i
PENINGKATAN AKTUALISASI DIRI REMAJA
DI PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN
TAHUN 2014/2015
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
MENGGUNAKAN SOSIODRAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Kristituta Dwi Ambarsari NIM 101114070
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Seseorang yang paling tidak bahagia ialah mereka
yang paling takut akan
perubahan”
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orang tuaku tercinta Drs. Suyoto dan Desi D.W. Pratiwi
Kandida Eka Selfiana dan Gregorius D.R. Kurniawan
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTUALISASI DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN
TAHUN 2014/2015
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN SOSIODRAMA
Kristituta Dwi Ambarsari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dan mengetahui seberapa tinggi peningkatan skor aktualisasi diri remaja melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dalam empat tindakan. Setiap tindakan dilaksanakan dalam satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dengan jumlah 34 anak. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner aktualisasi diri remaja yang didukung oleh hasil observasi selama bimbingan kelompok berlangsung, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah ada peningkatan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama. Diperoleh hasil jumlah rata-rata peningkatan dari pra tindakan ke tindakan siklus I sebesar 41,4%, peningkatan dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 5,8%, peningkatan dari tindakan siklus II ke tindakan siklus III sebesar 11,8%, dan peningkatan dari tindakan siklus III ke tindakan siklus III sebesar 8,9%. Dari hasil uji t dan pair pada setiap siklusnya, menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan.
viii
ABSTRACT
IMPROVE TEENAGERS SELF ACTUALIZATION IN PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN 2014/2015
WITH GROUP GUIDANCE USING SOSIO-DRAMA
Kristituta Dwi Ambarsari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
This study conducted to improve teenagers self actualization in Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen. This study also conducted to know how high the self actualization score reached by teenager with group guidance using socio-drama.
This study is action research which consisted of four steps of action. Every action was done in one meeting. The respondents of this study are 34 teenagers in Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen. The data was collected by giving teenagers self actualization questionnaire. The questionnaire was supported by the observation result which was collected during the group guidance, field notes, interview, and documentation.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat, rahmat, dan bimbingannya
dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktualisasi Diri Remaja
Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen Tahun 2014/2015 Melalui Bimbingan
Kelompok Menggunakan Sosiodrama”.Dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak dan berkat dari Tuhan Yesus Kristus sehingga kendala-kendalat
ersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimasih kepada:
1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen
pembimbing yang dengan sabar, tekun, dan ikhlas meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran-saran yang sangat bermanfaat kepada penulis selama menyusun skripsi.
2. Ibu Dr. M.M Sri Hastuti, M.si; Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A; Ibu Dra.
M.J. Retno Priyani, M.Si; Ibu A. Setyandari, S.Pd, S.Psi, Psi, M.A: Ibu
Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd, M.A; Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd;
Bapak Drs. R. Budi Sarwono, M.A; Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd,
selaku dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bantuan moral dan spiritual
x
3. Sr. M. Magda AK selaku pemimpin Panti Asuhan Santo Thomas yang
telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian
dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi.
4. Sr. M. Anaatasiani, AK; Sr. M. Imamculata, AK; dan Sr. M. Yose, AK
selaku pengurus Panti Asuhan Santo Thomas yang telah mengizinkan dan
membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian
penulisan skripsi.
5. Remaja Panti Asuhan Santo Thomas yang telah membantu penulis dalam
pengumpulan data demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian penulisan skripsi.
6. Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Suyoto dan Ibu Desi Deria Wahyu
Pratiwi yang sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan,
dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh
pendidikan.
7. Kakakku tersayang Kandida Eka Selfiana, S.Pd yang selama ini menjadi
inspirasi, memotivasi, dan mendoakan dengan tulus dalam kuliah dan
penulisan skripsi.
8. Para sahabatku Yusika Dwi Martafani, Ristin Rahmawati, Fitri Naiti,
Elista Tri Winahyujati, Melani Dian Pratiwi dan rekan-rekan mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling Angakatan 2010 yang telah
banyak memberikan masukan kepada penulis selama dalam mengikuti
xi
9. Gregorius Dwi Risti Kurniawan yang telah memberi bantuan, mendukung,
dan selalu mendoakan keberhasilan selama kuliah dan penulisan skripsi.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PESENGAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikikat Aktualisasi Diri... 7
1. Pengertian Aktualisasi Diri ... 7
2. Faktor-Faktor Aktualisasi Diri ... 9
xiii
4. Karakteristik Aktualisasi Diri ... 16
B. Aktualisasi Diri Remaja Panti Asuhan St. Thomas Ngawen ... 17
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan Kelompok ... 25
D. Sosiodrama ... 26
1. Pengertian Sosiodrama ... 26
2. Manfaat Sosiodrama... 27
3. Langkah-Langkah Sosiodrama... 29
4. Bimbingan Kelompok Menggunakan Sosiodrama 32
E. Kerangka Pikir ... 35
I. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56
J. Teknik Analisis Data ... 59
K. Kriteria Keberhasilan ... 62
xiv
1. Pra Tindakan ... 64
2. Penelitian Tindakan I ... 72
3. Penelitian Tindakan II ... 82
4. Penelitian Tindakan III ... 92
5. Penelitian Tindakan IV ... 101
6. Rekapitulasi Tindakan ... 109
7. Kriteria Keberhasilan ... 110
8. Uji Hipotesis ... 110
B. Pembahasan ... 112
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 118
B. Keterbatasan Penelitian ... 118
C. Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 40
Tabel 2 Instrumen Aktualisasi Diri ... 52
Tabel 3 Kisi-Kisi Panduan Observasi ... 54
Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 55
Tabel 5 Daftar Indeks Korelasi Realibilitas ... 59
Tabel 6 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek... 60
Tabel 7 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri ... 61
Tabel 8 Kriteria Keberhasilan ... 63
Tabel 9 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Pra Tindakan ... 68
Tabel 10 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Pra Tindakan ... 69
Tabel 11 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Tindakan Siklus I ... 77
Tabel 12 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Tindakan Siklus I ... 78
Tabel 13 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus I ... 80
Tabel 14 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Tindakan Siklus II ... 87
Tabel 15 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Tindakan Siklus II ... 88
Tabel 16 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus II... 90
xvi
Tabel 18 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Tindakan Siklus III ... 97
Tabel 19 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus III ... 98
Tabel 20 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri
pada Tindakan Siklus IV ... 105
Tabel 21 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Tindakan Siklus IV ... 106
Tabel 22 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus IV ... 107
Tabel 23 Rekapitulasi Data Kategori Skor Aktualisasi
Diri Subjek ... 109
Tabel 24 Kriteria Keberhasilan ... 110
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Garis Kontinum ... 52
Gambar 2 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri
pada Pra Tindakan ... 68
Gambar 3 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Pra Tindakan ... 69
Gambar 4 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri
pada Tindakan Siklus I ... 78
Gamabr 5 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Tindakan Siklus I ... 79
Gambar 6 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri
pada Tindakan Siklus II ... 88
Gambar 7 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Tindakan Siklus II ... 89
Gambar 8 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri
pada Tindakan Siklus III ... 96
Gambar 9 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek
pada Tindakan Siklus III ... 97
Gambar 10 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri
pada Tindakan Siklus IV ... 105
Gambar 11 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 125
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 155
Lampiran 3. Tabulasi Data Skor Aktualisasi Diri ... 158
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas, Validitas, dan T-test ... 163
Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ... 167
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 171
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Aktualisasi diri merupakan puncak dari hirarki kebutuhan menurut
Masllow, aktualisasi diri merupakan proses individu menjadi diri sendiri
dan menggunakan segala potensi yang dimiliki. Proses individu menuju
aktualisasi terkadang mengalami hambatan, dimana terkadang disebabkan
dari proses belajar atau pengalaman. Dalam proses belajar atau
pengala-man individu mengalami masalah, dipengala-mana ada tingkatan kebutuhan
sebe-lum tingkatan aktualisasi diri kebutuhan tersebut besebe-lum terpenuhi,
misal-nya kebutuhan akan cinta, rasa aman, dan lain-lain.
