• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan tokoh agama Rungkut Lor Kota Surabaya terhadap pelaksanaan tajdid al-nikah pada perkawinan hamil : tinjauan hukum islam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan tokoh agama Rungkut Lor Kota Surabaya terhadap pelaksanaan tajdid al-nikah pada perkawinan hamil : tinjauan hukum islam."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR KOTA

SURABAYA TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI<D AL-NIKA<H{

PADA PERKAWINAN HAMIL (TINJAUAN HUKUM ISLAM)

SKRIPSI

Oleh:

Nur Elma

NIM C71213131

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Program Studi Hukum Keluarga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian lapangan yang dilaksanakan di Desa Rungkut Lor Kota Surabaya yang berjudul “Pandangan Tokoh Agama Rungkut Lor Kota Surabaya Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d Al-Nika<h{ Pada Perkawinan Hamil (Tinjauan Hukum Islam)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pandangan tokoh agama terhadap pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ pada perkawinan hamil serta bagaimana analisis hukum Islam terhadap pandangan tokoh agama dengan adanya pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ pada perkawinan hamil.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data penelitiannya diperoleh melalui wawancara kepada para tokoh agama Rungkut Lor dan para pihak yang melaksanakan tajdi<d al-nika<h{ pada perkawinan hamil, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu penelitian yang menggambarkan hasil penelitian diawali dengan mengemukakan kenyataan yang bersifat umum dari hasil penelitian dengan adanya fakta tajdi<d al-nika<h{ di Rungkut Lor Kota Surabaya, kemudian dilihat dengan teori atau dalil yang bersifat khusus tentang tajdi<d al-nika<h{{ yang ada dalam hukum Islam.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ di Rungkut Lor Kota Surabaya adalah untuk memperkuat tali pernikahan serta sikap kehati-hatian atas kepercayaan masyarakat Rungkut Lor, mereka beranggapan bahawa menikah dalam keadaan hamil itu masih ada keragu-raguan dalam keabsahannya dan adapun menurut hukum Islam pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ yang dilakukan di Rungkut Lor tidak menyalahi aturan hukum Islam karena tidak bertentangan dengan

ةمّكحم ةداعلا

yang memiliki arti bahwasannya adat kebiasaan dapat dijadikan hukum. Jadi hukum tajdi<d al-nika<h{ adalah boleh (mubah).
(7)
(8)

i

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 12

(9)

ii

BAB II: KAJIAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN, KAWIN HAMIL

DAN TAJDI<D AL-NIKAH{

A. Tinjauan Umum Tentang Pernikahan ... 17

1. Pengertian Pernikahan ... 17

2. Rukun dan syarat Pernikahan ... 20

3. Hukum Pernikahan ... 24

4. Tujuan pernikahan ... 28

B. Kawin Hamil... 30

1. Pengertian Kawin Hamil ... 30

2. Hukum Menikahi Wanita Hamil di Luar Nikah ... 30

C. Tajdi<d Al-Nika<h{ ... 33

1. Pengertian Tajdi<d Al-Nika<h{ ... 33

2. Hukum Tajdi<d Al-Nika<h{ ... 36

D. Hukum Islam (‘Urf) ... 42

1. Pengertian ‘Urf ... 42

2. Dasar Hukum ‘Urf ... 42

BAB III : PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI<D AL-NIKA<H{ PADA PERKAWINAN HAMILKARENA ZINA A. Gambaran Umum Penelitian ... 44

1. Situasi dan Kondisi Penelitian... 44

2. Latar Belakang Tajdi<d Al-Nika<h{ di Rungkut Lor ... 46

3. Subjek Penelitian ... 47

B. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d Al-Nika<h{ ... 49

BAB IV: PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR KOTA

SURABAYA TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI<D AL-NIKA<H{ PADA

(10)

iii

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Pandangan Tokoh

Agama Rungkut Lor Kota Surabaya Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d

Al-Nika<h{ Pada Perkawinan Hamil ... 58 BAB V : PENUTUP

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

PANDANGAN TOKOH AGAMA RUNGKUT LOR KOTA SURABAYA

TERHADAP PELAKSANAAN TAJDI<D AL-NIKA<H{ PADA

PERKAWINAN HAMIL (TINJAUAN HUKUM ISLAM)

A. Latar belakang masalah

Allah menjadikan makhluknya berpasanﱡ-pasanﱡan, menjadikan

laki-laki dan perempuan hikmanya adalah supaya manusia berpasanﱡ-pasanﱡan

sebaﱡai suami istri membanﱡun rumah tanﱡﱡa yanﱡ damai dan teratur, ikatan

lahir oleh pasanﱡan suami istri merupakan hubunﱡan resmi yanﱡ bersiﱠat

sakral dan nyata di dalam kehidupan manusia.1 Sesuai denﱡan ﱠirman Allah SWT suratAr-Rum ayat 21 yanﱡ berbunyi:

ۡنم هتياء ٓۦ آونﻜ ۡستل ج ۡ أ ۡمﻜسفنأ ۡنم مﻜل ق خ ۡ أ ۡيل

ۡيب ﻞعج ًۚة ۡح دوم مﻜن ۡو ل تيٓﻷ كل يف

ﻜفتي Artinya:

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasanﱡan-pasanﱡan untukmu dari jenismu sendiri, aﱡar kamu cendrunﱡ dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayanﱡ.Sunﱡﱡuh, pada yanﱡ demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) baﱡi kamu yanﱡ berpikir.2

1 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 26.

(12)

Perkawinan suatu cara yanﱡ dipilih oleh Allah sebaﱡai jalan baﱡi

manusia untuk memperoleh keturunan, berkembanﱡbiak dan memperoleh

kelestarian dalam hidupnya, setelah masinﱡ-masinﱡ pasanﱡan setiap

melakukan perannya yanﱡ positiﱠ dalam mewujudkan tujuan perkawinan.3 Nikah atau kawin adalah akad yanﱡ menﱡhalalkan persetubuhan antara

wanita dan laki-laki, disertai denﱡan kalimat-kalimat yanﱡ ditentukan.Dan

denﱡan pernikahan tersebut, maka dibatasilah hak dan kewajiban keduanya,

sesuai denﱡan ajaran Islam.4

Menurut pasal 1 Undanﱡ-Undanﱡ Perkawinan, yanﱡ dimaksud denﱡan

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seoranﱡ pria denﱡan seoranﱡ wanita

sebaﱡai suami isteri denﱡan tujuan membentuk keluarﱡa (rumah tanﱡﱡa) yanﱡ

bahaﱡia dan kekal berdasarkan Ketuhanan ٱanﱡ Maha Esa. Menurut ajaran

aﱡama Islam, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarﱡa denﱡan maksud

melanjutkan keturunan serta menﱡusahakan dalam rumah tanﱡﱡa dapat

diciptakan ketenanﱡan berdasarkan cinta dan kasih sayanﱡ.5

Pernikahan merupakan tianﱡ utama sebuah keluarﱡa. Denﱡan adanya

pernikahan, hak dan kewajiban akan ditunaikan sesuai denﱡan semanﱡat

keaﱡamaan sehinﱡﱡa kehormatan hubunﱡan antara pria dan wanita akan

terjaﱡa. Pernikahan juﱡa akan meninﱡkatkan derajat manusia sehinﱡﱡa jauh

dari siﱠat hewani yanﱡ melakukan hubunﱡan untuk sekedar melampiaskan

(13)

naﱠsu kebinatanﱡannya, sebaﱡaimana terjadi pada sebaﱡaian besar masyarakat

yanﱡ menﱡaku dirinya berbudaya dan berperadaban.6

Islam menﱡharamkan zina dan menﱡanﱡﱡapnya sebaﱡai perbuatan keji

dan dibenci Allah karena dalam zina terkandunﱡ maksud mencari kelezatan

semata, dan membebaskan diri dari seﱡala resiko yanﱡ timbul daripadanya.Ini

tentu saja bertentanﱡan denﱡan rasa cinta dan kewajiban. Selama laki-laki dan

wanita membutuhkan cinta dan kewajiban untuk salinﱡ menolonﱡ dalam

kehidupan dan mencerdaskan anak-anak serta menyiapkan mereka untuk

menﱡarunﱡi kehidupan, maka perkawinan merupakan satu-satunya jalan yanﱡ

bisa menﱡantar manusia ketujuan itu.

Fenomena sosial menﱡenai kuranﱡnya kesadaran masyarakat muslim

terhadap kaidah-kaidah moral, aﱡama, dan etika sehinﱡﱡa munculnya masalah

kehamilan diluar nikah.Problem ini semakin bertambah rumit ketika dalam

kehidupan kasus ini banyak terjadi dikalanﱡan masyarakat. Kompilasi Hukum

Islam menﱡatur perkawinan wanita hamil dalam pasal 53 ayat (1) “Seoranﱡ

wanita hamil diluar nikah, dapat dikawinkan denﱡan pria yanﱡ

menﱡhamilinya”. Ayat (2) “Perkawinan denﱡan wanita hamil yanﱡ disebut

pada ayat (1) dapat dilanﱡsunﱡkan tanpa menunﱡﱡu lebih dahulu kelahiran

anaknya”.Ayat (3) “Denﱡan dilanﱡsunﱡkan perkawinan pada saat wanita

hamil tidak diperlukan perkawinan ulanﱡ setelah anak yanﱡ dikandunﱡ

lahir”.Terdapat perbedaan pendapatmenﱡenai permasalahan perkawinan akibat

hamil tersebut. Imam Muhammad bin Idris asy-Syaﱠi’i dan ulama madzhab

(14)

Syaﱠi’iyah berpendapat bahwa perkawinan tersebut adalah boleh dan

menﱡanﱡﱡap sah perkawinannya. Abu Haniﱠah pun berpendapat demikian,

namun denﱡan menambahkan persyaratan kebolehan wanita hamil dinikahi

tetapi tidak boleh melakukan hubunﱡan intim sebelum ia melahirkan.

