• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR TERHADAP

B. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d Al-Nika<h{

Adapaun hasil wawancara penulis denﱡan tokoh aﱡama yanﱡ melibatkan kyai dan modin menﱡenai tajdi<d al-nikah{< diperoleh keteranﱡan sebaﱡai berikut:

1. Subjek pertama dari tokoh aﱡama

Menurut KH. Dr. Ach. Muhibbin Zuhri, M.Aﱡ, selaku tokoh aﱡama Runﱡkut Lor, beliau menﱡatakan:

“Tajdi<d al-nika<h{ itu tidak perlu diulanﱡ untuk mereka yanﱡ melaksanakan akad nikah dalam keadaan mempelai putrinya hamil.Karena menurut pendapat yanﱡ mashur dari ﱠukaha di dalam Madzahibul Arba’ah, pernikahannya sudah sah secara syari.Jadi tidak perlu dilakukan laﱡi tajdi<d al-nika<h{ setelah istri melahirkan anaknya.Tajdi<d al-nika<h{ itu dalam suatu hal juﱡa berarti meyakini atau tidak meraﱡukan bahwa pernikahan sebelumnya itu rusak, oleh karena itu pilihan yanﱡ benar adalah apabila tidak ada illat atau alasan-alasan yanﱡ sahih yanﱡ diyakini bahwa sebuah ikatan telah rusak atau telah jatu talak, maka seseoranﱡ tidak perlu melakukan tajdidun nikah, karena denﱡan melakukan tajdi<d al-nika<h{ berarti tadi seseoranﱡ meraﱡukan keshahihan hubunﱡannya atau menﱡakui rusaknya hubunﱡan pernikahan antar suami dan istri. Oleh karena itu yanﱡ menjadi konsekuensinya adalah seseoranﱡ yanﱡ melakukan tajdidun nikah itu telah jatuh satu talaknya, dan ini akan berkonsekuensi pada nantinya jumlah talak yanﱡ sudah ia jatuhkan. Tetapi tajdi<d

nika<h{ kalau hanya dimaksudkan untuk sekedar tajammul atau keindahan seperti oranﱡ yanﱡ menikah lenﱡkap denﱡan rukun dan syaratnya namun tidak didaﱠtarkan laﱡi di KUA, dalam hal ini tidak membataltan nikah yanﱡ pertama, asalkan si suami meyakini bahwa nikah yanﱡ pertama tidak rusak.Tajdi<d al-nika<h{ sendiri

diibaratkan sepertimelaksanakan tajdi<ddul wudlu

(memperbaharui wudlu). Sepert\i seseoranﱡ yanﱡ sudah melaksanakan sholat, kemudian inﱡin melakukan laﱡi sholat, maka meskipun oranﱡ tersebut sudah mempunyai wudlu yanﱡ pertama tetapi ia dianjurkan untuk menﱡambil wudlu laﱡi karena dikhawatirkan telah melakukan sesuatu yanﱡ membatalkan wudlu. Tajdi<d al-nika<h{ dilakukan hanya sekedar untuk menﱡhilanﱡkan rasa keraﱡu-raﱡuannya. Jadi tajdi<d nika<h{ sama halnya denﱡan memperbarui wudlu, karena masih dalam ruanﱡ linﱡkup ibadah.2

2. Subjek kedua dari tokoh aﱡama

Menurut bapak Abdul Mujib selaku tokoh aﱡama Runﱡkut Lor, bahwa menurut beliau:

“Tajdi<d al-nika<h{ adalah memperbarui nikah atau dalam bahasa jawa “nganyari nikah” disebut demikian karena untuk menﱡhilanﱡkan keraﱡu-raﱡuan didalam pernikahannya dan juﱡa merupakan jalan keluar terhadap permasalahan yanﱡ terjadi pada