Berdasarkan pengalaman peneliti memberikan bimbingan
ke-lompok di salah satu panti asuhan di Yogyakarta, peneliti melihat sebagian
besar anak-anak tidak dapat mengaktualisasikan diri mereka secara
maksimal. Dari 20 anak yang diberikan bimbingan kelompok hanya 7
anak yang menunjukan hasil yang telah mereka kerjakan atau buat. 13
anak menyembunyikan hasil pekerjaan mereka saat peneliti mendekati
un-tuk melihat hasil karya mereka. Terlihat ada perubahan saat peneliti datang
untuk hari kedua, mereka berani menunjukan segala hasil karya mereka.
membuat mereka mau membuka diri untuk orang lain dan
melihat-kan hasil karya atau keahlian mereka.
Menunjukkan hasil karya dan bakat atau keahlian mereka adalah
bentuk aktualisasi diri anak usia 12-17 tahun (masa remaja). Masa remaja
merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan individu. Pada
masa remaja, individu mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Individu juga mengalami perubahan secara fisik dan
secara psikis, dimana perubahan tersebut menyebabkan masalah pada
remaja. Perubahan yang terjadi pada masa remaja sangat memerlukan
bimbingan atau pendampingan, oleh keluarga, sekolah, dan
kelompok-kelompok masyarakat.
Keluarga memiliki peran penting dalam pendampingan masa
rema-ja, sebagai wujud penerimaan akan perubahan yang terjadi. Penerimaan
yang didapat dari lingkungan sekitar, membuat remaja merasa dicintai dan
dihargai. Memiliki penerimaan diri yang baik, harga diri, hubungan
inter-personal yang baik, dan pengembangan kreativitas dengan baik. Hal-hal
tersebut merupakan tahapan atau proses individu mencapai pada
aktuali-sasi diri. Pada masa remaja banyak terjadi kendala atau masalah, dimana
individu tidak mampu menerima perubahan yang terjadi. Masalah atau
kendala ini sering terjadi pada anak-anak yang keluarganya bermasalah
atau yatim piatu, peran keluarga sangatlah kurang dalam pendampingan.
Pada remaja di Panti Asuhan (PA) Santo Thomas Ngawen,
5 remaja yang berani untuk mengaktualisasikan diri. Data yang ada juga
didukung oleh hasil observasi dan wawancara peneliti. Remaja di PA
San-to Thomas Ngawen belum dapat menerima keberadaan mereka di sana,
mereka juga merasa bahwa diri mereka lebih rendah dari remaja yang
tinggal bersama keluarga. Hal tersebut menyebabkan remaja di panti
asuhan memiliki rasa rendah diri, dan kurang percaya diri.
Perasaan-perasaan tersebut dapat menghambat proses remaja menjadi dirinya sendiri
dan mengambangkan segala potensi yang dimiliki. Masalah-masalah
ter-sebut dapat ditanggulangi atau dicegah dengan melakukan bimbingan.
Bimbingan yang diberikan bersifat bimbingan kelompok, bukan
sekedar pemberiaan materi menggunakan metode ceramah, melainkan
melibatkan anak untuk bersosiodrama. Bimbingan kelompok memiliki
Da-lam metode sosiodrama anak diajak untuk mengaktualisasikan dirinya
da-lam bentuk sebuah drama yang mengangkat masalah sosial yang terjadi
langsung dalam bimbingan tersebut. Sosiodrama digunakan dalam
penelitian ini, dikarenakan memiliki beberapa kelebihan seperti: berkesan
dan tahan lama dalam ingatan, menarik sehingga peserta antusias
mengi-kuti bimbingan, memberikan kesempatan peserta untuk mengembangkan
kreativitas, dan memberikan kesempatan untuk berpendapat. Dengan
demikian, anak dapat mengaktualisasikan diri secara total.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam upaya mencapai tujuan
penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktualisasi diri remaja panti
dengan judul “Peningkatan Aktualisasi Diri Remaja Panti Asuhan Santo
Thomas Ngawen Tahun 2014/2015 Melalui Bimbingan Kelompok
Menggunakan Sosiodrama”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
masala-masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo Thomas Ngawen
dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan
sosiodrama?
2. Seberapa tinggi peningkatan aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo
Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan
sosiodrama untuk setiap siklus?
3. Apakah terdapat peningkatan aktualisasi diri yang signifikan pada
remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen antar siklus?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan aktualisasi diri remaja Panti Asuhan Santo Thomas
Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan
2. Mengukur dan membandingkan peningkatan aktualisasi diri remaja
Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok
dengan menggunakan sosiodrama pada setiap siklus.
