• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen tahun 2014 2015 melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen tahun 2014 2015 melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN AKTUALISASI DIRI REMAJA

DI PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN

TAHUN 2014/2015

MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

MENGGUNAKAN SOSIODRAMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Kristituta Dwi Ambarsari NIM 101114070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Seseorang yang paling tidak bahagia ialah mereka

yang paling takut akan

perubahan”

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orang tuaku tercinta Drs. Suyoto dan Desi D.W. Pratiwi

Kandida Eka Selfiana dan Gregorius D.R. Kurniawan

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTUALISASI DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN

TAHUN 2014/2015

MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN SOSIODRAMA

Kristituta Dwi Ambarsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dan mengetahui seberapa tinggi peningkatan skor aktualisasi diri remaja melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dalam empat tindakan. Setiap tindakan dilaksanakan dalam satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dengan jumlah 34 anak. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner aktualisasi diri remaja yang didukung oleh hasil observasi selama bimbingan kelompok berlangsung, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah ada peningkatan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama. Diperoleh hasil jumlah rata-rata peningkatan dari pra tindakan ke tindakan siklus I sebesar 41,4%, peningkatan dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 5,8%, peningkatan dari tindakan siklus II ke tindakan siklus III sebesar 11,8%, dan peningkatan dari tindakan siklus III ke tindakan siklus III sebesar 8,9%. Dari hasil uji t dan pair pada setiap siklusnya, menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan.

(8)

viii

ABSTRACT

IMPROVE TEENAGERS SELF ACTUALIZATION IN PANTI ASUHAN SANTO THOMAS NGAWEN 2014/2015

WITH GROUP GUIDANCE USING SOSIO-DRAMA

Kristituta Dwi Ambarsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

This study conducted to improve teenagers self actualization in Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen. This study also conducted to know how high the self actualization score reached by teenager with group guidance using socio-drama.

This study is action research which consisted of four steps of action. Every action was done in one meeting. The respondents of this study are 34 teenagers in Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen. The data was collected by giving teenagers self actualization questionnaire. The questionnaire was supported by the observation result which was collected during the group guidance, field notes, interview, and documentation.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat, rahmat, dan bimbingannya

dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktualisasi Diri Remaja

Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen Tahun 2014/2015 Melalui Bimbingan

Kelompok Menggunakan Sosiodrama”.Dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari

berbagai pihak dan berkat dari Tuhan Yesus Kristus sehingga kendala-kendalat

ersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen

pembimbing yang dengan sabar, tekun, dan ikhlas meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan

saran-saran yang sangat bermanfaat kepada penulis selama menyusun skripsi.

2. Ibu Dr. M.M Sri Hastuti, M.si; Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A; Ibu Dra.

M.J. Retno Priyani, M.Si; Ibu A. Setyandari, S.Pd, S.Psi, Psi, M.A: Ibu

Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd, M.A; Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd;

Bapak Drs. R. Budi Sarwono, M.A; Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd,

selaku dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bantuan moral dan spiritual

(10)

x

3. Sr. M. Magda AK selaku pemimpin Panti Asuhan Santo Thomas yang

telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian

dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi.

4. Sr. M. Anaatasiani, AK; Sr. M. Imamculata, AK; dan Sr. M. Yose, AK

selaku pengurus Panti Asuhan Santo Thomas yang telah mengizinkan dan

membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian

penulisan skripsi.

5. Remaja Panti Asuhan Santo Thomas yang telah membantu penulis dalam

pengumpulan data demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan

penyelesaian penulisan skripsi.

6. Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Suyoto dan Ibu Desi Deria Wahyu

Pratiwi yang sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan,

dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh

pendidikan.

7. Kakakku tersayang Kandida Eka Selfiana, S.Pd yang selama ini menjadi

inspirasi, memotivasi, dan mendoakan dengan tulus dalam kuliah dan

penulisan skripsi.

8. Para sahabatku Yusika Dwi Martafani, Ristin Rahmawati, Fitri Naiti,

Elista Tri Winahyujati, Melani Dian Pratiwi dan rekan-rekan mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Angakatan 2010 yang telah

banyak memberikan masukan kepada penulis selama dalam mengikuti

(11)

xi

9. Gregorius Dwi Risti Kurniawan yang telah memberi bantuan, mendukung,

dan selalu mendoakan keberhasilan selama kuliah dan penulisan skripsi.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak

kekurangan sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PESENGAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikikat Aktualisasi Diri... 7

1. Pengertian Aktualisasi Diri ... 7

2. Faktor-Faktor Aktualisasi Diri ... 9

(13)

xiii

4. Karakteristik Aktualisasi Diri ... 16

B. Aktualisasi Diri Remaja Panti Asuhan St. Thomas Ngawen ... 17

3. Prinsip-Prinsip Bimbingan Kelompok ... 25

D. Sosiodrama ... 26

1. Pengertian Sosiodrama ... 26

2. Manfaat Sosiodrama... 27

3. Langkah-Langkah Sosiodrama... 29

4. Bimbingan Kelompok Menggunakan Sosiodrama 32

E. Kerangka Pikir ... 35

I. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56

J. Teknik Analisis Data ... 59

K. Kriteria Keberhasilan ... 62

(14)

xiv

1. Pra Tindakan ... 64

2. Penelitian Tindakan I ... 72

3. Penelitian Tindakan II ... 82

4. Penelitian Tindakan III ... 92

5. Penelitian Tindakan IV ... 101

6. Rekapitulasi Tindakan ... 109

7. Kriteria Keberhasilan ... 110

8. Uji Hipotesis ... 110

B. Pembahasan ... 112

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 118

B. Keterbatasan Penelitian ... 118

C. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 40

Tabel 2 Instrumen Aktualisasi Diri ... 52

Tabel 3 Kisi-Kisi Panduan Observasi ... 54

Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 5 Daftar Indeks Korelasi Realibilitas ... 59

Tabel 6 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek... 60

Tabel 7 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri ... 61

Tabel 8 Kriteria Keberhasilan ... 63

Tabel 9 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Pra Tindakan ... 68

Tabel 10 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Pra Tindakan ... 69

Tabel 11 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Tindakan Siklus I ... 77

Tabel 12 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Tindakan Siklus I ... 78

Tabel 13 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus I ... 80

Tabel 14 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri pada Tindakan Siklus II ... 87

Tabel 15 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek pada Tindakan Siklus II ... 88

Tabel 16 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus II... 90

(16)

xvi

Tabel 18 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Tindakan Siklus III ... 97

Tabel 19 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus III ... 98

Tabel 20 Kategori Skor Item Aktualisasi Diri

pada Tindakan Siklus IV ... 105

Tabel 21 Kategori Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Tindakan Siklus IV ... 106

