• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN SYEKH MUHAMMAD MUHAJIRIN TENTANG HADIS Dalam bab ini, penulis tidak bermaksud memaparkan pemikiran

mendasar/orisinil dari Kyai Muhadjirin tentang hadis. Akan tetapi bab ini hanya sebagai pengantar dan gambaran untuk melihat dan memahami karya-karya yang ditulis Kyai Muhadjirin. Dalam pembacaan penulis terhadap karya-karyanya17, penulis tidak menemukan hal-hal baru/pemikiran baru dari Kyai Muhadjirin tentang hadis dan ilmu hadis. Akan tetapi, sebagai seorang ulama ahli hadis Kyai Muhadjirin memiliki pandangan tersendiri tentang hadis dalam artian beliau tidak menerima hadis apa adanya sebagai sandaran hukum setelah al-Qur’an. Namun beliau teliti lebih dahulu, membandingkan dengan hadis lain dan pendapat-pendapat ulama lain kemudian beliau mengambil kesimpulan hukumnya dari penalaran beliau tersebut. Dengan demikian, Kyai Muhadjirin memposisikan hadis dengan begitu penting dan hati-hati dengan memperhatikan kualitas hadis tersebut baik dari segi sanad maupun matan.

Tidak berbeda dengan ulama lain, Kyai Muhadjirin membagi penjelasan hadis dengan dua bagian, yaitu hadis dan ilmu hadis.

D. Pengertian Hadis dan Ilmu Hadis

Kyai Muhadjirin mengutip penjelasan dari ulama terdahulu dalam mendefinisikan perngertian hadis18. Menurut Kyai Muhadjirin hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. baik perbuatan, ucapan

17

Karya-karya yang penulis baca adalah : Misbâh al-Zalâm Syrah Bulûgh al-Marâm min Adillatil Ahkâm juz 1 , Al-Qaul Hatsîts fii Mustalah Hadits, Ta’liqat ‘Ala Matn al-Baiquni dan Al-Istidzkâr. Pendapat penulis ini, terbuka untuk dikoreksi.

18

Lihat M. Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadits : Pokok-Pokok Ilmu Hadis, terjemahan oleh H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Hal. 7

xxxiii

atau taqrir beliau19. Sedangkan ilmu hadis20 adalah ilmu mustalah al-hadis dan ilmu usul al-hadis, terbagi dua bagian diroyah dan riwayah. Pengertiannya adalah :

ﺔ ارد

:

ﺎﻬ ﺮ اﻮ ﺔ ارﺪ ﺎ

أ

ﺔ آو او ﺪ ا لاﻮ

ﻷاو ا

اد

ء

لﺎ ﺮ ا تﺎ و

ﺔ اور

:

ﻮ و ﷲا ﻰ ا ﻰ ا أ ﺎ ﻰ ا

ﻚ ذ ﺔ اور ﻰ اﺮ ﺮ وأ وأ

ﺎ ا ﺮ ﺮ و و

1) Dirayah, yaitu ilmu yang digunakan untuk mengetahui keadaan-kaadaan sanad dan matan dan tata cara mengambil hadis dan menyampaikannya dan periwayat-periwayatnya.

2) Riwayat, yaitu ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw baik ucapan, perbuatan atau taqrirnya dari segi periwayatan, penukilan dan pengucapan lafadz hadisnya.

Tidak jauh berbeda dengan para muhaditsin, dalam pandangan Kyai Muhadjirin hadis dan ilmu hadis merupakan ilmu yang harus mendapatkan perhatian lebih agar umat Islam tidak hanya menjadi muqallid, tetapi benar-benar mengetahui dalil-dalil dalam beribadah dan bermu’amalah. Oleh karena itu semestinya umat Islam mempelajari hadis dengan mengkaji berbagai pandangan ulama untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan berpikiran terbuka terhadap perbedaan yang ada. Disamping itu juga perlu mempelajari ilmu hadis sebagai dasar dalam menyikapi kualitas hadis.

E. Urgensi Mempelajarinya

Kyai Muhadjirin berpendapat bahwa mempelajari hadis sangatlah penting21 terutama hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum yang masih tercerai berai dalam pengelompokan fiqih terutama madzhab yang empat. Dengan cara

19

Definisi diatas adalah definisi sunnah, karena sunnah adalah sama dengan hadis. Lihat Al-Qaul al-Hatsîts fii Mustalah al-Hadits, hal. 5

20

Syekh Muhammad Muhadjirin, Al-Qaul al-Hatsîts fii Mustalah al-Hadits, hal. 3

21

xxxiv

seperti itu akan diketahui mana hadis yang dijadikan pedoman oleh suatu madzhab mengapa tejadi perbedaan pemahaman diantara para imam tersebut.

Penulis berpendapat bahwa Kyai Muhadjirin cenderung memahami hadis dalam kaitannya dengan perbedaan madzhab. Hal ini dapat dilihat pada karyanya

Misbâh al-Zalâm Syrah Bulûgh al-Marâm min Adillatil Ahkâm, di dalamnya terdapat pembahasan dari berbagai madzhab fiqih. Misalnya hadis tentang kesucian air22

ﺮ ﷲا ﺪ

ﷲا ّﻰ ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ﻰ ﺎ ﷲا ر

ّ و

و ا ءﺎ ا نﺎآ اذإ

.

