• Tidak ada hasil yang ditemukan

season 1 itu merupakan acara charity yang dikemas dalam bentuk kegiatan berlari bersama. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2013; dengan peserta lari

dari seluruh umat Paroki Pandu. Acara berkeringat bersama

itu diadakan di Sabuga. Hasil dari charity didapat dari sponsor yang berani membayar sejumlah berapa keliling yang sanggup ditempuh oleh sang pelari. Dana yang terkumpul dari Pandu A-Thon 1 disumbangkan

dalam bentuk mesin cuci ke Panti Sosial Asuhan Anak Bayi Sehat di Jalan Purnawarman No 25 Bandung.

‘Nah, di tahun 2015 ini, Pandu

A-Thon hadir kembali dengan acara yang lebih seru. Seperti apa sih acaranya? Kita kasih beberapa bocoran, ya. Seperti yang sudah kalian ketahui bahwa kegiatan

berlari sudah menjadi lifestyle bagi

kaum muda. Untuk itu, acara Pandu A-Thon 2 dengan judul “LET’S RUN! Start Running, Start a New Hope” ini dikemas ala OMK dengan acara yang jauh berbeda dan pastinya lebih meriah daripada Pandu A-Thon 1. Ditunggu ya...!

“LET’S RUN! Start Running, Start a New Hope” ini memiliki makna bahwa kita, sebagai kaum muda adalah penerus gereja dan bangsa ini. Oleh karena itu, acara ini kami adakan sebagai bentuk rasa kepedulian kami terhadap kaum muda yang terjerumus kedalam narkoba. Lalu, apa hubungannya antara berlari bersama dengan kepedulian terhadap kaum muda yang terjerat narkoba? Seperti

PANDU A-THON

!%=B#)'>%#+%=B#C<&D%&+%E

Oleh : Ferry, Adel, MC (Seksi Pendaftaran Pandu A-Thon II)

JV

D%'DE>?@='%?@='"FBG@BG'9:;<

K")8'-/."'K")8'D&2"#"

yang sudah diketahui, olahraga lari pasti menyehatkan ‘dong. Plus, kalian bisa dapat kenalan baru yang ganteng atau cantik, terus bisa jadi sahabat atau teman main, dan siapa tahu aja kalian justru berjodoh dengan si dia. #cieeee.

Stop. Ini serius. Jadi gini teman-teman, seperti yang telah disebutkan di atas, masih banyak kaum muda yang sudah terlanjur masuk kedalam dunia narkoba; dunia yang sudah merenggut banyak jiwa penerus bangsa yang sebenarnya memiliki potensi untuk memajukan bangsa ini. Syedih ga sih? syedih woy, syedih!!! Jadi, dengan kegiatan berlari bersama ini, kita mau menggalang dana untuk Panti Rehabilitasi Sekar Mawar. Selain itu, kita

juga mau membantu teman-teman

untuk menjauhi yang namanya NARKOBA! Nah lho! Ati-ati ya, kawan, narkoba itu bukan mainan atau teman, tapi musuh terbesar kita pada zaman ini!

Nah kawan!

Untuk kali ini, bakal diadain pada tanggal 8 Agustus 2015 jam 06.00-10.00. Kita akan mulai dari SD Pandu-Pajajaran-Astina-Dursasana-Radjiman-Dr. Otten-Pasteur-Griya Jogja (Water Station)-Baladewa-Pandu atas-Finish SD Pandu. Jangan ketinggalan ya! Tunggu keseruan kita di Pandu A-Th on 2 BERSAMA 300 OMK sekeuskupan Bandung! See you!

SAKSIKANLAH

!"#$%&'()*'+,'-).,'/')'-$'/)

0%('1'2)+'-)3'$"45/%'(6)7,8'$)9:)

;4$)9<=>)?3@=A@<<)+%)B"/"C')*'-+,@

JM

K")8'-/."'K")8'D&2"#"

SIAPA SESAMAKU?

oleh: Dennis Kwaria

P

erumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37) telah banyak dikenal. Tetapi, apabila membaca lebih teliti, kita dapat menangkap bahwa Yesus memberikan jawaban yang unik terhadap pertanyaan Ahli Taurat. Pertama, Yesus tidak memberi jawaban langsung terhadap pertanyaan Ahli Taurat. Seperti kebiasaan-Nya, Yesus menjawab dengan perumpamaan, yang ditutup dengan pertanyaan reflektif (Luk 10:36). Artinya Yesus menjawab pertanyaan dengan balik bertanya. Yang kedua, dan ini yang menarik, Yesus ditanya siapakah sesama yang patut kukasihi, tetapi jawaban Yesus menunjuk pada siapa sesama dari orang yang ditolong. Yesus menjawab pertanyaan yang egosentris (ego: diri, centri: pusat), dan mengarahkannya secara altruistis (alter: lain).

