• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada

C. Pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara kepada ibu bersuku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri mengenai kebiasaan pada ibu pasca melahirkan yang meliputi : (a) Upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren

bubur nasi campur sira lada memakan sayuran terbangun dan daun katuk saat makan, (c) Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor yaitu dengan cara memakan tawar atau sembur. Dibawah ini akan dipaparkan lebih jelasnya. a. Upaya menjaga kesehatan tubuh

Berbagai kelompok masyarakat juga memiliki cara-cara maupun kebiasaan mereka saat pasca melahirkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap partisipan, suku Batak Karo mempunyai upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan).

1. Mengolesi kuning las keseluruh tubuh

Mengolesi kuning las keseluruh tubuh berdasarkan hasil wawancara empat orang partisipan yang mengatakan kuning las dapat menghangatkan badan ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan kita terasa ringan, kelua r semua keringa t da ri bada n kita . Terbua t da ri bera s, ja he, banyaklah, setelah mandi kuning las itu diolesi semua keseluruh badan”

(Partisipan 4, L 9 - 17) “Setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan hangat, sehatlah ja dinya . Itu terbua t da ri ja he ba ta k, kemiri, la da , ba wa ng putih, dihaluskan semuanya kemudian dioleskan ke seluruh badan ibu”

26 “Kalau setelah melahirkan sehabis mandi pakai kuning las supaya sehat ba dan ibunya . Lempuya ng, ja he, la da kemiri, semua ba han diha luska n kemudia n dioleskan keseluruh tubuh ibu”

(Partisipan 7, L 9 - 14) “Kalau ibu setelah melahirkan pakai kuning las supaya badan ibu ha nga t, ngga k ba u a mis ibunya . Itu da ri merica , ja he ba ta k, kemiri dihaluskan semuanya terus dioleskanlah keseluruh badan ibunya”

(Partisipan 8, L9-16) 2. Mengolesi parem keseluruh tubuh

Dari hasil wawancara diperoleh tiga orang partisipan mengatakan bahwa mengolesi parem keseluruh tubuh dapat membuat tubuh semakin sehat dan tidak mudah masuk angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Kalau udah melahirkan kita buat parem Parem itu untuk membuat tubuh kita seha t, rempa hnya da ri ba wa ng mera h, ba wa ng putih, kencur semua kita giling, diha luskan trus dikasi a ir da n dioleskan ke seluruh badan”

(Partisipan 1, L9-11) “Pakai parem Itu guna nya supa ya ibu cepa t seha t, badan hangatlah, jadi ga k muda h ma suk a ngin. Pa rem itu oba t lua r, oba t lua r ya ng berupa kuning yang dioleskan ke tubuh ibu”

(Partisipan 2, L 25 - 29) “Setelah melahirkan pakai parem parem itu untuk menghangatkan ba dan. Ba hannya itu da ri ba wa ng putih, lempuya ng diha luskan terus dioleskan ke seluruh badan setelah mandi”

(Partisipan 5, L 9 - 14) 3. Melakukan tup (oukup) sebelum mandi

Dari hasil wawancara diperoleh enam orang partisipan mengatakan bahwa melakukan tup (oukup) sebelum mandi dapat membuat tubuh menjadi kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

“Air mandinya di oukupkan, bahannya ada dari serai, ada juga dari da un jeruk purut, dima sa k dulu a irnya sa mpa i mendidih terus sebelum ma ndi dioukupka n dulu pa da ibunya . Ibunya dudukla h dia tas kursi terus dia nta ra kedua ka ki ibu dileta kka n a ir ya ng sudah dima sa k ta di, trus ba dan kita di tutup denga n ka in a tau selimut sa mbil penutup a ir itu dibuka perlaha n-laha n, setela h tubuh kita berkeringa t ba ru bisa dibuka penutup ba dan. Kemudia n ma ndi dan setelah mandi ba da nnya di paremkan lagi”

(Partisipan 2, L 43 - 50) “Kalau udah 3 atau 4 hari gitu ertup (oukup) katanya orang karo. Dia mbilla h da un lengkua s, da un kunyit, da un jeruk purut, daun sera i, da un a sa m cika la gak ta u a ku apa baha sa indonesianya itu dek. Kemudia n direbus la itu semua dengan a ir sa mpa i mendidih. Setela h mendidih a irnya itu dileta kka n dia nta ra kedua ka ki ibu terus ba da n ibu ditutupi denga n selimut, supaya keringa tnya kelua r setela h keringa t kelua r selimutnya dibuka , itu juga guna nya supaya ibunya ngga k pening -pening”

28 “Iya dek pake ertup Hmmm...ertup itu air sama daun serai direbus sa mpa i mendidih terus a irnya itu dileta kka n dia ntara kedua kaki, kemudia n ba da n kita ditutup dengan selimut supa ya ua p a ir yang ta di meresa p ketubuh ibunya Supa ya ba dannya keringa ta n ja di kotora n -kotoran yang ada dalam tubuh keluar semua gak masuk angin juga”