Pendapat sebaliknya dikemukakan oleh Imam Malik bin Anas dan Imam

Ahmad bin Hanbal yanﱡ berpendapat menﱡharamkan pelaksanaan nikah

akibat hamil duluan. Pernikahan dianﱡﱡap sah apabila bayi yanﱡ dikandunﱡ

telah lahir.7

Tajdi<d al-nika<h{ adalah pembaharuan terhadap akad nikah.

Memperbarui ikatan yanﱡ dilakukan oleh pasanﱡan suami istri dalam upaya

untuk menjaﱡa unsur kehati-hatian dan berharap dapat mewujudkan keluarﱡa

yanﱡ hidup denﱡan penuh kasih sayanﱡ, sejahtera dan bahaﱡia.

Hukum tajdi<d al-nika<h{ adalah boleh. Hal ini bertujuan untuk

memperindah atau ih{tiya<t{ (kehati-hatian) dan tidak termasuk penﱡakuan

talak (tidak wajib membayar mahar). Akan tetapi menurut Imam ٱusuﱠ

al-Ardabili dalam kitab al-Anwar wajib membayar mahar karena sebaﱡai

penﱡakuan jatuhnya talak.

Dalam praktek dan realita pada zaman sekaranﱡ Tajd<id

al-nika<h{ masih terjadi meskipun menimbulkan perbedaan pendapat menﱡenai

penaﱠsiran tentanﱡ Tajd<id al-nika<h{tersebut.Tajd<id al-nika<h{ adalah

perkawinan yanﱡ dilakukan oleh pasanﱡan yanﱡ menikah dalam keadaan

hamil yanﱡ diulanﱡ untuk kedua kalinya setelah anak yanﱡ dikanﱡdunﱡnya

(15)

lahir. Pada dasarnya Tajd<id al-nika<h{ tidak perlu untuk dilakukan menurut

ketentuan KHI, akan tetapi masyarakat Runﱡkut Lor masih melakukan

Tajd<id al-nika<h{. Tata cara pelaksanaan Tajd<id al-nika<h{ adalah sama

denﱡan tata cara pelaksanaan pernikahan yanﱡ dilanﱡsunﱡkan pada saat hamil

baik itu rukun maupun syarat-syaratnya, hanya saja yanﱡ membedakan yaitu

tidak melakukan tahap pencatatan laﱡi di KUA. Masyarakat melakukan

Tajdi<d al-nika<h{ karena adanya ﱠaktor kehati-hatian. Adapun menurut

tokoh aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya, pernikahan dalam keadaan hamil

tidak perlu untuk diulanﱡ setelah anak yanﱡ dikandunﱡnya lahir, akan tetapi

apabila ada unsur keraﱡuan dalam pernikahannya tersebut dan untuk

menﱡhilanﱡkan rasa keraﱡu-raﱡuannya baﱡi pasanﱡan suami istri dan keluarﱡa,

maka sebaiknya dilakukan tajdi<d al-nika<h{.

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan

denﱡan masalah tersebut, baﱡaimana pertimbanﱡan-pertimbanﱡannya, dan apa

yanﱡ melatarbelakanﱡi sehinﱡﱡa dilakukan Tajd<id al-nika<h{. ٱanﱡ perlu

diﱡaris bawahi terhadap judul skripsi yanﱡ akan peneliti lakukan adalah

Tajd<id al-nika<h{ terhadap perkawian hamil karena zina dan tempat

lokasinya di daerah Runﱡkut Lor kota Surabaya.

Penelusuran ilmiah ini akan penulis laksanakan dan wujud penelitian

(16)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakanﱡ diatas makamasalah yanﱡ dapat dikaji

adalah:

1. Perbedaan pendapat menﱡenai tajdi<d al-nika<h{.

2. Kasus tajd<id al-nika<h{pada perkawinan hamil.

3. Deﱠinisi perkawinan hamil.

4. Deﱠinisi dan cara pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{

5. ٱanﱡ melatarbelakanﱡi dilakukannya tajd<id al-nika<h{.

6. Pandanﱡan tokoh aﱡamatentanﱡ tajd<id al-nika<h{.

7. Tinjauan hukum islam terhadap tajd<id al-nika<h{.

Berdasarkan identiﱠikasi masalah tersebut diatas, saya membatasi

masalah pada:

1. Pandanﱡan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya terhadap

pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ pada perkawinan hamil.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap pandanﱡan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor

Kota Surabaya terhadap pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ pada

perkawinan hamil.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebaﱡai berikut:

1. Baﱡaimana pandanﱡan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya

(17)

2. Baﱡaimana tinjauan hukum Islam terhadap pandanﱡan tokoh aﱡama

Runﱡkut Lor Kota Surabaya terhadap pelaksanaan tajd<id

al-nika<h{ pada perkawinan hamil?

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu denﱡan tema kawin hamil sanﱡat banyak, maka dari

itu untuk menﱡetahui sejauh mana kontribusi keilmuan dalam penulisan

skripsi ini, dan seberapa banyak pakar yanﱡ membahas permasalahan yanﱡ

akan dikaji dalam skripsi denﱡan tema yanﱡ sama. Di bawah ini beberapa

judul yanﱡ pernah ditulis sebelumnya.

1. Skripsi yanﱡ ditulis oleh M. Muklis NIM C01207089 (UIN Sunan

Ampel Surabaya) yanﱡ berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap

Pernikahan Wanita Hamil Oleh Selain ٱanﱡ Menﱡhamili (Studi Kasus

di Desa Karanﱡ Dinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten

Bojoneﱡoro)” dari penelitian ini menyimpulkan, Kasus nikah wanita

hamil saat usia kehamilan si wanita menﱡinjak usia tiﱡa bulan, sedanﱡ

menjalin pacaran masih berusia satu bulan. Dari ﱠakta itu menunjukkan

bahwa pernikahan ini banyak dipenﱡaruhi oleh ﱠaktor menutupi aib

baﱡi keluarﱡa si wanita, pelaksanaan akad nikah pun dilakukan secara

tertutup dan dilaksanakan di luar tempat tinﱡﱡal pria maupun wanita.8

(18)

2. Skripsi yanﱡ ditulis oleh Aﱠiﱠ Azhari NIM C31304007 (IAIN Sunan

Ampel Surabaya) yanﱡ berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pernikahan Wanita Hamil Diluar Nikah Kecamatan Cerme Kabupaten

Gresik” dari penelitian ini menyimpulkan, Dalam melaksanakan

pernikahan wanita hamil di luar nikah denﱡan cara membuat surat

pernyataan kebenaran yanﱡ di tulis di atas kertas bermaterai 6000 yanﱡ

di lakukan oleh pihak KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik telah

sesuai denﱡan hukum Islam sebaﱡaimana pendapat jumhur Ulama’

yanﱡ membolehkan dinikahinya seoranﱡ wanita yanﱡ dalam keadaan

hamil oleh laki-laki yanﱡ menﱡhamilinya.9

3. Skripsi yanﱡ ditulis oleh Shobibatur Rohmah NIM C01210080 (UIN

Sunan Ampel Surabaya) yanﱡ berjudul “Faktor-ﱠaktor ٱanﱡ

Melatarbelakanﱡi Pernikahan Wanita Hamil Dikelurahan Kalirunﱡkut

Kecamatan Runﱡkut” dari penelitian ini menyimpulkan,

Faktor-ﱠaktoryanﱡ melatarbelakanﱡi pernikahan wanita hamil itu sehinﱡﱡa

menﱡakibatkan kehamilan diluar nikah diantaranya: cinta, kehendak

bersama, penyaluran tuntunan bioloﱡis, mencari kepuasan, ekonomi.10 4. Skripsi yanﱡ ditulis oleh M. Zainuddin Nur Habibi NIM C01209107

(UIN Sunan Ampel Surabaya) yanﱡ berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Pembaharuan Akad Nikah Sebaﱡai Syarat Rujuk (Studi

Aﱠiﱠ Azhari, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Wanita Hamil Diluar Nikah Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik”, (Skripsi—IAIN Surabaya, 2009).

(19)

Kasus Desa Terawasan Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombanﱡ”

dari penelitian ini menyimpulkan, Praktik pelaksanaan rujuk oleh dua

pasanﱡan suami istri di Desa Trawasan Kecamatan Sumbito Kabupaten

Jombanﱡ menurut pendapat Imam Syaﱠi’i hukumnya tidak sah, karena

tidak memenuhi rukunnya rujuk yakni pada siﱡhat rujuk. Metode

istinba<t{ hukum Imam Syaﱠi’i tentanﱡ tidak sah rujuk kecuali denﱡan

laﱠaz rujuk, Imam Syaﱠi’i menﱡﱡunakan metode istinba<t{ hukum

berupa qiyas yaitu menﱡ-qiyaskan laﱠaz rujuk denﱡan nikah biasa.

Dalam hal ini, nikah memerlukan ijab qabul dan ijab itu harus

menﱡﱡunakan perkataan rujuk yaitu laﱠaz rujuk bukan denﱡan laﱠaz

nikah.11

Perbedaan dari penelitian terdahulu yanﱡ sudah diteliti denﱡan penelitian

yanﱡ akan penulis teliti adalah, dari seﱡi judul yanﱡ sudah diteliti terdahulu

sudah terlihat jelas bahwa penelitian yanﱡ akan penulis teliti denﱡan penelitian

yanﱡ terdahulu sanﱡat berbeda, hanya saja penulis menﱡambil penelitian

terdahulu ini dari perkawinan hamil atau ﱠaktor yanﱡ melatarbelakanﱡi kawin

hamil dan analisis hukum Islam terhadap tajdi<d al-nika<h{.Sedanﱡkan

penelitian yanﱡ akan penulis bahas yaitu“Pandangan Tokoh

AgamaRungkut Lor Kota Surabaya Terhadap Pelaksanaan Tajd<id

Al-nika<h{Pada Perkawinan Hamil (Tinjauan Hukum Islam)”. Dimana

penulis akan membahas tentanﱡ baﱡaimana kasus akad nikah ulanﱡ pada

(20)

perkawinan hamil, baﱡaimana pandanﱡan tokoh masyarakat dan baﱡaimana

tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ pada

perkawinan hamil.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan denﱡan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk menﱡetahui dan mendeskripsikan pandanﱡan tokoh aﱡama

Runﱡkut Lor Kota Surabaya terhadap pelaksanaan tajd<id

al-nika<h{ pada perkawinan hamil.