rumah tanﱡﱡa, sehinﱡﱡa diharapkan denﱡan melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ muncullah komitmen baru pasanﱡan suami istri untuk memperbaiki rumah tanﱡﱡa.Karena tajdi<d al-nika<h{ diperlukan baﱡi pasanﱡan rumah tanﱡﱡa yanﱡ terdapat permasalahan seperti nikah dalam keadaan hamil.Untuk menﱡhilanﱡkan rasa keraﱡu-raﱡuannya baﱡi pasanﱡan suami istri dan keluarﱡa ini, maka sebaiknya dilakukan akad nikah ulanﱡ.Sebaiknya tidak perlu adanya pembaharuan nikah pun tidak masalah, tetapi daripada meraﱡukan akad nikahnya yanﱡ pertama, maka sebaiknya melakukan tajdi<d al-nika<h{. Karena di Runﱡkut Lor sendiri sudah menjadi tradisi turun-menurun melaksanakan “nganyari nikah” baﱡi pasaﱡanﱡan suami istri yanﱡ menikah dalam keadaan hamil.Ada beberapa masyarakat yanﱡ memanﱡ memandanﱡ nganyari nikah itu tradisi kuno dan sudah tidak modern laﱡi, karena sebebenarnya mereka tidak memahami bahwa nganyari nikah itu sebaﱡai unsur kehati-hatian karena pada saat itu pasanﱡan ini melaksanakan perkawinan dalam keadaan hamil di luar nikah.Sebenarnya tidak ada sanksi khusus apabila tidak melaksanakan nganyari nikah, hanya saja biasanya itu dalam bahasa jowone (Jawa) dirasani tonﱡﱡo (di cemooh tetanﱡﱡa).3

3. Subjek ketiﱡa dari tokoh aﱡama

Menurut bapak Ali Mustoﱠa selaku modin P3N:

“Ngeten mbak penjelasane tentang tajdidun nikah, tajdidun nikah iku podo wae kale pembaruan nikah. Akade dilaksanakan kale tiang sing sampun nikah awal. Tajdidun nikah angsal dilakoni angsal mboten sak kerso pihak keluarga. Lek wonten tiang daftar nikah ngomong ten kulo kecelakaan (hamil), kulo sebagai modin nyaranaken nikah ulang sakwise ngelahirno. Nikah ulang niki pun mboten angsal akta nikah male soale akta nikah sing pertama tasek berlaku. Kulo biasae dijaluki tolong nikahaken male, kadang ndugi pihak KUA sing dijaluki tolong. Roto-roto kawin ulang dilaksanakno sebab tanggale land dintene mboten pas. Kawin ulang wonten syarat-syarate: syarat dan rukun perkawinan sami kados sing perkawinan awal, wonten pasangan suami istri, wali, saksi. Biasane pihak keluarga ngengken nekanaken saksi ndugi kulo. Lek wonten pasangan suami istri ngengken nikahaken tapi mboten gada akta nikah kulo mboten wanton soale kulo mboten purun berurusan kale administrasi. Ten Rungkut roto-roto ijab qabul ndamel bahasa Arab, sakwise nyerahaken mahar, ditutup doa lan mangan-mangan. Wong orep nang Jowo nggeh kudu tumut adate Jowo, niku leluhur sing ndamel, nek mboten dilakoni nggeh di ilokno uwong lan pun dados kebiasaan ket biyen”.4

“Tajdi<d al-nika<h{ yaitu pembaharuan nikah, akadnya dilaksanakan oleh oranﱡ yanﱡ sudah pernah melakukan perkawinan secara sah.Tajdi<d al-nika<h{ ini boleh dilaksanakan boleh tidak.Apabila pasanﱡan suami istri dan keluarﱡa meraﱡukan pernikahannya, maka dilaksanakan akad nikah ulanﱡ setelah melahirkan, untuk menﱡhilanﱡkan keraﱡuannya.Pada perkawinan yanﱡ pertama, jika pasanﱡan ini menﱡakui kehamilannya, maka saya selaku modin memberi saran untuk melaksanakan perkawinan ulanﱡ. Setelah melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ pasanﱡan ini tidak memperoleh surat nikah laﱡi, karena

Akta Nikah pada perkawinannya yanﱡ pertama masih berlaku. Saya selaku modin serinﱡ dimintai tolonﱡ oleh seseoranﱡ yanﱡ bermasalah tersebut untuk menﱡ-akad nikahkan ulanﱡ, dan terkadanﱡ dari pihak KUA yanﱡ dimintai untuk menﱡ-akad ulanﱡkan.