Tabel 22 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus IV ... 107

Tabel 23 Rekapitulasi Data Kategori Skor Aktualisasi

Diri Subjek ... 109

Tabel 24 Kriteria Keberhasilan ... 110

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Garis Kontinum ... 52

Gambar 2 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri

pada Pra Tindakan ... 68

Gambar 3 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Pra Tindakan ... 69

Gambar 4 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri

pada Tindakan Siklus I ... 78

Gamabr 5 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Tindakan Siklus I ... 79

Gambar 6 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri

pada Tindakan Siklus II ... 88

Gambar 7 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Tindakan Siklus II ... 89

Gambar 8 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri

pada Tindakan Siklus III ... 96

Gambar 9 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek

pada Tindakan Siklus III ... 97

Gambar 10 Grafik Skor Item Aktualisasi Diri

pada Tindakan Siklus IV ... 105

Gambar 11 Grafik Skor Aktualisasi Diri Subjek

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 125

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 155

Lampiran 3. Tabulasi Data Skor Aktualisasi Diri ... 158

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas, Validitas, dan T-test ... 163

Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ... 167

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 171

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Aktualisasi diri merupakan puncak dari hirarki kebutuhan menurut

Masllow, aktualisasi diri merupakan proses individu menjadi diri sendiri

dan menggunakan segala potensi yang dimiliki. Proses individu menuju

aktualisasi terkadang mengalami hambatan, dimana terkadang disebabkan

dari proses belajar atau pengalaman. Dalam proses belajar atau

pengala-man individu mengalami masalah, dipengala-mana ada tingkatan kebutuhan

sebe-lum tingkatan aktualisasi diri kebutuhan tersebut besebe-lum terpenuhi,

misal-nya kebutuhan akan cinta, rasa aman, dan lain-lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti memberikan bimbingan

ke-lompok di salah satu panti asuhan di Yogyakarta, peneliti melihat sebagian

besar anak-anak tidak dapat mengaktualisasikan diri mereka secara

maksimal. Dari 20 anak yang diberikan bimbingan kelompok hanya 7

anak yang menunjukan hasil yang telah mereka kerjakan atau buat. 13

anak menyembunyikan hasil pekerjaan mereka saat peneliti mendekati

un-tuk melihat hasil karya mereka. Terlihat ada perubahan saat peneliti datang

untuk hari kedua, mereka berani menunjukan segala hasil karya mereka.

(20)

membuat mereka mau membuka diri untuk orang lain dan

melihat-kan hasil karya atau keahlian mereka.

Menunjukkan hasil karya dan bakat atau keahlian mereka adalah

bentuk aktualisasi diri anak usia 12-17 tahun (masa remaja). Masa remaja

merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan individu. Pada

masa remaja, individu mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Individu juga mengalami perubahan secara fisik dan

secara psikis, dimana perubahan tersebut menyebabkan masalah pada

remaja. Perubahan yang terjadi pada masa remaja sangat memerlukan

bimbingan atau pendampingan, oleh keluarga, sekolah, dan

kelompok-kelompok masyarakat.

Keluarga memiliki peran penting dalam pendampingan masa

rema-ja, sebagai wujud penerimaan akan perubahan yang terjadi. Penerimaan

yang didapat dari lingkungan sekitar, membuat remaja merasa dicintai dan

dihargai. Memiliki penerimaan diri yang baik, harga diri, hubungan

inter-personal yang baik, dan pengembangan kreativitas dengan baik. Hal-hal

tersebut merupakan tahapan atau proses individu mencapai pada

aktuali-sasi diri. Pada masa remaja banyak terjadi kendala atau masalah, dimana

individu tidak mampu menerima perubahan yang terjadi. Masalah atau

kendala ini sering terjadi pada anak-anak yang keluarganya bermasalah

atau yatim piatu, peran keluarga sangatlah kurang dalam pendampingan.

Pada remaja di Panti Asuhan (PA) Santo Thomas Ngawen,

(21)

5 remaja yang berani untuk mengaktualisasikan diri. Data yang ada juga

didukung oleh hasil observasi dan wawancara peneliti. Remaja di PA

San-to Thomas Ngawen belum dapat menerima keberadaan mereka di sana,

mereka juga merasa bahwa diri mereka lebih rendah dari remaja yang

tinggal bersama keluarga. Hal tersebut menyebabkan remaja di panti

asuhan memiliki rasa rendah diri, dan kurang percaya diri.

Perasaan-perasaan tersebut dapat menghambat proses remaja menjadi dirinya sendiri

dan mengambangkan segala potensi yang dimiliki. Masalah-masalah

ter-sebut dapat ditanggulangi atau dicegah dengan melakukan bimbingan.

Bimbingan yang diberikan bersifat bimbingan kelompok, bukan

sekedar pemberiaan materi menggunakan metode ceramah, melainkan

melibatkan anak untuk bersosiodrama. Bimbingan kelompok memiliki

Da-lam metode sosiodrama anak diajak untuk mengaktualisasikan dirinya

da-lam bentuk sebuah drama yang mengangkat masalah sosial yang terjadi

langsung dalam bimbingan tersebut. Sosiodrama digunakan dalam

penelitian ini, dikarenakan memiliki beberapa kelebihan seperti: berkesan

dan tahan lama dalam ingatan, menarik sehingga peserta antusias

mengi-kuti bimbingan, memberikan kesempatan peserta untuk mengembangkan

kreativitas, dan memberikan kesempatan untuk berpendapat. Dengan

demikian, anak dapat mengaktualisasikan diri secara total.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam upaya mencapai tujuan

penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktualisasi diri remaja panti

(22)

dengan judul “Peningkatan Aktualisasi Diri Remaja Panti Asuhan Santo

Thomas Ngawen Tahun 2014/2015 Melalui Bimbingan Kelompok

Menggunakan Sosiodrama”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,

masala-masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo Thomas Ngawen

dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan

sosiodrama?

2. Seberapa tinggi peningkatan aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo

Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan

sosiodrama untuk setiap siklus?

3. Apakah terdapat peningkatan aktualisasi diri yang signifikan pada

remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen antar siklus?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktualisasi diri remaja Panti Asuhan Santo Thomas

Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan

(23)

2. Mengukur dan membandingkan peningkatan aktualisasi diri remaja

Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen melalui bimbingan kelompok

dengan menggunakan sosiodrama pada setiap siklus.

3. Mengukur dan membandingkan peningkatan aktualisasi diri yang

sig-nifikan pada remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen pada setiap

siklusnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya tentang

upaya-upaya peningkatan aktualisasi diri pada remaja Panti Asuhan

melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan sosiodrama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pembimbing Panti Asuhan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk upaya

pen-ingkatan aktualisasi diri anak panti asuhan atau siswa di sekolah

melalui layanan bimbingan kelompok.

b. Bagi anak panti asuhan

Anak panti asuhan dapat meningkatkan aktualisasi dirinya

(24)

c. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk berlatih dan

men-gaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam kuliah dan kelak

berguna sebagai bekal untuk menunjang kompetensi yang

di-harapakan dari guru BK di sekolah maupun di luar sekolah.