(Partisipan 5, L 32 - 39)

“Ada juga ertub, ertub itu air direbus sama daun jeruk purut, da un sera i juga bisa , terus dima sa k sa mpa i mendidih kemudia n di tubka n (ua pka n) ke ba da n ibu denga n ca ra meleta kka n a ir mendidih tadi di a nta ra ka ki ibu, kemudia n ba da nnya ditutup denga n selimut a tau ka in supa ya ua p a irnya itu meresap ke bada n ibu sa mpa i keringa tan ba ru selimutnya dibuka . Ja di a irnya suda h disia pkan sebelum mandi Supaya ba da n ringan, jadi enaklah”

(Partisipan 6, L 15 - 24) “Ada juga ertub supaya badan ibu sehat, ringan jadi segarlah. Pakai da un jeruk purut, da un sera i, a ta u da un sirih pun bisa , da un ini direbus denga n a ir sa mpa i mendidih setela h a irnya mendidih, a ir itu di leta kka n dia nta ra kedua ka ki ibu, trus ba da nnya ditutup denga n selimut sa mbil penutup periuknya dibuka sikit-sikit supa ya uap a irnya kena k ke ba da n ibu ja di disera p

(Partisipan 7, L 37 - 46) “Kebiasaan lainnya ertup, itu dari daun jeruk purut atau daun serai pun bisa direbus dengan a ir sa mpa i mendidih. Setela h a ir rebusa nnya

mendidihka n a ir itu dileta kkan dia nta ra kedua kaki ibunya , terus ba da n ibu ditutup denga n selimut supa ya ua p a irnya itu meresa p ke tubuh ibu sa mbil penutup a ir itu dibuka sikit-sikit sa mpa i semua ua pnya ha bis sua pay ba da nnya ngga k bengkak, nggak tera sa bera t, ja di ringa nla h pera sannya dek. Ka rena ka n ka la u setelah mela hirkan ba da n kita bera t gitu, jadi setelah pakai gitu jadi ringanlah badan kita itu.”

(Partisipan 8, L 41- 53)

4. Melakukan tup mata dengan bubur nasi

Dari hasil wawancara diperoleh dua orang partisipan mengatakan bahwa melakukan tup mata dengan bubur nasi bermanfaat agar wajah tidak bengkak dan penglihatan tidak kabur. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

Kemudia n buburnya dibua t keda la m piring. Sebelum ma kan, bubur itu di tupkan dulu sa ma ibunya supa ya keringa tan ibunya . Kegunaa nnya supa ya wa ja h ibunya tida k bengka k dan pengliha ta nnya tida k ka bur, ka rena ka dangka n setela h mela hirka n ma u bengka k wa ja hnya .

(Partisipan 2, L 14 - 22) Terus na si buburnya itu juga bisa ditup ka n sa ma ibunya , ca ra nya sa ma juga ka ya k ta di, ba da n ibunya ditutup terus buburnya dia du k- a duk sa mpa i a ga k ha nga t kemudia n penutupnya dibuka terus buburnya dima ka n. Kegunaa nnya supa ya wa ja h ibu ngga k bengka k, pengliha ta n ibu pun sega r ngga k ka bur.

30

5. Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan)

Dari hasil wawancara diperoleh tiga orang partisipan mengatakan bahwa Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) dapat memberi rasa dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

Ta pi kuning la s da n tup ini ngga k bisa dilakukan ibu ya ng ada singga rennya (pembengka ka n) ka rena inikan pa na s, ja di ka lau dipa ke na nti bisa ja di ma kin dema m ibunya , ta pi ka la u ngga k ada bisa pa ke kuning las dan tup itu. Pa ke ta wa r menta r la h ka la u ada singga rnya Tepung, ba wa ng mera h, ingil-ingil (sejenis tumbuha n pa ku ya ng dingin), ba nya kla h ba ha n-ba hannya , ja di ka la u ada singgarnya pake ta wa r ini nggak ka mbuh na nti singga rnya ka rna dingin. Setela h ma ndi diolesi keseluruh tubuh ibunya

(Partisipan 6, L 28 – 39) Ta pi ka la u ibu ya ng punya sa kit singga r(pembengka ka n) ngga k boleh pa ka i kuning la s Ka rena ka n ka la u sa kit singga r ba da n kita dema m ja di ka la u kita ka si pa ka i kuning la s ma kin dema m na nti ibunya , kuning la s itu ka n bua t hanga t Pa ka i ta wa r menta r a ja ka la u a da sin gga rnya Tepung bera s, kencur, ba wa ng mera h, diha luska n kemudia n dioleska n keseluruh tubuh ibunya setela h mandi

(Partisipan 7, L 16 – 25) Ka la u ibu ya ng sa kit singga r ngga k boleh pa ka i kuning la s, ka rena nanti ja di ma kin sa kit ibunya . Pa ka i ta wa r menta r a ja diolesi keseluruh tubuh ibu, ta wa r ini ka pa n a ja pun bisa dipa ke, setela h mandi juga bisa