Dalam melakukan tajdi<d al-nika<h{ juﱡa terdapat beberapa syarat untuk kesepakatan suami istri menjadi syarat proses pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{.

Syarat-syaratnya sebaﱡai berikut:

a. Pasanﱡan suami istri, wali juﱡa diharuskan hadir pada saat proses pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{, karena wali juﱡa termasuk dalam rukun dan syarat perkawinan.

b. Saksi, seperti pelaksanaan nikah pada umumnya saksi juﱡa diharuskan ada dalam pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{. Pelaku tajdi<d bisa membawa oranﱡ sendiri atau lebih untuk hadir dan menﱡikuti serta menyaksikan proses berlanﱡsunﱡnya akad nikah, akan tetapi juﱡa bisa pasrah kepada kyai atau modin. Artinya pihak kyai atau modin bersedia untuk menﱡhadirkan oranﱡ lain untuk menjadi saksi, biasanya yanﱡ diminta adalah para saksi bawaan sendiri.

c. Suami istri adalah pasanﱡan yanﱡ sah. Artinya pasanﱡan suami istri yanﱡ akan melakukan tajdi<d al-nika<h{ memiliki bukti kutipan Akta Nikah yanﱡ dikeluarkan oleh KUA yanﱡ bersanﱡkutan. Jika

pasanﱡan suami istri hanya nikah dibawah tanﱡan dan tidak mempunyai bukti ﱠormil akan pernikahannya maka pihak kyai atau modin akan menolak untuk membantu pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{, karena pihak kyai atau modin tidak mau ambil resiko dalam administrasi catatan Neﱡara.

d. Pelaksanaan Ija<b dan Qabu<l menﱡﱡunakan bahasa arab yanﱡ disertai denﱡan penyerahan mahar dari suami kepada istrinya. e. ٱanﱡ terakhir yaitu doa yanﱡ dipimpin oleh kyai dan diakhiri

denﱡan menikmati hidanﱡan yanﱡ telah disediakan di tempat dilaksanakannya tajdi<d al-nika<h{.

seseoranﱡ yanﱡ hidup di Jawa harus menﱡhormati dan melestarikan budaya Jawa karena sudah menjadi warisan leluhur nenek moyanﱡ. Demikian juﱡa adat yanﱡ terjadi di Runﱡkut Lor juﱡa akan berdampak terhadap sanksi sosial, yakni dicemooh oleh masyarakat jika tidak melaksanakan tajdi<d nika<h{.”5

4. Subjek keempat dari pelaku kawin hamil

Menurut pasanﱡan suami istri dari bapak Rianto dan ibu Setya Ninﱡsih mereka melaksanakan kawin ulanﱡ pada bulan November 2015, beliau menﱡatakan alasan kawin ulanﱡ:

“Kami melakukan akad nikah ulanﱡ karena ada doronﱡan dari oranﱡ tua dan dari kami juﱡa ada keraﱡuan atas perkawinan ini, karena pada saat menikah saya dalam keadaan hamil.Dan

memanﱡ di Runﱡkut sendiri kalau tidak melanﱡsunﱡkan akad nikah laﱡi setelah anak itu lahirpasti dari tetanﱡﱡa banyak yanﱡ mencela dan menﱡanﱡﱡap perkawinan ini tidak sah, munﱡkin karena itu sudah menjadi kepercayaan tersendiri.Kami berkonsultasi kepada tokoh aﱡama dan kami disarankan menﱡ-akad nikah ulanﱡ untuk menﱡhilanﱡkan anﱡﱡapan buruk dan keraﱡuan itu”.6

5. Subjek kelima dari pelaku kawin hamil

Menurut ibu Ririn, beliau menﱡatakan alasan melakukan kawin ulanﱡ:

“Saya melakukan pernikahan ulanﱡ.Pada waktu itu hamil 3 bulan saya nikah untuk menutupi aib keluarﱡa, tetapi setelah itu saya berinisiatiﱠ untuk melakukan nikah ulanﱡ karena raﱡu-raﱡu denﱡan nikah yanﱡ dalam keadaan hamil.Biasa mbak

omongane tonggo gak enak (pembicaraan

tetanﱡﱡa).Pelaksanaannya dirumah sendiri dan minta tolonﱡ modin untuk menikahkan.Pernikahan itu dilaksanakan pada tanﱡﱡal 12 Maret 2009”.7

6. Subjek keenam dari pelaku kawin hamil

6 Bapak Rianto & Ibu Rini Setya Niﱡsih, Wawancara, Surabaya, 19 Maret 2017. 7 Ibu Ririn Dahliana, Wawancara, Surabaya, 15 Maret 2017.

