• Tidak ada hasil yang ditemukan

اﺎﻬ و ، ص إ يا

ا ، رﺎ ا ﻰ ا ﺔ ﺮ ا ، ق ا مرﺎﻜ

إ وﺮ ﺎ ا ، ماﺮ ﻹا ﺮ او

...

Tatakrama Menuntut Hadis. Adab/tatakrama menununtut hadis itu banyak, yaitu ikhlas, berakhlak dengan akhlak mulia, menghormati guru dan memandang dengan pandangan yang hormat, pergi keluar untuk menuntut ilmu, mengamalkan apa yang diriwayatkannya dll.

Demikianlah beberapa pembahasan tambahan yang dimuat oleh Kyai Muhadjirin pada kitab ini.

4) Misbâh al-Zalâm Syrah Bulûgh al-Marâm min Adillatil Ahkâm merupakan karya agung Kyai Muhadjirin. Karya ini merupakan pergulatan pemikiran dan pendapat Kyai Muhadjirin terhadap hadis-hadis hukum. Karya ini tidak jauh berbeda dengan karya-karya serupa yang sudah ada. Diantaranya Ibanatul Ahkam yang berisi pembahasan fiqh dari berbagai madzhab. Dibandingkan Ibânat al-Ahkâm 37

, secara metodologi kitab ini tidak jauh berbeda susunan penjelasan (syarah) hadisnya. Isinya-pun tidak jauh berbeda yang mayoritas berisi pembahasan fikih dari berbagai mazhab. Pada Ibânat al-Ahkâm, pembahasan setiap hadis telah dibakukan. Setiap pembahasan dan penjelasannya selalu diberi judul secara berurutan yang meliputi :

لﺎ ا ﻰ ا

:

makna ijmal

ا ا

:

penjelasan kalimat yang sulit/kata-kata kunci

ﺪ ا

:

fiqih hadis

ﺪ ا يوار

:

penjelasan perawi hadisnya

37

Husein Sulaiman an-Nuri dan ‘Alawi Abbas al-Maliki, Ibânatul Ahkam Syarah Bulughul Marom, Dar al-Fikr, 1416 H/1996 M

lviii

Dalam Ibanatul Ahkam dijelaskan sekilas tentang Mustalah al-Hadîts

mulai dari sejarah pentadwinan hadis, istilah mushonnif hadis (mutafaqun alaih, al-arba’ah, dll), pembagian hadis dll. Sementara pada Misbâh al-Zalâm tidak memuat hal-hal di atas. Akan tetapi Kyai Muhadjirin juga memuat penjelasan tentang istilah al-arba’ah, al-sittah, al-sab’ah beserta perbedan pendapatnya. Ada yang mengatakan bahwa yang keenam dalam

Kutub al-Sittah adalah musand Imam Ahmad dan ada yang mengatakan yang keenam adalah al-Muattha’ Imam Malik. Dalam karyanya ini juga dipaparkan riwayat hidup beberapa imam hadis, diantaranya adalah Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’iy, dan Ibnu Majjah.

5) Meskipun karya-karyanya merupakan syarah, komentar atau ringkasan terhadap karya-karya ulama terdahulu, bukan berarti Kyai Muhadjirin tidak melakukan kajin ilmiah terhadap hadis dan ilmu hadis. Hal itu dapat dilihat bahwa Kyai Muhadjirin tidak berpangku tangan hanya menjadi pembaca saja. Tetapi dengan keilmuan yang beliau miliki beliau menulis karya-karya tersebut dan tentu bersentuhan dengan subyektivitas serta kondisi lingkungan dan zamannya pada saat itu. Disamping itu, dalam setiap muqadimah pada karyanya, terbaca bahwa karya tersebut ditulis merupakan respon atas permintaan atau keadaan pada saat itu. Dengan demikian, Kyai Muhadjirin telah berperan besar dalam mengembangkan kajian hadis pada masanya melalui karya-karyanya.

