang terbaik bagi dirinya sendiri.

C. PENUTUP

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini. Penulis menyadari akan banyaknya keterbatasan, sehingga uraian skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang membaca sangat penulis harapkan demi proses menuju kesempurnaan yang lebih lanjut skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a semoga penulisan ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri, lebih dari itu, penulis juga berharap

mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi khasanah keilmuan sebagai refrensi yang bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan dapat dikembangkan lebih luas serta lebih sempurna dari pada sekripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Arikunto, Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Cholid Narbuko dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Darajat, Zakiah Darajat. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental

Jakarta:Gunung Agung, 1982.

Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Daymon Christine dan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang Anggota IKAPI, 2008.

Djami, Abdul. Penglaman Keagamaan Dalam Islam Jakarta: Tiga Serangkai, 2004.

H.Thoules, Robert. Pengantar Psikologi Agama Jakarta: Raja Grafindo,1992.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1986.

Hardjana,Ag. Iman Katolik Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Haryanto, Sindung Haryanto. sosiologi Agama. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2000.

J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Jalaluddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Garafindo,1997.

James William. The Varieties Of Religious Experience; Pengalaman-pengalaman Religious, Yogyakarta: IRCiSod, 2015.

Kahmad Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat . jakarta:

Kung Hans. Mencari Jalan Baru Dialog Antar Agama, terj. Mega Hidayati dkk. Yogyakarta: Mizan, 2004.

Muchtar Ghazali, Adeng. Ilmu Perbandingan Agama. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Puspito, Hendro. Sosiologi Agama Yogyakarta: Rajawali, 1987.

Ahmad,Saiyad Fareed. 5 Tantangan Abadi Terhadap Agama, cet 1, terj. Rudy Harisyah alam Bandung: Mizan 2004.

Sugiharto Bambang dan Agus Rahmat. Wajah Baru Etika dan Agama. Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI, 2000.

Sururin. Pengantar Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Syukur,M. Amin dkk. Teologi Islam Terapan Upaya Antisipasif Terhadap Hedonisme Kehidupan Modern), (Jakarta: Tiga Serangkai, 2004. Wach, Joachim. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Raja Grafindo

Persada 1996. b. Jurnal

Cahyono, Rudi. “Dinamika Emosi dan Pengalaman Spiritual Beragama:

Studi Kualitatif Pengalaman Perubahan Keyakinan Beragama, INSAN, Vol 13 no. 01, April 2011.

Hakiki Titian dan Rudi Cahyono. “Komitmen Beragama Pada Muallaf

(Studi Kasus Pada Muallaf Pada Usia Dewasa), Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol 4 No 1, April 2015.

Komarudin, “Pengalaman Bersua Tuhan: Prespektif William James dan Al-Ghazali”, Walisongo, vol 20 no 2, November 2012.

Syafiq, Muhammad. “Pengalaman Konversi Agama Pada Muallaf Tiong Hoa”, Character, vol 02 no 03, November, 2014.

Pieter, Radjawane. “kebebasan Beragama Sebagai Hak Konstitusi Di Indonesia”. Sasi, vol 21 no 01 Januari-Juni 2014.

Rodin Dede, “Riddah Dan Kebebasan Beragama Dalam Al-Qur’an”,

Saptani Rani Dwi dan Jenny Lukito Setiawan. “Konversi Agama Dalam Kehidupan Perkawinan”, Humaniora, Vol.20 no 03 Oktober, 2008. c. Skripsi

Buchori,Yusuf .Perilaku Konversi Agama pada Masyarakat Kelas menengah di Masjid Al-Falah Surabaya pada Tahun 2015, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Hamim, Muhammad. Konversi Agama dari Hindu ke Islam di Desa Jiu Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto, skripsi Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Pawestri, Mudji Kenanga.“Baptisan Selam dan Baptisan Percik Tinjauan Kritis-Dogmatis Terhadap Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang dan GPdi Magelang Tentang Sakramen Baptisan Kudus” Skripsi, ٓniversitas Kristen Satya Wacana, 2016.