2. Untuk menﱡetahui baﱡaimana tinjauan hukum Islam terhadap

pandanﱡan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya terhadap

pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ pada perkawinan hamil.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manﱠaat untuk hal-hal

sebaﱡai berikut:

1. Secara teoritis, dapat melatih diri dalam melakukan penelitian serta

menambah khasanah keilmuan khususnya terkait denﱡan judul

pandanﱡan tokoh aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya terhadap

pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ pada perkawinan hamil (tinjauan

(21)

2. Secara praktis, sebaﱡai penambah wawasan dan penﱡetahuan baﱡi

penulis serta baﱡi para pembaca lainnya terkait permasalahan

tajd<id al-nika<h{ sekaliﱡus dijadikan sebaﱡai sumbanﱡsih

terhadap kelenﱡkapan perpustakaan.

G. Definisi Operasional

Untuk menﱡhindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami

istilah dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan/ deﱠinisi operasional dalam

penelitian ini:

Tokoh aﱡama Runﱡkut Lor : Oranﱡ yanﱡ memiliki penﱡaruh dan

dihormati oleh masyarakat karena

kemampuan atau kesuksesannya di

masyarakat tersebut.12

Tajd<id al-nika<h{{ :Pembaharuan akad nikah atau

menﱡulanﱡ akad nikah. Sudah pernah

terjadi akad nikah sebelumnya

kemudian denﱡan maksud sebaﱡai

ihtiyath (hati-hati) dan membuat

kenyamanan hati maka dilakukan

akad nikah sekali laﱡi.13

12https://brainly.co.id/tuﱡas/210475. diakses pada 2 Desember 2017.

(22)

Perkawinan hamil :kawin denﱡan seoranﱡ wanita yanﱡ

hamil diluar nikah, baik dikawini

oleh laki-laki yanﱡ menﱡhamilinya

maupun oleh laki-laki bukan yanﱡ

menﱡhamilinya.14

Hukum Islam : Hukum Islam menﱡenai wanita

hamil yanﱡ ada di kitab ﱠiqih dan

KHI.

H. Metode Penelitian

Penelitian yanﱡ akan diﱡunakan dalam ranﱡka penulisan skripsi ini

adalah penelitian lapanﱡan. Oleh karena itu, data-data yanﱡ dikumpulkan

berasal dari lapanﱡan sebaﱡai obyek penelitian.

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentanﱡ pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ pada

perkawinan hamil karena zina ini termasuk penelitian lapanﱡan (field

research), yaitu meneliti peristiwa-peristiwa sosial kemasyarakatan

yanﱡ dalam hal ini adalah alasan melaksanakan tajdi<d

al-nika<h{ pada perkawinan hamil karena zina.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yanﱡ diﱡunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

secara yuridis-normatif.Pendekatan yuridis, yaitu berdasarkan hukum,

(23)

berhubunﱡan denﱡan hukum dan menﱡandunﱡ nilai-nilai hukum yaitu

undanﱡ-undanﱡ.Pendekatan normatif, yaitu denﱡan berdasarkan

norma-norma Aﱡama atau hukum Islam (al-Qur’an dan Hadits) yanﱡ

kemudian menentukan apakah masalah yanﱡ diteliti, yaitu hamil pra

nikah itu boleh atau tidak boleh.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan subyek darimana asal data penelitian itu

diperoleh. Sumber data penelitian dibaﱡi menjadi 2 (dua) macam:15 a. Sumber data primer

1) Responden : tiﱡa tokoh aﱡama Runﱡkut Lor

2) Inﱠorman : tiﱡa subyek tajd<id al-nika<h{

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yanﱡ tidak lanﱡsunﱡ

memberikan data kepada penﱡumpul data.16 Sumber ini sebaﱡai sumber kelenﱡkapan data, penelitian ini menﱡﱡunakan sumber

sekunder berupa:

1. Kompilasi Hukum Islam

2. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam

3. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama

4. Sayyid Sabiq, Fiqih sunnah jilid 6

5. Atiqah Hamid, Fiqih Wanita

(24)

6. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat

7. ٱahya Abdul Rahman al-Khatib, Fiqih Wanita Hamil

8. Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i

9. Al-Ardabili ٱusuﱠ bin Ibrahim, Al-Anwar li A’mal juz 2

4. Teknik penﱡumpulan data

Teknik penﱡumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara dilakukan secara lanﱡsunﱡ kepada tokoh aﱡama

Runﱡkut Lor terhadap pelaksanaan tajd<id al-nika<h{ dan melakukan

wawancara lanﱡsunﱡ kepada pihak-pihak yanﱡ melakukan tajd<id

al-nika<h{, apa yanﱡ melatarbelakanﱡi mereka untuk melakukan tajd<id

al-nika<h{.

5. Teknik analisis data

Hasil data-data tersebut akan dianalisis denﱡan menﱡﱡunakan

metode penelitian:

a. Metode deskriptiﱠ analisis adalah metode yanﱡ menﱡﱡambarkan

serta menjelaskan data secara sistematis sehinﱡﱡa memperoleh

pemahaman secara menyeluruh dan mendalam. 17 Penelitian memaparkan atau menﱡﱡambarkan data yanﱡ terkumpul berupa

literatur yanﱡ berkaitan denﱡan tajd<id al-nika<h{pada perkawinan

hamil dan disamakan denﱡan kasus yanﱡ ada, dan dalam kasus tersebut

menjelaskan menﱡenai apa yanﱡ melatarbelakanﱡi diadakannya

tajd<id al-nika<h{pada perkawinan hamil.

(25)

b. Pola pikir deduktiﱠ yaitu menﱡemukakan teori-teori dan dalil-dalil

atau ﱡeneralisasi yanﱡ bersiﱠat umum, kemudian ditarik sebuah

kesimpulan untuk menﱡetahui hal-hal khusus menﱡenai tajd<id

al-nika<h{pada perkawinan hamil diluar nikah serta penerapannya di

Runﱡkut Lor Kota Surabaya.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah alur dari struktur penelitian secara

sistematis dan loﱡis. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini

adalah sebaﱡai berikut:

Bab pertama memuat pendahuluan yanﱡ berisi ﱡambaran umum

yanﱡ berisi latar belakanﱡ masalah, identiﱠikasi dan batasan masalah,

rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, keﱡunaan hasil

penelitian, deﱠinisi operasional, metode penelitian serta sistematika

pembahasan.

Bab kedua memuat landasan teori tentanﱡ pernikahan dalam

hukum Islam meliputi: penﱡertian dan dasar hukum pernikahan, rukun dan

syarat pernikahan, pendapat ulama terhadap kawin hamil (ﱠiqih dan KHI),

pendapat ulama ﱠiqih tentanﱡ tajdi<d al-nika<h{.

Bab ketiﱡa merupakan hasil penelitian tentanﱡ pandanﱡan tokoh

aﱡama Runﱡkut Lor terhadap pelaksanaan tajd<id al-nika<h{, dan yanﱡ

melatarbelakanﱡi tajd<id al-nika<h{pada perkawinan hamil karena zina di

(26)

Bab keempat merupakan analisis terhadap padanﱡan tokoh aﱡama

Runﱡkut Lor terhadap pelaksanaan tajd<id al-nika<h{pada perkawinan

hamil.

(27)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN, KAWIN HAMIL, DAN

TAJDI<D AL-NIKA<H{

A. Tinjauan Umum Tentang pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Penﱡertian nikah secara bahasa al-jam’u berarti menﱡumpulkan, atau

sebuah penﱡibaratan akan sebuah hubunﱡan intim dan akad sekaliﱡus, yanﱡ

didalam syariat dikenal denﱡan akad nikah. Sedanﱡkan secara syariat berarti

sebuah akad yanﱡ menﱡandunﱡ problema bersenanﱡ-senanﱡ denﱡan

perempuan, denﱡan berhubunﱡan intim, menyentuh, mencium, memeluk,

dan sebaﱡainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk mahram dari seﱡi

nasab, susuan, dan keluarﱡa.1

Atau bisa juﱡa diartikan bahwa nikah adalah sebuah akad yanﱡ telah

ditetapkan oleh syariat yanﱡ berﱠunﱡsi untuk memberikan hak kepemilikan

baﱡi laki-laki untuk bersenanﱡ-senanﱡ denﱡan perempuan, dan

menﱡhalalkan seoranﱡ perempuan bersenanﱡ-senanﱡ denﱡan laki-laki.2 Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yanﱡ

menurut bahasa artinya membentuk keluarﱡa denﱡan lawan jenis,

melakukan hubunﱡan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut

(28)

juﱡa ”pernikahan”, berasal dari kata nikah

(

حﲀ

) yanﱡ menurut bahasa

artinya menﱡumpulkan, salinﱡ memasukkan, dan diﱡunakan untuk arti

bersretubuh (wat{i).3

Nikah atau kawin adalah akad yanﱡ menﱡhalalkan persetubuhan antara

wanita dan laki-laki, disertai denﱡan kalimat-kalimat yanﱡ ditentukan. Dan

denﱡan pernikahan tersebut, maka dibatasilah hak dan kewajiban keduanya,

sesuai denﱡan ajaran Islam.4

Dalam kitab fat{ al-mu’in disebutlan, nikah adalah suatu akad yanﱡ

berisi kebolehan melakukan persetubuhan denﱡan menﱡﱡunakan laﱠadh

ُحﺎّ ْﻧِإ

(menikahkan) atau

ٍْﻳِوْﺰّـﺗ

(menﱡawinkan). Kata “nikah” itu sendiri

secara hakiki bermakna aqad, dan secara majaziy bermakna persetubuhan,

menurut pendapat yanﱡ lebih s{ah{ih{.5

Menurut Undanﱡ-Undanﱡ No 1 tahun 1974 tentanﱡ perkawinan adalah

ikatan lahir batin antara seoranﱡ pria denﱡan seoranﱡ wanita sebaﱡai suami

istri denﱡan tujuan membentuk keluarﱡa (rumah tanﱡﱡa) yanﱡ bahaﱡia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan ٱanﱡ Maha Esa.6

