• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Sejak hamil sampai sesudah melahirkan, seorang wanita perlu melakukan langkah-langkah perawatan agar pada saat hamil maupun setelah melahirkan berada dalam kondisi yang sehat (Muskibin, I. 2005). Perawatan pasca salin sangat penting dilakukan demi terjaminnya kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Walaupun persalinan berlangsung di pusat pelayanan kesehatan, RS atau klinik bersalin tidak jarang sekembalinya ke rumah, para wanita yang baru melahirkan itu menjalani perawatan secara tradisional sesuai dengan identitas kebudayaan masing-masing. Hal ini juga ditemukan pada suku Batak Karo yang masih mempertahankan tradisi leluhurnya walaupun sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kultur berbeda, tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Batak Karo masih melakukan perawatan setelah melahirkan sesuai dengan tradisi mereka. Mereka masih memegang erat tradisi leluhurnya tentang kebiasaan dalam perawatan pasca melahirkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya suku Batak Karo pada masa nifas yang menyatakan kebiasaan yang dilakukan berhubungan dengan kesehatan dimasa tua nanti.

1. Upaya menjaga kesehatan tubuh

Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang berada dalam kondisi panas. Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan sang ibu dianggap memerlukan pemanasan (Swasono, 1997 dalam Sitorus, R.F. 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, empat ibu yang melakukan kebiasaan pasca melahirkan sesuai dengan kepercayaan tradisi suku Batak Karo yaitu dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan kuat. Kuning adalah salah satu obat tradisional Karo yang dilakukan dalam penyembuhan penyakit dan perawatan kesehatan (Bangun, R. 2009).

Sistem medis naturalistik mengakui adanya suatu keseimbangan. Kesehatan ada karena unsur-unsur yang tepat dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Apabila keseimbangan terganggu maka timbullah penyakit. Penyakit naturalistik inilah yang akan disembuhkan melalui cara-cara modern maupun tradisional. Pada umumnya dilakukan dengan pengobatan tradisional karena menggunakan ramuan secara alami. Demikian halnya dengan obat-obatan tradisional Karo seperti kuning (Bangun, R. 2009).

36

Sesuai dengan pernyataan berikut : Pada masyarakat Karo dikenal berbagai jenis kuning dan salah satunya adalah kuning melas. Obat ini memiliki sifat melas atau panas karena terbuat dari bahan dasar seperti jahe, merica, kencur, bawang merah dan bawang putih. Adapun kegunaan dari kuning melas biasanya digunakan untuk menghangatkan sekaligus mengembalikan kesegaran tubuh (Karo Herbal, 2014).

Kebiasaan-kebiasaan yang sering juga dilakukan ibu-ibu suku Batak Karo yaitu mengolesi parem ke seluruh tubuh ibu. Parem tersebut tidak jauh beda dengan kuning las yang memiliki kegunaan yang sama untuk meningkatkan kesehatan tubuh ibu serta memberi kehangatan pada ibu. Bahan untuk pembuatan parem berasal dari ramuan-ramuan yang terdiri dari jahe, kencur dan tepung beras, kemudian semuanya dihaluskan kemudian dijemur. Sebelum menggunakan atau mengolesi ke tubuh terlebih dahulu parem dibasahi dengan air.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tiga orang ibu suku Batak Karo yang mengatakan parem dapat membuat tubuh semakin sehat dan tidak mudah masuk angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : kandungan kencur yang merupakan tumbuhan Zingiberaceae digolongkan sebagi tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat, merupakan tanaman kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air, banyak dikenal sebagai tanaman yang berguna untuk mencegah masuk angin (Mursito, 2001 dalam Juliana, 2010).

Selain itu ibu suku Batak Karo juga menggunakan tup (oukup) sebelum mandi. Ibu suku Batak Karo mengatakan melakukan tup (oukup) dapat

membuat tubuh kita semakin kuat dan sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : Oukup adalah sauna tradisional suku Karo yang memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai ramuannya untuk kesehatan pasca melahirkan. Dahulu oukup dilakukan dengan memasak air yang telah dicampur dengan beragam rempah hingga mendidih dalam sebuah kuali besar. Uap yang muncul dari proses itu akan diserap oleh tubuh. Biasanya hal ini dilakukan wanita karo yang baru melahirkan agar sehat dan segar kembali (Daeli, Walifour. G, 2011).