Subjek ini sebenarnya bukan penduduk asli Runﱡkut Lor melainkan pendatanﱡ, tetapi atas doronﱡan dari tetanﱡﱡa dan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor, maka dia melakukan perkawinan ulanﱡ. Menurut ibu Indah Wati, beliau menﱡatakan alasan kawin ulanﱡ:

“Saya disuruh oranﱡ tua untuk melakukan akad nikah ulanﱡ karena oranﱡ tua dapat saran dari tetanﱡﱡa (penduduk Runﱡkut Lor asli) dan ustadz, sehinﱡﱡa saya menuruti apa yanﱡ dikatan oleh oranﱡ tua. Selain itu untuk menﱡhilanﱡkan rasa was-was, dan untuk menﱡhilanﱡkan keraﱡuan itu karena pada saat perkawinan saya dalam keadaan hamil”.8

Berdasarkan keteranﱡan dari narasumber diatas yanﱡ terdiri dari tokoh aﱡama dan pelaku kawin hamil, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tajdi<d al-nika<h{ adalah memperbarui nikah yanﱡ mempunyai ﱠunﱡsi memperindah sekaliﱡus memperkuat tali pernikahan serta sikap kehati-hatian atas kepercayaan masyarakat Runﱡkut Lor, mereka beranﱡﱡapan bahawa menikah dalam keadaan hamil itu masih ada keraﱡu-raﱡuan dalam keabsahannya.

Landasan hukum yanﱡ dipakai oleh pelaku tajdi<d al-nika<h{ di Runﱡkut Lor, dalam masyarakat tajdi<d al-nika<h{, mereka melakukan karena menﱡetahui bahwa hal ini telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat.Dimana tajdi<d al-nika<h{ dilakukan untuk tujuan mencapai kebahaﱡiaan dalam berumah tanﱡﱡa, mencapai kesejahteraan hidup

keluarﱡa pasanﱡan, dan mewujudkan keluarﱡa sakinah mawaddah warahmah.

Hal ini berdasarkan wawancara penulis denﱡan narasumber pertama sebaﱡai tokoh aﱡama tajdi<d al-nika<h{ dan landasan hukum yanﱡ dipakai adalah kepercayaan yanﱡ kuat terhadap leluhur.

Selanjutnya wawancara penulis denﱡan narasumber kedua sebaﱡai pelaku kawin hamil menyimpulkan bahwa denﱡan melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ yaitu untuk menﱡhilanﱡkan keraﱡuan dan pandanﱡan neﱡatiﱠ dari tetanﱡﱡa sekitar.

Jadi, dari sini jelas bahwa dasar yanﱡ dijadikan pedoman oleh pelaku tajdi<d al-nika<h{ di Runﱡkut Lor dalam melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ adalah kepercayaan yanﱡ kuat terhadap hal-hal yanﱡ berbau adat dan menﱡhilanﱡkan pandanﱡan neﱡatiﱠ dari tetanﱡﱡa sekitar.

BAB IV

PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR KOTA SURABAYA TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI<D AL-NIKA<H{ PADA

PERKAWINAN HAMIL (TINJAUAN HUKUM ISLAM)

Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh AgamaRungkut Lor Kota Surabaya Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d Al-nika<h{ Pada Perkawinan

Hamil

Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku bagi semua makhluk Allah swt baik itu manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49 berikut:

نمو

نو ﱠكذت ۡمكﱠلعل نۡيج ۡو انۡقلخ ء ۡيش لك

٤٩

Artinya:

Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).1

Pernikahan merupakan suatu hal yang penting dan sakral dalam realita kehidupan umat manusia. Dengan adanya pernikahan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan yang telah diciptakan oleh Allah swt.dan

untuk menghalalkan hubungan ini maka disyariatkan akad nikah.Dengan akad nikah tersebut dapat menyatukan dua insan antara laki-laki dan wanita untuk hidup bersama.Tetapi dalam pelaksanaan akad nikah, ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi.Karena rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum Islam.2

Islam mensyariatkan agar perkawinan itu dilaksanakan selama-lamanya, dengan rasa kasih sayang dan saling mencintai.Islam mengharamkan perkawinan yang tujuannya untuk sementara waktu dan hanya untuk melepaskan hawa nafsu saja.