E. Definisi Operasional

1. Aktualisasi diri adalah suatu proses menjadi diri sendiri pada remaja

dengan mengembangkan potensi mereka dan keunikannya yang ada

untuk menjadi pribadi yang utuh.

2. Bimbingan kelompok adalah usaha bantuan pendampingan yang

diberikan secara keseluruhan pada sekelompok remaja yang bertujuan

membantu memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.

3. Sosiodrama adalah suatu metode yang digunakan dalam bimbingan

ke-lompok diberikan pada remaja di Panti Asuhan Santo Thomas

Ngawen, bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi diri berupa drama

yang dimainkan sekelompok remaja panti asuhan dengan berbagai

(25)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dipaparkan aktualisasi diri, bimbingan kelompok,

akutualisasi diri remaja panti asuhan, dan sosiodrama.

A. Hakikat Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah pertumbuhan diri individu terhadap

perkembangan dan pemenuhan potensi diri yang mereka miliki,

(Bernard, 1997: 126). Aktualisasi diri menurut Rogers (Schultz, 1991:

46) adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat

serta potensi-potensi yang unik. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh

biologis, lingkungan, pengalaman, dan belajar.

Aktualisasi diri juga diartikan sebagai proses perkembangan

individu atau penemuan jati diri dan berkembangnya potensi yang ada

maupun yang terpendam dalam diri individu (Frank, 1987: 51). Potensi

yang ada dalam diri individu dapat berkembang bila setiap kebutuhan

dasar dari individu terpenuhi.

Kebutuhan dasar merupakan hal yang alami ada dalam diri

individu yang harus dipenuhi, kebutuhan dasar tersebut oleh Maslow

disusun dalam hirarki kebutuhan. Hirarki kebutuhan tersusun dari

kebutuhan terendah yaitu kebutuhan jasmani hingga kebutuhan

tertinggi yaitu aktualisasi diri. Ada lima tingkatan dalam hirarki

(26)

a. Kebutuhan jasmani

Kebutuhan jasmani meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian,

dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.

b. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan akan keamanan

beraktivitas, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan,

keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam.

c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki

Kebutuhan cinta dan rasa memiliki meliputi kebutuhan akan

persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih

sayang.

d. Kebutuhan harga diri

Kebutuhan harga diri meliputi kebutuhan akan harga diri,

status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain.

e. Aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri meliputi kebutuhan akan memenuhi

keberadaan diri melalui mengembangkan kemampuan dan

potensi diri.

Berdasarkan bahasan aktualisasi diri menurut beberapa ahli seperti

paparan di depan, maka dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri

merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan

potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi

(27)

2. Faktor-faktor Aktualisasi Diri

Menurut Rogers (Boeree, 2004: 321) ada 3 faktor yang

mempengaruhi aktualisasi diri, yaitu:

a. Perhatian Positif Kondisional

Kecenderungan individu untuk menilai diri sendiri sesuai

dengan standar yang diberikan orang lain dan bukan karena

usaha sendiri. Dimana individu akan memiliki sikap positif

terhadap dirinya sendiri setelah menerima sikap positif dari

orang lain. Misalnya individu akan mendapatkan perhatian atau

pujian dari orang lain di saat individu tersebut mampu

menunjukkan kebaikan dan kelebihan yang dimiliki.

b. Ketidak sebidangan

Terdapat 2 pertimbangan diri, yaitu: diri riil dan diri ideal.

Diri riil adalah individu sebagaimana adanya jika segala

sesuatu berjalan dengan baik, sedangkan diri ideal adalah

sesuatu yang tidak nyata. Ketidaksebidangan inilah yang

disebut sebagai neurosis yaitu ketidakselarasan dengan diri

sendiri antara “saya sebagai adanya” dengan “saya

sebagaimana seharusnya”.

c. Pertahanan

Ketiaksebidangan yang terjadi pada individu akan

memberikan akibat situasi terancam atau tidak nyaman. Situasi

(28)

menandakan ada sebuah masalah yang dihadapi oleh individu

tersebut. Kecenderungan individu untuk menghindari masalah

dengan membuat pertahanan diri. Pertahanan diri ini digunakan

untuk membebaskan diri dari situasi yang mengancam atau

tidak nyaman, misalnya individu akan menyalahkan orang lain

atau mencoba melupakan kenangan atau pengalaman yang

buruk.

3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri

Individu yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan

memiliki kepribadian yang berbeda dengan individu pada umumnya.

Menurut Maslow 1970 (Feist & Gregory, 2010: 345-352) ada 13 aspek

yang menunjukkan individu sudah mencapai tingkat aktualisasi diri,

sebagai berikut:

a. Persepsi yang efesien terhadap kenyataan

Orang yang mengkatualisasikan diri dapat lebih mudah

mengenali kepalsuan pada orang lain. Mereka dapat

membedakan antara ketulusan dan kepalsuan yang terdapat

pada orang tetapi juga pada tulisan, karya seni, dan musik.

b. Penerimaan akan diri, orang lain, dan hal-hal alamiah

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat menerima diri

mereka seperti apa adanya. Mereka tidak bersifat defensife,

berpura-pura, dan tidak mempunyai perasaan bersalah yang

(29)

dan tidak terbeban oleh kecemasan atau rasa malu yang

berlebihan.

c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri merupakan

orang-orang yang spontan, sederhana, dan alami. Mereka tidak

konvensional, tetapi tidak melakukannya secara komplusif.

Mereka sangat etis (mengikuti aturan), walau terkadang terlihat

tidak mengikuti aturan.

d. Berpusat pada masalah

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menunjukan

ketertarikan mereka pada masalah-masalah di luar diri mereka.

e. Memiliki kemandirian

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai

kepercayaan diri dan kemandirian yang besar. Memungkinkan

mereka tidak khawatir terhadap kritik dan tidak bergerak oleh

pujian. Kemandirian memberikan mereka rasa damai dan

tenang.

f. Penghargaan yang selalu baru/ memiliki semangat

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang

mengahrgai apa yang mereka miliki dan tidak menghabiskan

(30)

g. Pengalaman puncak

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menemukan

hal-hal yang tak terduga dimana orang-orang ini mengalami

pengalaman-pengalaman yang sulit dijelaskan dan memberi

mereka perasaan yang hebat.

h. Memiliki minat sosial

Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki minat sosial.

Maslow (Feist & Gregory, 2010: 347) menemukan orang-orang

yang mengaktualisasikan diri adalah menyayangi orang lain.