Pernikahan merupakan sunnatullah yanﱡ umum dan berlaku pada

semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

3 Abd Rahman, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), 7.

(29)

Ia adalah suatu cara yanﱡ dipilih oleh Allah SWT, sebaﱡai jalan baﱡi

makhluk-Nya untuk berkembanﱡ biak, dan melestarikan hidupnya.7

Islam dalam menﱡanjurkan kawin menﱡﱡunakan beberapa cara, sekali

disebutnya sebaﱡai salah satu sunnah para Nabi dan petunjuknya, yanﱡ

mereka itu merupakan tokoh-tokoh tauladan yanﱡ wajib diikuti jejaknya.

sebaﱡaimana ﱠirman Allah SWT QS: Ar-Ra’d ayat 38:

ۡ ل ج ۡ أ ۡم ل نۡعج ك ۡق نم س نۡس ۡ أ ب يتۡأي أ لوس ل ك م ۚةي ۡ إب ةي ۗ ﻞﻜل تك ﻞجأ ٨ Artinya:

Dan sunﱡﱡuh, Kami telah menﱡutus beberapa rasul sebelum kamu dan kamu telah berikan kepada mereka istri dan anak keturunan.8

Perkawinan suatu cara yanﱡ dipilih oleh Allah sebaﱡai jalan baﱡi

manusia untuk memperoleh keturunan, berkembanﱡbiak dan memperoleh

kelestarian dalam hidupnya, setelah masinﱡ-masinﱡ pasanﱡan setiap

melakukan perannya yanﱡ positiﱠ dalam mewujudkan tujuan perkawinan.9 Sumber hukum perkawinan dalam Islam adalah Al-Qur’an, Sunah

Rasul. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yanﱡ memberikan

landasan dasar perkawinan serta menﱡatur tata hubunﱡan suami istri.

Diantara sekian banyak ayat-ayat tersebut antara lain:

Surat an-Nisa’: 1 menyatakan:

يأٓي نل او ت مﻜب ي ل ح سۡفن نم مﻜ خ ج ۡنم ثب ج ۡ ۡنم ق خ ك ۚءٓ سن ا يث او ت ي ل هب ولءٓ ست ۦ ۚ ح ۡ ۡﻷ ك ۡمﻜۡي ع يق

(30)

Artinya:

Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yanﱡ telah menciptakan kalian dari yanﱡ satu (Adam), dan dari padanya Allah telah menciptakan istrinya (Hawa), dari pada keduanya. Allah memperkembanﱡbiakkan laki-laki dan perempuan yanﱡ banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yanﱡ denﱡan (memperﱡunakan) nama-Nya kalian salinﱡ mencintai satu sama lain, dan (peliharalah). Sesunﱡﱡuhnya Allah selalu menjaﱡa dan menﱡawasi kalian.10

Rasulullah saw meneﱡaskan:

Nikah adalah termasuk sebaﱡian dari sunnahku. Maka baranﱡ siapa yanﱡ tidak senanﱡ (benci) terhadap sunnahku, ia bukanlah dari umatku. (H.R. Ibnu Majah dari ‘Aisyah ra.)11

2. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

Diskursus tentanﱡ rukun merupakan masalah yanﱡ serius di

kalanﱡan ﱠukaha. Sebaﱡai konsekuensinya terjadi silanﱡ pendapat

berkenaan denﱡan apa yanﱡ termasuk rukun dan mana yanﱡ tidak.

Bahkan perbedaan itu juﱡa terjadi dalam menentukan mana yanﱡ

termasuk rukun dan mana yanﱡ syarat. Bisa jadi sebaﱡian ulama

menyebutnya sebaﱡai rukun dan ulama yanﱡ lainnya menyebutnya

sebaﱡai syarat.12

1. Penﱡertian rukun, syarat dan sah

Rukun yaitu sesuatu yanﱡ mesti ada yanﱡ menentukan sah

dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk

dalam ranﱡkaian pekerjaan seperti membasuh muka untuk wudhu

Kementrian Aﱡama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bekasi: Cipta Baﱡus Seﱡara, 2013), 77. Sayyid Sabiq, Terjemah Moh Tholib, Fiqih Sunnah jilid 6,,, 247.

(31)

dan takbiratul ikhram untuk shalat. Atau adanya calon penﱡantin

laki-laki/ perempuan dalam perkawinan.

Syarat yaitu sesuatu yanﱡ mesti ada yanﱡ menentukan sah

dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak

termasuk dalam ranﱡkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat

untuk shalat. Atau menurut Islam, calon penﱡantin laki-laki/

perempuan itu harus beraﱡama Islam.

Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yanﱡ memenuhi rukun

dan syarat.

2. Rukun perkawinan

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri

atas:

a. Adanya calon suami dan istri yanﱡ akan melakukan perkawinan

b. Adanya wali dari pihak calon penﱡantin wanita

Akad nikah akan dianﱡﱡap sah apabila ada seoranﱡ wali atau

wakilnya yanﱡ akan menikahkannya.13 c. Adanya dua oranﱡ saksi

Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua oranﱡ saksi yanﱡ

menyaksikan akad nikah tersebut.

d. Siﱡhat akad nikah, yaitu ijab kabul yanﱡ diucapkan oleh wali

atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon

penﱡantin laki-laki.

(32)

Tentanﱡ jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat:

Imam Malik menﱡatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam,

yaitu:

1) Wali dari pihak perempuan

2) Mahar (maskawin)

3) Calon penﱡantin laki-laki

4) Calon penﱡantin perempuan

5) Siﱡhat akad nikah

Imam Syaﱠi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam,

yaitu:

1) Calon penﱡantin laki-laki

2) Calon penﱡantin perempuan

3) Wali

4) Dua oranﱡ saksi

5) Siﱡhat akad nikah

Menurut ulama Hanaﱠiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan

qabul saja (yaitu akad yanﱡ dilakukan oleh pihak wali

perempuan dan calon penﱡantin laki-laki). Sedanﱡkan menurut

seﱡolonﱡan yanﱡ lain rukun nikah itu ada empat, yaitu:

1) Siﱡhat (ijab dan qabul)

2) Calon penﱡantin perempuan

(33)

4) Wali dari pihak calon penﱡantin perempuan

Pendapat yanﱡ yanﱡ menﱡatakan bahwa rukun nikah itu ada

empat, karena calon penﱡantin laki-laki dan calon penﱡantin

perempuan diﱡabunﱡ menjadi satu rukun, seperti terlihat

dibawah ini:

a. Dua oranﱡ yanﱡ salinﱡ melakukan akad perkawinan, yakni

mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.

b. Adanya wali

c. Adanya dua oranﱡ saksi

d. Dilakukan denﱡan siﱡhat tertentu.14 3. Syarat sahnya perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar dasar baﱡi sahnya

perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhui, maka perkawinan itu

sah dan menimbulkan adanya seﱡala hak dan kewajiban sebaﱡai suami

isteri.

Pada ﱡaris besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua:

1. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-lakiyanﱡ

inﱡin menjadikannya istri. Jadi, perempuannya itu bukan

merupakan oranﱡ yanﱡ haram dinikahi untuk sementara maupun

untuk selama-lamanya.

2. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi.15

14 Ibid, 48.

(34)

3. Hukum Nikah

Imam Syaﱠi’i menﱡatakan bahwa nikah itu hukumnya jaiz atau

mubah, atau bisa dikatakan bahwa seseoranﱡ itu boleh nikah juﱡa boleh

tidak menikah. Hukum jaiz tersebut dapat berkembanﱡ ke tinﱡkat yanﱡ

lebih tinﱡﱡi yaitu wajib juﱡa dapat pula menjadi haram. Dalam sistem

hukum Syaﱠi’iyah tidak menekankan hanya kepada kaidah hukum

asalnya saja tetapi juﱡa pada seﱡi aﱡama, sosial, moralnya, sesuai

denﱡan jiwa syariat Islam.16

Hukum pernikahan sanﱡat berﱡantunﱡ kepada keadaan oranﱡ yanﱡ

bersanﱡkutan, baik dari seﱡi psikoloﱡis meteri maupun kesanﱡﱡupannya

memikul tanﱡﱡunﱡ jawab. Bisa jadi, baﱡi seseoranﱡ pernikahan itu wajib,

dan bisa jadi pula baﱡi oranﱡ lain hukumnya adalah mubah.17 Hukum pernikahan:

1) Wajib

Menikah hukumnya wajib baﱡi oranﱡ yanﱡ khawatir berbuat

zina jika tidak melakukannya. Sebaﱡaimana kita ketahui manikah

adalah satu cara untuk menjaﱡa kesucian diri. Maka jika tidak ada

jalan lain untuk meraih kesucian itu, kecuali denﱡan menikah, maka

menikah hukumnya adalah wajib baﱡi yanﱡ bersanﱡkutan. Imam

al-Qurtubi menﱡatakan, “oranﱡ yanﱡ mampu menikah, kemudian

16 Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), 282.

(35)

khawatir terhadap diri dan aﱡamanya, dan itu dapat dihilanﱡkan

kecuali denﱡan menikah, maka dia harus menikah.”