lix

Demikianlah analisis penulis tentang peran Syekh Muhammad Muhadjirin dalam pengembangan kajian hadis melalui karya-karyanya.

lx BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah melihat karya-karya Kyai Muhadjirin tentang hadis dan ilmu hadis, penulis berkesimpulan bahwa peran dan kontribusi beliau dalam kajian hadis dan ilmu hadis adalah karya-karya yang beliau hasilkan dalam bidang ini. Dan yang paling utama, karya-karya tersebut disusun untuk kepentingan belajar dan mengajar. Meski tidak spesifik sumbangsih apa yang paling mendasar dari Kyai Muhadjirin dalam disiplin kajian hadis, tetapi dengan menulis karya dalam bidang hadis Kyai Muhadjirin telah memberikan kontribusi yang besar dalam melestarikan, mewariskan dan mengembangkan kajian hadis untuk dipelajari dan dikaji generasi selanjutnya.

Namun demikian, karya-karyanya tersebut masih dalam bentuk yang sederhana dan hanya tersimpan diperpustakaan Ma’had Annida. Karya-karya tersebut menunggu para mahasiswa/praktisi tafsir-hadis untuk diteliti dan ditulis ulang dan dicetak dalam format yang lebih sistematis dan elegan. Penulis (sebagai mahasiswa tafsir-hadis) akan merasa bangga dan terhormat jika karya tersebut berjejer rapi dengan karya-karya besar lainnya pada rak perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat, khususnya pada “bengkel takhrij”. Sebuah karya hadis yang dihasilkan oleh ulama pribumi dan ditahqiq oleh mahasiswa tafsir-hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada akhirnya, mahasiswa tafsir-hadis tidak melulu merujuk pada karya-karya ulama timur tengah, tetapi kita pun memiliki ulama

lxi

yang patut menjadi rujukan dan yang terpenting Kyai Muhadjirin telah memberikan inspirasi dan semangat dalam mengkaji dan melahirkan karya dalam bidang hadis. Penulis berkeyakinan, masih banyak karya-karya hadis yang dihasilkan oleh ulama-ulama nusantara yang tersebar diberbagai daerah. Sebagai generasi muda Indonesia inilah salah satu tugas besar sebagai mahasiswa tafsir-hadis yaitu menginventarisir karya-karya ulama tersebut.

B. Saran

Setelah melihat, menganalisis dan menyimpulkan peran dan kontribusi Kyai Muhadjirin tentang hadis dan ilmu hadis, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Dengan melihat keadaan karya-karya Kyai Muhadjirin masih dalam bentuk yang sederhana dan hanya tersimpan diperpustakaan Ma’had Annida, seyogyanya para mahasiswa/praktisi tafsir-hadis untuk meneliti dan menulis ulang karya tersebut dan dicetak dalam format yang lebih sistematis dan elegan.

2. Dengan menghadirkan karya-karya Kyai Muhadjirin dalam bentuk yang lebih layak, tentu akan menambah dan meramaikan kepustakaan hadis Indonesia. Juga tidak tertutup kemungkian suatu hari nanti karya terebut dibaca dan dipelajari para mahasiswa dan lainnya diluar negri sebagai salah satu warisan intelektual ulama Indonesia. Tentu hal ini dapat menjadi kebanggaan tersendiri.

3. Kyai Muhadjirin telah memberikan inspirasi dan semangat dalam mengkaji dan melahirkan karya dalam bidang hadis. Setidaknya hal ini

lxii

dapat mendorong para mahasiswa dan praktisi tafsir-hadis lainnya untuk melakukan hal serupa.