Mandi uap air rebusan ramuan setiap hari merupakan perawatan pasca persalinan yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi panas tubuh ibu (Syafruddin, 2009).

Terapi uap berfungsi memperlancar aliran darah. Hal ini akan sekaligus memperlancar suplai nutrisi ke seluruh tubuh. Selama proses mandi uap, aliran darah ke kulit meningkat dari 5-10% menjadi 50-70%. Peningkatan aliran darah ini sekaligus membawa nutrisi penting ke kulit dan jaringan, menstimulasi aktivitas seluluer dan pertumbuhan sel-sel. Selain itu, kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam ramuan oukup mampu membuat kulit menjadi bersih, merangsang sirkulasi darah, serta membantu mengeluarkan bahan bersifat racun dari sel dan jaringan (Sutawijaya, 2010 dalam Daeli, Walifour. G, 2011).

Selama melakukan oukup seseorang akan merasa haus, lapar, dan pengeluaran keringat hingga kira-kira dua kali lipat, peningkatan volume plasma dan menurunnya kehilangan garam dalam keringat dan urin hampir tidak ada yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan apabila asupan cairan tidak dapat mengimbangi pengeluarannya mengakibatkan

38

terjadinya dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan hilangnya elektrolit dari tubuh, terutama natrium dan kalium. Jika terjadi kekurangan elektrolit, air tidak dapat berpindah dari cadangannya di dalam sel ke dalam darah. Sehingga jumlah air dalam aliran darah berkurang. Tekanan darah dapat menurun, yang menyebabkan perasaan melayang atau seakan-akan hendak pingsan, terutama jika sedang berdiri. Jika kehilangan air dan elektrolit terus berlanjut, tekanan darah bisa turun sangat rendah, menyebabkan syok dan kerusakan yang berat pada berbagai organ dalam, seperti ginjal dan otak.

Saat melakukan oukup resiko terkena dehidrasi sangat besar, maka sebelum dan sesudah melakukan oukup seorang pengguna harus memaksimalkan cairan tubuhnya dengan minum air secukupnya.

Upaya menjaga kesehatan lainnya yaitu dengan melakukan tup mata dengan bubur nasi, kebiasaan ini dilakukan ibu pasca melahirkan karena memiliki manfaat agar penglihatan ibu tetap segar dan tidak kabur. Hal tersebut tidak benar karena penyebab mata rabun adalah faktor usia dan lensa mata tidak dapat memipih sehingga tidak dapat melihat jauh dengan jelas (Fortuna, 2007).

Mengolesi tawar mentar ke tubuh ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) juga merupakan kebiasaan suku Batak Karo pada ibu pasca melahirkan. Dimana ibu yang mengalami singgaren (pembengkakan) merasa demam atau badannya hangat sehingga perlu ramuan yang dingin untuk menetralkan keadaan tubuh ibu.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bangun, R. 2009 yaitu cara menggunakan tawar mentar (kuning dingin) terlebih dahulu kuning dilarutkan dengan air dingin, lalu dioleskan ke bagian tubuh yang sakit. Kuning ini

bermanfaat untuk mengobati patah tulang, terkilir, bagian tubuh yang tiba -tiba saja bengkak dan sakit dengan sendirinya, dan melancarkan peredaran darah. Kuning ini bisa digunakan pada saat kapan saja bilamana bagian tubuh terasa sakit dan membutuhkan pengobatan.

2. Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) Dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk memperlancar dan

memperbanyak air susu ibu dalam perawatan pasca melahirkan ibu suku Batak Karo mengkonsumsi bubur nasi campur sira lada. Sira (garam) lada (merica) yang biasanya dicampur dengan bubur bertujuan untuk memperbanyak ASI ibu. Bubur nasi ini dikonsumsi ibu pasca melahirkan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari (2004) pada masyarakat Karo yang dianjurkan mengkonsumsi bubur sira lada hitam, daun katuk dan jantung pisang untuk memperkental dan memperlancar ASI.