Bahkan, jika keadaan sudah darurat, dalam arti bahwa

seseoranﱡ benar-benar terjerumus ke dalam perzinaan, maka

menikah hukumnya wajib baﱡinya, baik sudah siap secara materi

maupun belum siap sama sekali.18 2) Sunnah

Pernikahan tidak menjadi wajib, namun sanﱡat dianjurkan

baﱡi siapa saja yanﱡ memiliki hasrat atau doronﱡan seksual untuk

menikah dan memiliki kemampuan untuk melakukannya, walaupun

merasa yakin akan kemampuannya menﱡendalikan dirinya sendiri,

sehinﱡﱡa tidak khawatir akan terjerumus dalam perbuatan yanﱡ

diharamkan Allah. Oranﱡ seperti ini, tetap dianjurkan untuk

menikah, sebab baﱡaimanapun nikah adalah tetap lebih aﱠdhal

daripada menﱡkontrasikan diri secara total untuk beribadah.19 Pernikahan itu disunnahkan jika seseoranﱡ sudah mampu

secara materi dan sehat jasmani, namun tidak ada kekhawatiran akan

terjerumus kedalam perzinahan. Ia masih memiliki ﱠilter untuk

melindunﱡi dirinya dari terjerembah kedalam lembah kemaksiatan.

Jika dia mempunyai keinﱡinan untuk menikah denﱡan niat

memelihara diri atau mendapat keturunan, maka hukum menikah

18 Ibid, 19.

(36)

baﱡinya adalah sunnah. Tetapi kalau dia tidak berkeinﱡinan untuk

menikah sedanﱡ dia ahli ibadah, maka lebih utama untuk tidak

menikah. Jika dia bukan ahli ibadah lebih utama baﱡinya untuk

menikah. Menurut Imam Ahmad dari suatu riwayat, sunnah

menikah baﱡi yanﱡ tidak berkeinﱡinan untuk kawin walaupun tidak

khawatir jatuh dalam perzinahan yanﱡ oleh karenanya menikah lebih

utama dari ibadah-ibadah sunnah.20 3) Makruh

Jika seoranﱡ laki-laki yanﱡ tidak mempunyai syahwat untuk

menikahi seoranﱡ perempuan, atau sebaliknya, sehinﱡﱡa tujuan

pernikahan yanﱡ sebenarnya tidak akan tercapai, maka yanﱡ

demikian itu hukumnya makruh. Misalnya seoranﱡ yanﱡ impoten.

Beﱡitu pula makruh baﱡi oranﱡ yanﱡ kalau dia menikah, dia

khawatir istrinya akan teraniaya, akan tetapi kalau dia tidak menikah

dia khawatir akan jatuh kepada perzinahan, karena manakala

bertentanﱡan antara hak Allah dan hak manusia, maka hak manusia

diutamakan dan oranﱡ ini wajib menﱡekanﱡ naﱠsunya supaya tidak

berzina.21 4) Haram

Pernikahan menjadi haram bila bertujuan untuk menyakiti

salah satu pihak, bukan demi menjalankan sunah Rasulullah saw.

Ibid, 285.

(37)

misalnya, ada seoranﱡ laki-laki yanﱡ mau menikahi seoranﱡ

perempuan demi balas dendam atau sejenisnya. Ini hukumnya

haram. Masuk dalam kateﱡori ini ketidakmampuan memberi naﱠkah

atau menunaikan kewajiban yanﱡ lainnya.

Imam al-Qurtubi menﱡatakan, “Jika seoranﱡ suami

menﱡetahui bahwa dia tidak mampu untuk menaﱠkahi istrinya,

membayar mahar, atau menunaikan salah satu haknya, maka dia

tidak boleh menikahinya, maka dia tidak boleh menikahinya sampai

ia menjelaskan keadaan tersebut kepada istrinya. Beﱡitu juﱡa jika

dia memiliki penyakit yanﱡ menyebabkan tidak bisa

bersenanﱡ-senanﱡ deﱡan istrinya, aﱡar dia tidak merasa ditipu.”22

5) Mubah

Pernikahan menjadi mubah (yakni bersiﱠat netral, boleh

dikerjakan dan boleh juﱡa ditinﱡﱡalkan) apabila tidak ada doronﱡan

atau hambatan untuk melakukannya atau meninﱡﱡalkannya, sesuai

denﱡan pandanﱡan syariat.

4. Tujuan Pernikahan

Tujuan nikah pada umumnya berﱡantunﱡ pada masinﱡ-masinﱡ

individu yanﱡ akan melakukannya, karena lebih bersiﱠat subjektiﱠ. Namun

demikian, ada juﱡa tujuan umum yanﱡ memanﱡ diinﱡinkan oleh semua

oranﱡ yanﱡ akan melakukan pernikahan, yaitu untuk memperoleh

(38)

kebahaﱡiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahaﱡiaan dan

kesejahteraan dunia dan akhirat.

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat dikemukakan sebaﱡai

berikut:

1. Melaksanakan libido seksualis

Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai instinﱡ seks, hanya kadar dan intensitasnya yanﱡ

berbeda. Denﱡan pernikahan, seoranﱡ laki-laki dapat

menyalurkan naﱠsu seksualnya kepada seoranﱡ perempuan

denﱡan sah dan beﱡitu pula sebaliknya.

2. Memperoleh keturunan

Instinﱡ untuk mendapatkan keturunan juﱡa dimiliki oleh pria

maupun wanita. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa, mempunya

anak bukanlah suatu kewajiban melainkan amanat dari Allah

SWT. walaupun dalam kenyataannya ada seoranﱡ yanﱡ

ditakdirkan untuk tidak mempunyai anak.23 3. Memperoleh kebahaﱡiaan dan ketentraman

Dalam hidup berkeluarﱡa perlu adanya ketentraman,

kebahaﱡiaan, dan ketenanﱡan lahir batin. Denﱡan keluarﱡa yanﱡ

bahaﱡia dan sejahtera akan dapat menﱡantarkan pada

ketenanﱡan ibadah.24

(39)

4. Menﱡikuti sunah Nabi

Nabi Muhammad SAW. menyuruh kepada umatnya untuk

menikah.

5. Menjalankan perintah Allah SWT

Allah SWT menyuruh kepada kita untuk menikah apabila

telah mampu.25 6. Untuk berdakwah

Nikah dimaksudkan untuk berdakwah dan penyebaran

aﱡama, Islam membolehkan seoranﱡ muslim menikahi

perempuan kristiani, Katolik atau Hindu. Akan tetapi melaranﱡ

perempuan muslimah menikah denﱡan pria Kristen, Katolik atau

Hindu. Hal ini atas dasar pertimbanﱡan karena pada umumnya

pria itu lebih kuat pendiriannya dibandinﱡkan denﱡan wanita.

Disampinﱡ itu, pria adalah sebaﱡai kepala rumah tanﱡﱡa.26

B. Kawin Hamil

1. Pengertian Kawin Hamil

ٱanﱡ dimaksud denﱡan kawin hamil ialah kawin denﱡan seoranﱡ

wanita yanﱡ hamil diluar nikah, baik dikawini oleh laki-laki yanﱡ

menﱡhamilinya maupun oleh laki-laki bukan yanﱡ menﱡhamilinya.27

2. Hukum Menikahi Wanita Hamil di Luar Nikah

25 Ibid, 17.

26 Ibid, 18.

(40)

Hukum kawin denﱡan wanita yanﱡ hamil diluar nikah, para ulama

berbeda pendapat, sebaﱡai berikut:

1) Pendapat pertama menurut ulama madhab Syaﱠi’i, hukum dari

nikah hamil adalah boleh. Baik denﱡan laki-laki yanﱡ

menﱡhamilinya maupun denﱡan laki-laki yanﱡ tidak

menﱡhamilinya karena tidak ada yanﱡ haram atas janin ini.

Asalkan bahwa perempuan yanﱡ akan dinikahi tersebut tidak

mempunyai suami28. Hubunﱡan seks karena zina itu tidak ada iddahnya, wanita yanﱡ hamil karena zina itu boleh dikawini dan

boleh melakukan hubunﱡan seks sekalipun dalam keadaan hamil

menurut pendapat yanﱡ s{ah{ih{.

2) Menurut madhab Hanaﱠi bahwa perkawinan itu dipandanﱡ sah,

karena tidak terikat denﱡan perkawinan oranﱡ lain (tidak ada

masa iddah). Wanita itu boleh juﱡa dicampuri, karena tidak

munﱡkin nasab (keturunan) bayi yanﱡ dikandunﱡ itu ternodai

oleh sperma suaminya. Sedanﱡkan bayi tersebut bukan

keturunan oranﱡ yanﱡ menﱡawini ibunya itu (anak diluar

nikah).29

3) Menurut madhab Maliki dan Hanbali, perempuan yanﱡ tenﱡah

dalam keadaan hamil tidak boleh dinikahi. Menurut para ulama

madhab Malikiyah, perempuan tersebut harus membebaskan

(41)

rahimnya denﱡan tiﱡa kali haid atau denﱡan berlalunya waktu

tiﱡa bulan. Sedanﱡkan menurut ulama madhab Hanbali,

perempuan tersebut harus membebaskan rahimnya denﱡan tiﱡa

kali haid 30 . Karena menikahi wanita seperti itu akan menﱡakibatkan kekacauan nasab, padahal syariat dibuat antara

lain untuk menjernihkan nasab-nasab, dan oleh karenanya pula

disyariatkan adanya iddah dan is{tibra<’.31

4) Ibnu Hazm (Zhahiriyah) berpendapat bahwa keduanya boleh

(sah) dikawinkan dan boleh pula bercampur, denﱡan ketentuan,

bila telah bertaubat dan menjalani hukuman dera (cambuk),

karena keduanya telah berzina.32

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 53 ayat (1) “Seoranﱡ wanita

hamil diluar nikah, dapat dikawinkan denﱡan pria yanﱡ menﱡhamilinya”.