ا ﺮ أ

ﺔ ﺮ

و

نﺎ و آﺎ او ﺔ ﺰ ا

.

ش

...

اذإ ءﺎ ا نأ ﺪ أ و ﺎ ا ﺬ أ ﺪ ا اﺬﻬ و

ﺮ اذإ إ

,

مأ ﺮ ءﺎ ا اذإ أ ﻮﻬ و

.

ﻚ ﺎ مﺎ ﻹا لﺎ و

أ ﺮ اذإ إ ءﺎ ا

ﺮ آو

.

راﺪ و

ﻷا ﺎ ﺮ ىداﺪ ر ﺔ ﺎ نزﻮ ﺎ ا

.

Dari Abdullah bin ‘Umar ra. dia berkata, Nabi Saw bersabda “ Apabila ada air dua kulah air itu tidak mengandung kotoran” dalam lafadz yang lain “tidak najis”. Dikeluarkan oleh imam yang empat dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim dan Ibnu Hibban

Hadis diatas difahami beragam oleh para Imam. Menurut Imam Syafi’iy dan Imam Ahmad jika air telah sampai dua kulah tidak menjadi najis kecuali berubah keadaannya, pemahamannya dalah apabila air tidak sampai dua kulah ia menjadi najis baik berubah keadaannya atau tidak (tidak bisa untuk bersuci, pen). Menurut Imam Malik air tidak menjadi najis oleh sesuatu kecuali jika dia berubah keadaannya sedikit atau banyak. Dan batasan dua kulah itu sama dengan lima ratus liter Bagdad.

Selain itu, Kyai Muhadjirin juga menyatakan pentingnya untuk mempelajari ilmu mustlah al-hadits. Dengan mempelajari ilmu ini, kita

22

Syekh Muhammad Muhadjirin, Mishbah al-Zhalam Syarah Bulugh al-Marom min Adillatil Ahkam, Ma’had Annida Al-Islami Bekasi ,juz 1 hal. 23-24

xxxv

mengetahui status hadis, biografi para periwayatnya, sumber hadis, asbabul wurud dan bagaimana seharusnya kita memahami hadis tersebut (kontekstualitas hadis).

F. Posisi Hadis Sebagai Sandaran Hukum

Kyai Muhadjirin, sebagaimana umat Islam seluruhnya, memposisikan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Tingkatan derajat hadis yang telah disepakati para ulama hadis tetap menjadi pedoman bagi beliau. Sudah bukan rahasia umum bahwa hadis-hadis yang beredar dimasyarakat luas tidak seluruhnya shahih, ada yang dhaif bahkan maudhu/palsu. Terjadinya perbedaan pendapat dikalangan masyarakat muslim juga karena mereka berbeda pandangan/pendekatan dalam memahami hadis. Hal ini menjadi penting untuk dicermati apalagi hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum. Karena jika tidak disikapi secara arif akan membawa perpecahan diantara umat Islam sendiri.

Kyai Muhadjirin tidak menyikapi hadis apa adanya atau menerima pendapat ulama/madzhab tertentu apa adanya. Namun beliau mengkaji dahulu secara mendalam pendapat-pendapat tersebut, apabila pendapat tersebut memiliki dasar yang kuat maka beliau menerima pendapat tersebut. Tetapi jika tidak, beliau mengoreksi dan mengomentari pendapat tersebut dan mencari dalil lain yang lebih kuat. Hal ini terlihat pada karya monumentalnya yaitu Misbâh al-Zalâm Syrah Bulûgh al-Marâm min Adillatil Ahkâm. Pada karyanya ini beliau memberikan komentar/pendapat-pendapatnya terhadap hadis yang kontradiksi/belum jelas pemahamannya. Ini dilakukan agar masyarakat mudah memahami kandungan hadis tersebut. Inilah salah satu tujuan beliau menulis beberapa karyanya dalam bidang hadis dan fiqih agar masyarakat tidak buta/serampangan dalam memahami

xxxvi

hadis terutama hadis-hadis hukum karena konsekuensinya berat. Berbicara masalah hukum berarti berbicara masalah halal atau haram, boleh atau tidak yang semuanya berhubungan dengan pahala dan dosa dan mesti dipertanggung jawabkan dunia akhirat.

Mengenai hadis dhaif, Kyai Muhadjirin berpendapat bahwa hadis da’if bisa dijadikan pegangan dalam beribadah yang berhubungan dengan fadha’ilul a’mal asalkan memenuhi tiga syarat23

1) Dha’ifnya tidak amat sangat 2) Berlaku dibawah ketentuan umum

3) Tidak meyakini ketika ia beramal terhadap ketetapan hadis tersebut, akan tetapi meyakini hadis tersebut sekedar berhati-hati.

Demikianlah pemaparan sekilas mengenai pandangan Kyai Muhadjirin tentang hadis dan ilmu hadis.

23

xxxvii BAB IV

PERAN DAN KONTRIBUSI SYEKH MUHAMMAD MUHADJIRIN

Dokumen terkait