Selain itu masyarakat Karo memiliki kebiasaan mengkonsumsi daun terbangun (bangun-bangun) karena menurut mereka daun ini sangat membantu ibu dalam menyusui bayinya.

Khasiat bangun-bangun bagi ibu pasca persalinan telah dibuktikan beberapa penelitian. Penelitian Damanik tentang “manfaat tradisi dan kepercayaan wanita Simalungun yang sedang menyusui dalam mengkonsumsi daun torbangun (bangun-bangun)”, menunjukkan mengkonsumsi daun torbangun selam satu bulan setelah melahirkan terbukti dapat meningkatkan prouksi ASI, menyegarkan kondisi fisik dan dapat merangsang nafsu makan (Omtatok dalam Juliana, 2010).

Hasil penelitian Panjaitan, H. 2010 mengatakan bahwa salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah daun bangun-bangun

40

yang merupakan satu tanaman yang secara turun-temurun digunakan masyarakat Sumatera Utara sebagai menu sayuran sehari-hari bagi ibu-ibu yang baru melahirkan untuk memperlancar ASI

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat, tidak cukup hanya mengkonsumsi bubur sira lada dan bangun-bangun.

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terdapat pada kedua mamma antara lain : 1) proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak, 2) pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadng-kadang dapat dikeluarkan, cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum), 3) hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas, 4) setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain Lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpenuhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar berisi air susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum (Manurung Y, D 2010 dalam Rachimhadhi, dkk, 2002).

3. Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor

Untuk mempercepat pengeluarkan darah kotor, dalam perawatan pasca melahirkan ibu suku Batak Karo memiliki kebiasaan yaitu dengan cara

memakan tawar atau sembur yang terdiri dari jahe batak (bahing), bawang putih, burle, lada, semuanya dihaluskan kemudian dijemur. Setiap ibu makan tawar ini akan dicarpur sedikit dengan bubur atau bisa dicampur dengan teh manis atau air putih.

Lama masa nifas bisa berbeda-beda pada setiap ibu. Darah akan cepat berhenti apabila jumlah yang keluar memang sedikit tetapi optimal, atau keluar sekaligus banyak dan berhenti sebelum 40 hari.

Cara penggunaan tawar mbentar sendiri dapat dilakukan dengan dua cara berbeda, yaitu cara pertama mencampurkan tawar mbentar dengan air putih, kemudian dioleskan pada bagian kulit yang terasa gatal. Cara penggunaan kedua tawar mbentar dapat langsung dimakan dan hal ini ditujukan untuk mengobati berbagai penyakit dalam, seperti penyakit lambung dan lain sebagainya (Herbal Karo, 2014).

E.Keterbatasan Peneliti

Dalam penelitian kualitatif fenomenologi, dimana peneliti merupakan sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu untuk dapat menjadi instrumen penelitian, maka peneliti harus memiliki kemampuan untuk melakukan wawancara mendalam. Pada penelitian ini, peneliti tidak memiliki banyak pengalaman dalam melakukan wawancara sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil penelitian ini karena dengan kemampuan wawancara yang sangat minim maka ada beberapa hal yang seharusnya dapat diketahui lebih banyak dari partisipan tidak tergali oleh peneliti sehingga hasil penelitian ini mungkin belum mencapai seluruh aspek yang diinginkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari kedelapan partisipan mengenai pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan yaitu : 1) Upaya menjaga kesehatan tubuh dengan cara mengolesi kuning las keseluruh tubuh, mengolesi parem keseluruh tubuh, melakukan tup (oukup) sebelum mandi, melakukan tup mata dengan bubur nasi, mengolesi tawar mentar pada ibu yang singgaren (pembengkakan), 2) Upaya pengeluaran air susu ibu (ASI) antara lain: makan bubur nasi campur sira lada, memakan sayuran terbangun dan daun katuk, 3) Upaya untuk mempercepat keluar darah kotor yaitu dengan cara memakan tawar atau sembur.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa suku Batak Karo memiliki ciri khas tersendiri dan masih dilakukan sampai sekarang. Walaupun kadang yang mereka lakukan ataupun fikirkan tidak selalu benar namun hal tersebut sudah menjadi keyakinan dalam kepribadian mereka khususnya wanita dalam masa nifas.