Mereka memahami orang lain dan keinginan tulus untuk

membantu orang lain, baik teman ataupun orang asing.

i. Hubungan interpersonal yang kuat

Orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai perasaan

sayang terhadap orang pada umumnya, tetapi teman dekat

mereka jumlahnya terbatas.

j. Memiliki karakter demokratis

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki nilai-nilai

demokratis. Mereka bersikap ramah dan perhatian terhadap

orang lain tanpa memandang kelas sosial, warna kulit, ataupun

jenis kelamin.

k. Mampu membedakan antara cara dan tujuan

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengetahui dengan

(31)

tujuan daripada cara dan mempunyai kemampuan yang tidak

biasa dalam membedakan antara keduanya.

l. Rasa jenaka

Pengaktualisasidiri memiliki rasa humor yang filosofis dan

tidak menyerang orang lain. Mereka dapat melemparkan

lelucon tentang diri sendiri, tetapi tidak pernah membuat

lelucon yang tidak menyenangkan diri sendiri ataupun orang

lain. lelucon terjadi secara alamiah bedasarkan situasi yang ada

dan tidak dibuat-buat.

m. Kreativitas

Tidak semua orang yang mengaktualisasikan diri kreatif dalam

bidang seni, tetapi mereka kreatif sesuai dengan potensi yang

mereka miliki. Mereka mengembangkan potensi, minat dan

bakat, mencoba hal-hal yang baru dan membuat inovasi baru.

Aspek-aspek yang dipaparkan di atas tidak digunakan untuk

melihat aktualisasi diri remaja dalam penelitian ini. Dikarenakan

disesuaikan dengan tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan

remaja dalam Achdiyat Maman (1981: 24-33) sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman

sebaya dari kedua jenis kelamin.

b. Menerima fisik dan mempergunakan secara efektif.

c. Mengembangkan keterampilan intelektual dan potensi yang

(32)

d. Memperoleh nilai-nilai dan etika sebagai pedoman tingkah

laku.

e. Peran social sebagai pria atau sebagai wanita.

Apibila disesuaikan dengan tugas perkembangan masa remaja di

atas, dari 13 aspek tersebut terdapat 5 aspek yang sesuai. Dalam hal ini

peneliti menggunakan 5 aspek untuk melihat aktualisasi diri dalam

masa remaja, yaitu:

a. Penerimaan diri

Individu yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri dapat

menerima dirinya sendiri dengan apa adanya, individu tidak

berpura-pura dan individu tidak menyalahkan diri sendiri

terhadap segala kegagalan, kekurangan, dan tidak terbebani

rasa cemas atau rasa malu yang berlebihan. Individu yang

sudah mencapai tingkat aktualisasi diri juga dapat menerima

orang lain dengan menerima kekurangan dan tidak merasa

terancam akan kelebihan orang lain.

b. Penghargaan

Pengharagaan yang ada dalam diri individu yang sudah

mencapai tingkat aktualisasi diri dapat berupa adanya rasa

bersyukur terhadap apa yang mereka miliki seperti:

pengalaman yang buruk maupun baik, potensi yang individu

(33)

c. Humor

Humor yang dilakukan oleh individu yang sudah mencapai

tingkat aktualisasi diri adalah lelucon yang bertujuan untuk

membuat orang lain tertawa dan memberi informasi. Lelucon

yang individu buat juga bukan untuk menertawakan terhadap

kekurangan atau menyakiti orang lain, terkadang juga

menjadikan dirinya untuk bahan lelucon. Lelucon juga tidak

dibuat-buat, bersifat spontan, dan tidak direncanakan.

d. Hubungan antar individu

Individu yang sudah mencapai tingkatan aktualisasi diri

memiliki rasa sayang pada orang-orang disekitarnya, individu

juga memiliki perasaan yang tulus untuk membantu orang yang

sudah dikenal dekat maupun kenalan jauh.

e. Kreativitas

Kreativitas pada individu yang sudah mencapai tingkat

aktualisasi diri tidak semua ditunjukkan dalam bidang seni,

tetapi mereka mengembangkan potensi yang dimiliki dalam

diri individu.

Aspek-aspek yang disebutkan di atas merupakan cerminan orang

(remaja) yang berada pada pencapaian kehidupan yang dapat

mengaktualisasikan dirinya. Konsekuensinya ia akan merasakan

bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu

(34)

4. Karakteritik Aktualisasi Diri

Menurut Maslow (Bernard, 1997: 127), pribadi yang sudah

mencapai tingkat aktualisasi diri adalah pribadi yang sudah memenuhi

tingkat kebutuhan, bukan seseorang yang sempurna. Ada beberapa

karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri adalah

sebagai berikut:

a. Persepsi yang efektif: individu maupun melihat dunia dan

dirinya sendiri sesuai dengan realita.

b. Menjadi diri sendiri: mengekspresikan pikiran dan emosi yang

ada dalam diri individu atau dengan kata lain tidak menutupi

kekurangan yang ada dalam dirinya.

c. Tidak menghindari emosi yang ada dalam diri individu.

Dalam (Feist & Gregory 2010: 343) dijelaskan juga beberapa

karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri,

sebagai berikut:

a. Individu yang bebas dari gangguan psikologis.

b. Individu yang sudah memenuhi tingkatan pada hirarki

kebutuhan.

c. Individu yang menjujung nilai-nilai kehidupan.

d. Individu yang sudah menggunakan dan mengembangkan

(35)

B. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan St. Thomas Ngawen

1. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen

Panti asuhan menurut etimologi berasal dari dua kata yaitu: “panti”

yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan

prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan”

yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang

mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai

pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang

dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai

tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial

kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan

pengentasan anak terlantar melalui pelayanan pengganti atau

perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial

pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan

memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang

diharapkan sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan

yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional

(Departemen Sosial RI, 1995)

Panti asuhan anak (BKPA: pedoman panti asuhan, 1979) adalah

proyek pelayanan dan penyantunan terhadap anak-anak yatim, piatu,

(36)

memenuhi segala kebutuhan, baik berupa material maupun spiritual,

meliputi: sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

Beberapa keadaan tertentu dapat membuat keluarga tidak mampu

menjalankan fungsi dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak,

yang kemudian menyebabkan ketelentaran pada anak. Beberapa

penyebab ketelantaran pada anak, antara lain:

a. Orang tua meninggal atau tidak ada sanak keluarga yang

merawatnya, sehingga anak menjadi yatim piatu.

b. Orang tua tidak mampu (sangat miskin), sehingga tidak dapat

memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.

c. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan

fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif

lama, misalnya: menderita penyakit kronis dan lain-lain.

Menurut Bab 1, pasal 1 UU No. 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, definisi anak terlantar adalah “Anak terlantar

adalah anak yang karena sesuatu sebab, orang tua tidak dapat

menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat

terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”

Ciri-ciri anak terlantar menurut BPAS (1986: 111) adalah sebagai

berikut:

a. Kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua.

b. Lingkungan keluarga kurang membantu perkembangan

(37)

d. Kurang bermain

e. Kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain.