Pertanyaan Ahli Taurat ini dapat disebut pertanyaan yang egosentris karena meletakkan diri sendiri sebagai standar untuk menentukan siapa ‘sesama’ yang layak untuk dikasihi. Hal ini dapat dimaklumi karena pada zaman itu sebagian orang beranggapan bahwa orang-orang tidak setara; ada yang derajatnya lebih rendah atau lebih tinggi. Itulah sebabnya, dalam perumpamaan Yesus menggunakan tokoh orang Samaria yang dalam masyarakat Yahudi tidak diperhitungkan. Yesus memberikan pertanyaan reflektif yang menantang Ahli Taurat, dan kita semua, untuk meneladan orang Samaria. Keteladanan orang Samaria bukan hanya berbuat amal dengan merawat korban. Keteladanan orang Samaria

yang ditekankan Yesus justru pada sikap altruistis. Lukas 10:36-37 menunjukkan bahwa orang Samaria bersedia menjadi sesama bagi korban perampokan, dan bukan mencari sesama untuk ditolong. Menarik untuk diperhatikan bahwa Yesus tidak mencantumkan status sosial pada korban, berbeda dengan tokoh-tokoh lain dalam perumpamaan-Nya. Bila mengacu pada perintah “mengasihi sesama”, rupanya Yesus justru menantang kita untuk selalu bersedia menempatkan semua orang lain (alter), terutama yang lemah dan menderita, menjadi pusat (centri), dan diri kita sendiri menjadi sesamanya.

Dalam konteks kemerdekaan RI, kita dapat merenungkan bahwa kadang-kadang kemerdekaan dimaknai secara egosentris. Kebebasan bertindak dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi, dan berbuat baik seperti Ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus, yakni hanya soal sesamaku. Bila setiap orang yang merdeka mau menempatkan orang lain sebagai pusat, dan mau menjadi sesama bagi semua orang yang dijumpai, niscaya bangsa ini akan semakin maju dan jaya, karena semua orang saling melayani. Bukankah para pejuang kemerdekaan juga tidak memikirkan “siapa sesamaku yang akan menikmati kemerdekaan ini?”

Pertanyaan ini masih perlu kita renungkan kembali: “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (Lukas 10:36)

6:

D%'DE>?@='%?@='"FBG@BG'9:;<

K")8'-/."'K")8'D&2"#"

S

elintas tampak penampilannya biasa

saja. Perawakan kurus. Tampak ramah. Menyenangkan ketika berbincang dengannya.

“Saya mantan pemakai…” Aku tak percaya

“Dulu waktu remaja saya sebenarnya ga sadar tiba-tiba terjerumus… ikutan teman…. Susah lepasnya”, wajahnya tampak sendu.

“Sekarang tidak lagi kan?”

“Puji Tuhan… tidak lagi… Bahkan para dokter gigi takkan percaya kalau saya mantan pemakai…” Beliau bergurau…. Aku tau itu….Teman Mama yang satu ini memang berbeda…

Kami secara tak sengaja berkenalan. Dan aku sungguh mengagumi kegigihannya untuk kembali ke jalan hidup yang benar. Sebagai ABG aku juga tau bahayanya narkoba. Tetapi aku belum pernah berhadapan langsung dengan pemakainya. Sampai akhirnya hari ini aku bertemu dengan Beliau.

“Sebagai seorang remaja yang sedang mencari jati diri… perasaan ingin diterima oleh teman-teman satu geng menjadi dominan. Dan ketika sedang berada jauh dari Tuhan… godaan itu cepat sekali merangkul lalu menenggelamkan…

Dari mencoba sekali aja buat Jaim…. lalu timbul dorongan yang kuat untuk mengulangnya lagi… Sungguh menyiksa. Tahun-tahun yang harus ditempuh untuk masa rehabilitasi menjadi masa tersulit… Tetapi dukungan keluarga dan

orang-orang terdekat sungguh menguatkan…. Dan berada dekatNya,

menemukan cintaNya .. menguatkan saya untuk hidup di jalan yang sekarang ini.” Aku percaya. Sebagai seorang ABG aku juga banyak mendengar kisah serupa sampai yang lebih parah juga ada… Bahkan ada yang berakhir tragis. Beliau sharing dari lubuk hati yang terdalam. Aku dapat merasakannya. Teman Mama yang satu ini memang sungguh berbeda… Tetapi yang sangat istimewa adalah… Sang Penyelamatnya.

Yes! Those Keywords! Aku sekarang tau apa yang dapat kulakukan buat salah seorang temanku… yang kini sedang jauh dari Tuhan. Aku akan mendukungnya. Meyakinkannya untuk selalu berada di dekatNya… supaya ia dapat menemukan cintaNya. Semoga ia kuat dan kembali setia hidup di jalan-Nya…

Remaja terkasih, dari kisah nyata ini kita dapat belajar bagaimana seseorang dimampukan Tuhan untuk berbalik dari

Dokumen terkait