3. Mengukur dan membandingkan peningkatan aktualisasi diri yang
sig-nifikan pada remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen pada setiap
siklusnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya tentang
upaya-upaya peningkatan aktualisasi diri pada remaja Panti Asuhan
melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan sosiodrama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembimbing Panti Asuhan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk upaya
pen-ingkatan aktualisasi diri anak panti asuhan atau siswa di sekolah
melalui layanan bimbingan kelompok.
b. Bagi anak panti asuhan
Anak panti asuhan dapat meningkatkan aktualisasi dirinya
c. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk berlatih dan
men-gaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam kuliah dan kelak
berguna sebagai bekal untuk menunjang kompetensi yang
di-harapakan dari guru BK di sekolah maupun di luar sekolah.
E. Definisi Operasional
1. Aktualisasi diri adalah suatu proses menjadi diri sendiri pada remaja
dengan mengembangkan potensi mereka dan keunikannya yang ada
untuk menjadi pribadi yang utuh.
2. Bimbingan kelompok adalah usaha bantuan pendampingan yang
diberikan secara keseluruhan pada sekelompok remaja yang bertujuan
membantu memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.
3. Sosiodrama adalah suatu metode yang digunakan dalam bimbingan
ke-lompok diberikan pada remaja di Panti Asuhan Santo Thomas
Ngawen, bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi diri berupa drama
yang dimainkan sekelompok remaja panti asuhan dengan berbagai
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dipaparkan aktualisasi diri, bimbingan kelompok,
akutualisasi diri remaja panti asuhan, dan sosiodrama.
A. Hakikat Aktualisasi Diri
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah pertumbuhan diri individu terhadap
perkembangan dan pemenuhan potensi diri yang mereka miliki,
(Bernard, 1997: 126). Aktualisasi diri menurut Rogers (Schultz, 1991:
46) adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat
serta potensi-potensi yang unik. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh
biologis, lingkungan, pengalaman, dan belajar.
Aktualisasi diri juga diartikan sebagai proses perkembangan
individu atau penemuan jati diri dan berkembangnya potensi yang ada
maupun yang terpendam dalam diri individu (Frank, 1987: 51). Potensi
yang ada dalam diri individu dapat berkembang bila setiap kebutuhan
dasar dari individu terpenuhi.
Kebutuhan dasar merupakan hal yang alami ada dalam diri
individu yang harus dipenuhi, kebutuhan dasar tersebut oleh Maslow
disusun dalam hirarki kebutuhan. Hirarki kebutuhan tersusun dari
kebutuhan terendah yaitu kebutuhan jasmani hingga kebutuhan
tertinggi yaitu aktualisasi diri. Ada lima tingkatan dalam hirarki
a. Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian,
dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan akan keamanan
beraktivitas, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan,
keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam.
c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Kebutuhan cinta dan rasa memiliki meliputi kebutuhan akan
persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih
sayang.
d. Kebutuhan harga diri
Kebutuhan harga diri meliputi kebutuhan akan harga diri,
status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain.
e. Aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri meliputi kebutuhan akan memenuhi
keberadaan diri melalui mengembangkan kemampuan dan
potensi diri.
Berdasarkan bahasan aktualisasi diri menurut beberapa ahli seperti
paparan di depan, maka dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan
potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi
2. Faktor-faktor Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (Boeree, 2004: 321) ada 3 faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri, yaitu:
a. Perhatian Positif Kondisional
Kecenderungan individu untuk menilai diri sendiri sesuai
dengan standar yang diberikan orang lain dan bukan karena
usaha sendiri. Dimana individu akan memiliki sikap positif
terhadap dirinya sendiri setelah menerima sikap positif dari
orang lain. Misalnya individu akan mendapatkan perhatian atau
pujian dari orang lain di saat individu tersebut mampu
menunjukkan kebaikan dan kelebihan yang dimiliki.
b. Ketidak sebidangan
Terdapat 2 pertimbangan diri, yaitu: diri riil dan diri ideal.
Diri riil adalah individu sebagaimana adanya jika segala
sesuatu berjalan dengan baik, sedangkan diri ideal adalah
sesuatu yang tidak nyata. Ketidaksebidangan inilah yang
disebut sebagai neurosis yaitu ketidakselarasan dengan diri
sendiri antara “saya sebagai adanya” dengan “saya
sebagaimana seharusnya”.
c. Pertahanan
Ketiaksebidangan yang terjadi pada individu akan
memberikan akibat situasi terancam atau tidak nyaman. Situasi
menandakan ada sebuah masalah yang dihadapi oleh individu
tersebut. Kecenderungan individu untuk menghindari masalah
dengan membuat pertahanan diri. Pertahanan diri ini digunakan
untuk membebaskan diri dari situasi yang mengancam atau
tidak nyaman, misalnya individu akan menyalahkan orang lain
atau mencoba melupakan kenangan atau pengalaman yang
buruk.
3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan
memiliki kepribadian yang berbeda dengan individu pada umumnya.
Menurut Maslow 1970 (Feist & Gregory, 2010: 345-352) ada 13 aspek
yang menunjukkan individu sudah mencapai tingkat aktualisasi diri,
sebagai berikut:
a. Persepsi yang efesien terhadap kenyataan
Orang yang mengkatualisasikan diri dapat lebih mudah
mengenali kepalsuan pada orang lain. Mereka dapat
membedakan antara ketulusan dan kepalsuan yang terdapat
pada orang tetapi juga pada tulisan, karya seni, dan musik.
b. Penerimaan akan diri, orang lain, dan hal-hal alamiah
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat menerima diri
mereka seperti apa adanya. Mereka tidak bersifat defensife,
berpura-pura, dan tidak mempunyai perasaan bersalah yang
dan tidak terbeban oleh kecemasan atau rasa malu yang
berlebihan.
c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri merupakan
orang-orang yang spontan, sederhana, dan alami. Mereka tidak
konvensional, tetapi tidak melakukannya secara komplusif.
Mereka sangat etis (mengikuti aturan), walau terkadang terlihat
tidak mengikuti aturan.
d. Berpusat pada masalah
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menunjukan
ketertarikan mereka pada masalah-masalah di luar diri mereka.
e. Memiliki kemandirian
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai
kepercayaan diri dan kemandirian yang besar. Memungkinkan
mereka tidak khawatir terhadap kritik dan tidak bergerak oleh
pujian. Kemandirian memberikan mereka rasa damai dan
tenang.
f. Penghargaan yang selalu baru/ memiliki semangat
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang
mengahrgai apa yang mereka miliki dan tidak menghabiskan
g. Pengalaman puncak
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menemukan
hal-hal yang tak terduga dimana orang-orang ini mengalami
pengalaman-pengalaman yang sulit dijelaskan dan memberi
mereka perasaan yang hebat.
h. Memiliki minat sosial
Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki minat sosial.