Tajdi<d al-nika<h{ atau yang biasa disebut nganyari nikah bagi

orang jawa, telah umum dilakukan oleh masyarakat dan merupakan permasalahan ijti<hadiyah, artinya belum ada ketentuan pasti dalam nas{, baik itu al-Qur’a<n maupun sunah, sehingga membutuhkan ijtihad para ulama untuk menetapkan hukum dari tajdi<d al-nika<h{ tersebut agar tidak melanggar ketentuan syara’.

Sesuai dengan pengertian tajdi<d al-nika<h{ adalah memperbarui ikatan perkawinan yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang masih sah, dan merupakan tindakan kehati-hatian untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

2 Umi Hamidah, “Pernikahan Islam”, dalam http://hamidah.net/2015/03/pernikahan -dalam-bingkai-islam.html?m=1, diakses pada 07 Maret 2017.

Berdasarkan dari hasil penelitian seperti yang sudah terdapat pada bab 3, yaitu hasil wawancara dengan tokoh agama Rungkut Lor (kyai, modin) dan pelaku kawin hamil yang sudah penulis lakukan dan juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ setelah anak yang dikandungnya lahir.

Pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ pada perkawinan hamil di masyarakat Rungkut Lor Kota Surabaya dapat diketahui dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan. Adapun proses pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ pada perkawinan hamil di Rungkut Lor adalah sebagai berikut:

Pertama, dalam hal ini pasangan suami istri mengatakan keinginannya kepada tokoh agama (kyai, modin) dan sekaligus memohon kesediannya untuk menikahkan pasangan suami istri tersebut dengan memperbarui nikah (nganyari nikah) yang menurut mereka suatu upaya yang diyakini untuk menghilangkan keragu-raguan atas keabsahannya.

Kedua, pasangan suami istri telah menyiapkan rukun dan syarat pernikahan sebagaimana yang pertama.Dalam tajdi<d al-nika<h{ ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat saja dan dilaksanakan dirumah atau di tempat kyai atau modin setempat.

Dalam pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ kehadiran suami dan istri adalah menjadi hal yang pokok dalam proses pelaksanaan, karena tajdi<d al-nika<h{ adalah pembaharuan akad nikah, maka kesepakatan suami istri menjadi syarat yang harus terpenuhi sebelum proses pelaksanaan.

Adapun syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Selain pasangan suami istri, wali juga diharuskan hadir pada saat proses pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{, karena wali juga termasuk dalam rukun dan syarat perkawinan.

b. Saksi, seperti pelaksanaan nikah pada umumnya saksi juga diharuskan ada dalam pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{. Pelaku tajdi<d bisa membawa orang sendiri atau lebih banyak untuk hadir dan mengikuti serta menyaksikan proses berlangsungnya akad nikah, akan tetapi juga bisa pasrah kepada kyai atau modin. Artinya pihak kyai atau modin bersedia untuk menghadirkan orang lain untuk menjadi saksi, biasanya yang diminta adalah para saksi bawaan sendiri.

c. Suami istri adalah pasangan yang sah. Artinya pasangan suami istri yang akan melakukan tajdi<d al-nika<h{ memiliki bukti kutipan Akta Nikah yang dikeluarkan oleh KUA yang bersangkutan. Jika pasangan suami istri hanya nikah dibawah tangan dan tidak mempunyai bukti formil akan pernikahannya maka pihak kyai atau modin akan menolak untuk membantu pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{, karena pihak kyai atau modin tidak mau ambil resiko dalam administrasi catatan Negara.

Ketiga, pelaksanaan Ija<b dan Qabu<l menggunakan bahasa arab yang disertai dengan penyerahan mahar dari suami kepada istrinya.