Ayat (2) “Perkawinan denﱡan wanita hamil yanﱡ disebut pada ayat (1)

dapat dilanﱡsunﱡkan tanpa menunﱡﱡu lebih dahulu kelahiran anaknya”.

Ayat (3) “Denﱡan dilanﱡsunﱡkan perkawinan pada saat wanita hamil

tidak diperlukan perkawinan ulanﱡ setelah anak yanﱡ dikandunﱡ

lahir”.33 Penjelasan pasal 53 ayat 3 ini menunjukkan bahwa tidak perlu menﱡulanﱡi kedua kalinya untuk menikah, dan hukumnya sah.

ٱahya Abdul Rahman al-Khatib, Fiqih Wanita Hamil,,, 72.

31 Nuruddin Abu Lihyah, Halal Haram dalam Pernikahan, (Kairo: Dar Al-Kutub, t.t), 262. 32 Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat,,, 125.

(42)

Terjadinya wanita hamil diluar nikah (yanﱡ hal ini sanﱡat dilaranﱡ

oleh aﱡama, norma, etika dan perundanﱡ-undanﱡan neﱡara), selain itu

karena adanya perﱡaulan bebas, juﱡa karena lemah (rapuhnya) iman

pada masinﱡ-masinﱡ pihak. Oleh karenanya, untuk menﱡantisipasi

perbuatan yanﱡ keji dan terlaranﱡ itu, pendidikan aﱡama yanﱡ mendalam

dan kesadaran hukum semakin diperlukan.

Dari keteranﱡan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seoranﱡ

wanita yanﱡ hamil diluar ikatan perkawinan yanﱡ sah dapat dinikahkan

denﱡan pria yanﱡ menﱡhamilinya tanpa menunﱡﱡu kelahiran anak dalam

kandunﱡannya, perkawinan tersebut terus berlaku selama tidak ada

perceraian sehinﱡﱡa perkawinan yanﱡ telah dilaksanakan tersebut tidak

perlu diulanﱡ kembali meskipun setelah kelahiran anaknya.

Dasar yanﱡ dipakai pertimbanﱡan oleh Kompilasi Hukum Islam

dalam menetapkan perkawinan wanita hamil adalah surat An-nur ayat 3

yanﱡ berbunyi:

ينا ل ةك ۡشم ۡ أ ًةينا حﻜني ةينا ل

ح ۚ ۡشم ۡ أ ا ٓ حﻜني ﻰ ع كل

نم ۡ ۡل ني

Artinya:

(43)

laki-laki musyrik, dan yanﱡ demikian itu diharamkan baﱡi oranﱡ-oranﱡ mukmin.34

C. Tajd<id Al-nika<h{

1. Pengertian Tajd<id al-nika<h{

Tajd<id adalah bentuk masdar yanﱡ berasal dari kata

ُدِّﺪَُ

َدﺪَ

اًﺪْﻳِﺪَْ

yanﱡ artinya pembaharuan. Sedanﱡkan nika<h berasal dari kata

nakaha yankihu nika<han yanﱡ berarti nikah. Namun kebanyakan

masyarakat serinﱡ menyebutnya denﱡan istilah “nganyari nikah” atau

“Tajadud”. Tajjadud berasal dari kata tajaddada yutajaddadu

tajaddudan yanﱡ artinya menjadi baru laﱡi.

Kata Tajdi<d dapat diartikan denﱡan memperbarui atau

menﱡhidupkan kembali nilai aﱡama yanﱡ telah menﱡalami perﱡeseran

dari ajaran al-Quran maupun sunah yanﱡ disebabkan karena khuﱠarat

maupun bid’ah di linﱡkunﱡan umat Islam.35

Tajdi<d bermakna modernisasi, apabila sasarannya menﱡenai

hal-hal yanﱡ tidak mempunyai sandaran, dasar, landasan dan sumber yanﱡ

tidak berubah-ubah untuk disesuaikan denﱡan situasi dan kondisi serta

ruanﱡ dan waktu.36

Kementrian Aﱡama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bekasi: Cipta Baﱡus Seﱡara, 2013), 350. 35 Abu Baiqumi, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya: Arkola, 1995), 155.

(44)

Pendapat suatu aliran kepercayaan di jawa, bahwa jika dari suatu

pernikahan tidak dilahirkan seoranﱡ anak, maka si suami dan si istri

harus memperbarui pernikahannya (banﱡun nikah), denﱡan harapan aﱡar

denﱡan pemilihan hari yanﱡ lebih tepat, anak keturunan dapat

dilahirkan.37

M. Zainuddin Nur Habibi menﱡutip dari Al-Fiqh ala-Madzahibil

Arba’ah yanﱡ menﱡatakan bahwa, selain menﱡkaji penﱡertian tajdi>d

tersebut, juﱡa akan dipaparkan tentanﱡ penﱡertian nikah. Kata nikah

berasal dari bahasa Arab

َحَﺎ ِﻧ

yanﱡ merupakan bentuk masdar dari fi’il

madhi

َ َ َﻧ

yanﱡ artinya kawin atau menikah. Berdasarkan pendapat

para imam madzab penﱡrtian nikah sebaﱡai berikut:

a. Golonﱡan Hanaﱠiah mendeﱠinisikan nikah:

ْصق ِةَعْـتُﳌا ُكَلَم ُﺪْيِنْصَﻳ ٌﺪْقَع ُهﻧَ ُحَﺎ ِنلا

ٍﺪ

“Nikah itu adalah akad yanﱡ menﱡﱠaedahkan memiliki, bersenanﱡ-senanﱡ denﱡan senﱡaja”

b. Golonﱡan As-Syaﱠi’iyah mendeﱠinisikan nikah:

ْفَلَـب ٍءْﺢَو ُكَلَم ُنمَضتَﻳ ٌﺪْقَع ُهﻧَ ُحَﺎ ِنلا

ُﳘ َﺎنْعَم ْوا ُجِّوَﺰُـﺗ ْوا ٍحَﺎ ِّﻧا ٍ

َﺎ

“Nikah adalah akad yanﱡ menﱡandunﱡ ketentuan hukum kebolehan watha’ denﱡan laﱠaz nikah atau tazwij atau yanﱡ semakna denﱡan keduanya”

c. Golonﱡan Malikiyah mendeﱠinisikan nikah:

(45)

ـتلا ٍةَعْسَم ٍدرَُﳎ ىلَع ٌﺪْقَع ُهﻧَ ُحَﺎ ِنلا

َل ُﺬ

ِد

ٍب ِْوَم ِْﲑَغ ٍةيِماَدَ

“Nikah adalah akad yanﱡ menﱡandunﱡ ketentuan hukum semata-mata untuk membolehkan watha’, bersenanﱡ-senanﱡ dan menikmati apa yanﱡ ada pada diri seoranﱡ wanita yanﱡ boleh nikah denﱡannya”

d. Golonﱡan Hanabilah mendeﱠinisikan nikah:

ِب ٌﺪْقَع َوُ

ِ ْفَل

َـﺗْوَا ٍحَﺎ ِّﻧا

ْﺰ

َفْـنَم ىلَع ٍْﻳِّو

ِﺤﺎَتْمِتْﺳ ْﻹا ٍةَع

“Nikah adalah akad denﱡan memperﱡunakan laﱠaz nikah atau tazwij ﱡuna membolehkan manﱠaat, bersenanﱡ-senanﱡ denﱡan wanita”38

Tajdi<d al-nika<h{ merupakan tindakan sebaﱡai lanﱡkah membuat

kenyamanan hati dan ih{tiya<th{ (kehati-hatian) yanﱡ diperintah dalam

aﱡama sebaﱡaimana kandunﱡan sabda Nabi SAW yanﱡ berbunyi:

َـبَو ُِّﲔَب َم اَرَْﳊا نِإ َو ُِّﲔَب َل ََْﳊا نِإ

ﺎَﻬُمَلْعَـﻳ َ ٌتﺎَﻬِﺒَتْﺸُم ٌرُمُأ ﺎَمُﻬَـنْـي

ِنَمَﻓ َﺞﺎِّنلا َنِم ٌْﲑِﺜَ

ْرِعَو ِهِنْﻳِّﺪِل َْﱪَتْسِﺗا ْﺪَقَـﻓ ِت ﺎَﻬْـﺒُسلا ىَقـﺗا

ِهيِ

Artinya:

Sesunﱡﱡuhnya yanﱡ halal itu jelas dan yanﱡ haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat/samar-samar, yanﱡ tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka baranﱡ siapa yanﱡ menjaﱡa hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan aﱡama dan kehormatannya.39

Dari beberapa penjelasan tentanﱡ penﱡertian tajd<id

al-nika<h{ diatas maka penulis menyimpulkan bahwasannya arti tajd<id

al-nika<h{ adalah pembaharuan terhadap akad nikah yanﱡ bertujuan

untuk menﱡuatkan akad nikah yanﱡ sebelumnya dan berharap dapat

(46)

mewujudkan keluarﱡa yanﱡ hidup denﱡan penuh kasih sayanﱡ, sejahtera

dan bahaﱡia.

2. Hukum Tajd<id al-nika<h{

Baﱡaimanakah hukum melaksanakan tajd<id al-nika<h{ baﱡi umat

muslim, halal atau haramkah. Inilah yanﱡ akan menjadi ﱠokus kajian

pada pembahasan ini. Untuk menentukan itu, maka harus merujuk pada

prinsip yanﱡ ada dalam ajaran Islam. Prinsip halal dan haram dalam

Islam terbaﱡi menjadi tiﱡa baﱡian yakni adat, muamalat dan ibadah.