Maslow (Feist & Gregory, 2010: 347) menemukan orang-orang
yang mengaktualisasikan diri adalah menyayangi orang lain.
Mereka memahami orang lain dan keinginan tulus untuk
membantu orang lain, baik teman ataupun orang asing.
i. Hubungan interpersonal yang kuat
Orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai perasaan
sayang terhadap orang pada umumnya, tetapi teman dekat
mereka jumlahnya terbatas.
j. Memiliki karakter demokratis
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki nilai-nilai
demokratis. Mereka bersikap ramah dan perhatian terhadap
orang lain tanpa memandang kelas sosial, warna kulit, ataupun
jenis kelamin.
k. Mampu membedakan antara cara dan tujuan
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengetahui dengan
tujuan daripada cara dan mempunyai kemampuan yang tidak
biasa dalam membedakan antara keduanya.
l. Rasa jenaka
Pengaktualisasidiri memiliki rasa humor yang filosofis dan
tidak menyerang orang lain. Mereka dapat melemparkan
lelucon tentang diri sendiri, tetapi tidak pernah membuat
lelucon yang tidak menyenangkan diri sendiri ataupun orang
lain. lelucon terjadi secara alamiah bedasarkan situasi yang ada
dan tidak dibuat-buat.
m. Kreativitas
Tidak semua orang yang mengaktualisasikan diri kreatif dalam
bidang seni, tetapi mereka kreatif sesuai dengan potensi yang
mereka miliki. Mereka mengembangkan potensi, minat dan
bakat, mencoba hal-hal yang baru dan membuat inovasi baru.
Aspek-aspek yang dipaparkan di atas tidak digunakan untuk
melihat aktualisasi diri remaja dalam penelitian ini. Dikarenakan
disesuaikan dengan tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan
remaja dalam Achdiyat Maman (1981: 24-33) sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman
sebaya dari kedua jenis kelamin.
b. Menerima fisik dan mempergunakan secara efektif.
c. Mengembangkan keterampilan intelektual dan potensi yang
d. Memperoleh nilai-nilai dan etika sebagai pedoman tingkah
laku.
e. Peran social sebagai pria atau sebagai wanita.
Apibila disesuaikan dengan tugas perkembangan masa remaja di
atas, dari 13 aspek tersebut terdapat 5 aspek yang sesuai. Dalam hal ini
peneliti menggunakan 5 aspek untuk melihat aktualisasi diri dalam
masa remaja, yaitu:
a. Penerimaan diri
Individu yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri dapat
menerima dirinya sendiri dengan apa adanya, individu tidak
berpura-pura dan individu tidak menyalahkan diri sendiri
terhadap segala kegagalan, kekurangan, dan tidak terbebani
rasa cemas atau rasa malu yang berlebihan. Individu yang
sudah mencapai tingkat aktualisasi diri juga dapat menerima
orang lain dengan menerima kekurangan dan tidak merasa
terancam akan kelebihan orang lain.
b. Penghargaan
Pengharagaan yang ada dalam diri individu yang sudah
mencapai tingkat aktualisasi diri dapat berupa adanya rasa
bersyukur terhadap apa yang mereka miliki seperti:
pengalaman yang buruk maupun baik, potensi yang individu
c. Humor
Humor yang dilakukan oleh individu yang sudah mencapai
tingkat aktualisasi diri adalah lelucon yang bertujuan untuk
membuat orang lain tertawa dan memberi informasi. Lelucon
yang individu buat juga bukan untuk menertawakan terhadap
kekurangan atau menyakiti orang lain, terkadang juga
menjadikan dirinya untuk bahan lelucon. Lelucon juga tidak
dibuat-buat, bersifat spontan, dan tidak direncanakan.
d. Hubungan antar individu
Individu yang sudah mencapai tingkatan aktualisasi diri
memiliki rasa sayang pada orang-orang disekitarnya, individu
juga memiliki perasaan yang tulus untuk membantu orang yang
sudah dikenal dekat maupun kenalan jauh.
e. Kreativitas
Kreativitas pada individu yang sudah mencapai tingkat
aktualisasi diri tidak semua ditunjukkan dalam bidang seni,
tetapi mereka mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
diri individu.
Aspek-aspek yang disebutkan di atas merupakan cerminan orang
(remaja) yang berada pada pencapaian kehidupan yang dapat
mengaktualisasikan dirinya. Konsekuensinya ia akan merasakan
bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu
4. Karakteritik Aktualisasi Diri
Menurut Maslow (Bernard, 1997: 127), pribadi yang sudah
mencapai tingkat aktualisasi diri adalah pribadi yang sudah memenuhi
tingkat kebutuhan, bukan seseorang yang sempurna. Ada beberapa
karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri adalah
sebagai berikut:
a. Persepsi yang efektif: individu maupun melihat dunia dan
dirinya sendiri sesuai dengan realita.
b. Menjadi diri sendiri: mengekspresikan pikiran dan emosi yang
ada dalam diri individu atau dengan kata lain tidak menutupi
kekurangan yang ada dalam dirinya.
c. Tidak menghindari emosi yang ada dalam diri individu.
Dalam (Feist & Gregory 2010: 343) dijelaskan juga beberapa
karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri,
sebagai berikut:
a. Individu yang bebas dari gangguan psikologis.
b. Individu yang sudah memenuhi tingkatan pada hirarki
kebutuhan.
c. Individu yang menjujung nilai-nilai kehidupan.
d. Individu yang sudah menggunakan dan mengembangkan
B. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan St. Thomas Ngawen
1. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen
Panti asuhan menurut etimologi berasal dari dua kata yaitu: “panti”
yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan
prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan”
yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang
mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai
pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar melalui pelayanan pengganti atau
perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial
pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan
memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional
(Departemen Sosial RI, 1995)
Panti asuhan anak (BKPA: pedoman panti asuhan, 1979) adalah
proyek pelayanan dan penyantunan terhadap anak-anak yatim, piatu,
memenuhi segala kebutuhan, baik berupa material maupun spiritual,
meliputi: sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Beberapa keadaan tertentu dapat membuat keluarga tidak mampu
menjalankan fungsi dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak,
yang kemudian menyebabkan ketelentaran pada anak. Beberapa
penyebab ketelantaran pada anak, antara lain:
a. Orang tua meninggal atau tidak ada sanak keluarga yang
merawatnya, sehingga anak menjadi yatim piatu.
b. Orang tua tidak mampu (sangat miskin), sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.
c. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan
fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif
lama, misalnya: menderita penyakit kronis dan lain-lain.