(Partisipan 8, L 22 – 29) b. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI)

Dari hasil wawancara diperoleh kedelapan partisipan berpandapat makan bubur nasi campur sira lada dan memakan sayuran terbangun dan daun katuk saat makan dapat memperlancar ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

1. Makan bubur nasi campur sira lada

Dari hasil wawancara diperoleh kedelapan partisipan mengatakan bahwa makan bubur nasi dicampur sira lada dapat memperlancar ASI ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Supaya air susu lancar kita dikasi bubur nasi, dakdak katanya suku karo, sira la da itu dika si la da (merica ) da n ga ra m, sebelumnya kita gongseng la da (merica ) da n ga ra mnya sa mpa i ma ta ng kemudia n kita tumbuk sampai halus dan kita campur kedalam bubur itu”

(Partisipan 1, L 26 - 34) “Kebiasaan suku batak karo setelah melahirkan dikasi makan bubur, buburnya itu dika si sa nta n kelapa , dika si merica giling, itu dica mpur ke buburnya, itu gunanya untuk memperlancar ASI”

(Partisipan 2, L 9 - 10) “Kalau orang karo dikasi makan dakdak. Dakdak itu beras dimasak sa mpa i ka ya k bubur terus dika si sira la da . Itu dika si ga ra m dan merica dica mpurka n ke bubur ibunya supaya ASI ibu lancar”

(Partisipan 3, L 16 - 22) “Makan bubur dicampur lada dan garam supaya air susu cepat lancar dan banyak”

32

(Partisipan 4, L 29 - 31) “Terus ibunya juga dikasih makan bubur dicampur merica, garam sama sa nta n kelapa supa ya ASI nya la nca r, ba nya k, hanga t terus ja di a naknya ga masuk angin minumnya”

(Partisipan 5, L 21 - 25) “Terus makan bubur nasi dicampur garam dan merica biar lancar ASI nya”

(Partisipan 6, L 41-42) “Makan bubur nasi Beras yang di masak jadi bubur kemudian dicampur denga n lada (merica ) dan gara m supaya air susu ibu lancar, banyak keluarnya”

(Partisipan 7, L 27 - 32) “Makan nasi bubur Buburnya dikasi santan, garam dan merica Supaya a si ibu ha nga t untuk a na knya dan la nca r a sinya , kental. Makanya tadi dika si santa n da n merica itu supa ya ASI ibunya tetap ha nga t, ngga k ma suk a ngin. Ka n ka da ng a danya ba yi muntah ka la u menyusu itu ka rna ASI ibunya masuk angin”

(Partisipan 8, L 31 - 38) 2. Memakan sayuran terbangun (bangun-bangun) dan daun katuk

Dari hasil wawancara diperoleh dua orang partisipan yang memakan sayur terbangun dan katuk untuk memperlancar ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

“Sayurnya dibuat terbangun supaya air susu cepat lancar dan banyak” (Partisipan 4, L 29 - 31) “Daun nasi-na si itu ja di sayurnya dibuat biar lancar ASI nya”

(Partisipan 6, L 41 - 42) c. Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor

Dari hasil wawancara diperoleh enam orang partisipan mengatakan bahwa memakan tawar atau sembur untuk memperlancar keluarnya darah kotor. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagia berikut :

1. Memakan tawar atau sembur

“Ada, makan tawar dek. Tawar itu bukan sejenis sembur tapi itu terbuat dari a sa m cika la ditumbuk ha lus ta pi ka la u rempah-rempa h la innya a ku lupa dek. Itu ka da ng bisa dica mpur dengan teh ma nis, bisa juga dima kan gitu a ja sikit, supa ya cepa t bersih da ra h kotornya”

(Partisipan 1, L 59 - 64) “Jamu itu kalau orang karo tawar namanya. Itulah tawar tadi di campur ke teh ma nis a ta u dima ka n gitu a ja pun bisa nya supa ya cepa t bersih da ra h kotornya”

(Partisipan 2, L 87 - 90)

“Makan sembur. Sembur sakituda namanya. Da ri ja he ba ta k, ba wa ng putih, burle, dibua t la da (merica ) diha luska n, dijemur, ka la u mau ma ka n di a mbil sedikit, itulah dimakan biar lancar darah kotornya”

(Partisipan 3, L 65 - 69) “Makan tawar dicampur dengan teh manispun bisa supaya cepat bersih nanti da ra h kotornya . Ba ha nnya da ri la da , ja he, rempa h-rempah, kurang tau pula k aku semuanya”

34

(Partisipan 4, L 35 - 38)

“Makan tawar supaya cepat bersih darah kotornya. Kami beli dek tawarnya, kura ng ta u a ku baha nnya , ka lau sa a t ma ka n bisa dica mpurka n ke buburnya atau kedalam sayurnya”

(Partisipan 6, L 46 - 50)

“Aaaa makan tawar pun bisa supaya lancar darah kotornya keluar”

(Partisipan 8, L 40)

Dokumen terkait