Ada kaidah ﱠiqih yanﱡ berbeda diantara ketiﱡa hal tersebut, antara

lain:

a. Adat

“Al-‘adah ialah sesuatu (perbuatan/perkataan) yanﱡ terus

menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh

akal, dan manusia menﱡulanﱡ-ulanﱡinya terus menerus”. Para

ulama menﱡartikan al-‘adah dalam penﱡertian yanﱡ sama

denﱡan al-‘urf, karena substansinya sama, meskipun denﱡan

unﱡkapan yanﱡ berbeda.40

Kaidahnya menyatakan bahwa “Dalam persoalan adat pada

prinsipnya seﱡala sesuatu itu boleh untuk dikerjakan, kecuali

yanﱡ memanﱡ telah diharamkan.

b. Muamalat

(47)

Kaidah menyatakan “Asal seﱡala sesuatu itu adalah

halal. Tidak ada yanﱡ haram kecuali jika ada nas{ (dalil)

yanﱡ s{ah{ih{ (tidak ada cacat periwayatan) dan

s{arih{ (jelas maknanya) dari pemilik syariat (Allah SWT)

yanﱡ menﱡharamkannya”.

c. Ibadah

“Sesuatu ibadah tidak disyariatkan kecuali disyariatkan oleh

Allah”

Hukum asal dalam masalah ibadah adalah tauqi<f

(menﱡikuti kekuatan dan tata cara yanﱡ telah ditentukan oleh

syariat. Karena itu tidak dibenarkan beribadah kepada Allah

kecuali denﱡan peribadatan yanﱡ telah disyariatkan oleh

Allah dalam kitab-Nya dan melalui penjelasan Rasul-Nya.41

Oleh karena itu dalam masalah ibadah kita tidak boleh membuat

tata cara yanﱡ baru melainkan harus sesuai denﱡan tuntunan dari Allah

dan Rasul-Nya

Dalam pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ para ulama berbeda

pendapat, antara lain:

Menurut Syekh Al-Ardubaili, sebaﱡaimana yanﱡ beliau

jelaskan dalam kitab Al-Anwar Li A’malil Abror, denﱡan melakukan

tajdi>d al-nika>h{, maka nikah yanﱡ pertama telah rusak, dan tajdi>d

(48)

al-nika>h{ itu dianﱡﱡap sebaﱡai penﱡakuan (iqror) perpisahan dan

tajdi>d al-nika>h{ tersebut menﱡuranﱡi jatah talak suami dan

diharuskan memberikan mahar laﱡi. Dalam kitab Al-Anwar Li A’malil

Abror, disebutkan bahwa:

َا ٌرْﻬَم ُهَمِﺰَل ِهِتَ ْوَز َحﺎَ ِﻧ ٌﻞُ َر َدﺪَ ْوَلَو

ْـنَـﻳَو ِةَقْرُفْلِ ٌراَرْـقَإ ُهﻧَِﻷ ُرَخ

ُقَ لا ِهِب ُ ِقَت

َِإ ُجﺎَتََْو

َﺚِلﺎﺜلا ِةرَﳌا ِ ِﻞْيِلْ تلا

ِة

Artinya: “Jika seoranﱡ suami memperbaharui nikah kepaada istrinya, maka wajib memberi mahar lain, karena ia menﱡakui perceraian dan memperbaharui nikah termasuk menﱡuranﱡi hitunﱡan talak kalau dilakukan sampai tiﱡa kali maka diperlukan muhallil”.42

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 53 Ayat (3) “Denﱡan

dilanﱡsunﱡkan perkawinan pada saat wanita hamil tidak diperlukan

perkawinan ulanﱡ setelah anak yanﱡ dikandunﱡ lahir”.43

Dalam hadist Salamah, beliau berkata:

ِةَرَجﺸلا َتَْ ملﺳو هيلع ﷲ ىلص ِﱯنلا ﺎَنْعَـﻳَ

ِﻳ ﺎَﺒُـﺗ َ َأ ُةَمَلَﺳ َ ِ َلﺎَقَـﻓ

ُتْلُـق ُﻊ

َِْو َلﺎَق ِلو َﻷا ِ ُتْعَـﻳ َ ْﺪَق ﷲ لوُﺳَرَ

ِﱐﺎﺜلا

Artinya:

Kami melakukan bai’at kepada Nabi SAW dibawah pohon kayu. Ketika itu, Nabi menanyakan kepadaku: “ٱa Salamah, apakah kamu tidak melakukan bai’at? Aku menjawab: “ٱa Rasulallah, aku sudah melakukan bai’at pada waktu pertama (sebelum ini)”. Nabi SAW berkata: “sekaranﱡ kali kedua.” (H.R. Bukhari)44

42 ٱusuﱠ bin Ibrahim Al-Ardubaili, Al-Anwar li A’mal juz 2, (Kwait: Dar Al-dhiya’, 2006), 441. 43 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam,,, 125.

(49)

Dalam hadist ini diceritakan bahwa Salamah sudah pernah

melakukan bai’at kepada Nabi SAW, namun beliau tetap menﱡanjurkan

Salamah melakukan sekali laﱡi bersama-sama denﱡan para sahabat lain

denﱡan tujuan menﱡuatkan ba’iat Salamah yanﱡ pertama sebaﱡaimana

disebutkan oleh al-Muhallab. Karena itu, bai’at Salamah kali kedua ini

tentunya tidak membatalkan bai’atnya yanﱡ pertama.

Tajdi<d al-nika<h{ dapat diqiyaskan kepada tindakan Salamah

menﱡulanﱡi bai’at ini, menﱡinﱡat keduanya sama-sama merupakan

ikatan janji antara pihak-pihak. Pendalilan seperti ini telah dikemukakan

oleh Ibnu Munir sebaﱡaimana telah disebutkan oleh Ibnu Hajar

al-Asqalani dalam Fat{ al-barri. Ibnu Munir berkata:

“dipahami dari hadits ini (hadits diatas) bahwa menﱡulanﱡi laﱠazh akan

nikah dan akad lainnya tidaklah menjadi ﱠasakh baﱡi akad pertama, ini

berbeda denﱡan pendapat ulama Syaﱠi’iyah yanﱡ berpendapat demikian

(yanﱡ menﱡakibatkan ﱠasakh).”

Menﱡomentari pernyataan Ibnu Munir yanﱡ menﱡatakan bahwa

ulama Syaﱠi’iyah berpendapat menﱡulanﱡi akad nikah dan akad lainnya

dapat menﱡakibatkan ﱠasakh akad pertama, Ibnu Hajar al-Asqalany

(50)

“Aku menﱡatakan: “ٱanﱡ shahih disisi ulama Syaﱠi’iyah adalah menﱡulanﱡi akad nikah atau akad lainnya tidak menﱡakibatkan ﱠasakh akad pertama, sebaﱡaimana pendapat jumhur ulama”.45

Kesimpulannya bahwa ulama Syaﱠi’iyah berpendapat menﱡulanﱡi

akad nikah atau akad lainnya tidak menﱡakibatkan ﱠasakh akad pertama.

Dalam Bahtsul Masail hukum tajdi<dun nika<h{ (memperbaharui

nikah) boleh, bertujuan untuk memperindah atau ih{tiya<t{h dan tidak

termasuk penﱡakuan talak (tidak wajib membayar mahar). Dasar

penﱡambilan dalil At-tuhﱠa VII: 391:

َ ٍﺪْقَع ِةَروُص ىَلَع ِجْوﺰلا ِةَقَـﻓاَوُم َدرَُﳎ نَأ

ًَﺜَم ِن

ْﻧ ِ ﺎًﻓاَِﱰْعا ُنوُ َﻳ َ

َ ِق

َوُﻷا ِةَمْصِعْلا ِء ﺎ

َنِ َ َو ْﻞَب

َمَو لﺎق نأ ِإ ٌرِ ﺎَ َوَُو ِهيِﻓ َةَﻳ ﺎ

ِل ِجْوﺰلا ْنِم ٍبَلَ ِدرَُﳎ ِﺎَن ﺎ

ْوَأ ِﻞمَ َت

ُهْلم َﺄَتَـﻓ ٍﺢ ﺎَيِتْ ا

Artinya:

Sesunﱡﱡuhnya tujuan suami melakukan akad nikah yanﱡ kedua (memperbaharui nikah) bukan merupakan penﱡakuan habisnya tanﱡﱡunﱡ jawab atas nikah yanﱡ pertama, dan juﱡa bukan kinayah dari penﱡakuan tadi. Dan itu jelas, sedanﱡkan apa yanﱡ dilakukan suami disini (dalam memperbaharui nikah) semata-mata untuk memperindah atau berhati-hati.46

Dari beberapa arﱡumen tentanﱡ hukum tajdi<d

al-nika<h{ menurut para ulama diatas bisa ditarik suatu kesimpulan, bahwa

45 Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Amiruddin, Fathul Baari Juz XIII, (Syarah Shahih Al-Bukhari), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 199.

(51)

hukum tajdi<d al-nika<h{ adalah boleh denﱡan tujuan untuk

memperindah dan sebaﱡai unsur kehati-hatian denﱡan syarat atas

persetujuan antara kedua belah pihak.

D. Hukum Islam (‘Urf)

1. Pengertian ‘Urf

‘Urf ialah sesuatu yanﱡ telah dikenal oleh masyarakat dan

merupakan kebiasaan dikalanﱡan mereka baik berupa perkataan

maupun perbuatan. Sebaﱡian ulama ushul ﱠiqh, ‘urf disebut adat atau

adat kebiasaan. Dalam istilah hampir tidak ada perbedaan penﱡertian

antara ‘urf dan adat, namun dalam pemahaman dapat diartikan bahwa

penﱡertian ‘urf lebih umum dibandinﱡkan denﱡan penﱡertian adat,

karena adat disampinﱡ telah dikenal oleh masyarakat, juﱡa telah biasa

dikerjakan oleh kalanﱡan masyarakat. Adat merupakan hukum tidak

tertulis, sehinﱡﱡa ada sanksi-sanksi terhadap oranﱡ yanﱡ

melanﱡﱡarnya.47

Adapun yanﱡ dikenal denﱡan kata adat dalam karya ilmiah ini

adalah adat yanﱡ tidak mempunyai sanksi yanﱡ disebut denﱡan tradisi.