Keterlantaran anak yang disebabkan fungsi keluarga tidak berjalan

menjalankan secara baik tersebut dapat diatasi, salah satunya oleh

panti asuhan. Panti asuhan memiliki fungsi sebagai sarana pembinaan

dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia panti asuhan memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti

asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,

pengembangan, dan pencegahaan.

b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan

sosial anak.

c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan

fungsi penunjang).

d. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi

keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian

anak-anak remaja.

Panti Asuhan St. Thomas Ngawen merupakan lembaga yang

bernaung di bawah Yayasan Santa Maria yang dikelola oleh

suster-suster Abdi Kristus. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen berdiri tahun

1940. Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen menampung 35 anak

yang terdiri 7 laki-laki dan 28 perempuan, anak yang berada di Panti

(38)

Panti Asuhan St. Thomas Ngawen memiliki fungsi yang sama

dengan panti asuhan yang lain. Beberapa fungsi panti asuhan St.

Thomas Ngawen:

a. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlihat

dalam memberikan pemulihan sekolah anak yang terputus

karena keluarga yang ekonomi kurang.

b. Sebagai pusat pengembangan keterampilan, terlihat dari para

remaja yang berada di sana dibimbing dalam keterampilan

bidang musik, kerajinan tangan dari manik-manik yang dibuat

tas cantik, kalung, rosario, gelang, dan sebagainya. Remaja di

sana juga diajarkan dalam pembuatan bio gas yang berasal dari

kotoran sapi, dan remaja juga diajarkan dalam berkebun dan

beternak.

c. Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan

masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak

remaja.

Panti Asuhan St. Thomas Ngawen menjalankan segala fungsi yang

tertera di atas melalui tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh Panti

Asuhan St. Thomas Ngawen terdiri dari 4 suster dan 2 remaja panti

yang telah lulus dari jenjang SMK.

2. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan

Remaja merupakan suatu masa perubahan yang dialami oleh

(39)

terjadi di dalam diri dan perubahan yang di luar diri. Perubahan yang

terjadi dalam diri misalnya: fisik, sikap, nilai, dan minat, sedangkan

perubahan yang terjadi di luar dirinya misalnya: perubahan sikap orang

tua atau anggota keluarga, sikap guru-guru di sekolah, hubungan

dengan teman sebaya dan masyarakat luas.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti luas yang

mencakup kematangan mental, emosional-sosial, dan fisik (Hurlock,

1992). Santrock (2003 : 26) mendefinisikan bahwa adolensence sebagai

masa perkembangan dari masa anak ke masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut Sri Rumini

& Siti Sundari, remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa yang mengalami perkembangan pada semua aspek atau

fungsi untuk memasuki masa dewasa. Remaja dapat diartikan sebagai

masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan

rentang usia antara 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi

proses pematangan baik pematangan fisik maupun psikologis.

Remaja mengalami masalah akan perubahan tersebut, karena

terkadang ada proses belajar atau pengalaman dalam masa kanak-kanak

yang belum terselesaikan secara tuntas. Masalah juga dapat terjadi

karena kurang pendampingan dari orangtua atau seseorang yang lebih

(40)

Pendampingan dari orang tua adalah bentuk penerimaan dari orang

lain terhadap perubahan yang terjadi dalam diri remaja. Pendampingan

tersebut didapatkan oleh anak yang berada di tengah-tengah keluarga,

namun itu tidak di dapat oleh remaja panti asuhan St. Thomas Ngawen.

Remaja di panti asuhan St. Thomas Ngawen hanya mendapatkan

pendampingan dari para suster dan pengasuh. Pengasuh tidak dapat

mendampingi remaja secara total dikarenakan pengasuh hanya 1 atau 2

orang. Sebab itu remaja kurang dapat menerima perubahan yang ada

dalam dirinya, akhirnya remaja memiliki penerimaan diri yang rendah.

Penerimaan diri yang rendah dapat mengakibatkan penghargaan akan

dirinya rendah, humor remaja yang tidak baik, mengganggu hubungan

interpersonal remaja terhadap orang tua atau teman sebaya, dan

menghambat kreativitas remaja. Semua itu maka mengakibatkan remaja

untuk beraktualisasi diri, di mana remaja dapat menjadi diri sendiri dan

mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.

C. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno, H, & Erman Amti (1994: 99) Bimbingan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

(41)

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Bimbingan kelompok juga diartikan sebagai pengalaman

pengajaran pada sebuah kelompok, kelompok yang ada adalah

sekelompok anak yang memiliki masalah yang sama (Winkel dan Sri

Hastuti 2004: 564).

Bimbingan kelompok digunakan dalam penelitian ini dikarenakan

memiliki kelebihan yang mendukung peningkatan aktualisasi diri.

Bimbingan kelompok memiliki beberapa kelebihan seperti berikut:

a. Anak bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman

kelompok. Anak dibantu yang lain dalam menemukan dirinya dan

sebaliknya, anak juga dapat membantu temanya untuk menemukan

dirinya.

b. Sikap-sikap positif anak dapat dikembangkan seperti toleransi,

saling menghargai, kerjasama, tanggungjawab, kreativitas, dan

sikap-sikap kelompok lainnya.

c. Menghilangkan beban moril seperti malu, penakut, dan sifat egois,

agresif, manja, dan sebagainya.

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan pada

individu secara keseluruhan di dalam kelompok yang memiliki

kebutuhan dan masalah yang sama, bimbingan bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang ada. Bimbingan

(42)

berkembang secara mandiri dan optimal sesuai dengan norma-norma

yang berlaku dalam kelompok. Bimbingan juga dapat menggunakan

berbagai macam metode dalam pelaksanaannya, metode tersebut

seperti: sosiodrama, role playing, dan psikodrama.

2. Fungsi Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno, H. & Erman Amti (1994: 196-217) fungsi

bimbingan ditinjau dari keguanaan dan manfaat, ataupun

keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh melalui pelayanan tersebut.

Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat

fungsi, yaitu :

a. Fungsi pemahaman

Pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh

klien dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta

pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.

b. Fungsi pencegahan

Pencegahan adalah proses menghindari timbulnya atau

meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien.

c. Fungsi pengentasan

Pengentasan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah yang

dialami klien. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya

(43)

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Memelihara segala sesuatu yang baik pada diri individu, baik

hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil

perkembangan (hasil belajar) yang telah dicapai selama ini.