Menurut Bab 1, pasal 1 UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, definisi anak terlantar adalah “Anak terlantar
adalah anak yang karena sesuatu sebab, orang tua tidak dapat
menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat
terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”
Ciri-ciri anak terlantar menurut BPAS (1986: 111) adalah sebagai
berikut:
a. Kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua.
b. Lingkungan keluarga kurang membantu perkembangan
d. Kurang bermain
e. Kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain.
Keterlantaran anak yang disebabkan fungsi keluarga tidak berjalan
menjalankan secara baik tersebut dapat diatasi, salah satunya oleh
panti asuhan. Panti asuhan memiliki fungsi sebagai sarana pembinaan
dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia panti asuhan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti
asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,
pengembangan, dan pencegahaan.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan
sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan
fungsi penunjang).
d. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi
keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian
anak-anak remaja.
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen merupakan lembaga yang
bernaung di bawah Yayasan Santa Maria yang dikelola oleh
suster-suster Abdi Kristus. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen berdiri tahun
1940. Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen menampung 35 anak
yang terdiri 7 laki-laki dan 28 perempuan, anak yang berada di Panti
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen memiliki fungsi yang sama
dengan panti asuhan yang lain. Beberapa fungsi panti asuhan St.
Thomas Ngawen:
a. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlihat
dalam memberikan pemulihan sekolah anak yang terputus
karena keluarga yang ekonomi kurang.
b. Sebagai pusat pengembangan keterampilan, terlihat dari para
remaja yang berada di sana dibimbing dalam keterampilan
bidang musik, kerajinan tangan dari manik-manik yang dibuat
tas cantik, kalung, rosario, gelang, dan sebagainya. Remaja di
sana juga diajarkan dalam pembuatan bio gas yang berasal dari
kotoran sapi, dan remaja juga diajarkan dalam berkebun dan
beternak.
c. Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan
masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak
remaja.
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen menjalankan segala fungsi yang
tertera di atas melalui tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh Panti
Asuhan St. Thomas Ngawen terdiri dari 4 suster dan 2 remaja panti
yang telah lulus dari jenjang SMK.
2. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan
Remaja merupakan suatu masa perubahan yang dialami oleh
terjadi di dalam diri dan perubahan yang di luar diri. Perubahan yang
terjadi dalam diri misalnya: fisik, sikap, nilai, dan minat, sedangkan
perubahan yang terjadi di luar dirinya misalnya: perubahan sikap orang
tua atau anggota keluarga, sikap guru-guru di sekolah, hubungan
dengan teman sebaya dan masyarakat luas.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti luas yang
mencakup kematangan mental, emosional-sosial, dan fisik (Hurlock,
1992). Santrock (2003 : 26) mendefinisikan bahwa adolensence sebagai
masa perkembangan dari masa anak ke masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut Sri Rumini
& Siti Sundari, remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang mengalami perkembangan pada semua aspek atau
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Remaja dapat diartikan sebagai
masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik pematangan fisik maupun psikologis.
Remaja mengalami masalah akan perubahan tersebut, karena
terkadang ada proses belajar atau pengalaman dalam masa kanak-kanak
yang belum terselesaikan secara tuntas. Masalah juga dapat terjadi
karena kurang pendampingan dari orangtua atau seseorang yang lebih
Pendampingan dari orang tua adalah bentuk penerimaan dari orang
lain terhadap perubahan yang terjadi dalam diri remaja. Pendampingan
tersebut didapatkan oleh anak yang berada di tengah-tengah keluarga,
namun itu tidak di dapat oleh remaja panti asuhan St. Thomas Ngawen.
Remaja di panti asuhan St. Thomas Ngawen hanya mendapatkan
pendampingan dari para suster dan pengasuh. Pengasuh tidak dapat
mendampingi remaja secara total dikarenakan pengasuh hanya 1 atau 2
orang. Sebab itu remaja kurang dapat menerima perubahan yang ada
dalam dirinya, akhirnya remaja memiliki penerimaan diri yang rendah.
Penerimaan diri yang rendah dapat mengakibatkan penghargaan akan
dirinya rendah, humor remaja yang tidak baik, mengganggu hubungan
interpersonal remaja terhadap orang tua atau teman sebaya, dan
menghambat kreativitas remaja. Semua itu maka mengakibatkan remaja
untuk beraktualisasi diri, di mana remaja dapat menjadi diri sendiri dan
mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.
C. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno, H, & Erman Amti (1994: 99) Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Bimbingan kelompok juga diartikan sebagai pengalaman
pengajaran pada sebuah kelompok, kelompok yang ada adalah
sekelompok anak yang memiliki masalah yang sama (Winkel dan Sri
Hastuti 2004: 564).
Bimbingan kelompok digunakan dalam penelitian ini dikarenakan
memiliki kelebihan yang mendukung peningkatan aktualisasi diri.
Bimbingan kelompok memiliki beberapa kelebihan seperti berikut:
a. Anak bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman
kelompok. Anak dibantu yang lain dalam menemukan dirinya dan
sebaliknya, anak juga dapat membantu temanya untuk menemukan
dirinya.
b. Sikap-sikap positif anak dapat dikembangkan seperti toleransi,
saling menghargai, kerjasama, tanggungjawab, kreativitas, dan
sikap-sikap kelompok lainnya.
c. Menghilangkan beban moril seperti malu, penakut, dan sifat egois,
agresif, manja, dan sebagainya.
Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan pada
individu secara keseluruhan di dalam kelompok yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang sama, bimbingan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang ada. Bimbingan
berkembang secara mandiri dan optimal sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam kelompok. Bimbingan juga dapat menggunakan
berbagai macam metode dalam pelaksanaannya, metode tersebut
seperti: sosiodrama, role playing, dan psikodrama.
2. Fungsi Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno, H. & Erman Amti (1994: 196-217) fungsi
bimbingan ditinjau dari keguanaan dan manfaat, ataupun
keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh melalui pelayanan tersebut.
Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi, yaitu :
a. Fungsi pemahaman
Pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh
klien dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta
pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.
b. Fungsi pencegahan
Pencegahan adalah proses menghindari timbulnya atau
meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien.
c. Fungsi pengentasan
Pengentasan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah yang
dialami klien. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Memelihara segala sesuatu yang baik pada diri individu, baik
hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil
perkembangan (hasil belajar) yang telah dicapai selama ini.
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan Kelompok
Prinsip merupakan panduan atau pedoman dalam pelaksanaan
bimbingan. Beberapa prinsip bimbingan kelompok yang dikemukakan
Van Hoose (Prayitno, H, & Erman Amti 1994: 218), yaitu :
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak
terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi
dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan
potensinya.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik,
seseorang anak berbeda dari yang lain.
c. Bimbingan merupakan bantuan pada anak-anak dan pemuda dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi
yang sehat.
d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukan
untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan
kehidupan umumnya.
e. Bimbingan adalah pelayanan yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan
Prinsip-prinsip tersebut memiliki keterkaitan dengan sasaran
pelayanan, masalah individu, program, dan penyelenggaraan pelayanan
bimbingan. Konselor atau guru BK terikat oleh prinsip-prinsip
tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.
D. Sosiodrama
1. Pengertian Sosiodrama
Drama dalam pendidikan adalah sebuah cara mamberikan
keseimbangan pada pendidikan moral dan pendidikan budipekertti.
Sandiwara juga membantu bermacam-macam kepandaian dan
pengetahuan, seperti: kesastraan, berbicara dengan irama,
menghafalkan, menghilangkan sifat malu, menyesuaikan kata dengan
pikiran, perasaan, dan kemampuan serta kemauan (Brahim, 1968:155).
Pendidikan yang menggunakan sandiwara dalam sebuah pelajaran
disebut sosiodrama.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena
sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2006: 160-161).
Sosiodrama adalah permainan peranan yang membahas
konflik-konflik sosial dan pribadi yang masih dalam batas normal (Romlah,
merupakan dramatisasi atau kegiatan drama dari persoalan-persoalan
yang dapat timbul dalam pergaulan, termasuk masalah yang sering
dialami dalam pergaulan sosial.
Berdasarkan pengertian dari berbagai para ahli tentang sosiodrama
di atas, maka ditarik kesimpulan pengertian sosiodrama adalah metode
yang digunakan untuk memberikan bantuan (bimbingan) secara
kelompok, dan membantu memecahkan masalah sosial yang ada di
lingkungan sekitar. Sosiodrama dalam penelitian ini sebagai suatu
teknik atau cara yang digunakan bimbingan kelompok, dimana guru
pembimbing memberikan kesempatan kepada peserta untuk
memerankan suatu lakon tertentu yang terdapat di masalah-masalah
sosial yang menghambat atau menyebabkan aktualisasi diri rendah.
Sosiodrama digunakan dalam penelitian ini dikarenakan peserta
mampu melihat keadaan dirinya, kemampuan yang dimiliki serta
memahami dirinya. Sosiodrma dilakukan secara sadar dan diskusi
tentang peran yang akan dimainkan, sehingga peserta tidak merasa
terpaksa.
2. Manfaat Sosiodrama
Sosiodrama yang dilakukan dalam sebuah bimbingan pasti
memiliki manfaat, manfaat tersebut seperti berikut:
a. Memberi kesempatan kepada anak untuk melahirkan daya
menyusun skenario yang akan dimainkan. Dengan menyusun
skenario maka anak akan memunculkan kreasi mereka.
b. Mengembangkan emosi yang sehat pada anak-anak.
Sosiodrama juga mengajak untuk berperan yang tidak sesuai
dengan keadaan emosi pada dirinya. Dari sosiodrama tersebut
anak belajar untuk mengembangkan emosi yang baik.
c. Menghilangkan sifat malu, gugup, tegang, dan takut. Dalam
sosiodrama anak-anak bebas mengekspresikan diri tanpa ada
peraturan yang ketat. Mereka boleh mengimprofisasi segala
peran yang didapat.
d. Anak dapat menerapkan makna-makna sosial yang di dalamnya
norma dan nilai. Drama yang dimainkan adalah drama yang
mengangkat masalah-masalah sosial yang mengandung nilai
atau norma yang berlaku dalam masyarakat.
e. Anak termotivasi dari dalam dirinya dari pengalaman yang
didapat. Ada motivasi untuk berubah kearah yang lebih baik
setelah memahami tentang peran tersebut.
Menurut (Wina Sanjaya, 2006: 160) sosiodrama memiliki manfaat
sebagai berikut:
a. Sosiodrama dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
b. Sosiodrama dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena
melalui sosiodrama anak diberi kesempatan untuk memainkan
peran sesuai dengan topik yang dipilih.
c. Sosiodrama dapat memupuk keberanian dan percaya diri anak.
d. Memperluas pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi yang
problematis.
e. Sosiodrama dapat meningkatkan gairah anak dalam proses
pembelajaran.
Bedasarkan manfaat yang dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan manfaat sosiodrama adalah mengembangkan segala
potensi yang dimiliki atau terpendam dalam bentuk kreativitas dan
mengembangkan sifat-sifat positif yang ada dalam dirinya.
3. Langkah-langkah Sosiodrama
Menurut Wina Sanjaya (2006: 161-162) ada beberapa langkah
dalam penggunaan sosiodrama, langkah-langkah tersebut sebagai
berikut:
a. Persiapan Sosiodrama
1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak
dicapai oleh sosiodrama.
2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam sosiodrama,
peran yang akan dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang
akan disediakan.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b. Pelaksanaan simulasi
1) Sosiodrama mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapat kesulitan.
4) Sosiodrama hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disosiodramakan.
c. Penutup
1) Melakukan diskusi atau evaluasi tentang jalannya sosiodrama
maupun materi cerita yang disosiodramakan. Guru harus
mendorong siswa agar dapat memberikan tanggapan terhadap
pelaksanaan sosiodrama.
2) Merumuskan kesimpulan dari semua proses jalannya
sosiodrama.