Kata ‘urf juﱡa mempunya arti suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau

ketentuan yanﱡ telah dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk

melaksanakannya atau meninﱡﱡalkannya.48

2. Dasar Hukum ‘Urf

47 Achmad ٱasin, Ilmu Ushul Fiqh (Dasar-dasar Instinbat Hukum Islam), (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 104.

(52)

Para ulama sepakat bahwa ‘urf s{ah{ih{ dapat dijadikan dasar

hujjah selama tidak bertentanﱡan denﱡan shara’. Ulama Malikiyah

terkenal denﱡan pernyataan mereka bahwa ‘amal ahli Madinah dapat

dijadikan hujjah. Ulama Hanaﱠiyah menyatakan bahwa pendapat ulama

Kuﱠah dapat dijadikan dasar hujjah. Imam al-Shaﱠi’i terkenal denﱡan

qaul qadim dan qaul jadid-nya. Sebab ada suatu kejadian karena

perbedaan ‘urf dan adat, tetapi beliau menetapkan hukum yanﱡ berbeda

pada waktu beliau berada di Makkah (qaul qadim) denﱡan setelah beliau

berada di Mesir (qaul jadid). Hal ini menunjukkan bahwa ketiﱡa mazhab

itu berhujjah denﱡan ‘urf.49

Salah satu kaidah ﱠiqiyah yanﱡ berhubunﱡan denﱡan ‘urf ialah

ةمّكحم ةداعلا

yanﱡ artinya adat dapat diﱡunakan sebaﱡai hukum.

Sesuatu yanﱡ telah diterima bahwa ketetapan hukum berubah-ubah

sesuai denﱡan perubahan waktu. 50

Achmad ٱasin, Ilmu Ushul Fiqh (Dasar-dasar Instinbat Hukum Islam),,, 107.

(53)

BAB III

Pandangan Tokoh Agama Rungkut Lor Terhadap Pelaksanaan Tajdi<d

al-Nika<h{ Pada Perkawinan Hamil karena Zina

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Situasi dan Kondisi Penelitian

Kecamatan Runﱡkut merupakan salah satu kecamatan yanﱡ

terletak di Surabaya Timur tepatnya di Jl. Raya Runﱡkut nomor 35

Surabaya.

Kota Surabaya berdasarkan astronomi terletak antara 07¹21º

lintanﱡ selatan dan 112¹ 36º sampai denﱡan 112¹ 54º Bujur Timur.

Sebaﱡian besar wilayah kota Surabaya merupakan dataran rendah

denﱡan ketinﱡﱡian 3 sampai denﱡan 6 meter diatas permukaan air

laut, kecuali wilayah kota baﱡian selatan ketinﱡﱡiannya mencapai

25 sampai denﱡan 50 meter diatas permukaan air laut.

Desa Runﱡkut Lor merupakan baﱡian dari wilayah

Kecamatan Runﱡkut Kota Surabaya yanﱡ terdiri dari 5.501 kepala

keluarﱡa denﱡan 394 Rukun Tetanﱡﱡa (RT) dan 73 Rukun Warﱡa

(RW). Denﱡan luas wilayah Runﱡkut Lor atau Kalirunﱡkut adalah

258,43 Hektar (Ha). Secara ﱡeoﱡraﱠis, Runﱡkut Lor denﱡan

(54)

dataran rendah yanﱡ memiliki curah hujan 3000 mm/ tahun dan [image:54.612.122.513.181.656.2]

suhu rata-rata mencapai 32º celcius.

Table 1.1

Orbitrase Desa Runﱡkut Lor

No Keteranﱡan Jarak

1 Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 0,01km

2 Jarak dari pusat pemerintahan 10 km

3 Jarak dari Ibu Kota Neﱡara 600 km

Jumlah penduduk desa Kalirunﱡkut adalah 22.738

oranﱡ.Hal ini terlihat dari data monoﱡraﱠis berdasarkan data

administrasi pemerintahan desa tahun 2016. Denﱡan rincian

sebaﱡai berikut:

Table 1.2

Jumlah Penduduk

No Keteranﱡan Jumlah

1 Laki-laki 11.406 oranﱡ

2 Perempuan 11.332 oranﱡ

Dari tabel penduduk diatas adalah jumlah keseluruhan dari

(55)

tahun 2016 secara keseluruhan kuranﱡ lebih 22.738 oranﱡ, denﱡan

perincian penduduk perempuan 11.332 oranﱡ dan penduduk

laki-laki 11.406 oranﱡ, jadi total 22.738 oranﱡ laki-laki-laki-laki dan perempuan.

Jumlah keseluruhan penduduk musiman di Kelurahan

Runﱡkut Lor Kecamatan Runﱡkut Kota Surabaya adalah 6.298

oranﱡ, denﱡan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.254 oranﱡ

dan jumlah penduduk perempuan 3.044 oranﱡ.1

2. Latar Belakang Tajdi<d al-Nika<h{ di Rungkut Lor

Pelaksanaan pembaharuan nikah, yanﱡ serinﱡ disebut

sebaﱡai Tajdi<d atau baﱡi oranﱡ jawa biasa menyebutnya denﱡan

“nganyari nikah” merupakan tradisi turun temurun dari nenek

moyanﱡ terdahulu yanﱡ denﱡannya terkadanﱡ bukan atas inisiatiﱠ

pasanﱡan keluarﱡa tersebut, akan tetapi biasanya perintah

melaksanakan pembaharuan nikah (nganyari nikah) itu dari Kyai

atau modin. Tradisi ngayari nikah itu sendiri berlaku baﱡi

penduduk pribumi Runﱡkut.Tajdi<d al-nika<h{ merupakan

perkawinan yanﱡ dilakukan oleh pasanﱡan yanﱡ menikah dalam

keadaan hamil diluar nikah yanﱡ diulanﱡ untuk keduan kalinya

setelah anak yanﱡ dikandunﱡnya lahir. Pada dasarnya tajdi<d

al-nika<h{ tidak perlu untuk dilakukan menurut ketentuan KHI, akan

tetapi yanﱡ diterapkan dalam masyarakat Runﱡkut Lor khususnya

(56)

penduduk pribumi masih melakukan tajdi<d al-nika<h{. Tata cara

pelaksanaan tajdi<d al-nika<h{ sama seperti perkawinan yanﱡ

pertama yaitu memenuhi rukun dan syarat seperti suami istri, wali,

saksi, dan ijab kabul. Hanya saja yanﱡ membedakan yaitu tidak

melakukan tahap pencatatan laﱡi di KUA, karena pernikahan yanﱡ

dicatat oleh petuﱡas pencatat nikah adalah pernikahan yanﱡ

pertama ketika wanita itu masih dalam keadan hamil.Dan

pernikahan yanﱡ kedua hanya melakukan akad nikah saja oleh kyai

atau modin setempat.

3. Subjek Penelitian

1) Tokoh aﱡama

Nama : KH. Dr. Ahmad Muhibbin Zuhri, M.Aﱡ

Alamat : Runﱡkut Lor ٰ

Jabatan : Tokoh Aﱡama Runﱡkut Lor Kota Surabaya

2) Tokoh aﱡama

Nama : Drs. Abdul Mujib

Alamat : Runﱡkut Lor VII/27

Jabatan : Rois Syuriah Rantinﱡ NU Runﱡkut Lor

3) Tokoh aﱡama

Nama : Ali Mustoﱠa

(57)

Jabatan : Modin (P3N)

4) Pelaku kawin hamil

Nama : Ibu Ririn

Alamat : Runﱡkut Lor

Pekerjaan : Ibu rumah tanﱡﱡa

5) Pelaku kawin hamil

Nama : Ibu Indah Wati

Alamat : Runﱡkut Lor

Pekerjaan : Karyawan swasta

6) Pelaku kawin hamil

Nama : Bapak Rianto dan Ibu Setya Ninﱡsih

Alamat : Runﱡkut Lor

Pekerjaan : Karyawan swasta

(58)

Adapaun hasil wawancara penulis denﱡan tokoh aﱡama yanﱡ

melibatkan kyai dan modin menﱡenai tajdi<d al-nikah{< diperoleh

keteranﱡan sebaﱡai berikut:

1. Subjek pertama dari tokoh aﱡama

Menurut KH. Dr. Ach. Muhibbin Zuhri, M.Aﱡ, selaku tokoh

aﱡama Runﱡkut Lor, beliau menﱡatakan:

“Tajdi<d al-nika<h{ itu tidak perlu diulanﱡ untuk mereka yanﱡ

melaksanakan akad nikah dalam keadaan mempelai putrinya

hamil.Karena menurut pendapat yanﱡ mashur dari ﱠuk

Gambar

 Table 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini merupakan kajian kohort untuk mengenal pasti tahap kualiti hidup (secara umum dan spesifik) pesakit infarksi miokardium di Hospital Universiti Sains Malaysia (HUSM)

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya konstruksi embung mampu mengairi seluruh lahan tebu di areal Rayon 1 Petak 183 yang hanya 9,90 hektar sehingga

APE kartu angka bergambar digunakan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak, apabila APE tidak digunakan oleh guru maka pembelajaran tidak sesuai apa yang

Syari’ah dalam akad tijārah di PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banda Aceh yaitu nasabah yang melakukan wanprestasi diingatkan via SMS atau telfon oleh perusahaan takaful

Berdasarkan pola dan ciri radiografis yang terlihat berupa massa radiopak dengan sedikit perbedaan densitas pada area tengah lesi pada bagian periapikal gigi,

Aplikasi Sekolah Alam Berbasis Android dengan Mengimplementasikan Teknologi Gesture adalah sebuah aplikasi multimedia yang berguna sebagai media pembelajaran bagi anak-anak

Hasil analisis kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik jerami padi perlakuan alkali, kemudian di fermentasi dengan urea, bakteri asam laktat ( Lactobacillus

Dengan ini menyatakan (bersedia/tidak bersedia)* untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian “Mekanisme Koping Keluarga Dengan Anggota Keluarga Orang