3. Prinsip-Prinsip Bimbingan Kelompok

Prinsip merupakan panduan atau pedoman dalam pelaksanaan

bimbingan. Beberapa prinsip bimbingan kelompok yang dikemukakan

Van Hoose (Prayitno, H, & Erman Amti 1994: 218), yaitu :

a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak

terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi

dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan

potensinya.

b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik,

seseorang anak berbeda dari yang lain.

c. Bimbingan merupakan bantuan pada anak-anak dan pemuda dalam

pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi

yang sehat.

d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukan

untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan

kehidupan umumnya.

e. Bimbingan adalah pelayanan yang dilaksanakan oleh tenaga ahli

dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan

(44)

Prinsip-prinsip tersebut memiliki keterkaitan dengan sasaran

pelayanan, masalah individu, program, dan penyelenggaraan pelayanan

bimbingan. Konselor atau guru BK terikat oleh prinsip-prinsip

tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.

D. Sosiodrama

1. Pengertian Sosiodrama

Drama dalam pendidikan adalah sebuah cara mamberikan

keseimbangan pada pendidikan moral dan pendidikan budipekertti.

Sandiwara juga membantu bermacam-macam kepandaian dan

pengetahuan, seperti: kesastraan, berbicara dengan irama,

menghafalkan, menghilangkan sifat malu, menyesuaikan kata dengan

pikiran, perasaan, dan kemampuan serta kemauan (Brahim, 1968:155).

Pendidikan yang menggunakan sandiwara dalam sebuah pelajaran

disebut sosiodrama.

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena

sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia

seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang

otoriter, dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2006: 160-161).

Sosiodrama adalah permainan peranan yang membahas

konflik-konflik sosial dan pribadi yang masih dalam batas normal (Romlah,

(45)

merupakan dramatisasi atau kegiatan drama dari persoalan-persoalan

yang dapat timbul dalam pergaulan, termasuk masalah yang sering

dialami dalam pergaulan sosial.

Berdasarkan pengertian dari berbagai para ahli tentang sosiodrama

di atas, maka ditarik kesimpulan pengertian sosiodrama adalah metode

yang digunakan untuk memberikan bantuan (bimbingan) secara

kelompok, dan membantu memecahkan masalah sosial yang ada di

lingkungan sekitar. Sosiodrama dalam penelitian ini sebagai suatu

teknik atau cara yang digunakan bimbingan kelompok, dimana guru

pembimbing memberikan kesempatan kepada peserta untuk

memerankan suatu lakon tertentu yang terdapat di masalah-masalah

sosial yang menghambat atau menyebabkan aktualisasi diri rendah.

Sosiodrama digunakan dalam penelitian ini dikarenakan peserta

mampu melihat keadaan dirinya, kemampuan yang dimiliki serta

memahami dirinya. Sosiodrma dilakukan secara sadar dan diskusi

tentang peran yang akan dimainkan, sehingga peserta tidak merasa

terpaksa.

2. Manfaat Sosiodrama

Sosiodrama yang dilakukan dalam sebuah bimbingan pasti

memiliki manfaat, manfaat tersebut seperti berikut:

a. Memberi kesempatan kepada anak untuk melahirkan daya

(46)

menyusun skenario yang akan dimainkan. Dengan menyusun

skenario maka anak akan memunculkan kreasi mereka.

b. Mengembangkan emosi yang sehat pada anak-anak.

Sosiodrama juga mengajak untuk berperan yang tidak sesuai

dengan keadaan emosi pada dirinya. Dari sosiodrama tersebut

anak belajar untuk mengembangkan emosi yang baik.

c. Menghilangkan sifat malu, gugup, tegang, dan takut. Dalam

sosiodrama anak-anak bebas mengekspresikan diri tanpa ada

peraturan yang ketat. Mereka boleh mengimprofisasi segala

peran yang didapat.

d. Anak dapat menerapkan makna-makna sosial yang di dalamnya

norma dan nilai. Drama yang dimainkan adalah drama yang

mengangkat masalah-masalah sosial yang mengandung nilai

atau norma yang berlaku dalam masyarakat.

e. Anak termotivasi dari dalam dirinya dari pengalaman yang

didapat. Ada motivasi untuk berubah kearah yang lebih baik

setelah memahami tentang peran tersebut.

Menurut (Wina Sanjaya, 2006: 160) sosiodrama memiliki manfaat

sebagai berikut:

a. Sosiodrama dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,

(47)

b. Sosiodrama dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena

melalui sosiodrama anak diberi kesempatan untuk memainkan

peran sesuai dengan topik yang dipilih.

c. Sosiodrama dapat memupuk keberanian dan percaya diri anak.

d. Memperluas pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi yang

problematis.

e. Sosiodrama dapat meningkatkan gairah anak dalam proses

pembelajaran.

Bedasarkan manfaat yang dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan manfaat sosiodrama adalah mengembangkan segala

potensi yang dimiliki atau terpendam dalam bentuk kreativitas dan

mengembangkan sifat-sifat positif yang ada dalam dirinya.

3. Langkah-langkah Sosiodrama

Menurut Wina Sanjaya (2006: 161-162) ada beberapa langkah

dalam penggunaan sosiodrama, langkah-langkah tersebut sebagai

berikut:

a. Persiapan Sosiodrama

1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak

dicapai oleh sosiodrama.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan

(48)

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam sosiodrama,

peran yang akan dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang

akan disediakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

b. Pelaksanaan simulasi

1) Sosiodrama mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang

mendapat kesulitan.

4) Sosiodrama hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini

dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam

menyelesaikan masalah yang sedang disosiodramakan.

c. Penutup

1) Melakukan diskusi atau evaluasi tentang jalannya sosiodrama

maupun materi cerita yang disosiodramakan. Guru harus

mendorong siswa agar dapat memberikan tanggapan terhadap

pelaksanaan sosiodrama.

2) Merumuskan kesimpulan dari semua proses jalannya

sosiodrama.

Langkah-langkah lain dalam menerapkan metode sosiodrama

(49)

a. Bila metode sosiodrama baru diterapkan dalam bimbingan, maka

hendaknya pembimbing menerangkan terlebih dahulu teknik

pelaksanaannya, dan menentukan di antara anak yang tepat untuk

memerankan tokoh-tokoh tertentu, kemudian secara sederhana

dimainkan di depan kelas.

b. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu

juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang

akan diperankan tersebut sesuai dengan materi yang akan

disampaikan.

c. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan

sedemikian rupa sehingga benar-benar bisa membangun interaksi

yang lebih menarik.

d. Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimaks, maka pembimbing

dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar

kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan

secara umum, sehingga penonton (anak yang mengamati) ada

kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang

dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan

buntu.

e. Anak diberikan kesempatan untuk memberikan komentar,

kesimpulan atau berupa catatan kesesuaian jalannya sosiodrama

(50)

f. Pembimbing menerima semua masukan dari anak dan memberikan

simpulan yang tepat dari pengilustrasian materi melalui metode

sosiodrama tersebut.

g. Menyelaraskan pemahaman konsep yang dijelaskan dalam

pemecahan masalah/soal yang berkaitan dengan materi bimbingan.