Langkah-langkah lain dalam menerapkan metode sosiodrama
a. Bila metode sosiodrama baru diterapkan dalam bimbingan, maka
hendaknya pembimbing menerangkan terlebih dahulu teknik
pelaksanaannya, dan menentukan di antara anak yang tepat untuk
memerankan tokoh-tokoh tertentu, kemudian secara sederhana
dimainkan di depan kelas.
b. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu
juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang
akan diperankan tersebut sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
c. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan
sedemikian rupa sehingga benar-benar bisa membangun interaksi
yang lebih menarik.
d. Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimaks, maka pembimbing
dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan
secara umum, sehingga penonton (anak yang mengamati) ada
kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang
dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan
buntu.
e. Anak diberikan kesempatan untuk memberikan komentar,
kesimpulan atau berupa catatan kesesuaian jalannya sosiodrama
f. Pembimbing menerima semua masukan dari anak dan memberikan
simpulan yang tepat dari pengilustrasian materi melalui metode
sosiodrama tersebut.
g. Menyelaraskan pemahaman konsep yang dijelaskan dalam
pemecahan masalah/soal yang berkaitan dengan materi bimbingan.
Sebelum menerapkan metode Sosiodrama, pembimbing
hendaknya menyusun skenario sesuai kebutuhan, mengacu pada
Rencana Satuan Pelayanan Bimbingan yang telah disusun. Hal ini
perlu agar kegiatan bimbingan dapat berjalan menarik, mencapai
tujuan, sasaran dan tidak melebihi alokasi waktu yang ditentukan.
4. Bimbingan Kelompok Menggunakan Sosiodrama
Menurut Prayitno, H. & Erman Amti (1994) bahwa tujuan
bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para
siswa yang mengalami masalah melalaui prosedur kelompok. Selain
itu mengembangkan pribadi anggota kelompok melalui berbagai
suasana yang muncul dalam kegiatan, baik suasana yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Tujuan khusus bimbingan
kelompok sebagai berikut:
a. Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan
orang lain
c. Melatih anak untuk dapat membina kearaban bersama teman-teman
dalam kelompok khusus dan teman di luar kelompok pada
umumnya.
d. Melatih anak untuk dapat mengandalikan diri dalam kegiatan
kelompok
e. Melatih anak untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang
lain.
f. Melatih anak memperoleh keterampilan sosial.
g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam
hubungan dengan orang lain.
Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) tujuan bimbingan
kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan
perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta
meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok. Bimbingan memiliki
tujuan dalam setiap pelaksanaan dari beberapa ahli sebagaimana
dikutip Prayitno (1994: 113-114), yaitu:
a. Agar individu dapat membuat pilihan-pilihan, membuat
penyesuaian, dan membuat interpretasi.
b. Membantu orang agar menjadi insane yang berguna.
c. Bimbingan memiliki tujuan, yaitu:
1) Memberi dukungan
2) Memberi wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan,
3) Mengatasi permasalahan yang dihadapi.
d. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif, melakukan
pemacahan masalah, melakukan pengambilan keputusan;
pengembangan kesadaran; dan pengembangan kepribadian,
mengembangkan penerimaan diri, memberi pengukuhan.
e. Membantu individu untuk perkembangan dirinya, dalam arti
mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan mengembangkan kemampuan atau bakat yang
dimiliki dalam berbagai latar belakang (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, dan status sosial ekonomi), serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungan sekitar.
Melihat tujuan bimbingan tersebut, maka pada penelitian tindakan
ini dipilih bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode sosiodrama. Sosiodrama
digunakan dalam penelitian ini dikarenakan manfaat dari sosiodrama
dengan tujuan bimbingan kelompok sama, salah satu manfaat
sosiodrama menurut Wina (2006) adalah mengembangkan kreativitas,
memupuk keberanian dan percaya diri , memperluas pengetahuan,
mengembangkan sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
bimbingan kelompok akan menggunakan sosiodrama untuk
menjelaskan materi yang disampaikan. Materi akan dibuat naskah
tentang masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang menyangkut
aspek-aspek aktualisasi diri. Naskah akan dimainkan dengan sukarela
oleh peserta dan pembimbing ikut serta dalam drama tersebut.
E. Kerangka Pikir
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dengan
mengembangkan potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada
untuk menjadi seseorang dengan kepribadian utuh dan penuh. Aktualisasi
diri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu fisik, pengalaman belajar, dan
lingkungan keluarga. Kenyataan dalam perjalanan hidup, tidak semua
orang (remaja) beruntung dapat memiliki fisik, pengalaman belajar, dan
lingkungan keluarga yang ideal.
Banyak remaja yang mengalami kenyataan pahit dalam hidupnya.
Perubahan fisik yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, pengalaman
belajar yang tidak menyenangkan dari luar atau pun dalam dirinya.
Pengaruh yang sangat besar dalam aktualisasi diri adalah keadaan keluarga
tidak harmonis, kematian atau perceraian orang tua, kemiskinan, keluarga
berantakan, keadaan ini dapat menyebabkan hilang fungsi keluarga.
Akibatnya anak tidak mendapat kasih sayang orang tua, terkadang harus
menjalani kehidupan yang keras sendiri. Kondisi inilah dapat
asuhan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap aktualisasi diri remaja panti
asuhan.
Perlu dilakukan upaya yang dapat meningkatkan aktualisasi diri
remaja, salah satunya melalui bimbingan kelompok menggunakan
sosiodrama. Menurut Wina (2006) manfaat dari sosiodrama adalah
mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri,
memperluas pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menghadapi
berbagai situasi yang problematis dengan memainkan suatu drama tentang
masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
merupakan salah satu proses dari aktualisasi diri.
Remaja yang telah berani bermain sosiodrama diharapkan dapat
menerima dan menghargai perubahan yang terjadi dalam dirinya,
membawa pada rasa humor dan hubungan interpersonal yang baik, dan
dapat juga berkreativitas untuk mengembangkan segala potensi yang
dimiliki. Hal-hal ini mengakibatkan aktualisasi diri meningkat.
F. Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan kajian teori, maka dalam penelitian tindakan ini
diajukan hipotesis sebagai berikut: Aktualisasi diri remaja Panti Asuhan
Santo Thomas Ngawen tahun 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, metode analisis
data, dan kriteria keberhasilan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan
berasal dari bahasa Inggris action research.Mertler (Dede Rahmat, 2011)
menegaskan action research sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan
atas suatu program sekolah atau kelas khusus.Penelitian tindakan menurut
Bodgan dan Biklen, (Burns, 1999:30) Penelitian tindakan adalah
pengumpulan informasi yang sistematik yang dirancang untuk
menghasilkan perubahan sosial. Menurut Elliot (1982), penelitian tindakan
adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan
kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan.