B.Saran

1. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Institusi Pendidikan Kebidanan untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya Batak Karo.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pelayanan kesehatan tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan dan menambah wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca melahirkan tanpa meninggalkan budaya yang telah ada, tetapi perlu memperhatikan dari aspek kesehatan.

3. Penelitian Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian selanjutnya tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan menurut budaya, khususnya budaya Batak Karo.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta . Mitra Cendikia Offset

Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama Bangun, R. (2009). Kuning Pada Masyarakat Karo. Medan: Universitas Sumatera

Utara

Daeli, Walifour. G. (2011). Pengalaman Penggunaan Terapi Tradisional Oukup : Studi Fenomenologi (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara Fortuna. (2009). Write Comment Optik da n Ga ngguan Pa da Ma ta.

http://optikfortuna.com?p=304 diakses tanggal 13 juni 2015 jam 10.00 Ginting Leo Joosten. (2014). Mengenal Lebih Dekat Budaya Karo. Medan : Bina

Media Perintis

Herbal Karo. (2014). http://karoherbal.blogspot.com/2014/01/mengenal-tawar-mbentar-obat-tradisional.html diakses tanggal 03 mei 2015 jam 12.13 Juliana. (2010). Pera watan Postpartum Menurut Perspektif Budaya Aceh. Medan :

Universitas Sumatera Utara

Khairunnisa. (2011). Persfektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan. Medan : Universitas Sumatera Utara

Manurung, Y,D. (2010). Pera watan Postpartum Menurut Persfektif Budaya Jawa . Medan : Universitas Sumatera Utara

Martalina, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muskibin, I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Jakarta : Mitra Pustaka

Nasional Sindonews. (2013). https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=data+sdki Panjaitan, H. (2010). Uji Daya Antibakteri dan Antioksidan dari Ekstrak Etanol

Da un Ba ngun-ba ngun. Medan : Universitas Sumatera Utara Polit, F. (2009). Nursing Research Principles and Methods, 7th edition

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika Sari, N. (2004). Pera watan Post Partum Menurut Perspektif Budaya Karo. Medan:

Universitas Sumetera Utara

Sitorus, R. F. (2011). Perawatan Pasca Salin Menurut Persepsi Budaya Batak Toba . Medan : Universitas Sumatera Utara

Soeparman. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta

Suherni, Hesty.W, Anita.R. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media

tentang+angka+kematian+ibu diakses tanggal 22 januari jam 18:30 Varney. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pada Ibu Pasca

Melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2015

Oleh :

Febriyana Siringo-ringo

Saya adalah mahasiswa Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan suku Batak Karo tentang kebiasaan pada ibu pasca melahirkan di Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi tahun 2015. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya juga memohon kesediaan ibu dalam melakukan wawancara tentang kebiasaan suku Batak Karo pada ibu pasca melahirkan. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Jika ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan menandatangani kolom dibawah ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus di jawab

2. Berikan tanda checklist () pada kotak yang telah disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu. 1. Usia : ... tahun 2. Agama : ( ) Islam ( ) Katholik ( ) Kristen Protestan ( ) Budha ( ) Hindu 3. Tingkat pendidikan : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMU ( ) Diploma ( ) Sarjana 4. Pekerjaan Ibu : ( ) IRT

( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) PNS

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana kebiasaan suku batak karo pada ibu pasca melahirkan?

2. Mengapa ibu melakukan kebiasaan tersebut?

3. Manfaat apa yang ibu rasakan setelah melakukan kebiasaan tersebut? 4. Apa saja pantangan yang tidak boleh dilakukan setelah melahirkan ?

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Febriyana Siringo-ringo

Tempat/ Tanggal Lahir : Sukandebi, 14 Februari 1994

Agama : Katholik

Alamat : Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

Anak Ke : 1 (satu) dari 4 (empat) bersaudara DATA ORANG TUA

Nama Ayah : M. Siringo-ringo

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : L. Simanjuntak

Pekerjaan : PNS

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 030316 Sukandebi Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Tigalingga Tahun 2008 – 2011 : SMA St. Petrus Sidikalang Tahun 2011 – 2014 : STIKes Medistra Lubuk Pakam

Dokumen terkait