Sebelum menerapkan metode Sosiodrama, pembimbing

hendaknya menyusun skenario sesuai kebutuhan, mengacu pada

Rencana Satuan Pelayanan Bimbingan yang telah disusun. Hal ini

perlu agar kegiatan bimbingan dapat berjalan menarik, mencapai

tujuan, sasaran dan tidak melebihi alokasi waktu yang ditentukan.

4. Bimbingan Kelompok Menggunakan Sosiodrama

Menurut Prayitno, H. & Erman Amti (1994) bahwa tujuan

bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para

siswa yang mengalami masalah melalaui prosedur kelompok. Selain

itu mengembangkan pribadi anggota kelompok melalui berbagai

suasana yang muncul dalam kegiatan, baik suasana yang

menyenangkan maupun yang menyedihkan. Tujuan khusus bimbingan

kelompok sebagai berikut:

a. Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan

orang lain

(51)

c. Melatih anak untuk dapat membina kearaban bersama teman-teman

dalam kelompok khusus dan teman di luar kelompok pada

umumnya.

d. Melatih anak untuk dapat mengandalikan diri dalam kegiatan

kelompok

e. Melatih anak untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang

lain.

f. Melatih anak memperoleh keterampilan sosial.

g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam

hubungan dengan orang lain.

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) tujuan bimbingan

kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan

perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta

meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok. Bimbingan memiliki

tujuan dalam setiap pelaksanaan dari beberapa ahli sebagaimana

dikutip Prayitno (1994: 113-114), yaitu:

a. Agar individu dapat membuat pilihan-pilihan, membuat

penyesuaian, dan membuat interpretasi.

b. Membantu orang agar menjadi insane yang berguna.

c. Bimbingan memiliki tujuan, yaitu:

1) Memberi dukungan

2) Memberi wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan,

(52)

3) Mengatasi permasalahan yang dihadapi.

d. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif, melakukan

pemacahan masalah, melakukan pengambilan keputusan;

pengembangan kesadaran; dan pengembangan kepribadian,

mengembangkan penerimaan diri, memberi pengukuhan.

e. Membantu individu untuk perkembangan dirinya, dalam arti

mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu individu

mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan mengembangkan kemampuan atau bakat yang

dimiliki dalam berbagai latar belakang (seperti latar belakang

keluarga, pendidikan, dan status sosial ekonomi), serta sesuai dengan

tuntutan positif lingkungan sekitar.

Melihat tujuan bimbingan tersebut, maka pada penelitian tindakan

ini dipilih bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan metode sosiodrama. Sosiodrama

digunakan dalam penelitian ini dikarenakan manfaat dari sosiodrama

dengan tujuan bimbingan kelompok sama, salah satu manfaat

sosiodrama menurut Wina (2006) adalah mengembangkan kreativitas,

memupuk keberanian dan percaya diri , memperluas pengetahuan,

mengembangkan sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

(53)

bimbingan kelompok akan menggunakan sosiodrama untuk

menjelaskan materi yang disampaikan. Materi akan dibuat naskah

tentang masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang menyangkut

aspek-aspek aktualisasi diri. Naskah akan dimainkan dengan sukarela

oleh peserta dan pembimbing ikut serta dalam drama tersebut.

E. Kerangka Pikir

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dengan

mengembangkan potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada

untuk menjadi seseorang dengan kepribadian utuh dan penuh. Aktualisasi

diri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu fisik, pengalaman belajar, dan

lingkungan keluarga. Kenyataan dalam perjalanan hidup, tidak semua

orang (remaja) beruntung dapat memiliki fisik, pengalaman belajar, dan

lingkungan keluarga yang ideal.

Banyak remaja yang mengalami kenyataan pahit dalam hidupnya.

Perubahan fisik yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, pengalaman

belajar yang tidak menyenangkan dari luar atau pun dalam dirinya.

Pengaruh yang sangat besar dalam aktualisasi diri adalah keadaan keluarga

tidak harmonis, kematian atau perceraian orang tua, kemiskinan, keluarga

berantakan, keadaan ini dapat menyebabkan hilang fungsi keluarga.

Akibatnya anak tidak mendapat kasih sayang orang tua, terkadang harus

menjalani kehidupan yang keras sendiri. Kondisi inilah dapat

(54)

asuhan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap aktualisasi diri remaja panti

asuhan.

Perlu dilakukan upaya yang dapat meningkatkan aktualisasi diri

remaja, salah satunya melalui bimbingan kelompok menggunakan

sosiodrama. Menurut Wina (2006) manfaat dari sosiodrama adalah

mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri,

memperluas pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menghadapi

berbagai situasi yang problematis dengan memainkan suatu drama tentang

masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

merupakan salah satu proses dari aktualisasi diri.

Remaja yang telah berani bermain sosiodrama diharapkan dapat

menerima dan menghargai perubahan yang terjadi dalam dirinya,

membawa pada rasa humor dan hubungan interpersonal yang baik, dan

dapat juga berkreativitas untuk mengembangkan segala potensi yang

dimiliki. Hal-hal ini mengakibatkan aktualisasi diri meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan kajian teori, maka dalam penelitian tindakan ini

diajukan hipotesis sebagai berikut: Aktualisasi diri remaja Panti Asuhan

Santo Thomas Ngawen tahun 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui

(55)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, metode analisis

data, dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan

berasal dari bahasa Inggris action research.Mertler (Dede Rahmat, 2011)

menegaskan action research sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan

atas suatu program sekolah atau kelas khusus.Penelitian tindakan menurut

Bodgan dan Biklen, (Burns, 1999:30) Penelitian tindakan adalah

pengumpulan informasi yang sistematik yang dirancang untuk

menghasilkan perubahan sosial. Menurut Elliot (1982), penelitian tindakan

adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan

kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan.

Penelitian tindakan merupakan bentuk suatu kajian yang bersifat

reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi. Penelitian ini dapat

dilaksanakan jika pembimbing sejak awal menyadari adanya persoalan

yang terkait dengan proses layanan bimbingan kelompok yang dihadapi di

panti asuhan.Penelitian tindakan juga merupakan upaya peneliti untuk

(56)

Tindakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan

atau memperbaiki aktualisasi diri remaja panti asuhan Santo Thomas

Ngawen melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan sosiodrama.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting di aula Panti Asuhan. Data

diperoleh pada saat proses bimbingan kelompok yang dilakukan di aula

Panti Asuhan.

1. Partisipan dan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif

yaitu:

Nama : Sr. M. Magda AK

Jabatan : Pembimbing Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

2. Topik Bimbingan

Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama empat tindakan.