Penelitian tindakan merupakan bentuk suatu kajian yang bersifat
reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi. Penelitian ini dapat
dilaksanakan jika pembimbing sejak awal menyadari adanya persoalan
yang terkait dengan proses layanan bimbingan kelompok yang dihadapi di
panti asuhan.Penelitian tindakan juga merupakan upaya peneliti untuk
Tindakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan
atau memperbaiki aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo Thomas
Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan sosiodrama.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan setting di aula Panti Asuhan. Data
diperoleh pada saat proses bimbingan kelompok yang dilakukan di aula
Panti Asuhan.
1. Partisipan dan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif
yaitu:
Nama : Sr. M. Magda AK
Jabatan : Pembimbing Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen
2. Topik Bimbingan
Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama empat tindakan.
Masing-masing tindakan pada tiap siklusnya selama 120 menit. Topik
bimbingan setiap siklusnya disesuaikan dengan aspek-aspek aktualisasi
diri yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun topik bimbingan
pada siklus-siklus perbaikan sebagai berikut:
a. Siklus Tindakan I
1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja.
2) Topik Bahasan : Penerimaan Diri
3) Hari/Tanggal : Jumat, 8 Agustus 2014
5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen
6) Jumlah Peserta : 34 anak
b. Siklus Tindakan II
1) Fokus Penelitian : Meningkat aktualisasi diri remaja
2) Topik Bahasan : Penghargaan Diri
3) Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2014
4) Waktu : 17.30-18.30 WIB
5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen
6) Jumlah Peserta : 34 anak
c. Siklus Tindakan III
1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja
2) Topik Bahasan : Humor dan Hubungan Interpesonal
3) Hari/Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2014
4) Waktu : 17.30-18.30 WIB
5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen
6) Jumlah Peserta : 34 anak
d. Siklus Tindakan IV
1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja
2) Topik Bahasan : Kreativitas
3) Hari/Tanggal : Jumat, 15 Agustus 2014
4) Waktu : 17.30-18.30 WIB
5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen.
Partisipan dalam penelitian ini adalah semua anak asuh Panti Asuhan
Santo Thomas Ngawen tahun 2014/2015. Anak asuh terdiri dari kelas VII
SMP sampai XII SMK berjumlah 34 anak dengan 6 remaja laki-laki dan
28 remaja perempuan.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Agustus 2014 – 18 Agustus
2014 pada jam17.00-19.00 WIB, setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Tempat penelitian adalah aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen.
E. Jadwal Kegiatan Penelitian
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
F. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian
ini, dilaksanakan dalam empat siklus. Sebelum masuk ke siklus pertama,
peneliti melakukan observasi dan wawancara terlebih dahulu untuk
mengetahui situasi panti asuhan dan aktualisasi diri anak panti asuhan
dalam mengikuti bimbingan kelompok.Indentifikasi berguna untuk
mendapatkan data awal yang terjadi pada remaja panti asuhan tersebut,
setelah itu peneliti merancang suatu tindakan dengan berpedoman dari
permasalahan yang ada.
Setelah melakukan observasi dan telah menentukan anak asuh yang
akan diajak penelitian, selanjutnya secara rinci prosedur penelitian
tindakan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Tindakan Siklus I
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) beserta materi
yang mendukung kegiatan bimbingan. Materi berjudul
“Penerimaan Diri”
2) Mempersiapkan instrument penelitian berupa angket “Aktualisasi
3) Mempersiapkan alat dokumentasi di aula Panti Asuhan Santo
Thomas.
b. Pelaksanaan
Setelah peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Dalam usaha perbaikan rencana bersifat fleksibel
dan siap dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi didalam proses
pelaksanaan di lapangan.
1) Pembukaan
a) Peneliti memeberikan salam pembuka, menjelaskan tentang
tema dan tujuan bimbingan.
b) Pemberian Ice breaking yang sesuai dengan tema dan tujuan
bimbingan.
c) Inti kegiatan
(1) Pemberian materi tentang “penerimaan diri”
(2) Bersosidrama dengan naskah yang telah dibuat peneliti
(3) Tanya jawab tentang naskah dan drama yang telah
dimainkan.
(4) Permainan
(a) Peneliti membagikan sepotong kertas pada peserta,
kemudian meminta peserta untuk menuliskan
(b) Selesai menuliskan kekurangan, peneliti meminta
peserta untuk menempelkan kertas tersebut di punggung
mereka.
(c) Setelah hal tersebut peserta mencari teman
sebanyak-banyaknya untuk menuliskan 1 kelebihan yang dimiliki.
(d) Berdiskusi tentang sosiodrama dan permainan yang
telah dilakukan.
(5) Refleksi dari bimbingan kelompok.
(6) Menarik kesimpulan yang dilakukan oleh salah satu
peserta.
(7) Memberikan kesimpulan dan penguatan.
2) Penutup
a) Pemberian dan pengisian angket
b) Menutup kegiatan dengan berdoa.
c. Pengamatan
Tahap ini mitra kolaboratif dan pengamat mengamati
proses jalannya bimbingan klasikal. Pengamatan dilakukan guna
mendapatkan rekam data mengenai bimbingan kelompok yang
telah dilaksanakan.
d. Refleksi
Tahap ini peneliti, mitra kolaboratif, dan pengamat lain
berdiskusi mengenai proses jalannya bimbingan kelompok yang
telah dilaksanakan. Hasil data observasi akan dipaparkan data
diharapkan peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan
didapatkan hasil refleksi yang akan digunakan sebagai upaya
perbaikan siklus selanjutnya.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan sebagai upaya perbaikan pada
tindakan siklus I. Perencanaan pada tindakan siklus II bedasarkan
refleksi yang dilakukan peneliti dari tindakan siklus I. Tindakan siklus
II meliputi:
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) beserta
materi yang mendukung kegiatan bimbingan. Materi berjudul
“Penghargaan Diri”
2) Mempersiakan naskah drama yang akan diberikan pada
tindakan siklus II.
3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket, lembar
observasi, dan panduan wawancara.
4) Mempersiapkan peralatan untuk dokumentasi di aula.
b. Pelaksanaan
Usaha perbaikan rencana bersifat fleksibel dan siap
dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi didalam proses
pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan tindakan siklus II