Keempat, atau yang terakhir yaitu doa yang dipimpin oleh kyai dan diakhiri dengan menikmati hidangan yang telah disediakan di tempat dilaksanakannya tajdi<d al-nika<h{.

Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi seseorang untuk melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ yakni hasil wawancara penulis dengan pelaku tajdi<d al-nika<h{ mereka memberikan keterangan yang sama tentang alasan mereka melakukan tajdi<d al-nika<h{, alasan para pasangan melakukan tajdi<d al-nika<h{ antara lain:

a. Sudah menjadi tradisi turun-temurun dari dulu

Pelaksanaan akad nikah ulang memang sudah menjadi tradisi turun-temurun dari dulu.Sehubungan dengan berbaurnya masyarakat Rungkut Lor pribumi dan penduduk pendatang, maka tradisi hal itu tidak terlihat karena kebanyakan orang sudah tidak memakai perkawinan ulang tersebut, tetapi bagi masyarakat pribumi setempat tetap memakainya.

b. Beranggapan bahwa kawin dalam keadaan hamil tidak sah c. Adanya sanksi sosial yaitu berupa cemooh dari masyarakt

d. Beranggapan bahwa jika mengawini wanita hamil tidak boleh, akad yang pertama hanya untuk menutupi malu dan aib keluarga. e. Karena faktor kehati-hatian dan adanya rasa was-was, lebih baik

melaksanakan perkawin ulang daripada meragukan perkawinan yang pertama.

Hasil wawancara penulis dengan tokoh agama yang melibatkan kyai dan modin mengenai tajdi<d al-nika<h{ diperoleh keterangan sebagai berikut:

1. Subjek pertama dari tokoh agama

Menurut KH. Dr. Ach. Muhibbin Zuhri, M.Ag, selaku tokoh agama Rungkut Lor, beliau mengatakan:

“Tajdi<d al-nikah{ itu tidak perlu diulang untuk mereka yang melaksanakan akad nikah dalam keadaan mempelai putrinya hamil.Karena menurut pendapat yang mashur dari fukaha di dalam Madzahibul Arba’ah, pernikahannya sudah sah secara syari. Jadi tidak perlu dilakukan lagi tajdi<d al-nika<h{ setelah istri melahirkan anaknya.Tajdi<d al-nika<h{ itu dalam suatu hal juga berarti meyakini atau tidak meragukan bahwa pernikahan sebelumnya itu rusak, oleh karena itu pilihan yang benar adalah apabila tidak ada illat atau alasan-alasan yang shahih yang diyakini bahwa sebuah ikatan telah rusak atau telah jatu talak, maka seseorang tidak perlu melakukan tajdi<d al-nika<h{, karena dengan melakukan tajdi<d al-nika<h{ berarti tadi seseorang meragukan keshahihan hubungannya atau mengakui rusaknya hubungan pernikahan antar suami dan istri. Oleh karena itu yang menjadi konsekuensinya adalah seseorang yang melakukan tajdi<d al-nika<h{ itu telah jatuh satu talaknya, dan ini akan berkonsekuensi pada nantinya jumlah talak yang sudah ia

jatuhkan. Tetapi, tajdi<d al-nika<h{ kalau hanya dimaksudkan untuk sekedar tajammul atau keindahan seperti orang yang menikah lengkap dengan rukun dan syaratnya namun tidak didaftarkan lagi di KUA, dalam hal ini tidak membataltan nikah yang pertama, asalkan si suami meyakini bahwa nikah yang pertama itu tidak rusak.Tajdi<d al-nika<h{ sendiri di ibaratkan seperti melaksanakan tajdi<ddul wudlu (memperbaharui wudlu). Sepert\i seseorang yang sudah melaksanakan sholat, kemudian ingin melakukan lagi sholat, maka meskipun orang tersebut sudah mempunyai wudlu yang pertama tetapi ia dianjurkan untuk mengambil wudlu lagi karena dikhawatirkan telah melakukan sesuatu yang membatalkan wudlu. Tajdi<d al-nika<h{ dilakukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa keragu-raguannya. Jadi

tajdi<d al-nika<h{ sama halnya dengan memperbarui wudlu,

karena masih dalam ruang lingkup ibadah.3

Dokumen terkait