4. Kajian dalam skripsi ini masih sangat sederhana dan baru memperkenalkan sosok Kyai Muhadjirin dan karya-karyanya. Untuk itu diperlukan kajian yang lebih spesifik dan mendalam terhadap karya-karya Kyai Muhadjirin khusunya dalam bidang hadis.

lxiii LAMPIRAN

Berikut adalah kutipan wawancara penulis dengan salah satu putera beliau. Naskah asli wawancara tidak dapat ditampilkan disini karena berbentuk print out

yang ditulis langsung oleh K.H. Muhammad Aiz Muhadjirin dengan kertas berlogo Ma’had Annida Al-Islami. Naskah aslinya terdapat pada lampiran skripsi penulis yang berupa naskah skripsi yang telah dijilid dengan hard cover.

Penulis : Bagaimana awal kisah Kyai Muhadjirin menempuh hidup berumah tangga?

K.H. A’iz : Kyai Muhadjirin kembali ke Indonesia tahun 1955. setelah itu beliau melakukan perjalanan keberbagai penjuru tanah Jawa dan Sumatera untuk menemu para Ulama yang terdapat didaerah tersebut. Petualangan tersebut dijalani selama dua tahun. Pada tahun 1957, Kyai Muhadjirin menikahi Hj. Hannah putrid K.H. Abdurrahman Shadri. Dari pernikahan tersebut Kyai Muhadjirin dikaruniai delapan orang anak (4 putra 4 putri).

Penulis : Bagaimana aktivitas dakwah Kyai Muhadjirin sehari-hari?

K.H. A’iz : Dakwah yang digelutinya adalh mengajar dan menulis. Beliau mengajar diberbagai tempat, misalnya Tambun, Cikarang, Pondok Ungu, Cengkareng dll. Aktivitas beliau mengajar di madrasah dan pesantren dimulai pada :

• Ba’da shalat subuh sampai sekitar pukul 06.00 WIB mengajar santri putra tingkat marhalah dan guru.

lxiv

• Pukul 07.30. WIB s/d 11.00 WIB mengajar dimadrasah, baik tingkat Tsanawiyah dan ‘Aliyah (saat masih relative muda dan kuat maupun Majma al-Marhalah (saat sudah tua).

• Pukul 14.00 WIB s/d 15.30. WIB mengajar santri perempuan.

• Ba’da shalat magrib mengajar santri putra tingkat marhalah dan guru

• Ba’da shalat Isya mengajar kaum bapak

Demikianlah aktivitas keseharian dakwah mengajar yang senantiasa beliau lakukan sampai menjelang akhir hidupnya.

Penulis : Apakah beliau pernah mengajar di intitusi pendidikan tertentu misalnya menjadi dosen/rektor?

K.H. A’iz : Staf pengajar di Pesantren Bahagia, Muassis Ma’had Annida al-Islamy dan Majma al-Marhalah al-‘Ulya Bekasi.

Penulis : Bagaimana pengalaman organisasi beliau?

K.H. A’iz : Secara umum beliau pernah terlibat dalam organisasi ulama, seperti Majlis Ulama Indonesia Kota Bekasi, walaupun tidak pernah secara aktif dan terus menerus bergelut dalam organisasi tersebut.

Penulis : Apakah beliau pernah memegang jabatan publik? K.H. A’iz : Beliau belum pernah menjabat sebagai pejabat publik.

Demikianlah hasil wawancara penulis dengan salah satu putra Kyai Muhadjirin. Beliau adalah K.H. Muhammad A’iz Muhadjirin. Anak ke delapan dari Kyai Muhadjirin. Dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1975. Pendidikannya dimulai di

lxv

SDN Pasar I bekasi, kemudian melanjutkan studi Mts dan MA nya pada Ma’had Annida Al-Islamy. Setelah

lxvi

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ajhuri, Allamah al-Muhaqiq as-Syekh ‘Athiyah, Hawasy ‘ala Syarhi Sayyidi Muhammad az-Zarqoni ‘ala Manzhumah al-Baiquniyah, Syirkah Muthabi’ah Andunisiya, Cirebon, tt.