Masing-masing tindakan pada tiap siklusnya selama 120 menit. Topik

bimbingan setiap siklusnya disesuaikan dengan aspek-aspek aktualisasi

diri yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun topik bimbingan

pada siklus-siklus perbaikan sebagai berikut:

a. Siklus Tindakan I

1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja.

2) Topik Bahasan : Penerimaan Diri

3) Hari/Tanggal : Jumat, 8 Agustus 2014

(57)

5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

6) Jumlah Peserta : 34 anak

b. Siklus Tindakan II

1) Fokus Penelitian : Meningkat aktualisasi diri remaja

2) Topik Bahasan : Penghargaan Diri

3) Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2014

4) Waktu : 17.30-18.30 WIB

5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

6) Jumlah Peserta : 34 anak

c. Siklus Tindakan III

1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja

2) Topik Bahasan : Humor dan Hubungan Interpesonal

3) Hari/Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2014

4) Waktu : 17.30-18.30 WIB

5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

6) Jumlah Peserta : 34 anak

d. Siklus Tindakan IV

1) Fokus Penelitian : Meningkatkan aktualisasi diri remaja

2) Topik Bahasan : Kreativitas

3) Hari/Tanggal : Jumat, 15 Agustus 2014

4) Waktu : 17.30-18.30 WIB

5) Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

(58)

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen.

Partisipan dalam penelitian ini adalah semua anak asuh Panti Asuhan

Santo Thomas Ngawen tahun 2014/2015. Anak asuh terdiri dari kelas VII

SMP sampai XII SMK berjumlah 34 anak dengan 6 remaja laki-laki dan

28 remaja perempuan.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Agustus 2014 – 18 Agustus

2014 pada jam17.00-19.00 WIB, setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat.

Tempat penelitian adalah aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen.

E. Jadwal Kegiatan Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

(59)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian

ini, dilaksanakan dalam empat siklus. Sebelum masuk ke siklus pertama,

peneliti melakukan observasi dan wawancara terlebih dahulu untuk

mengetahui situasi panti asuhan dan aktualisasi diri anak panti asuhan

dalam mengikuti bimbingan kelompok.Indentifikasi berguna untuk

mendapatkan data awal yang terjadi pada remaja panti asuhan tersebut,

setelah itu peneliti merancang suatu tindakan dengan berpedoman dari

permasalahan yang ada.

Setelah melakukan observasi dan telah menentukan anak asuh yang

akan diajak penelitian, selanjutnya secara rinci prosedur penelitian

tindakan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Tindakan Siklus I

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) beserta materi

yang mendukung kegiatan bimbingan. Materi berjudul

“Penerimaan Diri”

2) Mempersiapkan instrument penelitian berupa angket “Aktualisasi

(60)

3) Mempersiapkan alat dokumentasi di aula Panti Asuhan Santo

Thomas.

b. Pelaksanaan

Setelah peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana

yang telah disusun. Dalam usaha perbaikan rencana bersifat fleksibel

dan siap dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi didalam proses

pelaksanaan di lapangan.

1) Pembukaan

a) Peneliti memeberikan salam pembuka, menjelaskan tentang

tema dan tujuan bimbingan.

b) Pemberian Ice breaking yang sesuai dengan tema dan tujuan

bimbingan.

c) Inti kegiatan

(1) Pemberian materi tentang “penerimaan diri”

(2) Bersosidrama dengan naskah yang telah dibuat peneliti

(3) Tanya jawab tentang naskah dan drama yang telah

dimainkan.

(4) Permainan

(a) Peneliti membagikan sepotong kertas pada peserta,

kemudian meminta peserta untuk menuliskan

(61)

(b) Selesai menuliskan kekurangan, peneliti meminta

peserta untuk menempelkan kertas tersebut di punggung

mereka.

(c) Setelah hal tersebut peserta mencari teman

sebanyak-banyaknya untuk menuliskan 1 kelebihan yang dimiliki.

(d) Berdiskusi tentang sosiodrama dan permainan yang

telah dilakukan.

(5) Refleksi dari bimbingan kelompok.

(6) Menarik kesimpulan yang dilakukan oleh salah satu

peserta.

(7) Memberikan kesimpulan dan penguatan.

2) Penutup

a) Pemberian dan pengisian angket

b) Menutup kegiatan dengan berdoa.

c. Pengamatan

Tahap ini mitra kolaboratif dan pengamat mengamati

proses jalannya bimbingan klasikal. Pengamatan dilakukan guna

mendapatkan rekam data mengenai bimbingan kelompok yang

telah dilaksanakan.

d. Refleksi

Tahap ini peneliti, mitra kolaboratif, dan pengamat lain

berdiskusi mengenai proses jalannya bimbingan kelompok yang

telah dilaksanakan. Hasil data observasi akan dipaparkan data

(62)

diharapkan peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan

didapatkan hasil refleksi yang akan digunakan sebagai upaya

perbaikan siklus selanjutnya.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan sebagai upaya perbaikan pada

tindakan siklus I. Perencanaan pada tindakan siklus II bedasarkan

refleksi yang dilakukan peneliti dari tindakan siklus I. Tindakan siklus

II meliputi:

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) beserta

materi yang mendukung kegiatan bimbingan. Materi berjudul

“Penghargaan Diri”

2) Mempersiakan naskah drama yang akan diberikan pada

tindakan siklus II.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket, lembar

observasi, dan panduan wawancara.

4) Mempersiapkan peralatan untuk dokumentasi di aula.

b. Pelaksanaan

Usaha perbaikan rencana bersifat fleksibel dan siap

dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi didalam proses

pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan tindakan siklus II

Gambar

Tabel 19 Data Observasi Remaja pada Tindakan Siklus III .........
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 1 Garis Kontinum
Tabel 3 Kisi-kisi Panduan Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi remaja yang harus tinggal di dalam panti asuhan, lingkungan panti asuhan adalah lingkungan sosial yang utama dalam penyesuaian diri dengan lingkunganya, maka

konsep diri remaja berprestasi yang tinggal di panti asuhan. Serta

Dalam kasus ini, data yang dikelola adalah data administrasi yaitu data diri anak, data jenis biaya yang ada di panti asuhan, data biaya-biaya yang menyangkut anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kecenderungan bunuh diri pada remaja panti asuhan. Penelitian ini melibatkan 45 remaja yang

Subyek penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah remaja Panti Sosial Asuhan Anak Eklesia Ambarawa yang memiliki skor kepercayaan diri yang rendah dan yang tulisan tangan

Dalam kasus ini, data yang dikelola adalah data administrasi yaitu data diri anak, data jenis biaya yang ada di panti asuhan, data biaya-biaya yang menyangkut anak

Peningkatan penyesuaian diri pada kelompok eksperimen terjadi karena remaja yang tinggal di panti asuhan diberikan pelatihan keterampilan regulasi emosi.. Menurut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah