BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
B. Aktualisasi Diri Remaja Panti Asuhan
1. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen
Panti asuhan menurut etimologi berasal dari dua kata yaitu: “panti”
yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan
prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan”
yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang
mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai
pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar melalui pelayanan pengganti atau
perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial
pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan
memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional
(Departemen Sosial RI, 1995)
Panti asuhan anak (BKPA: pedoman panti asuhan, 1979) adalah
proyek pelayanan dan penyantunan terhadap anak-anak yatim, piatu,
memenuhi segala kebutuhan, baik berupa material maupun spiritual,
meliputi: sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Beberapa keadaan tertentu dapat membuat keluarga tidak mampu
menjalankan fungsi dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak,
yang kemudian menyebabkan ketelentaran pada anak. Beberapa
penyebab ketelantaran pada anak, antara lain:
a. Orang tua meninggal atau tidak ada sanak keluarga yang
merawatnya, sehingga anak menjadi yatim piatu.
b. Orang tua tidak mampu (sangat miskin), sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.
c. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan
fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif
lama, misalnya: menderita penyakit kronis dan lain-lain.
Menurut Bab 1, pasal 1 UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, definisi anak terlantar adalah “Anak terlantar
adalah anak yang karena sesuatu sebab, orang tua tidak dapat
menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat
terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”
Ciri-ciri anak terlantar menurut BPAS (1986: 111) adalah sebagai
berikut:
a. Kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua.
b. Lingkungan keluarga kurang membantu perkembangan
d. Kurang bermain
e. Kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain.
Keterlantaran anak yang disebabkan fungsi keluarga tidak berjalan
menjalankan secara baik tersebut dapat diatasi, salah satunya oleh
panti asuhan. Panti asuhan memiliki fungsi sebagai sarana pembinaan
dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia panti asuhan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti
asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,
pengembangan, dan pencegahaan.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan
sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan
fungsi penunjang).
d. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi
keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian
anak-anak remaja.
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen merupakan lembaga yang
bernaung di bawah Yayasan Santa Maria yang dikelola oleh
suster-suster Abdi Kristus. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen berdiri tahun
1940. Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen menampung 35 anak
yang terdiri 7 laki-laki dan 28 perempuan, anak yang berada di Panti
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen memiliki fungsi yang sama
dengan panti asuhan yang lain. Beberapa fungsi panti asuhan St.
Thomas Ngawen:
a. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlihat
dalam memberikan pemulihan sekolah anak yang terputus
karena keluarga yang ekonomi kurang.
b. Sebagai pusat pengembangan keterampilan, terlihat dari para
remaja yang berada di sana dibimbing dalam keterampilan
bidang musik, kerajinan tangan dari manik-manik yang dibuat
tas cantik, kalung, rosario, gelang, dan sebagainya. Remaja di
sana juga diajarkan dalam pembuatan bio gas yang berasal dari
kotoran sapi, dan remaja juga diajarkan dalam berkebun dan
beternak.
c. Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan
masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak
remaja.
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen menjalankan segala fungsi yang
tertera di atas melalui tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh Panti
Asuhan St. Thomas Ngawen terdiri dari 4 suster dan 2 remaja panti
yang telah lulus dari jenjang SMK.
2. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan
Remaja merupakan suatu masa perubahan yang dialami oleh
terjadi di dalam diri dan perubahan yang di luar diri. Perubahan yang
terjadi dalam diri misalnya: fisik, sikap, nilai, dan minat, sedangkan
perubahan yang terjadi di luar dirinya misalnya: perubahan sikap orang
tua atau anggota keluarga, sikap guru-guru di sekolah, hubungan
dengan teman sebaya dan masyarakat luas.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti luas yang
mencakup kematangan mental, emosional-sosial, dan fisik (Hurlock,
1992). Santrock (2003 : 26) mendefinisikan bahwa adolensence sebagai
masa perkembangan dari masa anak ke masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut Sri Rumini
& Siti Sundari, remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang mengalami perkembangan pada semua aspek atau
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Remaja dapat diartikan sebagai
masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik pematangan fisik maupun psikologis.
Remaja mengalami masalah akan perubahan tersebut, karena
terkadang ada proses belajar atau pengalaman dalam masa kanak-kanak
yang belum terselesaikan secara tuntas. Masalah juga dapat terjadi
karena kurang pendampingan dari orangtua atau seseorang yang lebih
Pendampingan dari orang tua adalah bentuk penerimaan dari orang
lain terhadap perubahan yang terjadi dalam diri remaja. Pendampingan
tersebut didapatkan oleh anak yang berada di tengah-tengah keluarga,
namun itu tidak di dapat oleh remaja panti asuhan St. Thomas Ngawen.
Remaja di panti asuhan St. Thomas Ngawen hanya mendapatkan
pendampingan dari para suster dan pengasuh. Pengasuh tidak dapat
mendampingi remaja secara total dikarenakan pengasuh hanya 1 atau 2
orang. Sebab itu remaja kurang dapat menerima perubahan yang ada
dalam dirinya, akhirnya remaja memiliki penerimaan diri yang rendah.
Penerimaan diri yang rendah dapat mengakibatkan penghargaan akan
dirinya rendah, humor remaja yang tidak baik, mengganggu hubungan
interpersonal remaja terhadap orang tua atau teman sebaya, dan
menghambat kreativitas remaja. Semua itu maka mengakibatkan remaja
untuk beraktualisasi diri, di mana remaja dapat menjadi diri sendiri dan
mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.