Al-Baiquni, Toha bin Muhammad, Manzhumah Baiquniyah fi Mustalah al-Hadîts, Dar as-Salam, cet. 2, 1423 H/2005 M

Ahmad, Z, Sekitar Kerajan Aceh Tahun 1520-1675, Medan, Manora,1972

Ambariy, Prof. Dr. Harun Mu’arif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Ciputat, Logos Wacana Ilmu, cet. 2, 2001

Arnold, Thomas W, Sejarah Dakwah Islam, terjemahan dari, “The Preaching of Islam”, oleh Drs. Nawawi Rambe, tt

Azami, M.M, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, penerjemah, Prof. K.H. Ali Mustafa Ya’kub, Pustaka Firdaus, Pasar Minggu, cet. 2, 2000

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulawan Nusantara Abad ke XVIII dan XVIII : Melacak Akar-Akar Pembaharuan Islam di Indonesia, Bandung, Mizan, 1998

Hamka, Sejarah Ulama di Nusantara, Medan, Pustaka Nasional, 1950

Hasymi, Prof. A, Sejarah Masuk dan Berkembangya Islam di Indonesia, PT. Al-Ma’arif, Medan, cet. 3,1993

Khatib Al-, M. Ajjaj, Ushul al-Hadits, Pokok-Pokok Ilmu Hadits, ditejemahkan oleh, Drs. H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S. Ag, Jakarta, Gaya Media Pratama, cet. 3, 2003

Madjid, Nurcholis, Tradisi Islam : Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Paramadina, Jakarta, 1997

Al-Maliki, Syekh Muhammad Alwi bin Abbas, Qowaid al-Asasiyah fi ‘Ilmi Mustalah al-Hadîts, dikeluarkan oleh, Ma’had al-Awwabin al-Mutakammil, Tebet Barat, 2004

Muhadjirin, Syekh Muhammad, Al-Qoululhatsits fi Musthalahil Hadits, Ma’had Annida Al-Islami, Beksai, cet. 4, 1409 H/1989 M

lxvii

Mishbah al-Zhalam Syarah Bulugh al-Marom min Adillatil Ahkam, Ma’had Annida Al-Islami, Beksai, cet.3 1423 H/2002 M

Ta’liqot ‘ala Matan Baiquni, Ma’had Annida Al-Islami, Beksai, cet. 5 1411H/1991M

Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia, Pustaka Progresif, Surabaya, cet. 25, 2002

Rahman, Drs. Fatchur, Ikhtisor Musthalahul Hadits, Bandung, PT. Al-Ma’arif, Rohimah, Siti, Kontribusi Hasbi ash-Shidieqy Dalam Menyebarkan Ilmu Hadis di

Indonesia, Skripsi T-H, no. 354, 2004

al-Sahrazuri, Abu ‘Amr, Muqodimah Ibnu Shalah fii ‘Ulum al-Hadits, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 2006

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta, LP3S, 1989

Al-Suyuthi, Al-Hafidz Jalaluddin, Tadrib ar-Rawi fii Syarhi Taqrib an-Nawawi,

tahqiq oleh, Muhammad Amin bin ‘Abdullah al-Syibrowi, Dar al-Hadis, Al-Qohiroh, 1423 H/2002 M

At-Tirmasi, Syekh Muhammad Mahfudz,. Manhaj Dzawi al-Nazhar, Dar al-Fikr, 1421 H/2000 M

At-Thahan, Mahmud, Taysir Mustalah al-Hadits, Dar al-Fikr, tt

Tudjimah, dan Yessi Augustin, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, terjemahan dari, “Studien Over de Geschiederis Van de Islam in Indonesia 1900-1950”, karya G.F. Pijper, UI Press, cet. 2, 1985 Tudjimah, et ai, Syekh Yusuf Makasar : Riwayat Hidup, Karya dan Ajarannya,

Jakarta, Departemen P & K, 1987

Utsaimin al-, Syekh Muhammad bin Shaleh, Syarah Manzhumah al-Baiquniyah, Dar at-Tsurayya li an-Nasyir, cet. 3, 2004

Zed, Mestika Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2004

Dokumen terkait